Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun oleh :
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Tressa Sugihharti G4A016116
Mengetahui,
Pembimbing
Puji serta sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas refrat ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikut
setianya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga refrat ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2
Definisi ........................................................................................ 2
Etiologi ........................................................................................ 2
Patofisiologi ................................................................................ 3
Penegakan diagnosis ................................................................... 5
Diagnosis banding ...................................................................... 14
Pemeriksaan penunjang............................................................... 14
Tatalaksana.................................................................................. 14
Komplikasi ................................................................................. 19
Prognosis ..................................................................................... 20
III. KESIMPULAN .......................................................................... 21
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer
serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada
kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan.
Ascending Reticular Activating System merupakan suatu rangkaian atau network
system yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostral yaitu diensefalon
melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut berada
diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus, hipothalamus,
thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran. Neurotransmiter yang
berperan pada ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik, monoaminergik dan
gamma aminobutyric acid (GABA) .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kesadaran adalah keadaan sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Kesadaran terdiri dari dua aspek yaitu bangun (wakefulness) dan ketanggapan
(awareness). Kesadaran membutuhkan fungsi normal dari kedua hemisfer
serebri dan ascending reticular activating system (ARAS), yang meluas dari
midpons ke hipotalamus anterior. Proyeksi neuronal berlanjut dari ARAS ke
talamus, dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan ke korteks. Pada
keadaan ini anak dapat melakukan aktivias kompleks yang sesuai dengan
usianya dan dapat berorientasi baik terhadap orang lain, tempat, waktu dan
situasi. Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan
lingkungan dan dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau
keadaan vegetatif). Gangguan pada kesadaran biasanya dimulai dengan
ketidaktanggapan terhadap diri sendiri, diikuti ketidaktanggapan terhadap
lingkungan, dan akhirnya ketidakmampuan untuk bangun (Trihono PP, et al.
2012).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua
hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika
terjadi kelainan pada kedua system ini, baik yang melibatkan system anatomi
maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran
dengan berbagai tingkatan. ARAS merupakan suatu rangkaian atau network
system yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostal yaitu
diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan
ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencepalon menuju ke
subthalamus, hypothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan
derajat kesadaran. Neurotransmitter yang berperan pada ARAS antara lain
neurotransmitter kolinergik, monoaminergik dan gamma aminobutyric acis
(GABA) (Lindsay, et al 2012).
Kesadaran ditentukan oleh interaksi kontinu antara fungsi korteks serebri
termasuk ingatan, bahasa dan kepintaran dengan ARAS yang terletak mulai
dari pertengahan bagian atas pons. ARAS menerima serabut-serabut saraf
kontralateral dari jaras-jaras sensoris melalui thalamic relay nuclei
dipancarkan secara difus ke kedua korteks serebri. ARAS bertindak sebagai
suatu off-on switch untuk menjaga korteks serebri tetap sadar (Passat J, 2006).
Kesadaran seseorang yakni ARAS yang merupakan bagian dari formasio
reticularis dan koterks serebri. Kontrol utama kesadaran terletak pada system
formasio retikularis yang memeiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengontrol derajat kewaspadaan
2. Kemampuan mengarahkan perhatian
3. Memfiltrasi informasi sensoris dan
4. Mengkoordinasi aktivitas-aktivitas otot
Sumber : Swaiman KF, et al. 2013. Swaiman’s Pediatric Neurology Principles and Practice
b. Pola napas
Kontrol pernapasan manusia diatur oleh interaksi antara batang otak dan
korteks serebri, dimana batang otak mengatur keinginan untuk bernapas
(drive), sedangkan korteks serebri mengatur pola pernapasan. Pusat
pengaturan pernapasan pada batang otak terletak di pons dan medulla
oblongata. Gangguan seperti gangguan metabolik dan hipoksia yang sifatnya
akut, biasanya masih dapat dikompensasi dengan perubahan pola pernapasan,
sehingga pola pernapasan yang abnormal dapat mencerminkan gangguan
neurologis. Penentuan lokasi kelainan berdasarkan pola napas (Setyabudhy, et
al. 2013).
