You are on page 1of 45

ANALISIS PENYESUAIAN UKURAN FUSE CUT OUT ( FCO ) PADA

PENYULANG ANDALAS PT PLN (persero) AREA MAKASSAR UTARA


RAYON KAREBOSI

DISUSUN OLEH:

RAHIM JAYA HAMKA


321 15 056
3C D3 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Jaman sekarang perkembangan teknologi dan informasi sudah sangat pesatnya dan

bahkan menjadi sebuah ajang persaingan 2ystem2y2ara pihak-pihak 2ystem2y yang

berlomba untuk menciptakan teknologi yang lebih canggih dan mutakhir. Karena

semakin pesatnya pertumbuhan teknologi masa kini, maka kebutuhan akan energi

untuk mendukung teknologi tersebut juga semakin banyak dan kompleks. Salah satu

energi yang sangat dibutuhkan pada jaman sekarang yang sudah menjadi kebutuhan

2ystem semua orang di Indonesia pada khusunya dan di dunia pada umumnya adalah

energi listrik. Dulu mungkin kebutuhan akan energi listrik 2 dikatakan merupakan

kebutuhan sekunder yang hanya 2 diperlukan dan dinikmati oleh orang-orang tertentu

saja, tapi sekarang karena perkembangan teknologi yang pesat serta karena dampak

dari adanya globalisasi dan modernisasi, maka kebutuhan akan adanya energi listrik

sudah menjadi kebutuhan primer yang sudah dikonsumsi oleh 2ystem semua orang.

Energi listrik itu sendiri sebenarnya merupakan salah satu energi yang diperlukan untuk

menggerakkan dan/atau mengaktifkan beban-beban atau alat-alat elektrik yang

mempunyai sifat resistif, induktif, maupun kapasitif. Karena energi listrik sudah menjadi

kebutuhan semua orang dan menjadi salah satu 2ystem yang sangat penting untuk

mendukung aktivitas sehari-hari, maka harus ada sebuah perusahan yang mampu
menjaga kontinyuitas penyaluran energi listrik tersebut sehingga sampai kepada

konsumen dengan kualitas yang baik dan keandalan yang baik pula.

Di Indonesia, perusahaan yang dipercaya mampu untuk menjalankan tugas tersebut

adalah PT. PLN (Persero) yang menjadi instansi untuk menciptakan energi listrik dari

energi lain (panas, mekanik, dll) hingga listrik itu sampai ke pelanggan/masyarakat.

Mengingat pentingnya kualitas dan kontinyuitas pelayanan akan energi listrik kepada

pelanggan, maka diperlukan perencanaan yang baik dari setiap bagian baik itu dari

pembangkit, transmisi, dan juga distribusi tenaga listrik. Selain itu pemeliharaan dan

3ystem proteksi juga sangat penting dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.

Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi

dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi

sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 KV. Pada

saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan oleh PLN khususnya

PT. PLN Distribusi Bali adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,

diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya adalah

380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen.

Namun selain konsumen tegangan rendah ada juga konsumen tegangan menengah yang

disupply langsung dari jaringan tegangan menengah itu sendiri. Dalam operasi 3ystem

tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat mengakibatkan

terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari

suatu 3ystem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari s3ystem penyaluran

tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan
listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang

menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya. Gangguan yang

sering terjadi dalam 4ystem distribusi jaringan tegangan menengah adalah gangguan

hubung singkat dan gangguan beban lebih. Salah satu proteksi yang digunakan untuk

menjaga agar gangguan tersebut tidak meluas dan tidak mengganggu daerah yang sehat

adalah Fuse Cut Out (FCO). Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan membahas

mengenai penyesuaian ukuran fuselink CO pengambilan. Tugas Akhir ini berisi tentang

identifikasi besar arus hubung singkat dan arus beban lebih yang 4yst terjadi yang

dirasakan oleh CO pengambilan penyulan Andalas Rayon Karebosi yang nantinya akan

menentukan ukuran fuselink yang sebenarnya yang harus dipasang pada CO

pengambilan tersebut karena selama ini sering terjadi trip. Karena dengan setting atau

pemasangan ukuran fuselink yang tepat pada 4ystem proteksi jaringan tegangan

menengah akan meningkatkan keandalan dan kontinyuitas pelayanan tenaga listrik

1. 2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka adapun permasalahan yang akan diangkat oleh penulis

antara lain:

1. Gangguan apa sajakah yang sering terjadi pada penyulang anturan baik itu gangguan

permanen maupun gangguan temporer?

2. Apa sajakah penyebab terjadinya gangguan tersebut sehingga dapat menyebabkan

gangguan hubung singkat dan gangguan beban lebih?

3. Berapakah besarnya arus nominal gangguan hubung singkat dan gangguan beban

lebih yang dirasakan oleh semua fuse cut out pada penyulan Andalas?
4. Bagaimanakah 5nalisa penggunaan ukuran fuselink CO pada penyulang Andalas

sesuai dengan besar arus hubung singkat dan arus beban lebih yang mengalir sepanjang

penyulang?

1. 3. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas lebih spesifik dan pemecahannya juga lebih tepat

sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dalam

penyusunan proyek akhir ini penulis memilih 5nalisa-batasan masalah yang akan

dibahas untuk dicari pemecahannya, antara lain:

1. Berapakah besarnya arus nominal gangguan hubung singkat dan gangguan beban

lebih yang dirasakan oleh semua fuse cut out pada penyulang Andalas?

2. Bagaimanakah 5nalisa penggunaan ukuran fuselink CO pada penyulang Andalas

sesuai dengan besar arus hubung singkat dan arus beban lebih yang mengalir sepanjang

penyulang?

