You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

FAKTOR DEMOGRAFI WIRAUSAHA DAN KEBERHASILAN USAHA SKALA KECIL

1. Usia, semakin cepat memulai usaha semakin besar kemungkinan berhasil


2. Latar belakang pendidikan

Tingkat pendidikan wirausaha juga mempengaruhi keberhasilan usaha skala kecil

1. Jenis kelamin, usaha skala kecil lebih banyak didominasi oleh kaum perempuan,
terutama di Indonesia
2. Latar belakang keluarga

Konsep Keberhasilan Usaha

Konsep Keberhasilan Usaha

Definisi Keberhasilan Usaha


Menurut Suyanto (2010:179) keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh
berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha.
Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian
maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan
dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Menurut
Glancey dalam Sony Heru Priyanto (2009:73) Wirausaha yang memiliki kemampuan
mengambil keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti
peningkatan profit dan petumbuhan usaha.
Seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2011:66) bahwa “Untuk menjadi wirausaha
yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada
kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang”. Erliah
(2007:49) mengatakan bahwa “Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila
setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan,
skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan” . Menurut Sony Heru Priyanto
(2009:59) Seseorang yang memiliki kewirausahaan tinggi dan digabung dengan kemampuan
manajerial yang memadai akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya.
Selain dari laba, keberhasilan usaha dapat dilihat dari target yang dibuat oleh
pengusaha. Hal ini seperti yang terungkap oleh Dalimunthe dalam Edi Noersasongko
(2005:27) yang menyatakan bahwa kita dapat menganalisis keberhasilan usaha dengan
mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu perbandingan
nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki. Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor di atas yang
oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas
bisnis dengan lingkungannya. Kinerja usaha perlu dihubungkan dengan target perusahaan
yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha. Apapun targetnya, kinerja usaha merupakan
tolok ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.
Menurut Ina Primiana (2009:49) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha adalah
permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi”.
Algifari (2003:118) mengatakan bahwa “Keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi
proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara
ekonomis”. Moch. Kohar Mudzakar dalam Ressa Andari (2011:21) berpendapat bahwa,
“Keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang menggambarkan lebih daripada yang
lainnya yang sederajat/sekelasnya.” Henry Faizal Noor (2007:397) mengemukakan bahwa
“Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya,
suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang
melakukan bisnis”. Dwi Riyanti (2003:24) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi”. Menurut Albert
Wijaya dalam Suryana (2011:168) yang mengemukakan bahwa “Faktor yang merupakan
tujuan yang kritis dan menjadi ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah adalah
laba”. Dan keberhasilan usaha menurut Dwi Riyanti (2003:29) keberhasilan usaha yaitu
usaha kecil berhasil karena wirausaha memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif, mengikuti
perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif. Mereka juga memiliki energi
yang melimpah serta dorongan dan kemampuan asertif.
Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari
bisnis mencapai tujuannya,dimana keberhasilan tersebut didapatkan dari wirausaha yang
memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat
menerapkan secara proaktif dan hal tersebut terlihat dari usaha dari wirausaha dimana suatu
keadaan usahanya yang lebih baik dari periode sebelumnya dan menggambarkan lebih
daripada yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya, dapat dilihat dari efisiensi proses
produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara
ekonomis, target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha, permodalan, skala
usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta image perusahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha suatu industri antara
lain dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber : Tulus Tambunan (2002:14)


