You are on page 1of 13

67

BAB VI
PEMBAHASAAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode pre eksperimen dengan


pendekatan pretest dan posttest control group. Penelitian dilakukan di Instalasi
Rawat Inap Ibnu Rusyd (keperawatan bedah dewasa) di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang pada 14-20 April 2017. Secara umum karakteristik
responden dalam penelitian ini berjumlah 32 responden dibagi dalam kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol (n=16). Pada kelompok perlakuan responden
diberikan tindakan kontrol nyeri dengan menggunkaan Kerophy JP 1 sedangkan
pada kelompok kontrol dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Responden laki-laki 43,8% dan perempuan 56,2%. Rentang umur responden 17
hingga 68 tahun, jika dilihat dari mediannya 31,50 tahun. Mayoritas pendidikan
terakhir responden SMA 43,8%, pekerjaan mayoritas responden adalah karyawan
swasta 28,1%. Diagnosa medis mayoritas adalah bedah fraktur femur 12,5% dan
Tu mammae 12,5%. Jenis anastesi umum 37,5% dan anastesi spinal 62,5%.
Pengalaman pertama kali menjalani operasi 81,2%.
A. Nyeri Dan Ansietas Post Operasi Bedah Mayor Pretest Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok perlakuan (n=16) dan
kelompok kontrol (n=16) di IRNA Ibnu Rusyd kelas III, Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang. Terdapat penurunan rerata skala nyeri pasca
bedah begitu pula ansietas baik kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol.
Operasi bedah mayor adalah operasi yang melibatkan organ tubuh
secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup klien (Brunner dan Suddarth, 2012). Operasi mayor merupakan
tindakan pembedahan, bedah merupakan pengobatan penyakit dengan jalan
memotong (mengiris dan sebagianya) bagian tubuh yang sakit (Setiawan,
2016). Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan
nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat
67
68

akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter


dan Perry, 2010). Nyeri dibedakan menjadi dua yaitu nyeri akut merupakan
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan IASP, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi, dan nyeri
kronik merupakan nyeri yang lebih dari tiga bulan. (NANDA, 2015). Nyeri
pasca operasi adalah nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
(Nuraini, 2010). Nyeri pasca bedah merupakan nyeri menetap selagi luka
dalam masa penyembuhan yang ditandai nyeri berlebihan jika bagian luka
mendapat rangsangan yang biasanya hanya disebabkan nyeri ringan (Ganong,
2010).
Respon nyeri diukur dengan menggunakan skala NRS, hasil
pengukuran pada T1 hingga T4 menunjukkan adanya penurunan, rata-rata
skala nyeri pada T1 7,06 (kategori nyeri sedang), sedangkan T4 3,88
(klasifikasi nyeri ringan) peneliti hanya megambil responden dengan terapi
farmakologi NSAID. Sedangkan pada kelompok kontrol skala nyeri pada K1
hingga K4 juga menunjukkan adanya penurunan. Rata-rata skala nyeri K1
6,44 (kategori nyeri sedang) sedangkan K4 3,44 (kategori nyeri ringan).
Brunner dan Suddarth (2010) bentuk nyeri pasca bedah merupakan nyeri akut
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan karena ada insisi pada proses
pembedahan yang memeiliki karakteristik nyeri diantaranya awitannya
mendadak, intensitas ringan sampai berat, durasinya singkat (dari beberapa
detik hingga kurang dari 3 bulan), meningkatkan respon otonom,
berhubungan dengan kerusakan jaringan, komponen psikologis yang berperan
adalah anisetas.
Potter dan Perry (2006) dalam Sulistyo (2013) berdasarkan lokasi
nyeri dapat diklasifikasikan : supervisial (stimulus kulit), viseral dalam
(stimulus organ-organ internal), nyeri alih dan nyeri radiasi (nyeri yang
menyebar). Sedangkan mekanisme Brunner dan Suddarth (2010) mekanisme
nyeri berawal dari reseptor nyeri (nosiseptor). Reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang hanya berespon pada stimulus yang kuat yang
69

