You are on page 1of 11

Diare pada Balita

William Tanujaya
102013438 / FF45
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat
Email : William.2013438@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesda) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi diare klinis di Indonesia adalah
9 %.. Dampak utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan
cairan yang disebut dehidrasi. Apabila tidak mendapatkan pertolongan, dengan segera akan
timbul penderitaan yang lebih berat hingga meninggal. Beberapa penelitian FKUI (2002)
melaporkan sebanyak 40% berkurangnya masukan makanan/minuman pada kejadian diare
disebabkan karena kebiasaan yang salah dari orang tua karena yaitu menghentikan semua jenis
makanan/ minuman selama anak diare, dengan maksud mengistirahatkan usus sehingga diare
akan berkurang bahkan berhenti. Upaya penurunan angka diare perlu dilakukan dengan
memanfaatkan semua sumber daya khususnya unsur manusia meliputi upaya penemuan dan
pengobatan secara dini, salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Salah satu faktor
penyebab bayi diare adalah kurangnya pengetahuan ibu terhadap penanganan diare. Hubungan
peran pengetahuan orang tua sangatlah penting dalam menangani kasus diare pada anak
dengan tepat dan cepat. Pada umumnya masyarakat kita menganggap remeh penyakit ini,
sehingga sering kali penanganan penderita yang terlambat dan berakibat fatal, hal ini
diakibatkan oleh karena penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum
dilaksanakan oleh masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat
memperparah kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Masih rendahnya
pengetahuan masyarakat dalam penanganan awal diare tersebut berdampak buruk bagi anak.
Bahkan ada beberapa keluarga yang tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan Oralit selain
dari bidan setempat. Peran kader sangat penting untuk mensosialisasikan bagaimana cara
penanganan diare pada balita di rumah secara khusus. Sehingga berdasarkan uraian latar
belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan
ibu tentang penanganan diare pada balita dirumah sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan.

1
Puskesmas: PKL Kelapa Dua
Alamat : Jl Sasak III, Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juli 2016

Identitas Pasien
1. Nama : Dinda Livia Ramadhani
2. Umur : 3 tahun
3. Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta, 31 Juli 2013
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Pekerjaan : -
6. Pendidikan : -
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl Komp DPR Kelapa Dua No 4 RT 6 / RW 8
9. Handphone : 085691295580 (Ayah)
10. Nama Ayah : Hardi Afiantoro
11. Nama Ibu : Rosinah
Keluhan
1. Keluhan utama : Buang-buang air encer
2. Riwayat penyakit sekarang : sudah 3 hari, BAB encer, 3-4x sehari, warnakuning
campur air, tidak haus, ada panas
3. Riwayat penyakit dahulu : 1 tahun 2 bulan lalu pernah dirawat selama 1 minggu
di rumah sakit akibat diare, setelah itu sembuh
4. Riwayat pengobatan : Sudah diberikan Oralit, Paracetamol, Zync
5. Riwayat penyakit keluarga : Nenek Hipertensi
6. Riwayat kebiasaan sosial : sering berteman di komplek, olahraga berenang 1 bulan
1x, rekreasi kalau liburan.
Psikologis keluarga
1. Riwayat biologi keluarga : semuanya masih ada nenek dan kakek
2. Keadaan kesehatan sekarang : baik
3. Kebersihan perorangan : sedang
4. Penyakit yang sedang di derita : -
5. Penyakit keturunan : Nenek hipertensi
6. Penyakit kronis menular : -
7. Kecacatan anggota keluarga : -

2
8. Pola makan : baik dan sering memasak makanannya sendiri
9. Pola istirahat : baik
10. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut : 6 orang
11. Kebiasaan buruk : Bapak merokok
12. Pengambilan keputusan : Keluarga
13. Ketergantungan obat : -
14. Tempat mencari kesehatan : dokter di kemayoran dan puskesmas kelapa dua
15. Pola rekreasi : sedang