GAMBAR 2.1
SKEMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN USAHA
Terlihat dari skema di atas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang diantarannya yaitu; kualitas sdm, penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem
manajemen, partisipasi, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak
luar, tingkat entrepreneurship.
Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non
pemerintah. Faktor pemerintah diantarannya; kebijakan ekonomi, birokrat, politik, dan
tingkat demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio- kultur budaya
masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi perburuhan, kondisi infrastruktur, tingkat
pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.
Menurut Luk dalam Suyatno (2010:179) berkaitan dengan faktor penentu
keberhasilan usaha industri kecil ini, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan
usaha kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Begitu juga hasil
penelitian Murphy dalam sumber yang sama menemukan bahwa keberhasilan usaha kecil
disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap pelayanan dan kualitas.
Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil hasil identifikasi penelitian Luk
tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan
keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seseorang
pengusaha.
Sehingga dapat diketahui bahwa keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh
kemampuan usaha yang tercermin diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dari pengusaha. Keberhasilan suatu usaha diidentikkan dengan laba atau
penambahan material yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya keberhasilan
usaha tidak hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi keberhasilan usaha dirasakan oleh
pengusaha dapat berupa panggilan pribadi atau kepuasaan batin.
Menurut Porras et al. (2007) in Kauanui, King Sandra (2010:55-56) “Prefer to the
intrinsic factors that motivate builders and or entrepreneurs. They found that wealth, fame,
and power were not the goals or accomplishments considered most important. Money and
recognition were only secondary outcomes of passionate work and a personal calling”.
Mengacu pada faktor-faktor intrinsik yang memotivasi pembangun dan atau pengusaha.
Mereka menemukan bahwa kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan bukanlah tujuan atau
prestasi yang dianggap paling penting. Uang dan pengakuan hanya hasil kerja sekunder dari
gairah kerja dan panggilan pribadi.
Flow is Fulfilling purpose originates from deep within the individual. It is part of a
central core or essence where people have a profound sense of who they are, where they
come from, and where they are going. It provides an enormous source of energy and
direction that gives meaning to life.(Kauanui, King Sandra, 2010:54). Aliran adalah
pemenuhan tujuan yang berasal dari dalam individu. Ini adalah bagian dari inti pusat atau
esensi di mana orang-orang memiliki rasa yang mendalam siapa mereka, di mana mereka
datang dari, dan di mana mereka akan pergi. Ini menyediakan sumber energi yang sangat
besar dan arah yang memberi makna bagi kehidupan.
Characteristics of flow summary in Kauanui, King Sandra (2010:62) :
1. Clear goals and feedback ( Tujuan jelas dan umpan balik)
2. Challenge skill (Tantangan keterampilan)
3. Loss of ego (Hilangnya ego)
4. Focused concentration (Fokus konsentrasi)
5. Sense of control (Rasa kontrol)
6. Time distortion (Waktu distorsi)
7. Autotelic experience (Pengalaman autotelic)
Aliran atau flow yang ada pada diri pengusaha memberikan pengaruh atas proses
kewirausahaan yang dilakukan terutama dalam hal sikap yang dilakukan dalam mencapai
keberhasilan usaha. Terbukti dari hasil penelitian bahwa mereka para pengusaha yang
berkoneksi dengan rohani cenderung lebih menghargai peluang untuk pertumbuhan, belajar,
dan berbagi melekat dalam kepemilikan bisnis.
Dimensi Keberhasilan Usaha
Samir (2005:33) mengemukakan bahwa indikator dalam mengukur keberhasilan
usaha atau kinerja organisasi, yaitu sebagai berikut :
1. Produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di semua faktor
input (modal dan tenaga kerja).
2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme
penyesuaian, dan pengaruh terhadap perubahan status).
3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah pegawai).
Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Istilah itu
diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi perusahaan. Perkembangan
perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah karyawan, peningkatan modal, dan
lain-lain.
Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Henry Faizal
Noor (2007:397) adalah sebagai berikut :
1. (Laba/Profitability)
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan
dengan biaya.
2. Produktivitas dan Efisiensi
Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya produksi. Hal ini
akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada akhirnya menentukan besar kecilnya
pendapatan, sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian
dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan berhasil, bila dapat mengalahkan
pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan Etika Usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara
kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai
dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external. Trust
internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan
trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder
perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga
pesaing.
Indikator keberhasilan usaha menurut Dwi Riyanti (2003:28), kriteria yang cukup
signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari :
1. Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal
2. Jumlah produksi
3. Jumlah pelanggan
4. Perluasan usaha
5. Perluasan daerah pemsaran
6. Perbaikan sarana fisik dan
7. Pendapatan usaha
Adapun indikator keberhasilan usaha menurut Suryana (2003: 85) keberhasilan usaha
terdiri dari :
1. Modal
2. Pendapatan
3. Volume Penjualan
4. Output produksi
5. Tenaga Kerja
Dapat diketahui bahwa terdapat banyak pendapat dan pandangan mengenai dimensi
keberhasilan usaha. Maka dimensi yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan
pendapat Dwi Riyanti (2003:28) bahwa dimensi keberhasilan usaha yaitu diantarannya adalah
Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal, Jumlah produksi, Jumlah
pelanggan, Perluasan usaha, Perluasan daerah pemsaran, Perbaikan sarana fisik dan
Pendapatan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Benedicta Prihatin Dwi, Riyanti. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi
Kepribadian. Jakarta : Grasindo.
Edi Noersasongko. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil
Batik di Jawa Tengah. Skripsi. Malang. Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang.
Henry Faizal, Noor.( 2007). Ekonomi manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ina Primiana. (2009). Menggerakkan sektor riil UKM &industri .Bandung :Alfabeta.
Sony Heru, Priyanto. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat.
Andragogia- Jurnal PNFI, 1(1), pp. 57-82. Retrieved from
http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/11/andragogia1_4.pdf 18.
_______ 2003, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.
Suryana. 2011, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.
Suyatno Purnama, Chamdan. 2010. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam meningkatkan
Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, pp. 177-184.
Tulus Tambunan. 2002. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran: Teori dan Temuan
Empiris. Jakarta: LP3ES

