You are on page 1of 20

A.

LATAR BELAKANG LUKA BAKAR


Luka Bakar Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang terjadi akibat paparan
panas, karena terbakar api, Luka Bakar semburan air panas, atau karena paparan zat
kimia asam basa, akibat paparan matahari dalam waktu yang lama, atau bahkan bisa juga
terjadi karena akibat tegangan listrik. Kadang dapat mengenai jaringan yang lebih dalam
seperti otot, tulang dan pembuluh darah. Luka bakar dapat ditangani dengan pertolongan
pertama. Kejadian luka bakar cukup sering dan jika tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan terjadinya jaringan parut pada kulit. Dapat berakibat kecacatan dan
gangguan fungsi anggota tubuh (Dewi, 2013).

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan (Nursaid 2013).

Data World Health Organitation (WHO) dalam (Arian, 2014) luka bakar menyebabkan
195.000 kematian/tahun hingga tahun 2013 diseluruh dunia terutama dinegara miskin
dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata
menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena
luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan
kematian diseluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia
Tenggara.

The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari
berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar
pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih
pada anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan korek api pada usia
anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki, penggunaan obat bius,
alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada
angka statistik tersebut (Hermana, 2014).

Diperkirakan sebesar 2 juta penduduk Amerika memerlukan pertolongan medik setiap


tahunnya yang disebabkan karena luka bakar 70.000 diantaranya dirawat di rumah saki
dengan luka yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat
kecelakaan pada semua kelompok umur laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka
bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia di atas 70 tahun.
Sedangkan di Indonesia masih merupakan problem yang berat, perawatan dan
rehabilitasnya masih sulit sehingga memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal,
tenaga terlatih dan terampil mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat
dialami pasien (Firmansyah, 2014).

Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa/tahun
meninggal akibat luka bakar hingga 2012. Dikarenakan jumlah anak–anak dan lansia
cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak–anak dan lansia untuk
menghindari terjadinya kebakaran. Maka, usia anak–anak dan lansia menyumbang
angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia hingga tahun.
(Arian, 2014).

Prevalensi penderita luka bakar di Provinsi Aceh tidak diketahui secara pasti namun pada
sebuah Rumah Sakit ternama di Provinsi Aceh, RSUD Zainal Abidin Banda Aceh pada
tahun 2012 terdapat 71% penderita dengan luka bakar yang berjenis kelamin laki-laki
sedangkan pada perempuan hanya 28,6%, persentase tersebut menunjukkan bahwa pria
lebih banyak menderita luka bakar bila dibandingkan dengan wanita, hasil penelitian
yang didapatkan data bahwa pasien luka bakar yang disebabkan oleh api sebesar 57,1%
dan yang disebabkan oleh tegangan listrik 42,9%. (Medina 2012).

Peran perawat sebagai Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif diharapkan mampu
melakukan perawatan pada klien luka bakar baik biologis maupun psikis klien, dan salah
satu fungsi perawat sebagai konselor diharapkan mampu membantu permasalahan klien.
Perawat dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada klien kearah pemecahan
masalah. Dukungan perawat diharapkan akan dapat meningkatkan rasa percaya diri
pada klien, sehingga klien mampu menerima keadaan tubuhnya sesuai dengan kondisi
yang terjadi (Arian, 2014).

B. Konsep Luka Bakar


1 Pengertian Luka Bakar
Luka adalah keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang diakibatkan oleh trauma
mekanik, operasi, ischemia/vasculer dan tekanan akibat terjadinya trauma pada kulit
beserta struktur dibawahnya (Ekaputra, 20013, hal 7).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah
(Wijaya, 2013. Hal. 108).

Sedangkan menurut Grace (2006, Hal. 87) Luka bakar merupakan respon kulit dan
jaringan subkutan terhadap trauma suhu / termal, luka bakar dengan ketebalan parsial
merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian
dari epitel.