secara potensial merusak jaringan. Dari hasil penelitian kurva tertinggi


terdapat pada rata-rata skala nyeri T1 7,06 dan skala nyeri K1 6,44.
Responden pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol mengeluh
respon nyeri yang dirasakan berdenyut dalam beberapa waktu terkadang nyeri
sekali terutama saat ada pergerakan, hingga sensasi nyeri ringan yang hilang
dalam beberapa waktu yang relatif singkat. Kualitas nyeri digambarkan
berdenyut, menusuk, panas seperti terbakar dan teriris. Hal ini sejalan dengan
penelitian Ardinata (2007) dalam Satriya (2014) kualitas nyeri yang dirasakan
berkaitan dengan bagaimana nyeri yang dirasakan individu, kualitas nyeri
seringkali digambarkan dengan berdenyut, menyebar, menusuk, terbakar dan
gatal.
Nyeri post operasi merupakan nyeri yang di rasakan akibat dari hasil
pembedahan. Kejadian, intesitas dan durasi nyeri berbeda-beda pada individu
ke individu, dari operasi ke operasi dan dari rumah sakit ke rumah sakit.
Lokasi pembedahan memberi efek yang sangat penting yang hanya dapat
dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi (Suza, 2007)
perbedaan tingkat nyeri dari operasi ke operasi berbeda sesuai dengan
persepsi individu. Agung, dkk (2013) hasil penelitian menunjukkan gambaran
rerata nyeri post operasi bedah mayor dengan anastesi umum pada rerata 6
(sedang), sedangkan data dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti
terdapat perbedaan skala nyeri antara anastesi umu dibanding dengan anastesi
spinal, namun jika di kategorikan masih berada pada kategori yang sama,
yaitu kategori sedang.
Secara fisiologis saat merasakan nyeri, serabut nyeri akan memasuki
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai didalam masa berwarna abu-abu dalam medulla spinalis.
Terdapat pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebri. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral,
maka otak akan mengitepretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu terhadap nyeri. selain itu,
pada saat individu sadar akan nyeri yang dirasakan maka akan menjadi reaksi
70

komplek. Faktor-faktor psikologis dan kognitif akan berinteraksi dengan


faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri (Potter dan Perry, 2010).
Potter dan Perry (2006) dalam Satriya (2014) menjelaskan banyak
faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Perawat
mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi klien yang merasa nyeri. hal
ini sangat penting dalam upaya untuk memastikan bahwa perawat
menggunakan pendekata yang holistic dalam pengkajian dan perawatan klien
yang mengalami nyeri, faktor yang memepengaruhi nyeri diantaranya : usia,
jenis kelamin, pengalaman sebelumnya dan ansietas. Berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi nyeri dari hasil penelitian menunjukkan usia
direrata 33,28 dengan usia temuda 17 tahun dan usia tertua 68 tahun,
sedangkan responden 56,2% , dan pengalaman pertama 81,2%. Sedangkan
penelitian Harsono (2009) tidak ada hubungan signifikan intensitas nyeri
terhadap pendidikan klien.
Selain itu nyeri juga dipengaruhi oleh faktor psikologis klien yaitu
ansietas. Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol, data yang didapat skor ansietas T1 (8,25) hingga T4 (1,69)
menunjukkan adanya penurunan sama halnya pada kelompok kontrol, skor
ansietas K1 (7,06) dan K4 (2,75). Menurut teori psikodinamis Freud (1936)
dalam Videbeck (2011) memandang ansietas sebagai suatu kejadian alamiah
bagi seseorang sebagai mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia
untuk mengendalikan kesadaran terhadap ansietas. Pengalaman pertama
kali menghadapi pembedahan atau operasi merupakan suatu ancaman
eksternal bagi klien dan situasi sulit yang mesti dihadapi bila tidak ingin
mengalami ansietas. Sejalan dengan penelitian Palese, Cecconi, Moreale, dan
Skrap (2012) bahwa mereka yang mengalami pengalaman pertama operasi
terlebih operasi pada bagian tubuh yang vital, akan mengalami kecemasan
yang lebih tinggi bahkan dapat mengalami depresi. Selain itu penelitian
Jawaid, Mushtaq, Mukhtar, dan Khan (2007) dan penelitian oleh
Roomruangwong, Tangwongchai, dan Chokchainon (2012) bahwa klien yang
akan dioperasi untuk pertama kalinya memiliki tingkat kecemasan sebelum
71

operasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah memiliki


pengalaman operasi sebelumnya.
Selain itu dari hasil analisa data menunjukkan faktor jenis kelamin
juga mempengaruhi tingkat ansietas seseorang. Myers (2004) menyatakan
perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-
laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.
Selain itu laki-laki lebih rileks dibanding perempuan, perempuan lebih mudah
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dari pada laki-laki.
Asuhan keperawatan pasca pembedahan berfokus pada beberapa
masalah keperawatan diantaranya mengurangi ansietas pasca operasi dan
mengurangi nyeri pada luka operasi dengan teknik menejemen nyeri. (Potter
dan Perry, 2010). Berdasarakan teori neurokimia pola koping individu
dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, peningkatan produksi norepinefrin
yang tidak diimbangi produksi Gamma Amino Butirat Acid (GABA). Sullivan
dan Coplan (2000) dalam Videbeck (2011) mengungkapkan adanya
keterlibatan serotonin (5-HT) atau 5-hidroxytriptamin, neurotransmitter
indolamin yang diproduksi di raphe nucleus biasanya muncul dalam
gangguan psikosis dan mood. Serotonin diyakini memainkan peranan
dalam kejadian panik dan gangguan ansietas umum, karena serotonin
memberikan ketenangan dan membuat emosi stabil. Kekurangan
serotonin akan menyebabkan individu menjadi sensitif, tidak dapat fokus
terhadap pekerjaan atau apapun, mudah putus asa, tidak dapat berfikir dengan
baik dan mudah terganggu.
Selain itu, keterkaitan hubungan ansietas terhadap respon nyeri juga
mempengaruhi respon nyeri itu sendiri (Potter dan Perry, 2010). Nyeri yang
dirasakan seseorang bukan hanya mempengaruhi kondisi fisiknya tetapi juga
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Nyeri mempengaruhi emosipnal klien
disertai degan respon cemas (Smeltzer dan Bare, 2012). Berdasarkan
penelitian Syahputra, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat nyeri dengan ansietas dengan hasil uji statistik p value 0,04. Hal ini
senada dengan penelitian Apriansyah (2014) terdapat hubungan antara
ansietas dengan tingkat nyeri pasca operasi sectio cesarea yang siginifikan.
72

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa operasi bedah


mayor mendatangkan masalah keperawatan baru secara khusus dalam asuhan
keperawatan pasca bedah/ post operatif. Terdapat beberapa fokus masalah
keperawatan pasca bedah diantaranya mengurangi ansietas dan mengurangi
nyeri. dari itu, peneliti harus menggunakan pengkajian dengan teknik holistic
care untuk mendapatkan data yang akurat pada primary time pasca operasi.
Nyeri pasca operasi merupakan nyeri akut, pada setiap individu berbeda
tingkatannya dari ringan hingga sedang. Nyeri dipengaruhi oleh beberapa
faktor secara umum dalam penelitian ini dipengaruhi usia, jenis kelamin,
pengalaman dan koping individu. Selain itu, Ansietas memiliki hubungan
terhadap nyeri pasca operasi.