1. 4. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah antara lain:

1. Untuk mengetahui besarnya arus nominal gangguan hubung singkat dan gangguan

beban lebih yang dirasakan oleh semua fuse cut out pada penyulang Andalas.

2. Untuk mengetahui analisa penggunaan ukuran fuselink CO pada penyulang Andalas

sesuai dengan besar arus hubung singkat dan arus beban lebih yang mengalir sepanjang

penyulang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Teori Penunjang

Yang Digunakan Dalam Penelitian Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga

subsistem pokok yaitu:

1. Subsistem pembangkit,

2. Subsistem transmisi,

3. Subsistem distribusi.

Sistem pembangkit merupakan sistem yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik.

Tenaga listrik yang dibangkitkan kemudian ditransmisikan dalam daya yang besar oleh

sistem transmisi ke gardu induk transmisi (GI). Dari GI transmisi tenaga listrik

disubtransmisikan ke GI distribusi, kemudian didistribusikan kepada pelanggan secara

langsung dan ke gardu-gardu distribusi untuk keperluan pelanggan dengan daya dan

tegangan rendah.

Dalam perencanaan sistem tenaga listrik, sistem pembangkit dan system transmisi saling

berhubungan secara ekonomis dalam pemilihan lokasi, desain, dan hubungan skala

ekonomi. Namun sistem distribusi berdiri sendiri.

Penyaluran daya dalam sistem distribusi dapat melalui saluran udara atau saluran

bawah tanah. Pemilihan saluran udara dan saluran bawah tanah tergantung pada

beberapa faktor yang berlainan. Yaitu faktor kontinuitas pelayanan, arah perkembangan

daerah, biaya pemeliharaan tahunan, biaya modal, segi estetis, dan umur manfaat

sistem tersebut. Gabungan kedua saluran ini sering kali diperlukan.


Gambar 1. Diagram satu garis Sistem Tenaga Listrik

2. 1. Sistem distribusi

a. Fungsi bagian-bagian dari sistem distribusi

Dilihat dan sudut pandang keteknikan sistem distribusi adalah seluruh

bagian dan sistem tenaga listrik yang terdapat diantara sumber daya besar (bulk

power source) sampai ke pelanggan tenaga listrik. Sumber daya besar dapat
berupa gardu induk yang berlokasi didekat area beban dan dapat berupa stasion

pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari daerah beban. Dalam gambar

di atas dapat dipisahkan bagian-bagian dari sistem distribusi dan fungsinya yaitu:

1) Gardu Induk Subtransmisi (subtransmission substation)

Menerima tenaga listrik dan sistem transmisi dan menurunkannya ke

tegangan subtransmisi.

2) Rangkaian subtransmisi (subtransmission circuit)

Rangkaian yang keluar dan gardu induk, kemudian menyalurkan tenaga

listrik dan sumber daya besar atau gardu induk ke gardu induk distnbusi

atau distribution substation.

3) Gardu Induk Distribusi (distribusi substasion)

Menerima tenaga listrik dan sistem subtransmisi dan menurunkan

tegangannya ketegangan menengah, kemudian disalurkan kepada

pelanggan melalui saluran utama. (Primary feeder).

4) Saluran utama atau penyulang (Primary feeder)

Rangkaian yang keluar dan gardu induk distribusi menuju transformer

distnibusi, yang berfungsi menyalurkan energi listnk ke transformer-

transformer distnbusi tersebut

5) Transformer distribusi

Transformer distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah

ke tegangan rendah yang dapat digunakan pelanggan

6) Gardu hubung
Gardu hubung berfungsi sebagai tempat memisahkan atau

menyambungkan penyulang. Pada gardu mi tidak terdapat perubahan

tegangan.

7) Saluran sekunder

Saluran sekunder berfungsi untuk menyalurkan tenaga listnik pada

tegangan rendah dari transformer distribusi ke peralatan pelanggan.

b. Distribusi jaringan primer.

Sistem distribusi terdiri dari dua subsistem, yaitu sistem distribusi primer

dan sistem distribusi sekunder. Sistem distribusi primer berupa rangkaian yang

mencatu gardu distribusi dan pelanggan dengan daya besar pada tegangan

tinggi. Sistem distribusi sekunder berupa sistem yang mencatu daya ke

pelanggan-pelanggan domestik dan pedesaan, menggunakan tegangan distribusi

dengan rating 380/220 V.

Konstruksi dan struktur jaringan yang digunakan dalam sistem distribusi

merupakan kompromi antara kepentingan teknis di satu pihak dan alas an

ekonomis di lain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur jaringan yang

digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan, disisi lain biaya

minimum yang dipilih hams dipenuhi juga.

Aspek yang menentukan dalam penyediaan sistem tenaga listrik adalah

aspek pencatu daya, dan berdasarkan aspek pencatuan dibedakan:

1) Sistem jaringan dengan satu sumber pencatu.


Sistem janngan ini mempunyai keandalan yang rendah, bila ada gangguan

atau ada perbaikan maka terjadi pemutusan. Waktu pemulihannya

tergantung pada lamanya penanganan terhadap gangguan atau lamanya

perbaikan.

2) Sistem jaringan dengan banyak sumber pencatu. Sistem ini mempunyai

keandalan yang lebih baik karena memiliki kemungkinan pencatuan daya

dan sumber yang sama atau dan sumber lain. Jika terjadi gangguan atau

ada perbaikan maka pemutusan dapat dipersingkat atau bahkan tidak

perlu sama sekali karena akan dilayani dari sumber yang lain.

c. Struktur jaringan primer

Menurut aspek hubungan antara sumber pencatuan dan pelanggan yang harus

dicatu, terdapat 3 macam struktur dasar jaringan yaitu:

1) Struktur distribusi radial

Metode operasinya mudah, keandalan sistem dan biaya

investasinya rendah. Gambar 2. menunjukan suatu sistem distribusi

radial. Gardu induk mencatu penyulang-penyulang sistem distribusi

primer bertegangan menengah dengan arus besar.