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Luka bakar adalah
kerusakan pada kulit yang sering disebabkan oleh panas dan bisa sangat menyakitkan
hingga mengakibatkan gejala seperti kulit memerah, kulit mengelupas, luka melepuh,
kulit hangus, pembengkakan

2 Etiologi
Menurut Wijaya (2013. Hal. 108) penyebab terjadinya luka bakar adalah sebagai berikut
:

1) Luka bakar termal


Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas, luka bakar
api berhubungan dengan asap /cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran
api).
2) Luka bakar listrik

Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan insiden tertinggi
pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukan benda konduktif kedalam
colokan listrik dan menggigil atau menghisap kabel listrik yang tersambung. Terjadi dari
tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan
jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan
tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.
3)Luka bakar kimia

Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahn radioaktif dosis tinggi.

3 Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar yang hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar superficial
atau luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke beberapa lapisan lebih
jauh, maka disebut luka bakar dengan ketebalan parsial atau luka bakar tingkat
dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau cedera maluas keseluruh
lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat tiga. Seangkan luka bakar derajat empat
melibatkan cedera pada jaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang.

Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan kehilangan dan
kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan jaringan kulit. Kerusakan
sekunder kulit oleh panas dapat berupa gangguan sensasi kulit, penurunan kemampuan
untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan dan mengendalikan suhu tubuh,
gangguan membran sel yang menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium,
natrium, dan ion lainnya.

Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang signifikan dan
menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler, sehingga jaringan akan
mengalami edema pada tahap berikutnya. Lambat laun, kebocoran cairan ini dapat
menyebabkan kehilanga volume darah dan kehilangan plasma yang signifikan, memuat
darah lebih pekat dan memperburuk aliran darah ke organ seperti ginjal dan saluran
pencernaan. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera, maka dapat menyebabkan
gagal ginjal.

Kebanyaakan luka bakar superficial akan sembuh tanpa masalah. Luka bakar sederhana
dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka bakar yang kompleks harus
ditangani secara komprehensif dan memerlukan tenaga spesialis melalui pendekatan
multidisiplin yang terampil demi hasil klinis yang memuaskan (Suriadi, 2015, hal. 146).
4 Tanda dan Gejala
Menurut Majid (2013, hal 35) Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah
jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar :
1) Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang pal;ing ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah
yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bulat

2) Luka bakar derajat 2


Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yan jernih. Jika disentuh warnanya berubah
menjadi putih terasa nyeri.

3) Luka bakar derajat 3


Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan
lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah
yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang
terbakar melepuh dan rambut/bulu ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika
disentuh, tida timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan
akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kahilangan sejumlah besar cairan karena
perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah rendah sehingga
darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sedikit.

Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya luka bakar, yaitu dengan
menghitung seberapa luas luka bakar tersebut. Beberapa ahli membuat suatu metode
untuk menentukan luasnya luka bakar. Beberapa metode yang digunakan untuk
menentukan luas luka bakar diantaranya adalah metode rule of nine. Ukuran luka bakar
dapat ditentukan dengan menggunakan metode tersebut. Untuk mengetahui ukuran luka
bakar ditentukan dengan menghitung prosestase dari permukaan tubuh yang terkena
luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan
pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.

Rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
 Kepala : 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai masing-masing 18% : 36%
 Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Sedangkan rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada anak – anak yaitu :
 Kepala dan leher : 18%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai masing-masing 13,5% : 27%
 Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

5 Penatalaksanaan
Pertolongan Perama
Pertolongan pertama bisa dilakukan untuk mengobati luka bakar ringan. Hal ini
dilakukan agar kerusakan kulit yang terjadi tidak bertambah. Berikut ini adalah
beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan:

 Menghentikan proses terbakar secepat mungkin.


 Mendinginkan luka dengan air biasa selama 20-30 menit; jangan menggunakan es atau
air dingin.
 Menyingkirkan pakaian atau aksesoris yang menutupi luka bakar.
 Membersihkan dan menutup luka bakar dengan plastik bening yang bersih atau perban.
 Mengonsumsi obat pereda rasa sakit seperti parasetamol.
 Jauhkan luka bakar dari paparan sinar matahari langsung.
Jika terjadi melepuh pada kulit akibat luka bakar, hindari upaya untuk memecahnya
sendiri karena berisiko membuat luka terinfeksi.
Terdapat beberapa kondisi lain yang juga membutuhkan pertolongan medis secepatnya,
jika:

 Luka bakar yang terjadi luas atau dalam.


