You are on page 1of 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SEKSUALITAS

Definisi
Seks merupakan kegiatan fisik, sedang seksualitas bersifat total, multidetermined dan
multi-demensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang melibatkan aspek
biopsikososial kultural dan spiritual.
Proses Perkembangan Kesadaran Diri Terhadap Seksualitas
Tingat kesadaran diri perawat terhadap seksualitas mempunyai dampak langsung pada
kemampuannya melakukan intergvensi keperawatan, menurut stuart & sunden (1995), empat
tahap proses kesadaran diri meliputi hal-hal berikut ini:
1. Tahap ketidak sesuaian kognitif dapat diatasi dengan cara sebagai brikut.
a. Menghindari tanggung jawab profesional dan tetap berpegangan pada keyakinan
pribadi.
b. Memeriksa fakta bahwa seksualitas merupakan bagian integral dari keadaan
manusia.
2. Tahap ansietas
a. Perawat memahami antesietas, rasa takut, dan syok.
b. Perawat menyadari bahwa semua orang mengalami kedikpastian, merasa tidak
aman, bertanya-tanya, dan memiliki maalah yang berkaitan dengan seksualitas.
3. Tahap marah
a. Kemarahan umumnya ditunjukan pada diri sendiri, klen, dan masyarakat.
b. Perawat mulai mengakui bahwa masalah yang terkaitan dengan seks dan
seksualitas bersifat emosional.
4. Tahap tindakan
a. Pada tahap terakhir ini, perasaan marah mulai berkurang.
b. Perawat mulai menyadari bahwa menyalahkan diri sendiri atau masyarakat karena
ketidaktahuannya, tidak akan membantu klien dengan masalah seksualnya .
Tugas perawat
Dengan memahami keempat tahap perkembangan kesadarn perawat tentang seksualitas, maka akan
memudahkan dan memungkinkan perawat untuk menjalankan empa tugas utamanya sebagai perawat
yang berkaitan dengan yang dikemukakan oleh johnson, 1989, yaitu sebagai berikut.
1. Berpengetahuan tentang seksualitas dan norma masyarakat.
2. Mengunakan pengetahuan tersebut untuk memahami perbedaan antara perilku dan sikap
orang lain dengan diri sendiri sebagai akibat dari pengaruh sosial budaya.
3. Menggunakan pemahaman ini untuk menbantu adap tasi klien dan keadaan sehat yang
optimal
4. Menyadari dan merasa nyaman dengan seksualitas diri sendiri.
Faktor yang mempengaruhi seksualitas
1. Pertimbangan pertimbangan.
a. Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional, dan biologis
kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
b. Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi.
2. Kebiasaan hidup sehat dan kondisi
a. Tubuh, jiwa, yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan
seksualitas
b. Trauma atau stres dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan
atau fungsi kehidupan sehari-hari yang termaksuk penyakit.
c. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi, yang adekuat, dan pandangan hidup yang positif
mengontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.
3. Peran dan hubungan
a. Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat memengaruhi kualitas
hubungan seksualitas
b. Cita dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang
yang dicintai dan dipercayainya.
c. Pengalaman dalam berhubungan seksual sering kali ditentukan oleh dengan siapa
individu tersebut berhungan seksual.
4. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung seksualitas.
5. Daya nilai dan keyakinan
a. Faktor budaya, termaksud pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat
mempengaruhi individu.
b. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang indentitas prilaku seksual.
c. Buda turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual, dan hal lain
terkait dengan kegiatan seksual.
6. Agama
a. Pandangan agam tertentu yang di ajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekpresi
seksualitas seseorang.
b. Beragai bentuk ekpresi seksual yang diluar kebiasaan kebiasaan dianggap tidak wajar.
c. Untuk agama tertentu, konsep tentang keperawatan dapat di artikan sebagai secucian dan
kegiatan seksual dianggap dosa.
7. Etik
a. Seksualitas yang sehat menurut taylor, lilis dan le mone (1997) tergntung pada
terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas.
b. Apa yang di yakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain.
Penyimpangan prilaku seksual
1. Transeksualisme: rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidak wajaran seks dengan
preokupasi yang menetap (setidaknya untuk 2 tahun) dengan menyisihkan karakteristik seks
primer dan sekunder, serta memperoleh karakteristik lawan jenis.
2. Ganguan identitas jender pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa: tekanan yang kuat dan
menetap mengenai status sebagai laki-laki atau perempuan dengan keingginan yang kuat
untuk berjenis kelamin seks dan penagalan stuktur anatomis dan individu.
3. Pedofilia: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selam 6 bulan antara
raksangan dan keingginan seksual, tindakan, fantasi lain atau rangsangan lain yang
melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13 tahun kebawah
4. Ekshibisionisme: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selam 6 bulan,
antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi, atau rangsangan lain dengan
memamerkan genitelnya kepada orang asing atau orang yang belum dikenal.
5. Sadismeseksual: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung 6 bulan antara
rangsangan dan keingginan seksual, tindakan, fantasi atau rang sangan lain yang
menimbulkan kesakitan yang nyata atau stimulasi psikologis danm penderitaan fisik.
6. Masakismeseksual: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung 6 bulan,
antara rangsangan dan keinginan dan seksual, tindakan fantasi, atau rangsangan lain yang
melibatkan penghinaan, pemukulan, penggikatan, atau hal-hal lain yang sengaja dilakukan
menderita.
7. Voyerisme: terjadinya hubungan yang menertap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan,
antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi, atau rangsangan kain yang
melibatkan pengamatan terhadap ornag-orang yang telanjang, sedang menangkalkan pakaian
atau sedang melakuakn kegiatan seksual tanpa diketahui mereka.
8. Fetisisme: terjadi hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan, antara
rangsangan dan keinginan seksual, tindakan fantasi atau rangsangan lain dengan
menggunakan objek mati.
9. Fetisimetransvestik: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi, atau rangsangan lain
dengan menggunakn pakaian orang lain.
10. Frotterurisme: terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berakhir 6 bulan antara
rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi, atau rangsangan lain merbaa tanpa
persetujuan pihak lain.
11. Gangguan keinginan seksual hipoaktif: defisit yang menetap/berualng atau tidak terdapatnya
fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan seksual.
12. Gangguan keengganan seksual: keengganan yang berlebihan, menetap, dan menghindari
semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
13. Gangguan rangsangan seksual: kegagalan yang menetap dan sebagian untuk mencapai atau
mempertahnkan respn fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya kepuasan seksual
selama kegiatan seksual dilakukan.
14. Hambatan orgasme: keterlambatan yang menetap atau tindakan adanya orgasme yang
menyertai pada saat fase puncak hubungan sseksual, walaupun menurut tenaga profesional
terhadap intensitas, lama, dan fokus yang sesuai dengan individu.

You might also like