Penyulang-penyulang tersebut mencatu transformator distribusi,

yang menurunkan tegangan ketegangan distribusi dan mencatu berbagai

beban atau gardu distribusi. Besar arus secara berangsur mengecil

sampai ujung akhir penyulang disebabkan penyadapan beban

disepanjang penyulang. Dengan mengecilnya arus, ukuran penghantar


penyulang juga mengecil. Pada sistem sekunder prinsipnya hampir sama.

Tegangan penyulang yang umum digunakan adalah 11 kV dan 3,3 kV, di

Indonesia digunakan sistem tegangan 20 kV. Tegangan sistem distribusi

sekunder pada pelanggan adalah 380/220 V atau 415/240 V. Namun

dengan meningkatnya permintaan dari pelanggan tentang kontinuitas

pelayanan energi listrik maka konstruksi radial ini disusun sehingga bisa

saling mendukung jika terjadi gangguan pada salah satu radial.

Struktur distribusi radial terbagi menjadi dua, yaitu sistem radial

menggunakan lateral fuses dan sistem radial tanpa menggunakan lateral

fuses. Fungsi dari lateral fuses, adalah untuk mengurangi efek

pemadaman pada saluran utama (primary feeder main) akibat gangguan

yang terjadi pada saluran lateral.

(a). Tanpa lateral fuses. (b). Dengan lateral fuses.

Gambar 2. Sistem distribusi primer struktur radial


2) Struktur distribusi lingkar (loop).

Metode operasinya mudah, keandalan sistem dan biaya

investasinya tinggi. Dan sumber pencatu seperti GI, saluran utama

dipasang paralel untuk mencatu gardu distribusi. Pada sistem ini

rangkaian berakhir pada titik yang sama seperti gambar 3, sehingga bila

terjadi gangguan pada satu saluran utama, maka yang lain dapat segera

mencatu daya yang dibutuhkan beban sehingga pelayanan dapat

dilakukan secara kontinyu. Kadang-kadang saklar pemisah diganti dengan

pemutus dikarenakan kondisi beban.

Ukuran dari penghantar saluran utama dijaga sama pada seluruh

jaringan lingkar. Pemilihan ukuran penghantar berdasarkan besar beban

normal yang harus dibawa ditambah beban dari setengah lingkar yang

lain. Penyusunan ini menyediakan dua bagian paralel dari GI kebeban

pada saat jaringan lingkar dioperasikan dengan pemutus atau saklar

pemisah normal-buka (NO).


(a). Menggunakan satu feeder breaker dan satu loop tie disconect

switch.

(b). Menggunakan dua feeder breaker dan satu loop tie breaker.

Gambar 3. Sistem distribusi lingkar (loop)

Sebuah gangguan menyebabkan pemutus penyulang terbuka.

Pemutus akan tetap terbuka sampai gangguan diisolasi dari kedua arah.

Penyusunan penyulang lingkar ini secara khusus untuk menyediakan

pelayanan untuk beban yang memerlukan keandalan tinggi.

3) Struktur distribusi matajala (network)

Metode operasinya sulit, keandalan dan biaya investasinya tinggi.

Sistem ini biasanya diterapkan untuk area distribusi yang luas dengan

beban yang besar dan memerlukan keandalan yang lebih untuk


kelangsungan pelayanan. Baik sistem distribusi primer maupun sekunder

sama-sama menerapkan sistem ini.

Gambar 4. Sistem dristribusi matajala

Sebuah jaringan primer merupakan sebuah sistem interkoneksi

dari saluran utama yang dicatu dari dua atau lebih rangkaian subtransmisi

melalui banyak pelanggan, lebih penting dari pada jaringan tegangan

rendah. Karena bila jaringan utama mengalami gangguan maka

pelanggan yang mengalami pemadaman lebih banyak.

Sebagian besar bentuk jaringan sistem yang digunakan sekarang

adalah sistem radial yang telah mengalami modifikasi. Pertimbangan

investasi dana dan jenis beberapa gardu distribusi yang ditempatkan

pada titik-titik potong dari penyulang yang diinterkoneksi. Sebuah


jaringan sistem distribusi juga digunakan pada beban-beban berat seperti

pada daerah komersial dan industri. Jaringan ini memberikan fleksibilitas

maksimum, keandalan dalam kelangsungan pelayanan, dan seluruh

keuntungan interkoneksi. Regulasi tegangan yang disediakan juga lebih

baik dan kemungkinan adanya pemadaman kecil. Ukuran gardu induk

yang dibutuhkan lebih kecil bila dibandingkan dengan sistem

radial.Rangkaian pada jaringan primer dicatu dan kedua sisi (ujung awal

dan akhir), gardu distribusi ukurannya kecil dan ditempatkan pada atau di

dekat pusatbeban dalam daerah pelayanannya. Hal ini memungkinkan

untuk menambah ukuran kapasitas transformator jika diperlukan.

Pentumbuhan atau pergeseran beban pada suatu daerah dapat ditangani

dan perubahan yang harus dilakukan sangat minimum daripada sistem

lain.