B. Nyeri Dan Ansietas Post Operasi Bedah Mayor Post Test Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok perlakuan (n=16) dan
kelompok kontrol (n=16) di IRNA Ibnu Rusyd kelas III, Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang terdapat penurunan rerata mean pada kedua
variabel baik dikelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.
Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang
pemulihan/ ruang rawat inap (Kostania, 2014). Asuhan pasca operasi secara
umum meliputi beberapa masalah keperawatan diantaranya mengurangi
ansietas dan mengurangi nyeri dengan teknik menejemen nyeri (Potter dan
perry, 2010). Pada kelompok perlakuan rerata skala nyeri setelah pemberian
aromaterapi melalui kerophy JP1 pada T1 (4,69) dan menurun hingga T4
(1,62). Berdasarkan pengalaman responden aromaterapi melalui Kerophy JP1
dirasa lebih efektif dibanding dengan pengharum ruangan. Berdasarkan
karakterisitik ruang rawat inap kelas III di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, terdapat 8 tempat tidur didalam satu ruang rawat inap, berbeda
dengan ruang rawat inap kelas II dan kelas I.
Secara umum klien mengeluh bau tidak sedap yang bercampur pada
saat ruang rawat penuh. Jika dilihat beda mean antara data pre dan post test
secara berurutan pada T1 (2,37), T2 (2,57), T3 (2,19) dan T4 (2,06). Beda
73

mean tertinggi pada T2 (2,57). Potter dan Perry (2010) salah satu faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah pengalaman sebelumnya. Brunner dan Suddarth
(2012) Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan mudah untuk mengatasi nyeri
tergantung pengalaman dimasa lalu dalam mengatasi nyeri. Hasil penelitian
narilawati (2015) aromaterapi citrus yang diberikan selama 3 hari dapat
menurunkan tingkat nyeri.
Price (1997) sifat analgesik dari minyak esensial merupakan reaksi
antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi yang ditimbulkan oleh beberapa
jenis minyak essensial. Yuwono (2014) kulit jeruk purut terbanyak
mengandung limonen (linalool). Buckle (2015) bau yang mengandung ion
minyak atsiri berbahan aktif linalool tersebut dibawa neuron menuju sistem
limbik untuk diteruskan ke hipotalamus. Di hipotalamus bau tersebut akan
merangsang kelenjar pituitary untuk melepaskan agen kimia kedalam
sirkulasi darah untuk mengatur kelenjar adrenal dan tiroid supaya
menurunkan aktifitasnya yang sebelumnya dirangsang oleh adanya stimulus
stressor yang menimbulkan reaksi hormon epineprin dan norepineprin.
Bau ini juga merangsang daerah di otak yang disebut raphe nucleus
untuk mengeluarkan sekresi serotonin yang menimbulkan efek rileks
sebagai akibat inhibisi eksitasi sel. Striya (2014) relaksasi yang dirasakan
klien dapat mengubah persepsi klien terhadap nyeri.
Sedangkan rerata skor ansietas pada T1 (4,12) menurun hingga T4
(0,25). Jika dilihat dari beda mean secara berurut pada T1 (4,12), T2 (3,31),
T3 (2,88) dan T4 (1,44). Skor tertinggi pada T1 (4,12) faktor yang
memepengaruhi ansietas salah satunya adalah pengalaman. Berdasarkan
penelitian Kuraesin (2009) faktor-faktor yang memepengaruhi ansietas
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan adalah pengalaman dan
tingkat pendidikan, sedangkan usia dan jenis kelamin tidak menunjukkan ada
hubungan. Ansietas pada kondisi pasca bedah, kondisi emosional dan
pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman. Operasi bedah mayor merupakan tidakan
74