Keadaan Rumah (berisiko rendah)


1. Jenis Bangunan : Permanen
2. Lantai rumah : keramik
3. Luas rumah : 700m2
4. Penerangan : baik
5. Kebersihan : sedang
6. Ventilasi : baik
7. Dapur : ada
8. Jamban keluarga : ada
9. Sumber air minum : membeli air gallon
10. Sumber pencemaran air : tidak
11. Pemanfaatan perkarangan : ada cuma sedikit
12. Sistem pembuangan air limbah : tidak
13. Tempat pembuangan sampah : ada
14. Sanitasi lingkungan : sedang

Spiritual keluarga
1. Kegiatan beribadah : baik
2. Keyakinan tentang kesehatan : cukup
Keadaan sosial keluarga
1. Tingkat pendidikan : sedang (rata-rata lulusan SMA dan SMK)
2. Hubungan antar anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan orang lain : baik
4. Kegiatan organisasi social : baik
5. Keadaan ekonomi : sedang

3
Kultural keluarga
1. Adat yang berpengaruh : -
2. Lain-lain : -

Daftar anggota keluarga

No Nama Peran di keluarga Umur Pekerjaan Agama Keadaan kesehatan


1 Ibu Ida Nenek 73 - Islam Hipertensi
2 Rudi Anak bu Ida ke-1 50 Pegawai Islam Sehat
3 Hardi Menantu / Bapak / Suami 35 Pegawai Islam Sehat
4 Rosinah Anak bu Ida ke-4 / Ibu / 36 Ibu rumah Islam Sehat
Istri tangga
5 Dio Anak ke-1 Hardi dan 7 - Islam Sehat
Rosinah
6 Dinda Anak ke-2 Hardi dan 3 - Islam Sehat
Rosinah

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sakit Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda Vital:
- Frekuensi Nadi :-
- Tekanan Darah :-
- Frekuensi Napas : 20 kali/menit
- Suhu : 370C
d. Data Antropometi
₋ Berat Badan : 10 kg
₋ Tinggi Badan : 90 cm
₋ Lingkar Kepala : -
₋ Lingkar Dada :-
₋ Lingkar Lengan Atas : -

4
1. Diagnosa Penyakit : Diare akut
2. Diagnosa Keluarga : Sehat
3. Anjuran Penatalaksaan Penyakit:
a. Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
diare, komplikasi penyakit yaitu dehidrasi, dan memberitahu penggunaan oabt
oralit sehingga diare yang diderita anaknya cepat sembuh. Menghimbau agar
keluarga dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat,dan sesering mungkin membersihkan lingkungan sekitarnya.
b. Preventif : Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan keluarga sering
ke puskesmas atau mengikuti penyuluhan mengenai penyakit anak juga imunisasi
c. Kuratif : Terapi Medikamentosa :
1. Obat diare : Oralit
Zync 200 mg
Terapi Non-Medikamentosa:
1. Banyak makan yang bergizi , sehat dan bersih
2. Menjalankan pola hidup sehat (olah raga dan jaga kebersihan
sekitar)
d. Rehabilitatif: Anaknya sering di cek ke puskesmas dan imunisasi
4. Prognosis
1. Penyakit : baik
2. Keluarga : baik
3. Masyarakat : baik

5
Definisi
Diare adalah defekasi / buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam .
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/ tidak disertai lender ataupun darah. Diare akut yaitu diare
yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology
Organisation global guidelines 2005 diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair /
lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.1
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya ada
beberapa kriteria yang dianjurkan beberapa pakar dalam mengenai batasan kronikpada kasus
diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Akan tetapi di Indonesia
dipilih waktu lebih dari 15 hari, agar dokter tidak lengah, dan dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare yang lebih tepat.
Daire jenis lainnya ada juga yang namanya diare persisten yaitu diare yang
berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan dari akut ke
kronik) dan biasanya istilah ini lebih banyak di pakai di luar negeri yang batasan diare kronik
itu lebih dari 30 hari. Daire infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non-
infektif bila tidak ditemukan infeksi pada kasus tersebut. Diare organik adalah bila ditemukan
penyebab anatomic, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional apabila tidak
ditemukannya penyebab organik.2,3