Pertimbangan bahwa jaringan distribusi primer harus lebih andal

dari jaringan distribusi sekunder perlu diperhatikan dalam

pengembangan setiap jaringan, dengan alasan bahwa sistem yang

membawa daya lebih besar untuk pelanggan yang disuplai, jika sebagian

besar adalah jenis pedesaan atau perumahan, menjadikan sistem radial

mempunyai prioritas terbesar untuk dipilih.

Pada perkembangannya sistem radial dikonstruksi sebagai sistem

matajala yang dioperasikan sebagai sistem radial tunggal dengan

menggunakan kontak NO yang ditempatkan pada titik-titik tertentu.


Maksud dan pemasangan kontak NO ini adalah untuk mengurangi jumlah

peralatan yang mengalami gangguan pada rangkaian penyulang tunggal

pada saat terjadi gangguan atau selama ada pelaksanaan pemeliharaan.

Titik NO dapat ditutup dan yang lain dibuka untuk meminimasi jumlah

total pemadaman beban. Dalam sistem matajala yang lain, di tengah-

tengah saluran utama yang disusun secara interkoneksi ditempatkan

pemutus yang berfungsi memisahkan saluran yang terkena gangguan.

Gambar 5. Sistem distribusi matajala dengan pemutus Di tengah

saluran utama
4) Struktur distribusi spindle

Spindle atau gelendong merupakan suatu struktur jaringan khusus

yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah kabel keluar dari suatu gardu

induk yang disebut out going cables menuju ke arah suatu titik temu yang

disebut gardu hubung. Kumpulan kabel dalam satu spindle dimaksudkan

untuk menyalurkan energi listrik ke suatu daerah pelayanan meliputi luas

daerah terbatas antara 10 hingga 25 Km2.

Dalam satu spindle terdiri dari maksimum 6 buah kabel kerja

(working cable) dimana di sepanjang kabel ini gardu distribusi disambung

dan satu buah kabel cadangan (exprees feeder) di mana di sepanjang

kabel ini tidak ada satupun gardu distribusi yang disambungkan. Kabel

cadangan ini digunakan untuk menormalkan kembali penyaluran energi

listrik ke seluruh bagian feeder yang mengalami gangguan setelah bagian

yang terganggu diketahui dan dipisahkan terhadap jaringan yang

beroperasi. Kabel cadangan ini harus selalu diberi tegangan sehingga

dapat segera diketahui bila sewaktu-waktu mengalami gangguan pada

kabel tersebut. Dan syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem

darurat sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan instalasi

cadangan tetap pada posisi “ON” terus menerus.

Dasar dari struktur spindle adalah sebuah loop terpisah, tanpa

kabel cadangan tetapi kedua kabel kerja tersebut masing-masing

dibebani tidak lebih dan 50% dan masing-masing kemampuan nominal


penyalurannya, sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan

apabila diperlukan. Begitu pula jika beban dan salah satu kabel

bertambah besar melampaui harga 50% dari kemampuannya, maka

sebuah kabel baru harus ditarik. Nantinya kabel baru ini akan menjadi

kabel cadangan terhadap kabel kerja yang lainnya. Diagrram satu garis

sistem spindle disajikan dalam gambar 6.

Gambar 6. Struktur Spindel

Sistem distribusi dari sistem tenaga listrik dekat dengan

pelanggan, sehingga pengaruh kegagalannya secara langsung dirasakan

pelanggan bila dibanding kegagalannya secara langsung dirasakan


pelanggan bila disbanding kegagalan pada sistem pembangkit sistem

tranmisi. Pada saat mendisain dan mengembangkan perencanaan sistem

distribusi suatu daerah tertentu, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Kondisi pelayanan

(i) Beban yang akan dilayani

(ii) Kerapatan pelanggan

(iii) Panjang saluran

(iv) Titik-titik pencatu / lokasi gardu induk

2. Disain listrik

(i) Tegangan catu

(ii) Pengaturan tegangan pada pelanggan

(iii) Transformator dan asesorisnya

(iv) Sistem proteksi

(v) Operasional sistem

3. Disain mekanis

(i) Tiang dan jarak antar tiang

(ii) Kawat dan jarak antar kawat

(iii) Pemasangan transformator dan GI

2. 2. Gangguan Pada Sistem Distribusi 20 KV

Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefenisikan sebagai suatu

kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen atau suatu
elemen untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan

oleh hubung singkat antar fase atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan

hampir selalu berupa hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan

identik dengan hubung singkat, sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100-1992.

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api)

pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara

dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan

hubung singkat digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat.

Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20 kV

dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan

gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh

sentuhan daun/pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca

dan lain-lain. Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa

kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan,

kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.

Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi (Hutauruk, 1987 : 4)

adalah:

a. Dari jenis gangguannya:

1) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah

2) Gangguan fasa ke fasa

3) Gangguan dua fasa ke tanah

4) Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah


b. Dari lamanya gangguan

1) Gangguan permanen

2) Gangguan temporer

a. Gangguan yang bersifat temporer

Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi gangguan, maka

gangguan tersebut tidak akan lama dan dapat normal kembali. Gangguan ini

dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutus sesaat bagian yang

terganggu dari sumber tegangannya. Kemudian disusul dengan penutupan

kembali peralatan hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi dapat

menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan

yang bersifat permanen. Salah satu contoh gangguan yang bersifat temporer

adalah gangguan akibat sentuhan pohon yang tumbuh disekitar jaringan, akibat

binatang seperti burung kelelawar, ular dan layangan. Gangguan ini dapat hilang

dengan sendirinya yang disusul dengan penutupan kembali peralatan

hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi maka hal tersebut akan

menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan

yang bersifat permanen.

b. Gangguan yang bersifat permanen

Gangguan permanen tidak akan dapat hilang sebelum penyebab

gangguan dihilangkan terlebih dahulu. Gangguan yang bersifat permanen dapat

disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehinggga gangguan ini baru hilang


setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu

secara permanen. Untuk membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan atau

menyingkirkan penyebab gangguan tersebut. Terjadinya gangguan ditandai

dengan jatuhnya pemutus tenaga, untuk mengatasinya operator memasukkan

tenaga secara manual. Contoh gangguan ini yaitu adanya kawat yang putus,

terjadinya gangguan hubung singkat, dahan yang menimpa kawat phasa dari

saluran udara, adanya kawat yang putus, dan terjadinya gangguan hubung

singkat.

1) Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena

adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan. Gangguan

hubung singkat dapat juga terjadi akibat adanya isolasi yang tembus atau

rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik yang berasal dari

dalam maupun yang berasal dari luar (akibat sambaran petir). Bila

gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan agak lama pada

suatu sistem daya, akan banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan

yang akan terjadi. Berikut ini akibat yang ditimbulkan gangguan hubung

singkat antara lain:

a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya

b. Rusaknya perlengkapan-perlengkapan yang berada dekat

dengan gangguan yang disebabkan oleh arus-arus tak seimbang, atau

tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.


Gangguan yang mengakibatkan hubung singkat dapat

menimbulkan arus yang jauh lebih besar dari pada arus normal. Bila

gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan lama pada suatu

sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan yang

dapat terjadi. (Stevenson, 1982: 317):

a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.

b. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan

yang disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah

yang ditimbulkan oleh hubung singkat.

c. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang

mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung

singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga

dapat membahayakan orang yang menanganinyadan merusak

peralatan – peralatan yang lain.

d. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya

itu oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh

sitem – sistem pengamanan yang berbeda – beda; kejadian ini di

kenal sebagai “cascading”.

 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Sistem 3 Fasa

Perhitungan hubung singkat adalah suatu analisa kelakuan suatu

sistem tenaga listrik pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana


dengan cara ini diperoleh nilai besaran-besaran listrik yang dihasilkan

sebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut.

Analisa gangguan hubung singkat diperlukan untuk mempelajari

sistem tenaga listrik baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi

kelak. Analisa hubung singkat digunakan untuk menentukan setting relai

proteksi yang digunakan untuk melindungi sistem tersebut dari

kemungkinan adanya gangguan tersebut.

Tujuan dari perhitungan gangguan hubung singkat adalah untuk

menghitung arus maksimum dan minimum gangguan, dan tegangan pada

lokasi yang berbeda dari sistem tenaga untuk jenis gangguan yang

berbeda sehingga rancangan pengaman, relai dan pemutus yang tepat

bisa dipilih untuk melindungi sistem dari kondisi yang tidak normal dalam

waktu yang singkat.

Gangguan hubung singkat pada sistem 3 fasa adalah:

a. Gangguan 3 fasa

b. Gangguan 2 fasa

c. Gangguan 1 fasa ke tanah

Arus gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa ke tanah,

arus gangguannya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

hukum ohm, yaitu :

dimana :
I : Arus yang mengalir (A)

E : Tegangan sumber (V)

Z : Impedansi jaringan, nilai equivalent dari seluruh impedansi di

dalam jaringan dari sumber sampai titik gangguan (ohm).

Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan nilai

impedansi

tiap komponen jaringan, serta bentuk konfigurasinya didalam

sistem, maka besarnya arus gangguan hubung singkat dapat

dihitung.

Lebih lanjut besarnya arus yang mengalir pada tiap komponen

jaringan juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus tersebut. Yang

membedakan antara gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa

ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam

gangguan hubung singkat itu sendiri, seperti ditunjukan berikut ini :

1) Z untuk gangguan 3 fasa : Z = Z1eq

2) Z untuk gangguan 2 fasa : Z = Z1eq + Z2eq

3) Z untuk gangguan 1 fasa ke tanah : Z = Z1eq + Z2eq + Z0eq

dimana :

Z1eq = Impedansi urutan positif equivalent (ohm/km)

Z2eq = Impedansi urutan negatif equivalent (ohm/km)

Z0eq = Impedansi urutan nol equivalent (ohm/km)


A. Impedansi Sumber

Untuk menghitung besarnya impedansi sumber dapat digunakan

nilai kapasitas daya hubung singkat yang di bus 150 kV Gardu

Induk.Kapasitas daya hubung singkat dapat dihitung sebagai berikut:

dimana :

MVASC : Kapasitas hubung singkat transformator tenaga (MVA)

Iho : Arus hubung singkat (A)

V : Tegangan sisi primer transformator tenaga(kV)

Setelah kapasitas hubung singkat transformator diketahui maka

impedansi sumber dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana :

MVASC : Kapasitas hubung singkat transformator tenaga (MVA)

ZSC : Impedansi sumber (Ohm/km)

V : Tegangan sisi primer transformator tenaga(kV)


Karena arus hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan

hubung singkat disisi 20 kV (sebagai dasar perhitungan dalam satuan

listrik pada tegangan 20 kV), maka impedansi (reaktansi) sumber tersebut

harus dikonversikan terlebih dahulu ke sisi 20 kV, sehingga perhitungan

arus gangguan hubung singkat nya nanti sudah menggunakan tegangan

20 kV.

Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak di sisi 150 kV ke

sisi 20 kV, dapat dijabarkan sebagai berikut

dimana :

V1: Tegangan transformator tenaga sisi primer (kV)

V2: Tegangan transformator tenaga sisi sekunder (kV)

Z1: Impedansi transformator tenaga sisi primer (Ohm/km)

Z2 :Impedansi transformator tenaga sisi sekunder (Ohm/km)

B. Impedansi Trafo Tenaga

1) Reaktansi urutan positif dan reaktansi urutan negatif ( ZT1 = ZT2 )

Untuk menghitung besarnya reaktansi urutan positif dan reaktansi

urutan negatif dari transformator tenaga adalah dengan menghitung

terlebih dahulu reaktansi pada 100% dari transformator tenaga pada sisi

20 kV, dengan menggunakan rumus :


dimana :

V1 : Tegangan transformator tenaga sisi sekunder (kV)

PTrafo : Daya transformator tenaga (MVA)

ZT1 : Impedansi urutan positif dan negatif (Ohm/km)

Setelah didapat nilai reaktansi transformator tenaga pada 100 %

barulah dapat dihitung besar reaktansi sebenarnya dari transformator

tenaga yaitu dengan mengalikan reaktansi pada 100% dengan presentase

reaktansi dari transformator tenaga tersebut. Dapat dirumuskan sebagai

berikut :

dimana :

ZT1 : Impedansi urutan positif dan negatif transformator Tenaga

(Ohm/km)

ZT1 ( 100 % ): Impedansi urutan positif dan negatif transformator

tenaga pada 100% (Ohm/km)

ZT1(%) : Impedansi urutan positif dan negatif transformator tenaga

(Ohm/km)

2) Reaktansi urutan nol ( ZT0 )

Pada perhitungan reaktansi urutan nol transformator tenaga,

perlu dilihat apakah ada belitan delta atau tidak, apabila ada maka nilai
reaktansi urutan nol adalah 3 kali nilai reaktansi urutan positif, sedangkan

kalau tidak maka nilai reaktansi urutan nol adalah 10 kali reaktansi urutan

positif. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

a) Terdapat belitan delta :

b) Tidak terdapat belitan delta :

dimana :

ZTO : Impedansi transformator tenaga urutan nol (Ohm/km)

ZT1 : Impedansi transformator tenaga urutan positif (Ohm/km)

C. Nilai Tahanan Pembumian

Untuk menghitung besar tahanan pembumian dari suatu

penyulang kita harus mengetahui sistem pentanahan yang digunakan dari

penyulang tersebut. Kemudian nilai tahanan tersebut dikalikan 3,

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

dimana :

NGR : Nilai tahanan pembumian (Ohm)

RN : Nilai tahanan sistem pentanahan jaringan (Ohm)


D. Impedansi Jaringan Distribusi

Perhitungan impedansi jaringan distribusi 20 kV adalah impedansi

(ohm/km) yang diperoleh, besarnya tergantung luas penampang, nilai

impedansi dalam ohm tergantung dari panjang kawat.

Misal: suatu jaringan distribusi mempunyai Z = 0.250 + j 0.345

ohm/km, dimana nilai 0.250 adalah besar resistansi (R) dalam ohm/km

dan j 0.345 adalah nilai reaktansi (XL) dalam ohm/km. Karena dalam

hitungan untuk memperoleh arus gangguan, dimana titik gangguan

terjadi di jaringan 20 kV, maka impedansi ini dikalikan dengan panjang

penyulang.

E. Perhitungan Impedansi Equivalent

Impedansi Equivalent merupakan nilai impedansi total mulai dari

sumber sampai ke ujung penyulang, dari jaringan equivalentnya. Untuk

perhitungan dan adalah dengan menjumlahkan impedansi urutan positif

dan negatif yang ada, sedangkan dimulai dari titik gangguan sampai ke

transformator tenaga yang netralnya ditanahkan.


Perhitungan impedansi equivalent dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1) Impedansi equivalent urutan positif dan urutan negatif

dimana :

Z1eq : Impedansi equivalent urutan positif (Ohm)

Z2eq : Impedansi equivalent urutan negatif (Ohm)

ZSC1 : Impedansi sumber (Ohm)

ZT1 : Impedansi urutan positif transformator tenaga (Ohm)

Z1penyulang : Impedansi urutan positif penyulang (Ohm)

2) Impedansi equivalent urutan nol

dimana :

Z0eq : Impedansi equivalent urutan nol (Ohm)

ZT0 : Impedansi urutan nol transformator tenaga (Ohm)

NGR : Tahanan pembumian (Ohm)

Z0penyulang : Impedansi urutan nol penyulang (Ohm)

F. Arus Gangguan Hubung Singkat

Setelah didapat besar impedansi equivalent urutan positif,

negatif, dan nol maka menghitung besarnya arus gangguan hubung

singkat digunakan rumus sebagai berikut:


1) Gangguan tiga fasa

Besarnya arus hubung singkat tiga fasa dapat dituliskan dengan

persamaan berikut:

dimana :

Ih0 3 fasa : Arus gangguan hubung singkat 3 fasa (A)

Eph : Tegangan fasa netral sistem(kV)

Z1eq : Tahanan equivalent urutan positif (Ohm)

2) Gangguan dua fasa

Besarnya arus hubung singkat dua fasa atau antar fasa dapat

dituliskan dengan persamaan berikut :

dimana :

Ih02 fasa : Arus gangguan hubung singkat 2 fasa (A)

EAB : Tegangan fasa-fasa sistem(kV)

Z1eq : Tahanan equivalent urutan positif (Ohm)

Z2eq : Tahanan equivalent urutan negatif (Ohm)

3) Gangguan 1 fasa ke tanah

Besarnya arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dituliskan

dengan persamaan berikut :


dimana :

Iho1 fasa : Arus gangguan hubung singkat 21 fasa (A)

Eph : Tegangan fasa-netral sistem (kV)

Z1eq : Tahanan equivalent urutan positif (Ohm)

Z2eq : Tahanan equivalent urutan negatif (Ohm)

Z3eq : Tahanan equivalent urutan nol (Ohm)

2) Gangguan beban lebih

Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem

distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini

sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus

berlangsung dapat merusak peralatan.

