Professional Documents
Culture Documents
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan (Nursaid 2013).
Data World Health Organitation (WHO) dalam (Arian, 2014) luka bakar menyebabkan
195.000 kematian/tahun hingga tahun 2013 diseluruh dunia terutama dinegara miskin
dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata
menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena
luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan
kematian diseluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia
Tenggara.
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari
berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar
pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih
pada anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan korek api pada usia
anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki, penggunaan obat bius,
alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada
angka statistik tersebut (Hermana, 2014).
Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa/tahun
meninggal akibat luka bakar hingga 2012. Dikarenakan jumlah anak–anak dan lansia
cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak–anak dan lansia untuk
menghindari terjadinya kebakaran. Maka, usia anak–anak dan lansia menyumbang
angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia hingga tahun.
(Arian, 2014).
Prevalensi penderita luka bakar di Provinsi Aceh tidak diketahui secara pasti namun pada
sebuah Rumah Sakit ternama di Provinsi Aceh, RSUD Zainal Abidin Banda Aceh pada
tahun 2012 terdapat 71% penderita dengan luka bakar yang berjenis kelamin laki-laki
sedangkan pada perempuan hanya 28,6%, persentase tersebut menunjukkan bahwa pria
lebih banyak menderita luka bakar bila dibandingkan dengan wanita, hasil penelitian
yang didapatkan data bahwa pasien luka bakar yang disebabkan oleh api sebesar 57,1%
dan yang disebabkan oleh tegangan listrik 42,9%. (Medina 2012).
Peran perawat sebagai Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif diharapkan mampu
melakukan perawatan pada klien luka bakar baik biologis maupun psikis klien, dan salah
satu fungsi perawat sebagai konselor diharapkan mampu membantu permasalahan klien.
Perawat dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada klien kearah pemecahan
masalah. Dukungan perawat diharapkan akan dapat meningkatkan rasa percaya diri
pada klien, sehingga klien mampu menerima keadaan tubuhnya sesuai dengan kondisi
yang terjadi (Arian, 2014).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah
(Wijaya, 2013. Hal. 108).
Sedangkan menurut Grace (2006, Hal. 87) Luka bakar merupakan respon kulit dan
jaringan subkutan terhadap trauma suhu / termal, luka bakar dengan ketebalan parsial
merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian
dari epitel.
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Luka bakar adalah
kerusakan pada kulit yang sering disebabkan oleh panas dan bisa sangat menyakitkan
hingga mengakibatkan gejala seperti kulit memerah, kulit mengelupas, luka melepuh,
kulit hangus, pembengkakan
2 Etiologi
Menurut Wijaya (2013. Hal. 108) penyebab terjadinya luka bakar adalah sebagai berikut
:
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan insiden tertinggi
pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukan benda konduktif kedalam
colokan listrik dan menggigil atau menghisap kabel listrik yang tersambung. Terjadi dari
tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan
jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan
tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.
3)Luka bakar kimia
Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahn radioaktif dosis tinggi.
Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan kehilangan dan
kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan jaringan kulit. Kerusakan
sekunder kulit oleh panas dapat berupa gangguan sensasi kulit, penurunan kemampuan
untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan dan mengendalikan suhu tubuh,
gangguan membran sel yang menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium,
natrium, dan ion lainnya.
Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang signifikan dan
menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler, sehingga jaringan akan
mengalami edema pada tahap berikutnya. Lambat laun, kebocoran cairan ini dapat
menyebabkan kehilanga volume darah dan kehilangan plasma yang signifikan, memuat
darah lebih pekat dan memperburuk aliran darah ke organ seperti ginjal dan saluran
pencernaan. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera, maka dapat menyebabkan
gagal ginjal.
Kebanyaakan luka bakar superficial akan sembuh tanpa masalah. Luka bakar sederhana
dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka bakar yang kompleks harus
ditangani secara komprehensif dan memerlukan tenaga spesialis melalui pendekatan
multidisiplin yang terampil demi hasil klinis yang memuaskan (Suriadi, 2015, hal. 146).