pembedahan yang dapat menimbulkan kecemasan (SDKI,2016). Berdasarkan


penelitian yang telah peneliti lakukan pada penelitian sebelumnya citrus
aromaterapi berpengaruh terhadap ansietas pada pasien pre operasi bedah
mayor.
Penelitian Hongratanaworakit dan Buchbauer (2007) penelitian
kuantitatif ekperimental, penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang diberi
olesan/ pijatan minyak esensial jeruk purut merasakan lebih waspada
(alert), penuh perhatian (attentive), gembira (cheerful ) dan vigorous
(bertenaga). Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak esensial jeruk purut
terbukti efektif digunakan dalam aromaterapi.
Niken (2011) Aromaterapi merupakan salah satu terapi alternatif
dengan memanfaatkan minyak menguap minyak atsiri (essential oil) dan
melibatkan oragn penciuman manusia. Bau yang segar,harum, merangsang
sensori, reseptor dan akhirnya mempengaruhi organ yang lain. Aromaterapi
tidak dianggap benda asing oleh tubuh, sehingga tidak memperberat kerja
organ-oragn tubuh. Minyak esensial akan masuk ke sirkulasi tubuh dan
menuju organ sasaran untuk memberikan reaksi aromaterapi.
Citrus aromaterapi adalah salah satu anxiolitic atau bahan yang dapat
digunakan untuk menurunkan ansietas (Wong, 2010). Hal ini
dikarenakan adanya bahan aktif berupa linalool yang merupakan salah satu
minyak atsiri yang berada dalam tumbuhan Citrus (Astarini, 2010).
Linalool berfungsi sebagai anxiolitic atau zat yang dapat menurunkan
ansietas, aktifitas utamanya adalah meningkatkan kekebalan tubuh serta
melancarkan sirkulasi dan meningkatkan respon eksitasi sel.
Primadiati (2002) Citrus aromaterapi dapat menurunkan ansietas
melalui sistem penciuman. Dimana bau yang dihasilkan ditangkap oleh
olfactory ephitelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta
ujung syaraf. Selanjutnya, bau tersebut akan ditransmisikan sebagai suatu
pesan ke pusat penciuman yang terletak pada bagian belakang hidung.
Dalam penelitian ini, menggunakan ekstraksi citrus dari jenis jeruk purut
(Citrus hystrix D C).
75

Joko (2010) Jeruk purut (Citrus hystrix D C) adalah tanaman yang


tumbuh pada daerah tropis, yang tersebar luas di Asia bagian selatan.
Daun dan buah digunakan sebagai makanan. Buahnya berkerut, berbentuk
pir dan berwarna hijau tua dan akan menjadi kuning apabila sudah
matang. Kusuma (2014) dalam Yuwono (2016) komponen utama dari minyak
jeruk purut menggunakan tekinik destilasi fraksinasi, komponen limonen
terbanyak terdapat dalam kulit jeruk purut 45,76%. Istianto dan Muryati
(2014) limbah kulit jeruk purut dapat dimanfaatkan sebagai minyak atsiri
(aromaterapi) untuk meningkatkan potensi nilai ekonomi. Ulfiyati, dkk
(2013) memanfaatkan masker kain yang umumnya menjadi pelindung saluran
pernafasan, manjadi masker aromateraphy (Kerophy). Sehingga dalam
penelitian ini, peneliti mengembangkan peneltian kerophy dengan
menggunakan ekstrak kulit jeruk purut dalam masker saluran pernafasan
dengan nama kerophy JP1.
Berbeda dengan keluhan responden kelompok kontrol dengan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Klien mengeluh mengalami
kendala dengan bau yang bercapur pada saat ruangan penuh. Secara umum
responden mampu melakukan teknik relaskasi nafas dalam dengan baik.
Penelitian Satriya (2014) menjelaskan tidak ada kendala klien dalam
melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Berdasarkan hasil penelitian skala
nyeri pada K1 (4,81) menurun hingga K4 (2,12). Jika dilihat beda mean
secara urut skala nyeri pada K1 (1,63), K2 (1,30), K3 (1,75) dan K4 (1,32).
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu tindakan menejemen
nyeri, dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan/ ekspirasi secara perlahan. Teknik relaksasi
nafas dalam dinilai dapat menurunkan intensitas nyeri (Brunner dan Suddarth,
2012).
Penelitian Utami (2014) setelah 2 hari dilakukan tindakan teknik
relaksasi nafas dalam. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan tingkat
nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam pada post operasi
apendiktomi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Satriya (2014) teknik
76

