Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II dengan pokok bahasan “Asuhan
Keperawatan Dengan SLE (Sistemisc lupus erythematosus)”
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… iii
1.1 Latar belakang ………………………………………………… iii
1.2 Tujuan ………………………………………………… iii
BAB II KONSEP PENYAKIT ………………………………… …………….. 1
2.1 Definisi ………………………………………………… 1
2.2 Etiologi ………………………………………………… 1
2.3 Manifestasi Klinik ………………………………………………… 2
2.4 Patofisiologi ……………………………………………….. 2
2.5 Pathway ………………………………………………… 3
2.6 Penatalaksanaan ………………………………………………… 4
2.7 Asuhan Keperawatan ………………………………………………… 4
BAB III PENUTUP ………………………………………………… 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau “Serigala,”
merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana disekitar pipi dan hidung akan terlihat
kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa lelah berkepanjangan, kemudian dibagian
bawah wajah dan lengan terlihat bercak-bercak merah. Tidak hanya itu, penyakit ini dapat
menyerang seluruh organ tubuh lainnya salah satunya adalah menyerang ginjal. Penyakit
untuk menggambarkan salah satu ciri paling menonjol dari penyakit itu yaitu ruam di pipi
yang membuat penampilan seperti serigala. Meskipun demikian, hanya sekitar 30% dari
penderita lupus benar-benar memiliki ruam “kupu-kupu,” klasik tersebut.
Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang diakibatkan kuman,
virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita lupus, sistem imun menjadi
berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri, oleh karena itu disebut penyakit
autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan keradangan di berbagai organ tubuh kita,
misalnya: kulit yang akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal,
otak, darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena
mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan
organ lain tidak terkena, maka disebut LUPUS KULIT (lupus kutaneus) yang tidak terlalu
berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik (Sistemik Lupus /SLE). Berbeda dengan
HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan sistem kekebalan
tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus
yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati,
sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa
berbeda antara penderita satu dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda,
misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan
jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004).
1.2.TUJUAN
a. Mengetahui definisi dari SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
b. Mengetahui Klasifikasi SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
c. Mengetahui penyebab dan gejala dari SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
d. Mengetahui perjalanan penyakit SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
e. Mengetahui Penatalaksanaan medis SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
f. Mengetahui Asuhan Keperawatan Dari SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
iii
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1.DEFINISI
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya
belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik
remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam
tubuh.
SLE atau Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun,
dimana tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh
sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi
seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.
1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang
menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam
tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan sistem saraf.
Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-
gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.
2.2.ETIOLOGI
1. Sampai saat ini faktor yang merangsang sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak
normal belum diketahui.
2. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinar ultraviolet, dan obat-obatan
tertentu memainkan peranan.
1
2.3.MANIFESTASI KLINIS
1. Sistem muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk
penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
2.4.PATOFISIOLOGI
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-
supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi
tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
2
2.5.PATHWAY
SLE
Decrease
Pola
d Cardiac
nafas
output
tidak
efektif
3
2.6.PENATALAKSANAAN
1. Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil
pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan
berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis.
Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau
leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya
mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.
2.7.ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada
gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra diri pasien.
b. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
c. Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan
gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
d. Sistem muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada
pagi hari.
e. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi.
4
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
f. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
g. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
h. Sistem renal
Edema dan hematuria.
i. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun
manifestasi SSP lainnya.
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi :
1) Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres
hangat; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga,
bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
2) Lakukan pengkajian nyeri secara komperensif
3) Observasi reksi non verbal dan ketidaknyamanan
4) Tingkatkan istirahat
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
5
b. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
depresi.
Tujuan : Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik, dapat
menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
Intervensi :
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktifitas.
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Bantu aktifitas sehari- hari sesuai dengan kebutuhan.
4. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktifitas
5. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemberian makanan yang berenergi
tinggi.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
Tujuan : Klien meningkat dalam aktifitas fisik.
Intervensi :
1. Monitor vital sign sebelum/ sesudah melakukan aktifitas fisik
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
3. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
4. Dampingi dan bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri dan sesuai kemampuan
5. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
6
3. dorong klien mengungkapkan perasaannya
4. Monitor frekuensi menkritik dirinya
7
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Berdasarkan materi dalam makalah ini kami dapat menyimpulkan sebagai berikut ;
8
DAFTAR PUSTAKA
Mary, Donna Jackson, Jim Keogh. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha
Publishing. 2014
Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
Smeltzer, Suzanne C. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah Brunner dan Suddart
edisi 8 volume 3. Jakarta : EGC