4 Tanda dan Gejala
Menurut Majid (2013, hal 35) Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah
jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar :
1) Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang pal;ing ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah
yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bulat
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya luka bakar, yaitu dengan
menghitung seberapa luas luka bakar tersebut. Beberapa ahli membuat suatu metode
untuk menentukan luasnya luka bakar. Beberapa metode yang digunakan untuk
menentukan luas luka bakar diantaranya adalah metode rule of nine. Ukuran luka bakar
dapat ditentukan dengan menggunakan metode tersebut. Untuk mengetahui ukuran luka
bakar ditentukan dengan menghitung prosestase dari permukaan tubuh yang terkena
luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan
pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
Rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
Kepala : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai masing-masing 18% : 36%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Sedangkan rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada anak – anak yaitu :
Kepala dan leher : 18%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai masing-masing 13,5% : 27%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
5 Penatalaksanaan
Pertolongan Perama
Pertolongan pertama bisa dilakukan untuk mengobati luka bakar ringan. Hal ini
dilakukan agar kerusakan kulit yang terjadi tidak bertambah. Berikut ini adalah
beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan:
Obat penghilang rasa sakit. Luka bakar terkadang bisa sangat menyakitkan. Terkadang
morfin diperlukan untuk mengatasi rasa sakit yang terjadi.
Perawatan berbasis air. Dokter mungkin akan melakukan terapi ultasound kabut air untuk
merangsang dan membersihkan jaringan yang rusak.
Antibiotik. Jika terjadi infeksi akibat luka bakar yang diderita, antibiotik mungkin
diperlukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Antibiotik bisa diberikan melalui infus.
Perban, yang berfungsi menciptakan kondisi lembap untuk mencegah infeksi dan
membantu penyembuhan luka bakar.
Cairan infus. Dokter biasanya akan memberikan cairan infus secara berkelanjutan pada
pasien dengan luka bakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan juga
kegagalan fungsi organ tubuh manusia.
Krim dan salep luka bakar. Ini akan mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi,
menjaga kelembapan luka, dan mengurangi nyeri.
Suntikan tetanus. Suntikan ini mungkin akan disarankan dokter sebagai langkah
pencegahan.
Berikut ini adalah langkah pembedahan dan prosedur lain untuk menangani luka bakar,
yaitu:
Membuang koreng di sekitar luka bakar, agar tidak menghambat aliran darah.
Selang makanan, masuk melewati hidung ke perut untuk menyalurkan nutrisi ke tubuh
penderita.
Pencangkokan kulit¸pada bagian yang terbakar dengan menggunakan kulit dari bagian
tubuh lain atau kulit dari mayat atau babi.
Operasi plastik. Dokter bedah plastik bisa memperbaiki penampilan kulit yang terbakar.
Persendian yang terbakar hingga tidak berfungsi sempurna juga bisa ditingkatkan fleksibilitasnya
oleh dokter bedah.
Alat bantu pernapasan. Jika wajah atau leher yang terbakar, tenggorokan beresiko
mengalami pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernapas. Dokter akan memasukkan
selang pernapasan untuk mengalirkan oksigen ke paru-paru.
Setelah operasi luka bakar, sebaiknya Anda menghindari sinar matahari langsung
mengenai luka bakar yang terjadi. Pajanan langsung sinar matahari terhadap luka bakar
bisa mengakibatkan kulit melepuh.
Penatalaksanaan pada pasien luka bakar menurut Grace, (2007, hal. 87) ialah sebagai
berikut :
1. Mulai resusitasi, buat jalur intra vena, berikan O2
2. Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari Wallace)
3. Luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak.
4. Pantau nadi, tekanan darah, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat intra
vena dan pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis
tetanus.
5. Berikan cairan intra vena berdasarkan formula muir-barclay : % luka bakar x berat
badan dalam kg/2 = satu aliquot cairan.
6. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6, 12 jam
dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan koloid, albumin atau
plasma.
7. Terapi terbuka – bersihkan luka bakar dan biarkan terpapar pada lingkungan khusus
yang bersih.
8. Debridement eskar dan skin graft.
6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan luka bakar menurut Wijaya (2013, hal. 115)
adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap; Hematokrit meningkat karena hemokonsentrasi. Penurunan
hematokrit karena kerusakan endothelium
2. Peningkatan sel darah putih, karena kehilangan sel pada sisi luka dan respon
peradangan.
3. Analisa gas darah; Penurunan PO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi penurunan
fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi.
4. Karboksihemoglobin, > 75%, indikasi keracunan CO (karbon monoksida)
5. Elektrolit serum
Peningkatan kalium diawali karena cedera jaringan kerusakan eritrosit dan penurunan
fungsi ginjal.
1. Peningkatan BUN
2. Peningkatan Natrium
3. Peningkatan Klorida
7 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan luka bakar menurut Wijaya (2013,
hal. 118) antara lain; Curling Ulcer / dekubitus, Sepsis, Pneumonia, Gagal Ginjal Akut,
Deformitas, Kontraktur dan hipertrofi jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat kelebihan beban cairan
atau sindrom gawat panas akut (ARDs, acute respiratory disters syndrome) yang menyertai
sepsis gram negatif. Sindrom ini di akibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran
cairan kedalam ruang interstisial paru.