Kunci keberhasilan usaha skala kecil (ukm)

Berikut adalah kesimpulan dari beberapa penelitian yang diambil dari beberapa sumber
tentang faktor penentu keberhasilan seorang wirausahawan skala kecil :

SIFAT / KEPRIBADIAN : memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik,


memiliki keinginan untuk berhasil dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berpikir positif,
memiliki komitmen dan sabar, memiliki rasa ingin tahu tinggi, kreatif, memiliki energi
melimpah.

KEMAMPUAN BERHUBUNGAN DGN ORANG LAIN: memiliki sistem jaringan kerja


yang baik, membangun dan mempertahankan hubungan positif dengan pihak pihak didalam
dan luar organisasi dengan jujur, ramah, adil kepada pelanggan, suplier dan staff, memiliki
simpati dan empati tinggi

KEMAMPUAN MEMAHAMI LINGKUNGAN BISNIS : kemampuan belajar dari pihak


pesaing, ketertarikan dan pengetahuan pada bidang usaha yang digeluti, kemauan untuk
mempelajari tentang produk dan jasa, serta pemahaman tentang persaingan dengan cara
memahami trend pasar lebih cepat dari pesaing, dan kemampuan untuk menggali niche
marketing ( ceruk pasar yang segmented),

ORIENTASI KE MASA DEPAN DAN FLEKSIBILITAS: berorientasi tujuan dengan cara


memiliki rencana bisnis tertulis, kreatif, memiliki visi dan gambaran mental dimasa depan,
dan kemampuan mengambil resiko

KESADARAN PRIBADI : mengetahui kekuatan dan kelemahan diri serta mampu menerima
kesalahan

RANGKUMAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

· Krisis ekonomi yang melanda Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina sejak
pertengahan tahun 1997 adalah harga mahal yang harus dibayar untuk model
pembangunan kapitalistik pilihan pemerintahan, yang pada dasarnya mengejar
pertumbuhan tinggi, ekspensi usaha, dan konglomerasi. Menurut Peter Timmer,
mengatakan bahwa dalam kurun waktu 1965 hingga 1990, Indonesia berada di
peringkat 6 dari 20 negara di dunia yang mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar
4,5%. Namun, pemerataan hasil-hasil pembangunan merupakan salah satu komponen
dalam Trilogi Pembangunan pemerintah Order Baru tampaknya belum tercapai.

· Salah satu penyebab kesenjangan adalah konsentrasi tinggi dari akumulasi modal yang
hanya dimiliki segelintir kalangan saja. Pertumbuhan tinggi dalam praktik tak dapat
dilepaskan dari kegiatan penimbunan keuntungan, suatu yang inheren dalam
kapitalisme. Salah satu argumen tentang penyebab krisis 1997 adalah intervensi
pemerintah dan crony capitalism yang pada gilirannya menggerogoti kepercayaan
para investor yang pada akhirnya melakukan pelarian modal ke luar negeri. Pada
praktik crony capitalism, pemerintah memberikan hak monopoli dan kemudahan-
kemudahan bisnis kepada beberapa konglomerat tertentu.

· Jelas bahwa upaya memulihkan perekonomian Indonesia pascakrisis tampaknya idak


akan mempan hanya dengan sekadar mendongkrak rupiah atau melunasi utang, tetapi
dngan meninggalkan paradigma kapitalisme klasik (dengan cita-cita pertumbuhan
tinggi dan pasar) dan memberlakukan paradigma demokrasi ekonomi yang
melibatkan seluruh komponen ekonomi, termasuk pengusaha kecil dan menengah
yang tidak mendapat tempat dan peran secukupnya dalam paradigma lama. Ditambah
lembaga-lembaga finansial domestik yang tidak transparan, korupsi di kalagan
birokrasi serta mensiensi dan biaya transaksi yang tidak jelas, kepercayaan para
investor pun hilang. Demokrasi ekonomi bisa terwujud bukan saja dengan
mendemokratisasi sistem ekonomi, melainkan menuntut pula langkah demokratisasi
sistem ekonomi. Artinya, demokrasi ekonomi harus menjadi kemauan politik
pengusaha untuk membangun institusi dasar yang adil, dimana setiap warga negara
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan usaha. Dasar ekonomi rakyat
adalah pasal 33 UUD 1945, yang berbunyi:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama dengan atas asas kekeluargaan

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kmakmuran rakyat.