 Luka bakar yang disebabkan bahan kimia dan listrik.
 Luka bakar dalam yang terjadi pada wajah, tangan, lengan, kaki, telapak kaki, alat
kelamin, bokong dan persendian.
 Luka bakar berukuran apa pun yang menyebabkan kulit menjadi putih atau hangus.
Kelompok yang rentan yaitu wanita hamil, lansia, balita, penderita cedera lain yang
membutuhkan penanganan, orang yang tubuhnya akan mengalami syok, penderita
gangguan sistem kekebalan tubuh dan penderita penyakit kronis seperti diabetes juga
sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika mengalami luka bakar.
Bagi yang mengalami luka bakar karena panas matahari, waspadai terhadap terjadinya
sengatan panas. Sengatan panas yang tidak diatasi dengan cepat bisa merusak otak,
jantung, dan ginjal. Jika penanganan ditunda, kondisi akan memburuk dengan cepat
dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Jika mencurigai terjadi kelelahan karena panas matahari, segera pindahkan penderita
ke tempat teduh. Pastikan minum banyak air untuk menghindari dehidrasi, dan
longgarkan pakaian mereka. Penderita disarankan untuk menyiram tubuh dengan air
dingin untuk menurunkan suhu pada bagian kulit yang terbakar. Penderita seharusnya
segera membaik. Jika tidak segera membaik, segera bawa ke rumah sakit terdekat
sebelum mereka mengalami sengatan panas.
Pengobatan di Rumah Sakit
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Berikut ini
adalah beberapa langkah pengobatan yang dilakukan dalam menangani luka bakar:

 Obat penghilang rasa sakit. Luka bakar terkadang bisa sangat menyakitkan. Terkadang
morfin diperlukan untuk mengatasi rasa sakit yang terjadi.
 Perawatan berbasis air. Dokter mungkin akan melakukan terapi ultasound kabut air untuk
merangsang dan membersihkan jaringan yang rusak.
 Antibiotik. Jika terjadi infeksi akibat luka bakar yang diderita, antibiotik mungkin
diperlukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Antibiotik bisa diberikan melalui infus.
 Perban, yang berfungsi menciptakan kondisi lembap untuk mencegah infeksi dan
membantu penyembuhan luka bakar.
 Cairan infus. Dokter biasanya akan memberikan cairan infus secara berkelanjutan pada
pasien dengan luka bakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan juga
kegagalan fungsi organ tubuh manusia.
 Krim dan salep luka bakar. Ini akan mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi,
menjaga kelembapan luka, dan mengurangi nyeri.
 Suntikan tetanus. Suntikan ini mungkin akan disarankan dokter sebagai langkah
pencegahan.
Berikut ini adalah langkah pembedahan dan prosedur lain untuk menangani luka bakar,
yaitu:

 Membuang koreng di sekitar luka bakar, agar tidak menghambat aliran darah.
 Selang makanan, masuk melewati hidung ke perut untuk menyalurkan nutrisi ke tubuh
penderita.
 Pencangkokan kulit¸pada bagian yang terbakar dengan menggunakan kulit dari bagian
tubuh lain atau kulit dari mayat atau babi.
 Operasi plastik. Dokter bedah plastik bisa memperbaiki penampilan kulit yang terbakar.
Persendian yang terbakar hingga tidak berfungsi sempurna juga bisa ditingkatkan fleksibilitasnya
oleh dokter bedah.
 Alat bantu pernapasan. Jika wajah atau leher yang terbakar, tenggorokan beresiko
mengalami pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernapas. Dokter akan memasukkan
selang pernapasan untuk mengalirkan oksigen ke paru-paru.
Setelah operasi luka bakar, sebaiknya Anda menghindari sinar matahari langsung
mengenai luka bakar yang terjadi. Pajanan langsung sinar matahari terhadap luka bakar
bisa mengakibatkan kulit melepuh.
Penatalaksanaan pada pasien luka bakar menurut Grace, (2007, hal. 87) ialah sebagai
berikut :
1. Mulai resusitasi, buat jalur intra vena, berikan O2
2. Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari Wallace)
3. Luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak.
4. Pantau nadi, tekanan darah, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat intra
vena dan pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis
tetanus.
5. Berikan cairan intra vena berdasarkan formula muir-barclay : % luka bakar x berat
badan dalam kg/2 = satu aliquot cairan.
6. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6, 12 jam
dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan koloid, albumin atau
plasma.
7. Terapi terbuka – bersihkan luka bakar dan biarkan terpapar pada lingkungan khusus
yang bersih.
8. Debridement eskar dan skin graft.