Beban lebih adalah sejumlah arus yang mengalir yang lebih besar

dari arus nominal. Hal ini terjadi karena penggunaan daya listrik oleh

konsumen melampuai kapasitas nominal mesin. Hal ini tidaklah segera

merusak perlengkapan listrik tetapi mengurangi umur peralatan listrik.

Untuk waktu yang singkat arus lebih tidaklah memebawa akibat

yang jelek terhadap perlengkapan listrik, umpamanya pada waktu

menjalankan motor-motor, arus mulanya cukup besar dalam waktu yang

singkat tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap peralatan listrik.


2. 3 Proteksi Distribusi

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak

pelanggan. Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan

untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman.

Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi :

1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari

akibat adanya gangguan listrik.

2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik.

3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen.

Persyaratan yang Harus Dimiliki Oleh Sebuah Pengaman Dalam Sistem

Pengaman

a. SENSITIFITAS (KEPEKAAN)

Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu

dari sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannya

merupakan daerah pengaman, tugas suatu pengaman mendeteksi

adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus cukup

sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu


mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu

dengan bagian yang sehat.

b. SELEKTIFITAS (KETELITIAN) Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas

kecermatan dalam mengadakan pengamanan bagian yang terbuka dari

suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan seminimal

mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut

pengamanan selektif.

c. KEANDALAN (REALIBILITAS)

Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti

dapat bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi

susunan alat-alat pengaman harus dapat diandalkan. Keandalan

keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan perawatannya.

d. KECEPATAN (SPEED)

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil

kerusakan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya

akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.

1. Fuse Cut Out (FCO)

Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian

dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu,

membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan memutuskan arus bila arus

tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup. Fuse cut out (sekring)
adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan terhadap arus beban lebih (over

load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena

hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out

ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang

terdapat di Gardu Induk (sub-station).

Gambar 7. Kontruksi fuse cut out tipe terbuka

Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus

beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di

dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut

out sebanyak tiga buah.


Gambar 8. Konstruksi Fuse Cut Out type open link

Prinsip Kerja

Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja

melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya Fuse

Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan

hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga

sering ditemukan pada setiap transformator. Penggunaan fuse cut out ini merupakan

bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan

hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya

arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat

yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan

harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh

temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out

ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan

dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering
digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi

Spesifik (μΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini

dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam

busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir

melaluinya.

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak

di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan.

Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang

berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil

maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih.

Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila

kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu

itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan

terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi
sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan

arus beban lebih atau arus hubung singkat.

Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang

melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih

pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya

yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga

sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya

ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang –

cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.

2. Koordinasi Pengaman

Menurut Suhadi, dkk (Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. 2008 : 356)

koordinasi pengaman adalah suatu usaha untuk mengatur tindakan-tindakan pengaman

dengan mengatur setting waktu dan arus dari peralatan pengaman sehingga tindakan-

tindakan yang dilakukan tidak saling bertentangan.

1) Koordinasi antara PMT dengan Recloser

Secara fisik Recloser mempunyai kemampuan sebagai pemutus arus

hubung singkat yang dilengkapi dengan alat pengindera arus gangguan

dan peralatan pengatur kerja membuka dan menutup serta mengunci bila

terjadi gangguan permanen. Untuk melakukan koordinasi OCR/GFR di

gardu induk dengan Recloser harus dibuat sedemikian rupa sehingga

setiap terjadi gangguan setelah Recloser, relai OCR/GFR tidak boleh trip

sebelum Recloser terkunci (lock out). Oleh karena itu, harus dihitung
terlebih dahulu waktu reset dan putaran dari relai OCR/GFR, agar PMT

tidak trip. Sebelum Recloser terkunci total putaran relai OCR/GFR

diusahakan kurang dari 100% pada saat Recloser terkunci.

2) Koordinasi antara Recloser dengan Recloser

Koordinasi antara Recloser dengan Recloser dapat dicapai dengan:

 Memilih nilai arus trip minimum yang berbeda antara kedua Recloser.

 Mengatur pemakaian urutan operasi yang terbalik dari masing-masing

Recloser dengan cara mempelajari dan memilih karakteristik kerja dari

kurva arus waktu.

Faktor yang penting dalam koordinasi antara kedua bentuk kurva arus

waktu dari kedua Recloser adalah perbedaan waktu antara kedua kurva

untuk satu nilai arus tertentu (arus hubung singkat). Perbedaan waktu

minimum antara kedua kurva adalah untuk mengamankan agar kedua

Recloser tidak beroperasi secara bersamaan.

3) Koordinasi antara Recloser dengan Sectionalizer

Bila terjadi gangguan di sisi hilir dari Sectionalizer maka Recloser akan

bekerja membuka tutup dengan cepat pertama sampai kedua untuk

menghilangkan gangguan yang bersifat temporer. Sectionalizer

mengindera arus gangguan bersifat permanen, maka sesuai dengan

penyetelan hitungan (count to open) Sectionalizer akan membuka.

Sectionalizer membuka pada saat Recloser membuka sebelum buka tutup

terakhir dan mengunci dari Recloser.


4) Koordinasi antara Recloser dengan Pelebur

Recloser harus dapat mendeteksi arus gangguan di daerah Pelebur agar

gangguan yang bersifat temporer atau sementara dapat diatasi terlebih

dahulu oleh Recloser sebelum Pelebur sebagai pelindung utama bekerja.