Jangan pernah meninggalkan kompor yang menyala tanpa dijaga dan jauhkan cairan
panas dari jangkauan anak-anak.
Gunakan pelindung tangan ketika memasak dan mengambil makanan dari oven.
Gunakan alat setrika di meja yang tinggi dan jangan lupa mematikan alat setrika ketika
sudah selesai menggunakannya.
Periksa suhu air hangat sebelum digunakan untuk memandikan bayi karena kulit mereka
lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang dewasa.
Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
Jauhkan bahan kimia, korek api, lilin, atau bahan yang mudah terbakar lainnya dari
jangkauan anak-anak.
Siapkan alat pemadam api darurat di rumah.
1. Identitas pasien: Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun
dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih
rentan terkena infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang meliputi : sumber kecelakaan, sumber panas atau
penyebab yang berbahaya, gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi,
faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, oabt-obatan. Keadaan luka fisik
disekitar luka bakar, peristiwa yang terjadi saat luka sampai ke rumah sakit. Beberapa
keadaan lain yang memperberat luka bakar.
3. Riwayat kesehatan dahulu : penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai
penyakti yang merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan
pernapasan).
4. Pemeriksaan fisik dan psikososial
5. Aktivitas/istirahat : Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
7. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
8. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
10. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik
pada aliran saraf).
11. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
12. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas
dalam (ronkhi).
1. Pantau:
Penampilan luka bakar
(area luka bakar, sisi
donor dan status balutan
di atas sisi tandur bial
tandur kulit dilakukan)
setiap 8 jam. Pantau: 2. Pembersihan dan
Suhu setiap 4 jam. pelepasan jaringan nekrotik
Pantau: Jumlah makanan meningkatkan
yang dikonsumsi setiap pembentukan granulasi.
kali makan.
2. Bersihkan area
Resiko infeksi
luka bakar setiap hari dan 3. Antimikroba
berhubungan dengan
lepaskan jaringan topikal membantu
Pertahanan primer
nekrotik (debridemen) mencegah infeksi.
tidak adekuat;
sesuai indikasi. Mengikuti prinsip aseptik
kerusakan
perlinduingan kulit; 3. Lepaskan krim melindungi pasien dari
jaringan traumatik. lama dari luka sebelum infeksi. Kulit yang gundul
Pertahanan sekunder pemberian krim baru. menjadi media yang baik
tidak adekuat; Gunakan sarung tangan untuk kultur pertumbuhan
penurunan Hb, steril dan beriakn krim baketri
penekanan respons antibiotika topikal yang
inflamasi. diresepkan pada area luka
bakar dengan ujung jari.
Tujuan : Pasien Berikan krim secara 4. Ahli diet adalah
bebas dari infeksi. menyeluruh di atas luka. spesialis nutrisi yang dapat
Kriteria 4. Mulai rujukan mengevaluasi paling baik
evaluasi: tak ada pada ahli diet, beriakn status nutrisi pasien dan
demam, protein tinggi, diet tinggi merencanakan diet untuk
pembentukan kalori. Berikan suplemen emmenuhi kebuuthan
jaringan granulasi nutrisi seperti ensure atau nutrisi penderita. Nutrisi
baik. sustacal dengan atau adekuat memabntu
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
antara makan bila penyembuhan luka dan
masukan makanan kurang memenuhi kebutuhan
dari 50%. Anjurkan NPT energi.
atau makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
5. Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan atau
penyimapngan dari hasil
yang diharapkan.
1. Berikan anlgesik
narkotik yang diresepkan
prn dan sedikitnya 30
menit sebelum prosedur
perawatan luka. Evaluasi
keefektifannya. Anjurkan
analgesik IV bila luka
bakar luas.Pertahankan
pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan
dan berikan selimut
ekstra untuk memberikan
kehangatan.
2. Berikan ayunan di
Nyeri berhubungan
atas tempat tidur bila
dengan Kerusakan
diperlukan.
kulit/jaringan;
pembentukan edema,
2. Menururnkan neyri
manifulasi jaringan
dengan mempertahankan
cidera.
berat badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap luka
Tujuan :Pasien
dan menuurnkan
dapat
3. Bantu dengan pemajanan ujung saraf
mendemonstrasikan
pengubahan posisi setiap pada aliran udara.
hilang dari
ketidaknyamanan. 2 jam bila diperlukan. 3. Menghilangkan
Kriteria Dapatkan bantuan tekanan pada tonjolan
Hasil:menyangkal tambahan sesuai tulang dependen.
nyeri, melaporkan kebutuhan, khususnya Dukungan adekuat pada
perasaan nyaman, bila pasien tak dapat luka bakar selama gerakan
ekspresi wajah dan membantu membalikkan membantu meinimalkan
postur tubuh rileks. badan sendiri. ketidaknyamanan.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
4. Analgesik
narkotik diperlukan utnuk
memblok jaras nyeri
dengan nyeri berat. Panas
dan air hilang melalui
jaringan luka bakar,
menyebabkan hipoetrmia.