6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan luka bakar menurut Wijaya (2013, hal. 115)
adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap; Hematokrit meningkat karena hemokonsentrasi. Penurunan
hematokrit karena kerusakan endothelium
2. Peningkatan sel darah putih, karena kehilangan sel pada sisi luka dan respon
peradangan.
3. Analisa gas darah; Penurunan PO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi penurunan
fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi.
4. Karboksihemoglobin, > 75%, indikasi keracunan CO (karbon monoksida)
5. Elektrolit serum
Peningkatan kalium diawali karena cedera jaringan kerusakan eritrosit dan penurunan
fungsi ginjal.
1. Peningkatan BUN
2. Peningkatan Natrium
3. Peningkatan Klorida

7 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan luka bakar menurut Wijaya (2013,
hal. 118) antara lain; Curling Ulcer / dekubitus, Sepsis, Pneumonia, Gagal Ginjal Akut,
Deformitas, Kontraktur dan hipertrofi jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat kelebihan beban cairan
atau sindrom gawat panas akut (ARDs, acute respiratory disters syndrome) yang menyertai
sepsis gram negatif. Sindrom ini di akibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran
cairan kedalam ruang interstisial paru.

8 Pencegahan Luka Bakar


Luka bakar bisa dihindari tergantung kepada penanganan di tempat yang berbeda-beda.
Selalu pertimbangkan keamanan lingkungan dan keselamatan orang-orang di
sekitarnya. Waspadailah benda-benda yang berpotensi melukai mereka yang tidak
menyadari keberadaannya.
Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya luka bakar:

 Jangan pernah meninggalkan kompor yang menyala tanpa dijaga dan jauhkan cairan
panas dari jangkauan anak-anak.
 Gunakan pelindung tangan ketika memasak dan mengambil makanan dari oven.
 Gunakan alat setrika di meja yang tinggi dan jangan lupa mematikan alat setrika ketika
sudah selesai menggunakannya.
 Periksa suhu air hangat sebelum digunakan untuk memandikan bayi karena kulit mereka
lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang dewasa.
 Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
 Jauhkan bahan kimia, korek api, lilin, atau bahan yang mudah terbakar lainnya dari
jangkauan anak-anak.
 Siapkan alat pemadam api darurat di rumah.

C. Konsep Asuhan Keperaratan Pada Pasien


Luka Bakar
1 Pengkajian
Menurut Wijaya (2013, hal. 118) adapun pengkajian keperawatan pada klien dengan
luka bakar adalah adalah sebagai berikut :

1. Identitas pasien: Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun
dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih
rentan terkena infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang meliputi : sumber kecelakaan, sumber panas atau
penyebab yang berbahaya, gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi,
faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, oabt-obatan. Keadaan luka fisik
disekitar luka bakar, peristiwa yang terjadi saat luka sampai ke rumah sakit. Beberapa
keadaan lain yang memperberat luka bakar.
3. Riwayat kesehatan dahulu : penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai
penyakti yang merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan
pernapasan).
4. Pemeriksaan fisik dan psikososial
5. Aktivitas/istirahat : Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
7. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
8. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
10. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik
pada aliran saraf).
11. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
12. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas
dalam (ronkhi).

2 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar


Menurut Wijaya (2013, hal. 120) diagnosa keperawatan pada klien dengan luka bakar
adalah adalah sebagai berikut :

a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan


melalui rute abnormal : status hypermetabolik.
b. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher,
kompresi jalan nafas thorak dan dada.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
e. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema,
manipulasi jaringan cidera.
f. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan destruksi lapisan kulit.
h. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis, kecacatan
dan nyeri.