· Penjelasan resmi Pasal 33 UUD 1945 ini berbunyi antara lain: “....Perekonomian
berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang!”. Bung Hatta
dalam konferensi ekonomi di Yogyakarta pada 3 Februari 1946 mengatakan ada
banyak nama untuk demokrasi ekonomi, yaitu ekonomi rakyat, ekonomi kerakyatan,
ekonomi berdimensi kerakyatan, dan demokrasi ekonomi. Adapun namanya, isinya
hanya satu, yaitu melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk rakyat kecil
ataupun pengusaha kecil dan menengah yang selama ini terpinggikan. Sjahrir
memberikan sedikitnya empat komponen yang ideal dalam ekonomi berdimensi
kerakyatan, yakni pertumbuhan tinggi, pengurangan ketidakadilan ekonomi sosial dan
kemiskinan absolut, partisipasi yang emansipatif, dan pembangunan berwawasan
lingkungan.

· Pengembangan usaha skala kecil akan memperkokoh perekonomian nasional karena


rakyat kecil diberi peran aktif dan peluang untuk tumbuh dan berkembang, misalnya
ikut mengolah hasil bumi dan lautan. Pengembangan sistem ekonomi yang member
peluang bagi usaha-usaha kecil untuk berkiprah dalam perekonomian nasional akan
mendorong tumbuhnya perekonomian berbasis wirausaha, yang selanjutnya akan
mendorong munculnya usaha-usaha baru.

· Usaha kecil dapat digunakan sebagai penggerak utama dalam mempercepat pemulihan
perekonomian Indonesia. Berhasil tidak usaha kecil sangat bergantung pada para
wirausaha, sebagai pemilik dan pengelola usaha kecil. Dengan demikian, keberhasilan
usaha yang dikelolapara wirausaha akan meningkatkan kemajuan ekonomi dan
memperkecil jumlah pengangguran.

· Apa kunci keberhasilan usaha?

Sebagian besar usaha kecil yang survive, menurut penelitian The Asian Foundation &
Akatiga pada usaha-usaha skala kecil di Indonesia adalah usaha kecil yang
menggunakan bahan baku lokal atau yang berhasil mengganti bahan baku impor
dengan bahan baku lokal. Penelitian Cunningham di Singapura, menunjukkan bahwa
keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian, seperti keinginan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya
diri dan berpikir positif, komitmen, dan sabar. Temuan serupa juga dicatat oleh
peneliti lain. Plotkin menyebut sifat kreatif dan rasa ingin tahu, mengikuti
perkembangan teknologi dan asertif. Penelitian Mc Ber & Co di AS menemukan
bahwa wirausaha yang berhasil memiliki sifat proaktif, berorientasi prestasi dan
komitmen dengan pihak lain. Meng & Liang mencatat bahwa kemampuan hubungan
manusia merupakan membangun hubungan positif dengan pihak lain, baik dalam
maupun di luar organisasi, sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha.

· Faktor demografi dari wirausaha, yaitu usia, pengalaman, dan pendidikan merupakan
faktor-faktor yang melekat pada diri wirausaha dan akan dilihat pengaruhnya pada
keberhasilan usaha. Pengalaman berusaha bisa diperoleh dari bimbingan sejak kecil
yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi wirausaha, atau dari pengalaman
bekerja pada suatu organisasi entrepreneurial. Pendidikan memberi kontribusi yang
signifikan terhadap keberhasilan usaha, karena member bekal pengetahuan yang
dibutuhkan, lebih-lebih ketika wirausaha menemui masalah di tengah jalan. Sifat
kepribadian yang paling banyak dibahas oleh para ahli dalam kaitan dengan
wirausaha adalah sifat kreatif dan inovatif. Sering orang menyamakan kreativitas dan
inovasi, padahal keduanya memiliki pengertian berbeda. Kreativitas berarti
menghasilkan suatu yang baru. Kreativitas lebih menekankan kemampuan, bukan
kegiatan. Jadi, orang disebut kreatif jika dia memiliki ide/gagasan yang baru tanpa
harus merealisasikan gagasannya itu. Inovasi adalah proses melakukan sesuatu yang
baru itu. Suatu gagasan baru memiliki nilai bila gagasan tersebut dapat dapat
diterapkan pada suatu produk, proses atau jasa. Oleh karena itu, inovasi berarti
transformasi dari gagasan kreatif pada aplikasinya yang bermanfaat. Kreativitas
merupakan prasyarat untuk inovasi. Berdasarkan penelitian The Small Business
Advocate bulan Mei 1994 atas jenis inovasi dan peran yang dimainkan oleh bisnis-
bisnis kecil, ditemukan empat jenis inovasi pada bisnis kecil, yaitu inovasi produksi,
inivasi jasa/pelayanan, inovasi proses, dan inovasi manajemen. Oleh Ambile (1997)
keempat jenis inovasi seperti itu disebut dengan kreativitas entrepreneurial. Keempat
jenis inovasi ini juga digunakan oleh Higgins (1994) sebagai konstruk teoretis dalam
mengembangkan suatu instrument yang mengukur inovasi organisasi yang kemudian
dikenal dengan nama IQ.