Terdapat lima tipe pola pernapasan yang dapat mencerminkan lokasi
kerusakan yang terjadi di otak, yakni : pola pernapasan Cheyne-Stokes
merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan adanya dua fase, yakni fase
hiperpnea dan apnea yang secara teratur bergantian, dimana kecepatan napas
bertambah secara bertahap hingga mencapai puncaknya, kemudian berkurang
bertahap hingga apnea. Pola pernapasan ini biasanya terjadi apabila terdapat
kerusakan pada lobus frontal unilateral atau bilateral, gangguan diensefalon
berupa penyakit metabolik atau ancaman terjadinya herniasi, atau penyebab
sekunder akibat adanya gagal jantung atau pernapasan (Setyabudhy, et al.
2013).
Pola pernapasan hiperventilasi neurogen sentral merupakan pola
pernapasan hiperpnea dalam dan cepat. Pola pernapasan ini sering kali dikenal
dengan pola pernapasan kusmaul. Pola pernapasan seperti ini seringkali
disebabkan oleh adanya gangguan metabolik atau adanya lesi pada formasio
retikularis, tepatnya pada daerah midpons atau midbrain (Setyabudhy, et al.
2013).
Pola pernapasan apnea merupakan pola pernapasan dimana terhentinya
inspirasi dalam waktu yang lama atau istirahat pada saat inspirasi penuh. Pola
pernapasan apnea yang terjadi pada pasien dengan penurunan kesadaran
mengindikasikan adanya gangguan (infark) pada pons atau medula. Pola
pernapasan ini biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik dini,
dan prognosis pasien dengan pola napas apnea biasanya lebih buruk apabila
dibandingkan dengan pola pernapasan hiperventilasi neurogen sentral
(Setyabudhy, et al. 2013).
Pola pernapasan ataksik ialah pola pernapasan yang dangkal, cepat, dan
tidak teratur. Pola pernapasan seperti ini menunjukkan adanya gangguan pada
medula atau menjelang kematian. Pasien dengan pola pernapasan seperti ini
membutuhkan pertolongan sesegera mungkin, karena pola pernapasan seperti
ini memiliki prognosis paling buruk dibandingkan pasien dengan pola
pernapasan lainnya (Setyabudhy, et al. 2013).
Pola pernapasan cluster merupakan pola pernapasan yang berbentuk
kelompok, yang diselingi oleh masa istirahat yang tidak teratur. Pola
pernapasan ini menunjukkan adanya lesi pada pons bagian bawah atau bagian
atas dari medula oblongata. Pola pernapasan ini memiliki prognosis yang
lebih buruk jika dibandingkan dengan pola pernapasan apnea (Setyabudhy, et
al. 2013).
H. Komplikasi
- Edema otak
- Syok septik
- Kelainan asam basa
- Hipoksia
- Herniasi tentorial
- Sepsis
I. Prognosis
Prognosis dari penurunan kesadaran tergantung pada etiologi, lamanya
penurunan kesadaran, dan tanda-tanda klinis. Penurunan kesadaran akibat
hipoksik-iskemik memberikan prognosis yang sangat buruk, tetapi pada anak-
anak dengan ensefalopati infeksius mempunyai prognosis yang baik.
III. KESIMPULAN
Lindsay, KW dan Bone I. 2012. Coma and Impaired Conscious Level dalam
Neurology and Neurosurgery Illustrated. Churchhill Livingstone.UK.
Lumbantobing SM. 2014. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h. 13.
Sharma S, Kochar GS, Sankhyan N, et al. 2010. Approach to the Child with Coma .
In Indian J. Pediatr. 77 : 1279 – 1287.
Sherwood L.2010. Human Physiology From Cells to System. 7th ed. Canada : Brooks/cole
Cengage Learning, hal: 167 – 169.
Swaiman KF, Ashwal S, et al. 2013. Swaiman’s Pediatric Neurology Principles and
Practice. 5th ed. Vol.1. USA : Elsevier Saunders; p. 1064-1070.
Trihono PP, Windiastuti E et al. 2012. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM : Jakarta.