Etiologi
Lebih dari 20 virus, bakteri dan parasit enteropatogen dapat menyebabkan diare.
Penyebab lainnya yang telah diketahui adalah obat-obatan, alegi makanan, gangguan absorbsi
dan pencernaan, defisiensi vitamin atau tertelan logam berat. Virus yang dihubungkan dengan
gastroenteritis pada bayi adalah rotavirus, kalisvirus, adenovirus enterik, astrovirus, dan
anggota virus Norwalk. Rotavirus merupakan penyebab diare yang paling sering selama
musism dingin. Rotavirus menginvasi epitel usus kecil bagian atas; pada kasus yang berat
dapat meluas ke seluruh usus kecil dan kolon.4
Untuk diare yang disebabkan oleh bakteri, penyebab terseringnya ialah E. Coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter jejuni, Yersinia enterocolitica, Clostridium difficile. E.
Coli, hanya strain E.coli tertentu yang menyebabkan diare yaitu strain: enteropatogenik
(EPEC), enterotoksigenik (ETEC), enteroinvasif (EIEC), enteroadheren (EAEC), dan
enterohemoragik (EHEC). Salmonella ditularkan melalui kontak dengan binatang yang

6
terinfeksi (ayam, reptil peliharaan atau kura-kura) atau dari produk makanan yang
terkontaminasi. Organisme ini menimbulkan penyakit dengan menginvasi mukosa usus.4
Shigella dapat menyebabkan penyakit dengan menghasilkan toksin, baik hanya toksin
atau kombinasi dengan invasi jaringan. C. Jejuni menyebar melalui kontak orang ke orang dan
melalui makanan yang terkontaminasi. Yersinia enterocolitica menyebabkan lesi akut pada
ileum terminal atau limfadenitis mesenterika akut. Clostridium difficile merupakan penyebab
lazim diare akibat-antibiotik. Parasit yang menyebabkan diare antara lain Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium. Entamoeba histolytica menginvasi kolon,
walaupun dapat melewati dinding usus dang menginvasi hati, paru, dan otak. G. Lamblia
melekat pada mirovilli epitel duodenum dan yeyunum. Cryptosporodium menyebabkan diare
pada bayi yang imunokompeten yang mendatangi tempat penitipan anak.4

Epidemiologi
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortilitas pada
anak di seluruh dunia, menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
tahun. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare setiap tahub, pada 16,5 juta anak sebelum
usia 5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta kunjungan dokter, 220.000 penginapan di rumah sakit,
924.000 hari rumah sakit, dan 400-500 kematian.4
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan bahwa
penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan
pneumonia (23,8%). Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun 2000- 2010 didapatkan angka
kesakitan diare balita Tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan maupun pola
penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1000, sedikit
menurun di tahun 2003 (1.100 per 1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330 per 1000),
dan di tahun 2010 angka morbiditas kembali menurun (1.310 per 1000). Dilihat dari distribusi
umur balita penderita diare di tahun 2010 didapatkan proporsi terbesar adalah kelompok
umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok
umur 54-59 bulan yaitu 2,06%.4

Patofisiologi
Terdapat enam mekanisme yang menjelaskan patofisiologi diare (Tabel. ). Lebih dari
satu mekanisme dapat timbul pada waktu yang sama. Diare dapat bersifat sekretorik, osmotik,
atau malabsorptif bergantung pada dasar patofisiologis yang menyebabkan gangguan