· Sifat “kebaruan” pada inovasi wirausaha ini mengantar kita kepada teori adpsi-inovasi
dari Kirton dan teori inovasi organisasi dari Higgins. Teori adapsi-inovasi Kirton
memandang inovasi dari perspektif kepribadian individu, sebaliknya inovasi
organisasi dari Higgins memendang inovasi dari perspektif organisasi. Kirton (1989)
berpendapat bahwa individu-individu berbeda secara sistematis dalam kecenderungan
gaya kreatif, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

· Ada 3 elemen yang menyebabkan perbedaan dalam gaya kreatif seseorang, yaitu
keaslian, efisiensi, dan penyesuaian dengan kelompok. Ketiga dimensi tersebut
membentuk individu menjadi seorang adaptor atau innovator. Seorang adaptor
mempunyai cirri-ciri: memiliki sedikit gagasan baru dan mengevaluasi secara hati-
hati gagasan itu untuk diterapkan pada masalah yang dihadapi. Sebaliknya, seorang
innovator suka menghasilkan banyak gagasan baru dan kurang peduli akan
relevansinya dengan masalah yang dihadapi. Ciri lain seorang adaptor adalah suka
akan efisiensi jangka pendek, mementingkan detail penerapan dan manajemen
gagasan baru. Adaptor menyukai consensus dan suka menyesuaikan diri dengan
peraturan atau kelompok. Sebaliknya seorang innovator lebih suka efektivitas jangka
panjang sehingga ada kesan mereka tidak suka efisiensi, dan suka melanggar
peraturan. Adaptor sudah merasa puas dengan perbaikan-perbaikan kecil, sebaliknya
innovator baru puas bila dapat melakukan perubahan kuantum (perubahan yang
mengubah sistem).

· Eisner menyebutkan dua macam kreativitas di bidang kesenian, yaitu meperluas batas,
memperoleh sesuatu dengan mengolah apa yang sudah ada, serta menembus batas,
dan bukan sekadar mempertahankannya. Drucker menyebutkan dua macam
pemecahan masalah dalam konteks organisasional, yaitu berbuat lebih baik, artinya
menerima kerangka lama dan berbuat beda, artinya menyimpang dari pola yang
berlaku.

· Teori adapsi-inovasi dari Kirton menjelaskan gaya kognitif individu merupakan


konstruk kepribadian. Pendapat diatas diperkuat oleh Guilford dan Kogan mengatakan
bahwa sebagai struktur interpersonal yang menjadi perantara stimulus dan respons
dalam menghasilkan karakteristik tipe perilaku, gaya kognitif sangat berkaitan dengan
sifat-sifat kepribadian. Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat
merupakan factor penting dalam keberhasilan wirausaha. Analisis teiretis terhadap
aspek-aspek sifat pada wirausaha yang dilakukan oleh Sukardi mengidentifikasi
Sembilan sifat unggul pada wirausaha, yaitu instrumental, prestatif, keluwesan
bergaul, kerja jeras, keyakinan diri, swakendali, inovatif, dan mandiri. Penelitian-
penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa gaya berpikir kognitif berkaitan
dengan pengukuran-pengukuran lain dari kepribadian. Menurut Minner, ada empat
tipe kepribadian wirausaha yang harus mengikuti jalan karier yang berbeda agar
mencapai sukses dalam usaha, yaitu:

1. The personel achiever, yang akan sukses bila mengikuti achieving routes

2. The supersalesperson, yang akan berhasil bila banyak menghabiskan waktunya


untuk menjual dan minta orang lain mengelola bisnisnya

3. The real manager, yang akan berhasil bila memulai usaha baru

4. The expert idea generation, yang akan berhasil bila terlibat dalam bisnis
teknologi tinggi.

· Tipe lain dari kepribadian yang juga dikaitkan dengan keberhasilan dikemukakan oleh
Stoltz. Menurut Stoltz, keberhasilan dapat berarti seberapa jauh orang bergerak ke
depan dan menanjak, mengalami kemajuan misinya sepanjang hidup, menyingkirkan
semua hambatan atau bentuk-bentuk kemalangan lainnya. Stoltz membagi individu
dalam tiga tipe, yaitu:

1. Individu tipe climber, memiliki ketahanan yang tinggi dalam menghadapi


rintangan

2. Individu tipe champer, adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu dan
berhenti karena ia sudah merasa puas dengan apa yang sudah dicapai

3. Individu tipe quiter, adalah orang yang mudah menyerah bila menghadapi
kegagalan.

· Menurut Rogers&Shoemaker, keinovasian seseorang berkaitan dengan adapsi-inovasi.


Artinya, semakin inovatif sifat seseorang semakin dia terbuka dan menerima inovasi.
Higgins menciptakan satu instrumen yang disebut Innovation Quotient berdasarkan
konsep 7-S yang dapat digunakan untuk mengukur inovasi produksi, inovasi proses,
inovasi marketing, dan inovasi manajemen.

Konsep 7-S yaitu strategy(strategi), structure (struktur), system (sistem), style


leadership (gaya kepemimpinan), staff (karyawan), shared value (nilai bersama =
budaya perusahaan), dan skill (keterampilan). Gaya kognitif dari Kirton ini juga
relevan bila dikaitkan dengan inovasi organisasi, karena teori adapsi-inovasi berkaitan
dengan inovasi khusus.

· Faktor yang dianggap mendukung terjadinya inovasi pada suatu perusahaan adalah
adanya proses organisasi pembelajaran. Proses pembelajara mencerminkan adanya
kemauan untk menanggapi perubahan. Dengan demikian, akan selalu terjadi proses
saling belajar. Tanpa adanya proses organisasi pembelajaran, sulit bagi suatu usaha
untuk bertahan apalagi berkembang. Selain faktor organisasi pembelajaran, peran
tenaga kerja yang bekerja di usaha-usaha kecil tidak diabaikan bagi terciptanya
inovasi organisasi. Oleh sebab itu, hubungan yang baik antara atasan dan rekan kerja
juga perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap terciptanya inovasi organisasi dan
pada akhirnya berdampak pada keberhasilan usaha.
· Dalam penelitian ini pengaruhnya relasi atasan dengan bawahan, karisma atasan, dan
relasi karyawan dengan rekan kerja. Karena ada berbagai konsep yang akan ditelaah
secara bersamaaan, pendekaatan interaksionis yang dikembangkan oleh Schoenfeldt
& Jansen akan digunakan sebagai acuan dalam menyususn suatu model tentang
keberhasilan usaha. Inti pendekatan interaksionis adalah perilaku bisa dijelaskan
dalam lintas tingkat individu, kelompok, dan organisasi. Yang menjadi pertanyaan
adalah apakah perilaku inovatif, inovasi organisasi, dan deografi wirausaha
merupakan variabel yang mendukung keberhasilan usaha. Akhirnya, siapa saja yang
melakukan penelitian wirausaha di Indonesia harus menyadari bahwa praktik
berwirausaha di Indonesia belum tentu sejalan dengan konsep teoretis yang ada.
Hoftede (1982) mengidentifikasi empat ciri menonjol dari budaya Asia, termasuk
Indonesia, yakni power distance yang tinggi, uncertamty avoidance yang rendah,
collectivism yang tinggi, serta feminincy. Dalam suatu kebudayaan yang mengandung
keempat ciri tersebut, upaya untuk menimbulkan perilaku berwirausaha yang inovatif,
akan menghadapi sejumlah kendala, antara lain rendahnya tingkat kreativitas,
rendahnya kepemimpinan, lemahnya manajemen, dan manajemen yang tidak
berorientasi sumber daya manusia.

· Yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah:

Faktor apa saja yang menentukan keberhasilan usaha?

· Bagaimanakah jalur saling pengaruh antarvariabel perilaku inovatif wirausaha, variabel


manajemen inovasi, variabel umur, variabel pernah tidaknya terlibat pengelolaan
usaha sejenis, dan variabel tingkat pendidikan terhadap keberhasilan usaha?

