Professional Documents
Culture Documents
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder termasuk menurunkan angka kelainan. Aktivitas
pencegahan sekunder meliputi penemuan kasus dini, skrining dan tindakan
efektif yang cepat. Intervensi krisis merupakan suatu modalitas tindakan
pencegahan sekunder yang penting.
a. Krisis
Adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiawa yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang
dirasakanpada diri seseorang. Mekanisme koping yang yang biasa
digunakan seseorang sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman
dan orang tersebut mengalamim suatu keadaan tidak seimbang serta
penungkatan ansietas.Tujuan intervensi krisis adalah agar individu
kembali pada tingkat fungsi prekrisis.
Jenis krisis
1) Krisis maturasi, krisis maturasi merupakan masa
perkembangan atau transisi dalam kehidupan seseorang pada
saat keseimbangan psikologis sedang terganggu. Sifat dan
besarnya krisis maturasi dapat dipengaruhi oleh model peran,
sumber interpersonal yang memadai, dan kesediaan orang lain
dalam menerima peran baru.
2) Krisis situasi, terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu
menganggu keseimbangan psikologik individu atau
keseimbangan kelompok. Sebagai contoh kehilangan
pekerjaan, perceraian, kematian, masalah sekolah dan penyakit.
3) Krisis tak terduga, krisis terjadi tanppa disengaja, tidak umum
dan tidak terduga yang dapat mengakibatkan banyak
kehilangan dan perubahan lingkungan, seperti karena
kebakaran dan kebanjiran. Krisis ini tidak terjadi dalam
kehidupan tiap orang tetapi bila ini terjadi dapat mengakibatkan
stress yang hebat dan menantang semua kemampuan koping
individu.
Pengkajian
Pengkajian spesifik ini harus dilakukan:
1. Identifikasi peristiwa pemicu, termasuk kebutuhan-kebutuhan
yang terancam oleh peristiwa dan saat dimana gejala-gejala yang
tampak.
2. Identifikasi persepsi individu terhadap kejadian, termasuk tema
yang mendasari dan ingatan yang berhubungan dengan peristiwa
tersebut.
3. Identifikasi sifat dan kekuatan system pendukung individu dan
sumber koping, termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat
yang mungkin dapat menolong.
4. Identifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu, termasuk
strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan NANDA yang berhubungan dengan intervensi
krisis:
1. Penyesuaian, kerusakan
2. Ansietas
3. Koping komunitas, inefektif
4. Koping komunitas, potensial untuk ditingkatkan
5. Koping, keluarga inefektif: perlemahan
6. Koping, individu inefektif
7. Proses keluarga, perubahan
8. Ketakutan
9. Berduka, antisipatori
10. Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan
11. Pemeliharaan kesehatan, perubahan
12. Deficit pengetahuan
13. Kedekatan orang tua/bayi/anak, risiko terhadap perubahan
14. Peran asuh orangtua, perubahan
15. Respon pascatrauma
16. Sindrom trauma perkosaan
17. Gangguan harga diri
18. Isolasi sosial
19. Distress spiritual
Evaluasi
1. Apakah individu telah kembali pada tingkat kunci sebelum terjadi
krisis?
2. Apakah kebutuhan individu sebenarnya, yang telah terancam oleh
peristiwa pencetus atau yang menegangkan, telah dipenuhi?
3. Apakah perilaku maladaptive individu atau gejala telah
berkurang?
4. Apakah mekanisme koping adaptif individu telah berfungsi
kembali?
5. Apakah individu mempunyai system pendukung yang kuat untuk
diandalkan?
6. Apa yang telah dipelajari individu dari pengalaman ini yang
mungkin membantu untuk koping terhadap krisis yang akan
datang ?
3. Pencegahan tersier
Aktivitas pencegahan tertier mencoba untuk mengurangi keparahan
kelainan dan ketidakmampuan yang berkaitan.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk
kembali pada tingkat setinggi mungkin. Biasanya bertujuan untuk
mengembalikan pada tingkat fungsi yang sama atau lebih tinggi dari
tingkat fungsi ketika belum sakit.
2) Keluarga
a) Analisis struktur keluarga , termaksuk perkembangan, tahap, peran,
tanggung jawab, norma – norma, dan nilai-nilai.
b) Ekspolarasi sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
jiwa
c) Analisis iklim emosional keluarga
d) Indentifikasi dukungan social yang tersedia bagi keluarga
e) Indentifikasi pemahaman keluarga tentang masalah pasien dan
rencana asuhan.
3) Komunitas
a) Pengkajian tentang badan masyarakat yang ada dan dapat
memberikan pelayanan kepada pelayanan kepada pasien sakit jiwa
serta kelurgannya
b) Indentifikasi kesenjangan dalam layanan tersedia atau dalam
keefektifan layanan yang sudah ada.
2) Keluarga
a) Bina kemitraan dengan kelurga yang bertujuan membantu
pasien
b) Berikan keluarga informasi, rujuk mereka pada anggota tim
kesehatan lain untuk informasi lebih lanjut
c) Berikan umpan balik pada keluarga tentang keberhasilan
interaksi mereka
d) Rujuk keluarga untuk terapi kelurga , jika diperlukan
e) Rujuk kelurga pada kelompok swa bantu
f) Bantu kelurga untuk menemukan pelayanan untuk bersantai/
beristirahat
g) Berikankelurga informasi mengenai pelayanan intervensi krisis
yang tersedia.
3) Komunitas
a) Berikan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa dan dan penyakit
jiwa kepada kelompok masyrakat
b) Berperan serta dalam kelompok perlindungan terhadap
komunitas untuk menggalakkan perkembangan pelayanan
kesehatan jiwa yang komperehensif
c) Tingkatkan pengembangan jaringan kerja kolaboratif antar
kelompok komunitas yang terkait dalam pelayanan kesehatan
jiwa
d) Waspada dan terlibat dalam proses politik di tingkat local,
Negara bagian, dan nasional.
4) Evaluasi
a) Evaluasi Program
i) Evaluasi program individu termaksuk berikut ini :
- Hasil guna biaya
- Status perizinan
- Pencapain tujuan
- Hasil pasien
- Kepuasan pasien dan staf
ii) Kesaman antara kelompok program juga dapat dikaji
iii)Program mungkin di evaluasi pada tingkat system untuk
memastikan relevansinya terhadap kebutuhan komunitas dan
pendayagunaan.
b) Evaluasi Pasien
i) Kebutuhan di tingkat fungsi tiap individu pasien mungkin
berubah setiap saat
ii) kriteria evaluasi untuk tiap individu pasien harus berdasarkan
prilaku individu dan tujuan tindakan
penanggulangan.kriteriah yang sudah di indentifikasi untuk
mengevaluasi respon klien terhadap program rehabilitasi
termasuk :
keterlibatan dalam aktivitas masyarakat termasuk
program rehabilitasi
angka rawat inap residivisme
kemampuan mencari dan mempertahankan pekerjaan