7
homeostatis cairan usus. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi nutrien atau elektrolit
yang kurang diserap yang menahan air di lumen. Diare sekretorik terjadi jika terdapat
secretagogues yang mempertahankan transpor cairan keluar sel epitel yang deras menuju lumen
saluran cerna. Diare malabsorbtif terjadi jika kemampuan usus mencerna atau menyerap
nutrien tertentu terganggu dan dapat disebabkan oleh gangguan motilitas, gangguan
pencernaan, maupun gangguan penyerapan.5
Sejumlah proses penyakit secara langsung mengenai fungsi sekretori dan absorbsi
enterosit. Beberapa dari proses ini bekerja melalui peningkatan kadar adenosin monofosfat
siklik (cAMP) (Vibrio cholera, Escherichia coli, heat-labile toxin, vasoactive intestinal
peptide-producing tumors) ; proses lain (toksin shigella, congenital chloridorrhea)
menyebabkan diare sekretorik dengan memengaruhi saluran ion atau dengan mekanisme yang
belum diketahui. Aktivasi produksi cAMP intestinal menyebabkan diare sekretorik dengan
menghambat absorbsi natrium klorida mukosa bebas dan merangsang sekresi klorida mukosa.
Stimulasi guanosin monofosfat siklik oleh heat-stabile toxin E.coli menghasilkan pengaruh
yang sama. Reseksi intestinal, peradangan, dan infeksi mengurangi luas permukaan mukosa,
yang mengganggu proses pencernaan dan absorpsi. Gangguan motilitas usus mengurangi
waktu kontak dengan mukosa, menurunkan proses pencernaan dan absorpsi.

Klasifikasi diare
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: lama waktu diare (akut yang berlangsung
kurang dari 15 hari atau kronik yang sudah berlangsung lebih dari 15 hari), mekanisme
patofisiologinya (osmotic atau sekretorik dll), berat ringannya diare, penyebab infeksi atau
tidak (infektif atau non-infektif), penyebab organik atau bukan (organik atau fungsional)5

Faktor Risiko
1. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan Vibrio
cholerae.
2. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada
anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
3. Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita.

8
4. Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara,
misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama
seperti pada penderita AIDS. Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena
kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. Secara proporsional,
diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

Evaluasi pasien diare


1. Menilai pola hidup pasien dan keluarga apakah ada factor-faktor risiko yang
menyebabkan diare tersebut sehingga bisa terjadi.
2. Mencari penyebab terjadinya diare berdasarkan klasifikasi diatas
3. Menentukan berat ringannya diare tersebut, apakah sudah timbul gejala dehidrasi
atau tidak.

Pencegahan
Pengobatan penyakit diare sangat efektif dalam mencegah kematian, tetapi tidak memiliki
dampak pada insidensi diare. Staf kesehatan yang bekerja di fasilitas perawatan dapat
mengedukasi anggota keluarga dan memotivasi mereka tentang langkah-langkah pencegahan.
Ibu dari anak-anak yang dirawat karena diare cenderung sangat menerima pesan-pesan
tersebut. Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
a) Pemberian ASI
Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi harus mendapatkan ASI eksklusif. Ini
berarti bahwa bayi yang sehat harus diberi ASI dan tidak boleh menerima makanan
atau cairan lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman, susu hewan atau formula. Bayi
dengan ASI eksklusi f sangat keci l kemungkinannya untuk mendapatkan diare atau
meninggal karena diare daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI atau ASI sebagian.
Menyusui juga melindungi bayi terhadap risiko alergi pada awal kehidupan,
memberikan jarak dan perlindungan terhadap infeksi selain diare (misalnya
pneumonia). Menyusui harus terus diberikan sampai minimal 2 tahun. Cara terbaik
untuk praktek adalah dengan meletakkan bayi ke payudara segera setelah lahir dan
tidak memberikan cairan lain
b) Memperbaiki cara mempersiapkan makanan