3 Intervensi/Rencana Keperawatan Pada Pasien Luka


Bakar
Menurut Wijaya (2013, hal. 122) perencanaan keperawatan pada klien dengan luka
bakar adalah adalah sebagai berikut :
Tabel: 3.1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital,
CVP. Perhatikan kapiler
Resiko tinggi dan kekuatan nadi perifer. 1. Memberikan
kekurangan volume Awasi pengeluaran urine pedoman untuk
cairan berhubungan dan berat jenisnya. penggantian cairan dan
dengan Kehilangan Observasi warna urine mengkaji respon
cairan melalui rute dan hemates sesuai kardiovaskuler.Penggantian
abnormal : status indikasi. cairan dititrasi untuk
hypermetabolik. meyakinkan rata-2
pengeluaran urine 30-50
Tujuan : Pasien cc/jam pada orang dewasa.
dapat
2. Timbang berat 2. Penggantian cairan
mendemostrasikan
badan setiap hari tergantung pada berat
status cairan dan
badan pertama dan
biokimia membaik.
perubahan selanjutnya.
Kriteria Hasil: tak 3. Memperkirakan
ada manifestasi 3. Ukur lingkar luasnya
dehidrasi, resolusi ekstremitas yang terbakar oedema/perpindahan cairan
oedema, elektrolit tiap hari sesuai indikasi yang mempengaruhi
serum dalam batas volume sirkulasi dan
normal, haluaran pengeluaran urine.
urine di atas 30 4. Meningkatkan
ml/jam. pengeluaran urine dan
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
4. Pasang/ membersihkan tubulus dari
pertahankan ukuran debris /mencegah nekrosis.
kateter IV. 5. Menurunkan
keasaman gastrik
sedangkan inhibitor
histamin menurunkan
produksi asam hidroklorida
5. Berikan obat untuk menurunkan
sesuai idikasi : Diuretika produksi asam hidroklorida
contohnya Manitol untuk menurunkan iritasi
(Osmitrol), Kalium, gaster.
Antasida 6. Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan. Periode
darurat (awal 48 jam pasca
6. Pantau: Tanda- luka bakar) adalah periode
tanda vital setiap jam kritis yang ditandai oleh
selama periode darurat, hipovolemia yang
setiap 2 jam selama mencetuskan individu pada
periode akut, dan setiap 4 perfusi ginjal dan jarinagn
jam selama periode tak adekuat.
rehabilitasi.
1. Dugaan cedera
Resiko tinggi inhalasiTakipnea,
bersihan jalan nafas penggunaan otot bantu,
1. Kaji refleks
tidak efektif sianosis dan perubahan
gangguan/menelan
berhubungan dengan sputum menunjukkan
ketidakmampuan
obtruksi terjadi distress
menelan, serak, batuk
trakeabronkial;edema pernafasan/edema paru dan
mengi.Awasi frekuensi,
mukosa dan kebutuhan intervensi medik
irama, kedalaman
hilangnya kerja silia.
pernafasan ; perhatikan
Luka bakar daerah
adanya pucat/sianosis dan
leher; kompresi jalan
sputum mengandung
nafas thorak dan
karbon atau merah muda. 2. Obstruksi jalan
dada.
2. Auskultasi paru, nafas/distres pernafasan
perhatikan stridor, dapat terjadi sangat cepat
Tujuan : Bersihan
mengi/gemericik, atau lambat contoh sampai
jalan nafas tetap
penurunan bunyi nafas, 48 jam setelah terbakar.
efektif.
Kriteria Hasil batuk rejan. 3. Dugaan adanya
: Bunyi nafas hipoksemia atau karbon
vesikuler, RR dalam monoksida.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
batas normal, bebas 3. Perhatikan adanya 4. Meningkatkan
dispnoe/cyanosis pucat atau warna merah ekspansi paru
pada kulit yang cidera optimal/fungsi pernafasan.
4. Tinggikan kepala
tempat tidur. Hindari
penggunaan bantal di 5. Meningkatkan
bawah kepala ekspansi paru,
5. Dorong memobilisasi dan drainase
batuk/latihan nafas dalam sekret.
dan perubahan posisi 6. Membantu
sering. mempertahankan jalan
6. Hisapan (bila nafas bersih, tetapi harus
perlu) pada perawatan dilakukan kewaspadaan
ekstrem, pertahankan karena edema mukosa dan
teknik steril. inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko infeksi.
7. Peningkatan
sekret/penurunan
kemampuan untuk menelan
menunjukkan peningkatan
7. Tingkatkan edema trakeal dan dapat
istirahat suara tetapi kaji mengindikasikan
kemampuan untuk bicara kebutuhan untuk intubasi.
dan/atau menelan sekret 8. Meskipun sering
oral secara periodik. berhubungan dengan nyeri,
perubahan kesadaran dapat
menunjukkan
terjadinya/memburuknya
hipoksia.
8. Selidiki 9. Perpindahan cairan
perubahan atau kelebihan penggantian
perilaku/mental contoh cairan meningkatkan risiko
gelisah, agitasi, kacau edema paru. Catatan:
mental. Cedera inhalasi
meningkatkan kebutuhan
cairan sebanyak 35% atau
lebih karena edema.
10. O2memperbaiki
9. Awasi 24 jam hipoksemia/asidosis.
keseimbngan cairan, Pelembaban menurunkan
perhatikan pengeringan saluran
variasi/perubahan. pernafasan dan
menurunkan viskositas
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
sputum. Data dasar penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2kurang
dari 50, PaCO2lebih besar
1. Lakukan program dari 50 dan penurunan pH
kolaborasi meliputi : menunjukkan inhalasi asap
Berikan pelembab O2 melalui dan terjadinya
cara yang tepat, contoh masker pneumonia/SDPD.
wajah
Awasi/gambaran seri GDA
Kaji ulang seri rontgen
Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri
intensif.Siapkan/bantu intubasi
atau trakeostomi sesuai indikasi.
1. Pantau laporan
GDA dan kadar karbon
monoksida serum.
Beriakan suplemen
oksigen pada tingkat yang
Resiko kerusakan ditentukan. Pasang atau
pertukaran gas bantu dengan selang
berhubungan dengan endotrakeal dan
cedera inhalasi asap tempatkan pasien pada
atau sindrom ventilator mekanis.
kompartemen torakal 2. Pernafasan dalam
sekunder terhadap mengembangkan alveoli,
luka bakar menurunkan resiko
2. Anjurkan
sirkumfisial dari atelektasis.
pernafasan dalam dengan
dada atau leher.
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam
selama tirah baring. 3. Memudahkan
Tujuan : Pasien dapat
3. Pertahankan ventilasi dengan
mendemonstrasikan
posisi semi fowler, bila menurunkan tekanan
oksigenasi adekuat.
hipotensi tak ada. abdomen terhadap
diafragma.
Kriteria Hasil: RR
12-24 x/mnt, warna 4. Luka bakar sekitar
kulit normal, GDA 4. Untuk luka bakar torakal dapat membatasi
dalam renatng sekitar torakal, beritahu ekspansi adda. Mengupas
normal, bunyi nafas dokter bila terjadi dispnea kulit (eskarotomi)
bersih, tak ada disertai dengan takipnea. memungkinkan ekspansi
kesulitan bernafas. Siapkan pasien untuk dada.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
5. Suplemen oksigen
meningkatkan jumlah
oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan
untuk pernafasan
dukungan sampai pasie
dapat dilakukan secara
mandiri.