relaksasi nafas dinilai efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada klien
pasca operasi fraktur cruris.
Sedangkan rerata mean skor ansietas K1 (5,44) menurun hingga K4
(0,94). Jika dilihat beda mean secara umum skor ansietas kelompok kontrol
pada K1 (1,63), K2 (1,30), K3 (1,75) dan K4 (1,32). Berdasarkan penelitian
Gea (2014) hasil penelitian ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tingkat ansietas pada klien pre operasi, hasil uji statistik
p-value 0,001. Smeltzer dan Bare (2012) Tindakan relaksasi dapat dipandang
sebagai tindakan pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stress.
Dengan relaksasi klien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Kemampuannya dalam melakukan relaksasi fisik dapat dapat menyebabkan
relaksasi mental. Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap tubuh
seperti tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan, penurunan konsumsi
oksigen oleh tubuh serta penurunan tegangan otot.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa dilihat dari hasil
penelitian terdapat selisih beda mean antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol antara skor pre dan post test. Pada kelompok perlakuan
responden diberikan aromaterapi dengan menggunakan kerophy JP1,
mekanisme aromaterapi melalui sistem pernafasan mempengaruhi sistem
olfaktori. Kandungan limonen/ linalool dalam ekstrak jeruk purut dapat
mengahambat menghabat rhape nukleus untuk mengeluarkan sekresi
serotonin yang menimbulkan efek rileksasi. Sedangkan teknik relaksasi
nafasdalam adalah tindakan keperawatan dengan nafas dalam yaitu menahan
inspirasi hingga batas maksimal dan melakukan ekspirasi secara perlahan
sebagai tindakan pembebasan fisik dan mental dari tekanan dan stress. Pada
kondisi rileksasi klien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri dan ansietas.

C. Efektfitas Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Cytrus hystrix D C) Dalam Masker


Aromaterapi (Kerophy JP1) Terhadap Nyeri Dan Ansietas Post Operasi
Bedah Mayor
Untuk mengetahui efektifitas Kerophy JP1 terhadap nyeri dan
ansietas post operasi, peneliti menghitung secara manual beda mean antara
77

data pretest 1 dan posttest 4 pada variabel nyeri dan ansietas kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti menggunakan uji
parametrik independent t-test dan uji alternatif non parametrik man whiteney
apabila diketahui syarat uji parametrik tidak terpenuhi yaitu data homogen
dan berdistribusi normal. Peneliti menggunakan uji normalitas shapiro wilk
karena responden < 50 dengan p value > 0,05 data berdistribusi normal,
sedangkan uji homogenitas menggunakan uji levenes test p value > 0,05 data
homogen. Dari hasil penelitian didapat data uji normalitas Shapiro Wilk pada
variabel nyeri kelompok perlakuan (0,038) sedangkan kelompok kontrol
(0,256), sedangkan uji homogenitas levene’s tets pada variabel nyeri (0,120).
Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa data homogen tidak berdistribusi
normal pada salah satu kelompok, sehingga analisis bivariat menggunakan uji
Man Whitney.
Dari hasil penelitian pada variabel nyeri p value (0,045) sedangkan
pada variabel ansietas p value (0,001), karena pada kedua variabel p value <
0,05 maka dapat hipotesis diterima. Hal ini menyatakan bahwa kerophy JP1
lebih efektif dibanding dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Rahmi, Dkk (2013) Jeruk purut mengandung alkaloid polifenol, α-
tokoferol, minyak atsiri, tannin, steroid triterpenoid, sitronellal, flavanoid
sianidin, myricetin, peonidin, quercetin, luteolin, hesperetin, apigenin, dan
isorhamnetin. Senyawa kimia yang dominan ada pada bagian-bagian tanaman
jeruk adalah flavanoid dan miyak atsiri. Yuwono (2014) kandungan limonen/
linalool 45,76%. Linalool berfungsi sebagai anxiolitic atau zat yang dapat
menurunkan ansietas, aktifitas utamanya adalah meningkatkan kekebalan
tubuh serta melancarkan sirkulasi dan meningkatkan respon eksitasi sel.
Potter dan Perry (2010) faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya adalah
ansietas. Dalam beberapa penelitian sebelumnya terdapat hubungan yang
bermakna antara ansietas dengan nyeri.
Ulfiyati, dkk (2013) memanfaatkan masker kain yang umumnya
menjadi pelindung saluran pernafasan, manjadi masker aromateraphy
(Kerophy). Respon relaksasi yang dirasakan individu dapat mengubah
persepsi terhadap nyeri dan ansietas. Hal ini sejalan dengan penelitian
78