Model seperti apakah yang akhirnya terciptanya dari variabel-variabel yang terbukti
memberi pengaruh yang signifikan pada keberhasilan usaha?

Apakah ada perbedaan dalam hal kelompok usia wirausaha, kelompok tingkat
keterlibatan mengelola usaha, dan kelompok tingkat pendidikan wirausaha pada
variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini?
Apakah ada perbedaan dalam hal kelompok orientasi pasar, strata berdasar omzet,
jumlah karyawan, dan lokasi usaha pada variabel-variabel yang diuji dalam penelitian
ini?

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang memberi sumbangan bermakna pada perilaku
inovatif wirausaha, inovasi organisasi, dan keberhasilan usaha skala kecil di
Indonesia.

2. Mengetahui jalur salingpengaruh antar variabel perilaku inovatif wirausaha, variabel


maajemen inovasi, variabel umur, variabel pernah tidaknya terlibat pengelolaan usaha
sejenis, dan variabel tingkat pendidikan terhadap keberhasilan usaha.

3. Menguji model teoretis tentang keberhasilan usaha serta beberapa modifikasinya


seperti yang diuraikan di dalam penelitian ini.

4. Megetahui apakah ada perbedaan faktor demografi, perilaku inovatif, inovasi


organisasi, dan keberhasilan usaha pada kelompok wirausaha yang berbeda usia,
kelompok wirausaha yang berbeda tingkat keterlibatan me ngelola usaha, dan
kelompok wirausaha yang berbeda tingkat pendidikan.

5. Mengetahui apakah ada perbedaan faktor demogafi, perilaku inovatif, inovasi


organisasi, dan keberhasilan usaha pada kelompok usaha yang berbeda dalam hal
strata berdasar omzet, kelompok usaha yang berbeda dalam hal jumlah karyawan, dan
kelompok usaha yang berbeda dalam hal lokasi usaha.

Definisi Keberhasilan Usaha

Menurut Suyatno (2010;179) keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi


oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari
setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diar
tikan sebagai tingkat
keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja
keuangan dan image perusahaan. Menurut Glancey dalam Sony Heru Priyanto
(2009:73) Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang superiornakan
dapat meningkatkan perfomansi usaha seperti peningkatan profit dan pertumbuhan usaha.
Menurut Ina Primiana (2009:49) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha
adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya
tujuan organisasi. Sedangkan menurut Algifari (2003:118) ia berpendapat bahwa
keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan
berdasarkan efisiensi secara ekonomis. Pendapat lain diungkapkan oleh Moch.Kohar
Mudzakar dalam Ressa Andari (2011:21b) , “ Keberhasilan usaha adalah sesuatukeadaanyang
menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang
sederajat/sekelasnya. Henry Faizal Noor (2007:397) mengemukakan bahwa
Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya, suatu
bisnis dikatan berhasil bila mendapatkan laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang
melakukanbisnis.
Menurut AlbertWijaya dalam Suryana(2011:168) yang mengemukakan bahwa faktor
yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan
adalah laba.
Menurut Tulus Tambunan (2002:14) faktor
faktor yang mampengaruhi keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas sdm,
penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya
bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat entrepreneurship..
Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non pemerintah.
Faktor pemerintah diantaranya, kebijakan ekonomi, birokrat, politik, dan tingkat demokrasi.
Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio kultur budaya masyarakat, sistem
perburuhan dan konsidisi perburuhan, kondisi
infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.
Menurut Suyatno (2010:179) berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan
usaha industri kecil ini, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan usaha
kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Begitu juga hasil
penelitian Murphy dalam sumber yang sama menemukan bahwa keberhasilan usaha kecil
disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap pelayanan dankualitas.
Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil hasil identifikasi penelitian Luch
tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan
keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seseorang
pengusaha.
Sehingga dapat diketahui bahwa keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh
kemampuan usaha yang tercermin diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dari pengusaha. Keberhasilan suatu usaha diidentikkan dengan laba
ataupenambahan material yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya keberhasilan
usaha tidak hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi keberhasilan usaha dirasakan oleh
pengusaha dapat berupa panggilan pribadi atau kepuasaan batin.

Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi KeberhasilanUsaha

biasamembaca.blogspot.co.id
/2016/03/faktor-faktor-yang-dapat-mempengaruhi.html
a. Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research (dalam Zimmerer
& Scarborough;1998) menemukan 69% siswa menengah atas ingin mulai menjalankan usaha
mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.
b. Usia
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington, usia saat seseorang memulai
usahasendiri adalah sebagai berikut (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis
bervariasi. Ronstandt(dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai
usahanya antara usia 25-30 tahun.Sementara Staw (1991), mengungkapkan bahwa umumnya pria
memulai usaha sendiri ketika berumur 30 tahundan wanita pada usia 35 tahun. Hurlock
(1991)berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiringdengan perkembangan
manusia. Setiap kelompok manusia memiliki cirri-ciri khas bila dikaitkan
denganperkembangan karier.Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock adalah sebagai
berikut: 1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa awal sangat terkait
dengan tugasperkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang
masuk dalam masadewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu memilih bidang pekerjaan
yang cocok dalam bakat, minatdan factor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang
dewasa muda yang bingung dengan pilihankariernya, situasi seperti ini bisa juga terjadi
dalam wirausaha. Hurlock (1991) menyebut masa dewasaawal itu coba-coba untuk berkarier. Itulah
sebabnya usia bisa berpengaruh pada tinggi rendahnyaprestasi kerja mereka.2. Usia dewasa madya
(usia 40 tahun sampai 60 tahun), masa dewasa madya bercirikan keberhasilandalam
pekerjaan. Prestasi puncak padausia ini juga bisa berlaku bagi wirausaha.3. Usia dewasa
akhir (usia di atas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan kariernyaatau
berhenti sama sekali.Mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja
danmencurahkanperhatian pada kehidupan spiritual dan sosial. Pendapat Hurlock senada dengan
pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan.Bedanya,Hurlock menekankan pada
kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnyapengalaman. Menurut Staw (1991),
usia bisa terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanyaseseorang menjadi wirausaha.
Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usiamemang
terkait dengan keberhasilan.

c. Pengalaman
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan usaha merupakan predictor
terbaik bagikeberhasilan, terutama bila bisnis baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis
sebelumya. Menurut Hisrich &Brush (dalam Staw, 1991) wirausaha yang memiliki usaha
maju saat ini bukanlah usaha pertama kali yangdimiliki. Pengalaman mengelola usaha bisa
diperoleh sejak kecil karena pengasuhan yang diberikan oleh orangtua yang berprofesi
sebagai wirausaha. Dan hasilnya disajikan dalam tabel berikut:
Pekerjaan Orang Tua Wirausaha
Brockhaus (1982) mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausaha cenderung memiliki
ayah
1/3

wirausaha.Brockhaus & Nord (1979) menemukan bahwa 31 wirausaha wanita dan pria St
Louis memiliki ayahwirausaha.Cooper & Dunkelberg (1984) mencatat bahwa 47.5% dari
1394 wirausaha mempunyai orang tua yangmemiliki bisnis sendiri.Jacobowitz & Vidler
(1983) menemukan bahwa 72% wirausaha Negara Atlantik memiliki orang tua atausaudara
wirausaha.Shapero & Sokol (1982) mencatat bahwa 50% sampai 58% pendiri perusahaan di
Amerika Serikatmemiliki ayah wirausaha.Menurut Staw (1991) ada bukti kuat bahwa
wirausaha memiliki orang tua yang bekerja mandiri atau berbasissebagai wirausaha. Menurut
Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil adalah mereka yangdibesarkan
oleh orang tua yang juga wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas dalam
usaha.Haswell et al.(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan
utama kegagalan usahaadalah kurangnya kemampuan manajerial dan pengalaman.Wood
(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) jugamenyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah
salah satu penyebab kegagalan usaha.Dari pendapat dan penemuan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pengalaman dalam mengelola usahamemberi pengaruh pada keberhasilan
usaha skala kecil. Dengan demikian, tingkat keterlibatan seseorangdalam suatu kegiatan
usaha bisa menjadi tolak ukur pengalam dalm berusaha.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha. Dalam penelitiannya
terhadap sejumlahwirausaha, Bowen & Robert (dalam Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang
tingkat pendidikanwirausaha,dan hasilnya table di bawah ini.Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut
Bowen & RobertBerdasarkan hasil rangkuman di atas ,dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan rata-rata wirausaha adalahpendidikan menengah atas. Menurut penelitian Kim
(dalam Meng & Liang,1996)pada para wirausaha diSingapura, bahwa wirausaha yang
berhasil memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada wirausaha yang
2/3
kurang berhasil. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan salahsatu factor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil,dengan asumsi
bahwa pendidikan yang lebih baikakan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam
mengelola usaha.Itulah penjelasan tentang Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan
Usaha semoga bermanfaat.Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Usaha2016-03-
16T12:00:00+07:00 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Reka Andika
3/3

You might also like