1. Pantau:
Penampilan luka bakar
(area luka bakar, sisi
donor dan status balutan
di atas sisi tandur bial
tandur kulit dilakukan)
setiap 8 jam. Pantau: 2. Pembersihan dan
Suhu setiap 4 jam. pelepasan jaringan nekrotik
Pantau: Jumlah makanan meningkatkan
yang dikonsumsi setiap pembentukan granulasi.
kali makan.
2. Bersihkan area
Resiko infeksi
luka bakar setiap hari dan 3. Antimikroba
berhubungan dengan
lepaskan jaringan topikal membantu
Pertahanan primer
nekrotik (debridemen) mencegah infeksi.
tidak adekuat;
sesuai indikasi. Mengikuti prinsip aseptik
kerusakan
perlinduingan kulit; 3. Lepaskan krim melindungi pasien dari
jaringan traumatik. lama dari luka sebelum infeksi. Kulit yang gundul
Pertahanan sekunder pemberian krim baru. menjadi media yang baik
tidak adekuat; Gunakan sarung tangan untuk kultur pertumbuhan
penurunan Hb, steril dan beriakn krim baketri
penekanan respons antibiotika topikal yang
inflamasi. diresepkan pada area luka
bakar dengan ujung jari.
Tujuan : Pasien Berikan krim secara 4. Ahli diet adalah
bebas dari infeksi. menyeluruh di atas luka. spesialis nutrisi yang dapat
Kriteria 4. Mulai rujukan mengevaluasi paling baik
evaluasi: tak ada pada ahli diet, beriakn status nutrisi pasien dan
demam, protein tinggi, diet tinggi merencanakan diet untuk
pembentukan kalori. Berikan suplemen emmenuhi kebuuthan
jaringan granulasi nutrisi seperti ensure atau nutrisi penderita. Nutrisi
baik. sustacal dengan atau adekuat memabntu
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
antara makan bila penyembuhan luka dan
masukan makanan kurang memenuhi kebutuhan
dari 50%. Anjurkan NPT energi.
atau makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
5. Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan atau
penyimapngan dari hasil
yang diharapkan.
1. Berikan anlgesik
narkotik yang diresepkan
prn dan sedikitnya 30
menit sebelum prosedur
perawatan luka. Evaluasi
keefektifannya. Anjurkan
analgesik IV bila luka
bakar luas.Pertahankan
pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan
dan berikan selimut
ekstra untuk memberikan
kehangatan.
2. Berikan ayunan di
Nyeri berhubungan
atas tempat tidur bila
dengan Kerusakan
diperlukan.
kulit/jaringan;
pembentukan edema,
2. Menururnkan neyri
manifulasi jaringan
dengan mempertahankan
cidera.
berat badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap luka
Tujuan :Pasien
dan menuurnkan
dapat
3. Bantu dengan pemajanan ujung saraf
mendemonstrasikan
pengubahan posisi setiap pada aliran udara.
hilang dari
ketidaknyamanan. 2 jam bila diperlukan. 3. Menghilangkan
Kriteria Dapatkan bantuan tekanan pada tonjolan
Hasil:menyangkal tambahan sesuai tulang dependen.
nyeri, melaporkan kebutuhan, khususnya Dukungan adekuat pada
perasaan nyaman, bila pasien tak dapat luka bakar selama gerakan
ekspresi wajah dan membantu membalikkan membantu meinimalkan
postur tubuh rileks. badan sendiri. ketidaknyamanan.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
4. Analgesik
narkotik diperlukan utnuk
memblok jaras nyeri
dengan nyeri berat. Panas
dan air hilang melalui
jaringan luka bakar,
menyebabkan hipoetrmia.
Tindakan eksternal ini
membantu menghemat
kehilangan panas.
1. Pantau status
neurovaskular dari
ekstermitas setaip 2
jam.Pertahankan
ekstermitas bengkak
ditinggikan.