Hongratanaworakit dan Buchbauer (2007) penelitian kuantitatif ekperimental,


penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang diberi olesan/ pijatan minyak
esensial jeruk purut merasakan lebih waspada (alert), penuh perhatian
(attentive), gembira (cheerful ) dan vigorous (bertenaga). Hal tersebut
menunjukkan bahwa minyak esensial jeruk purut terbukti efektif digunakan
dalam aromaterapi.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan konsep teoritis dan
hasil penelitian terkait yang ada, dapat digeneralisasikan bahwa efektifitas
yang signifikan pemberian anromaterapi menggunakan Kerophy JP1 terhadap
nyeri dan ansietas pasca operasi bedah mayor.

D. Keterbatasan Peneliti
1. Keterbatasan peneliti dalam mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi
nyeri dan ansietas
Peneliti berfokus pada penurunan respon psikologis klien terhadap
ansietas menggunakan citrus aromaterapi, peneliti tidak mengintervensi
penyebab dari nyeri dan ansietas itu sendiri. Dimana walaupun secara
umum respon klien terhadap nyeri dan ansietas menurun, namun faktor
penyebabnya tetap ada dan berpotensi menimbulkan serangan nyeri dan
ansieats berulang. Seelain itu, peneliti telah memnentukan kriteri
penelitian pada klien hanya dengan terapi farmakologi NSAID, dengan
pemberian tindakan 6 jam setelah pemeberian analgetik, namun peneliti
belum mengontrol sepenuhnya waktu pemberian analgeik tersebut, karena
pemberian dilakukan oleh perawat yang berjaga di shift tersebut. Peneliti
hanya medapat informasi dari perawat waktu pemberian analgetik.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya selain mencari dan menguji
kebenaran hipotesis juga memberikan solusi atau treatment pada
faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri dan ansietas agar responden
mendapatkan nilai tambah dalam mengikuti penelitian ini, selain gejala
dari respon nyeri dan ansietas dapat berkurang penyebabnyapun dapat
dihilangkan atau dikurangi.
79

2. Keterbatasan peneliti dalam pengumpulan data dari responden


Peneliti menggunkan metode non random sampling dengan
pendekatan purposive sampling, metode sampling ini dapat digunakan
namun kurang dapat mengukur tingkat reabilitas dan ketepatan data dari
sampel, serta kesalahan frame dan non respon tidak dapat diketahui. Pada
penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menggunakan metode non
random sampling. Selain itu, peneliti hanya menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpulan data sehingga data kualitatif tidak terkaji secara
sempurna, data yang didapat hanya berfokus pada skala ukur atau
pernyataan yang terdapat didalam kuisioner, sedangkan respon setiap
responden terhadap nyeri dan ansietas berbeda-beda. Diharapkan peneliti
selanjutnya dapat menggabungkan metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif sehingga pengkajian data dengan pendekatan holistic care lebih
terlaksana dengan efektif dan efesien.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pra experimental,
meskipun menggunakan perbandingan dua kelompok. Namun kelemahan
pre experimental design yaitu masih terdapat variabel luar/ confounding
yang mempengaruhi variabel terikat. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menggunkan metode penelitian yang memiliki kekuatan dalam mengontrol
variabel confounding dengan demikian validitas internal dapat menjadi
tinggi.

You might also like