Sebaliknya apabila terjadi gangguan yang bersifat permanen dapat diatasi

oleh Pelebur sebelum Recloser terkunci sehingga daerah padam dapat

diperkecil. Koordinasi antara Recloser dan Pelebur dapat dicapai dengan

mengatur urutan kerja buka cepat dan buka lambat dari Recloser. Operasi

buka cepat pertama dan kedua berfungsi untuk menghilangkan gangguan

temporer dimana Pelebur belum melebur (putus). Apabila gangguan

bersifat permanen maka Recloser akan melakukan operasi ketiga, yaitu

operasi buka lambat yang memberikan kesempatan pada Pelebur untuk

melebur (putus) lebih dahulu sehingga gangguan dapat diisolasi.

5) Koordinasi antar Pelebur dengan Pelebur

Pada pengaman dua Pelebur atau lebih, maka Pelebur yang berada d

dekat sisi beban/sisi hilir disebut Pelebur Pemroteksi dan yang berada di

dekat sumber/sisi hulu disebut Pelebur Cadangan. Prinsip koordinasi dua

Pelebur atau lebih adalah memberikan kesempatan Pelebur sisi hilir yang

berada di depan titik gangguan untuk bekerja terlebih dahulu sebelum

Pelebur sisi hulu yang bertindak (bekerja).

Syarat penggunaan Pelebur adalah arus beban tidak boleh melebihi

kapasitas arus kontinyu dari Pelebur. Apabila arus beban melebihi


kapasitas arus kontinyu, maka akan mengakibatkan Pelebur panas yang

akhirnya akan putus. Kapasitas arus kontinyu Pelebur tipe K dan T adalah

150% dari rating Pelebur.

Syarat koordinasi antar Pelebur dengan Pelebur yaitu waktu pemutusan

arus gangguan maksimum (maximum clearing time) dari Pelebur yang

melindungi tidak boleh melebihi 75% dari waktu leleh minimum (minimum

melting time) Pelebur yang dilindungi. Syarat ini untuk memastikan bahwa

Pelebur yang melindungi akan terputus terlebih dahulu untuk

mengamankan arus gangguan sebelum Pelebur yang dilindungi putus.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Sistem Pengambilan Data

Dalam mencari dan mengumpulkan data-data yang akan digunakan dalam

penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa langkah untuk penelitian

tugas akhir, yaitu:

1) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap awal dalam metodologi penulisan . pada

tahap ini dilakukan studi dan pengamatan di lapangan secara langsung

untuk melakukan pengumpulan data dan mencatat data-data yang

diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Seperti penyebab terjadinya

gangguan, mengukur besarnya arus nominal di setiap outlet jurusan per

phasa dengan menggunakan tang ampere, mencatat lokasi-lokasi yang

terkena gangguan karena penyebab yang sama di PT PLN Area Makassar

Utara Rayon Karebosi

2) Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setalah studi pendahuluan, permasalahan pada area distribusi listrik

dapat diidentifikasi. Kemudian penyebab dari permasalahan ditelusuri.

Dalam menelusuri akar penyebab permasalahan, dilakukan melalui


pengumpulan data mengenai system distribusi tenaga listrik. Tugas akhir

ini, permasalahan yang diangkat menjadi topik adalah Analisis

penyesuaian ukura Fuse Cut Out (FCO) pada Penyulang Andalas PT PLN

(persero ) AREA MAKASSAR UTARA RAYON KAREBOSI

3) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuka mencari literatur yang terkait mengenai

penyebab yang sering menyebabkan terjadinya gangguan di sistem

distribusi jaringan tegangan menengah, rumus arus hubung singkat dan

arus beban lebih, prinsip kerja FCO, dll. Dari hasil studi literatur tersebut,

maka penulis dapat menentukan spesifikasi teknis yang lebih rinci guna

mencari solusi yang tepat.

3. 2. Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini,

selanjutnya penulis melakukan pengolahan data sesuai dengan materi yang akan dibahas

agar tidak keluar dari permasalahan yang akan dicari solusinya. Perumusan yang akan

digunakan adalah rumus untuk mencari arus hubung singkat dan arus beban lebih di

setiap beban (trafo) gardu distribusi.

3. 3. Pengujian/Analisa

Hasil Penelitian Keterkaitan antara faktor-faktor dari data yang diperoleh dengan

masalah yang diajukan adalah faktor-faktor dari data tersebut sangat berpengaruh

terhadap proses pembahasan seperti identifikasi, perhitungan, dan hasil pengukuran.

parameter yang akan diuji dan dianalisa antara lain kapasitas trafo gardu distribusi yang
dilindungi oleh masing-masing CO percabangan, besar arus nominal beban per phasa di

setiap outlet jurusan, besar tegangan sistem distribusi, dll. Dalam menganalisa ukuran

fuselink yang akan digunakan pada cut out pada penyulang Andalas adalah berdasarkan

dengan besar arus minimum dan arus maksimum gangguan yang terjadi pada titik-titik

tersebut, baik itu dari arus gangguan hubung singkat tiga phasa, dua phasa, satu phasa ke

tanah maupun arus gangguan beban lebih.

3. 4. Hasil Yang Diharapkan

Dari proses perhitungan yang dilakukan dalam pembahasan tugas akhir diharapkan

akan diperoleh hasil perhitungan yang benar sehingga analisa dan keputusan ukuran

fuselink CO pada penyulang Andalas yang akan digunakan tepat sesuai dengan besar arus

nominal yang dialami sehingga keandalan dan kontinyuitas pelayanan tenaga listrik bisa

lebih baik.

You might also like