9
Makanan pelengkap biasanya harus dimulai ketika anak berusia 6 bulan. Hal
ini dapat dimulai setiap saat setelah berusia 4 bulan. Namun, jika anak tidak tumbuh
memuaskan. Memberikan makanan yang baik, memilih makanan bergizi dan
menggunakan cara yang higienis ketika mempersiapkan makanan. Pilihan makanan
pelengkap akan tergantung pola diet lokal dan pertanian, serta pada kepercayaan dan
praktek-praktek yang ada. Selain ASI (atau susu hewan), makanan lunak (seperti sereal)
harus diberikan. Bila mungkin, telur, daging , ikan dan buah-buahan harus diberikan
juga. Makanan lain, seperti kacang-kacangan matang dan sayuran harus diberikan,
terutama yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10 ml / porsi)
c) Penggunaan air bersih
Risiko diare dapat dikurangi dengan menggunakan air bersih yang tersedia dan
melindunginya dari kontaminasi. Keluarga harus mengumpulkan air dari sumber
terbersih yang tersedia. Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumbernya.
WC harus ditempatkan lebih jauh 10 meter dan menuruni bukit. Jauhkan binatang dari
sumber air. Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih;
kosongkan dan bilas wadah setiap hari, menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup
dan tidak membiarkan anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat tersebut,
mengambil air menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar tangan tidak
menyentuh air. Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman
untuk anak-anak
d) Cuci tangan
Semua agen penyebab diare dapat ditularkan melalui tangan yang telah
terkontaminasi oleh feses. Risiko diare secara substansial berkurang jika anggota
keluarga melakukan praktek cuci tangan dengan benar. Semua anggota keluarga harus
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, setelah membersihkan anak
yang buang air besar, setelah membuang feses anak, sebelum menyiapkan makanan,
dan sebelum makan. Cuci tangan yang baik memerlukan penggunaan sabun dan air
yang cukup untuk mencuci tangan dengan bersih.
e) Kebersihan makanan
Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada semua tahapan
produksi dan persiapan, termasuk: selama masa pertumbuhan bahan makanan (dengan
menggunakan pupuk hewani), di tempat-tempat umum seperti pasar, selama persiapan
di rumah atau di restoran, dan setelah terus disiapkan tanpa didinginkan. Masing-
masing praktek-praktek keselamatan makanan juga harus ditekankan. Jangan makan

10
makanan mentah, kecuali buah-buahan dan sayuran yang dikupas dan dimakan
langsung. Masak makanan sampai matang, jauhkan makanan yang dimasak dan
peralatan bersih secara terpisah dari makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi
terkontaminasi.
f) Penggunaan jamban dan pembuangan kotoran
Lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap penyebaran
penyebab diare. Karena patogen yang menyebabkan diare diekskresikan ke dalam
kotoran orang yang terinfeksi atau hewan, pembuangan kotoran yang tepat dapat
memotong penyebaran infeksi. Feses dapat mencemari air tempat anak-anak bermain,
tempat mencuci pakaian, dan tempat sumber air untuk pemakaian keperluan rumah
tangga. Setiap keluarga harus mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi dengan
baik. Jika tidak tersedia, keluarga harus buang air besar di tempat yang ditunjuk dan
menguburkan kotoran segera. Kotoran anak-anak cenderung mengandung patogen
diare, kotoran tersebut harus dikumpulkan segera setelah buang air besar dan dibuang
di jamban atau dikubur.

Daftar Pustaka

1. Jonathan G. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga


Medical Series;2008. h.176-7.
2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. h.182,188.
3. Corwim EJ. Buku saku patofisiologi. Ed-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h. 111-3.
4. Simadibrata K Marcellus, Daldiyono. Ilmu Penyakit Dalam : Diare Akut. Edisi VI.
Jakarta; 2014. Hal 1899-1908
5. McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju kedokteran klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h.209-13.
6. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Letures notes: Kedokteran klinis. Ed-6. Jakarta:
Penerbit Erlangga Medical Series;2007.h.342-4.

11

You might also like