2. Beritahu dokter
dengan segera bila terjadi
nadi berkurang, pengisian
kapiler buruk, atau
penurunan sensasi.
Resiko tinggi
Siapkan untuk
kerusakan perfusi
pembedahan eskarotomi
jaringan
sesuai pesanan.
berhubungan dengan
luka bakar 3. Mengidentifikasi
melingkari indikasi-indikasi
ekstremitas atau luka kemajuan atau
bakar listrik dalam. penyimpangan dari hasil
yang
diharapkan.Meningkatkan
Tujuan : Pasien aliran balik vena dan
menunjukkan menurunkan
sirkulasi tetap pembengkakan.
adekuat. 4. Temuan-temuan
Kriteria ini menandakan
Hasil: warna kulit keruskana sirkualsi distal.
normal, menyangkal Dokter dapat mengkaji
kebas dan tekanan jaringan untuk
kesemutan, nadi emnentukan kebutuhan
perifer dapat diraba. terhadap intervensi 5.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
1. Kaji/catat ukuran,
warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan 1. Memberikan
nekrotik dan kondisi informasi dasar tentang
sekitar luka.Lakukan kebutuhan penanaman kulit
perawatan luka bakar dan kemungkinan petunjuk
yang tepat dan tindakan tentang sirkulasi pada aera
kontrol infeksi. graft.Menyiapkan jaringan
untuk penanaman dan
menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.
2. Pertahankan 2. Kain
penutupan luka sesuai nilon/membran silikon
indikasi. mengandung kolagen
porcine peptida yang
melekat pada permukaan
luka sampai lepasnya atau
mengelupas secara spontan
kulit repitelisasi.
3. Menurunkan
pembengkakan /membatasi
resiko pemisahan graft.
3. Tinggikan area Gerakan jaringan dibawah
Kerusakan integritas graft dapat mengubah
graft bila mungkin/tepat.
kulit berhubungan posisi yang mempengaruhi
Pertahankan posisi yang
destruksi lapisan penyembuhan optimal.
diinginkan dan
kulit.
imobilisasi area bila 4. Area mungkin
diindikasikan. ditutupi oleh bahan dengan
permukaan tembus
Tujuan
pandang tak reaktif.
:Memumjukkan
regenerasi jaringan. 5. Kulit graft baru dan
Kriteria sisi donor yang sembuh
hasil:Mencapai 4. Pertahankan memerlukan perawatan
penyembuhan tepat balutan diatas area graft khusus untuk
waktu pada area luka baru dan/atau sisi donor mempertahankan
bakar. sesuai indikasi. kelenturan.
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
5. Cuci sisi dengan
sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam
sehari, setelah balutan
dilepas