Tindakan eksternal ini
membantu menghemat
kehilangan panas.
1. Pantau status
neurovaskular dari
ekstermitas setaip 2
jam.Pertahankan
ekstermitas bengkak
ditinggikan.
2. Beritahu dokter
dengan segera bila terjadi
nadi berkurang, pengisian
kapiler buruk, atau
penurunan sensasi.
Resiko tinggi
Siapkan untuk
kerusakan perfusi
pembedahan eskarotomi
jaringan
sesuai pesanan.
berhubungan dengan
luka bakar 3. Mengidentifikasi
melingkari indikasi-indikasi
ekstremitas atau luka kemajuan atau
bakar listrik dalam. penyimpangan dari hasil
yang
diharapkan.Meningkatkan
Tujuan : Pasien aliran balik vena dan
menunjukkan menurunkan
sirkulasi tetap pembengkakan.
adekuat. 4. Temuan-temuan
Kriteria ini menandakan
Hasil: warna kulit keruskana sirkualsi distal.
normal, menyangkal Dokter dapat mengkaji
kebas dan tekanan jaringan untuk
kesemutan, nadi emnentukan kebutuhan
perifer dapat diraba. terhadap intervensi 5.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
1. Kaji/catat ukuran,
warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan 1. Memberikan
nekrotik dan kondisi informasi dasar tentang
sekitar luka.Lakukan kebutuhan penanaman kulit
perawatan luka bakar dan kemungkinan petunjuk
yang tepat dan tindakan tentang sirkulasi pada aera
kontrol infeksi. graft.Menyiapkan jaringan
untuk penanaman dan
menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.
2. Pertahankan 2. Kain
penutupan luka sesuai nilon/membran silikon
indikasi. mengandung kolagen
porcine peptida yang
melekat pada permukaan
luka sampai lepasnya atau
mengelupas secara spontan
kulit repitelisasi.
3. Menurunkan
pembengkakan /membatasi
resiko pemisahan graft.
3. Tinggikan area Gerakan jaringan dibawah
Kerusakan integritas graft dapat mengubah
graft bila mungkin/tepat.
kulit berhubungan posisi yang mempengaruhi
Pertahankan posisi yang
destruksi lapisan penyembuhan optimal.
diinginkan dan
kulit.
imobilisasi area bila 4. Area mungkin
diindikasikan. ditutupi oleh bahan dengan
permukaan tembus
Tujuan
pandang tak reaktif.
:Memumjukkan
regenerasi jaringan. 5. Kulit graft baru dan
Kriteria sisi donor yang sembuh
hasil:Mencapai 4. Pertahankan memerlukan perawatan
penyembuhan tepat balutan diatas area graft khusus untuk
waktu pada area luka baru dan/atau sisi donor mempertahankan
bakar. sesuai indikasi. kelenturan.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
5. Cuci sisi dengan
sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam
sehari, setelah balutan
dilepas
1. Kaji dan
dokumentasikan respons
verbal dan non verbal
pasien tentang tubuhnya.
2. Kaji harapan
pasien tentang gambaran
tubuh.
3. Dengarkan pasien
dan keluarga secara aktif,
dan akui realitas adanya
perhatian terhadap
Gangguan citra perawatan, kemajuan dan
tubuh (penampilan prognosis.
peran) berhubungan 4. Berikan
dengan krisis, perawatan dengan cara
kecacatan dan nyeri. yang tidak menghakimi,
jaga privasi dan martabat
pasien.
Tujuan : pasien
5. Faktor yang
memiliki persepsi
mengidentifikasikan
yang positif terhadap
adanya gangguan
penampilan dan
persepsi pada citra tubuh.
fungsi tubuh.
6. Mungkin realita
Kriteria Hasil : saat ini berbeda dengan 4. Menciptakan
pasien melaporkan yang diharapkan pasien suasana saling percaya,
kepuasan terhadap sehingga pasien tidak meningkatkan harga diri
penampilan dan menyukai keadaan dan perasaan berarti dalam
fungsi tubuh. fisiknya. diri pasien
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
7. meningkatkan
perasaan berarti,
memudahkan saran
koping, mengurangi
kecemasan.