1. Kaji dan
dokumentasikan respons
verbal dan non verbal
pasien tentang tubuhnya.

2. Kaji harapan
pasien tentang gambaran
tubuh.

3. Dengarkan pasien
dan keluarga secara aktif,
dan akui realitas adanya
perhatian terhadap
Gangguan citra perawatan, kemajuan dan
tubuh (penampilan prognosis.
peran) berhubungan 4. Berikan
dengan krisis, perawatan dengan cara
kecacatan dan nyeri. yang tidak menghakimi,
jaga privasi dan martabat
pasien.
Tujuan : pasien
5. Faktor yang
memiliki persepsi
mengidentifikasikan
yang positif terhadap
adanya gangguan
penampilan dan
persepsi pada citra tubuh.
fungsi tubuh.
6. Mungkin realita
Kriteria Hasil : saat ini berbeda dengan 4. Menciptakan
pasien melaporkan yang diharapkan pasien suasana saling percaya,
kepuasan terhadap sehingga pasien tidak meningkatkan harga diri
penampilan dan menyukai keadaan dan perasaan berarti dalam
fungsi tubuh. fisiknya. diri pasien
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
7. meningkatkan
perasaan berarti,
memudahkan saran
koping, mengurangi
kecemasan.

4 Implementasi/Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien


Luka Bakar
Menurut Carpenito (2009. Hal 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi
biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status masalah yang telah ada Memberi pendidikan kesehatan untuk
membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau
penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan
kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan
lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik
untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu
klien melakukan aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau
masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar


Menurut Asmadi (2008. Hal 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara
umum, evaluasi ditunjukkan untuk :Melihat dan menilai kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.
Sementara itu kriteria evaluasi yang diharapkan pada klien dengan luka bakar menurut
(Wijaya (2013, hal. 122) sebagaiman diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan
adalah sebagai berikut :
a. Bunyi nafas vesikuler, Respiratory Rate dalam batas normal, bebas
dispnoe/cyanosis
b. Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas
normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
c. Respiratory Rate 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal,
bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
d. Tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
e. Pasien menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur
tubuh rileks.
f. warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.
g. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
h. Pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

You might also like