Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. Aditiya Kurniawan (SN1710
2. Agustin Kusuma Wardani (SN171008)
3. Belladina Tiya S (SN171035)
4. Dwi Setyarini (SN171052)
5. Erma Setiawatik (SN171065)
6. Eva Septerina Dwi Hapsari (SN171067)
7. Febriyan Kusumo Ningrum (SN171069)
8. Ida Pramawati (SN171088)
9. Saifuddin (SN171154)
10. Supriyanto (SN1710
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari asuhan keperawatan ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
Mengetahui respon fisik dan psikologis pada wanita dengan kanker serviks
dan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik partisipan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Mengidentifikasi respon fisik pada wanita dengan kanker serviks yang
mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Mengidentifikasi respon psikologis pada wanita dengan kanker serviks
yang mendapat pengobatan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher rahim yang merupakan
keganasan pada bagian terendah rahim yang menonjol ke liang senggama /
vagina ( Depkes RI, 2013)
Kanker Cerviks merupakan pertumbuhan dari Human Papilloma Virus
(Kline, 2010).
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher
rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama
wanita (vagina) (Wijaya, 2010).
Kanker leher rahim / serviks adalah kanker kedua terganas yang
menyebabkan kematian pada perempuan. ( Prof. Dr. Samsurizal Djauzi,
SpPD. 2008 ).
Kanker leher rahim / serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di leher
rahim /serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina ). ( Ratna Dewi Pudiastuti, Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan,
2010 ).
Pathway
D. Etiologi
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan peluang seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-
faktor tersebut adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam
timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah
sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit
seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak aman
terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak
pasangan, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Organ reproduksi
wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif berkembang. Bila
terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel
menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual
dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker serviks
berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-
ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6
atau lebih mitra seks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah
17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia
tuanya. Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka
semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena
alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dikunyah atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali
ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar
terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim
yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan
selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah
kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena
kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko
kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita tersebut
menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat pil tersebut
dihentikan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian pil
KB akan menyebabkan wanita lebih sensitif terhadap HPV sehingga makin
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang
mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher
rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-
buahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut
gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan
kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah
biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan
penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat
dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)
ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik
IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit
umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi
dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin
Veble Bleomycin) dan lain –lain.
F. Komplikasi
1. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya
juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah
infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa, terapi harus
dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus diberi salep
dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka
panjang (1 – 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan
vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis.
2. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara
radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor.
Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal.
G. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyuprai air
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih, ada
anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada
perubahan pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih,
nyeri pada saat senggama dan terjadi pendarahan saat senggama,
keputihan yang cair dan banyak serta bau yang khas, ada rasa
kurang nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri panggul.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama,
jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ),
apakah pekerjaan yang dilakukan pasien
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks / leher rahim
meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel
abnormal sudah mulai menyebar ke organ-organ lain ( tahap
stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak nafas.
b. Kardiovaskuler B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan
tekanan darah rendah dikarenakan pendarahan pada daerah
intra-servikal
c. Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, penglihatan
menurun dikarenakan hemoglobin yang menurun, karna
anemia, konjungtiva anemis.
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau pada keputihan yang
banyak.
d. Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya
pendarahan.
e. Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat
badan menurun, adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan
pola defekasi pada pasien.
f. Muskulokeletal / integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam
bergerak dan beraktivitas.
B. PENGKELOMPOKAN DATA
a. Data Subjektif
- Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan
( vagina – intra servikal )
- Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan berat
badan menurun
- Biasanya pasien mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun
tanpa melakukan senggama
- Biasanya pasien mengeluh ada keputihan yang berlebih dan
cair serta berbau
- Biasanya pasien mengeluh susah BAB ( konstipasi )
- Biasanya pasien mengeluh nyeri pada saat BAK
- Biasanya pasien mengeluh nyeri panggul
- Biasanya pasien mengeluh cepat lelah
- Biasanya pasien mengeluh merasa cemas, khawatir dengan
penyakit yang dialaminya
- Biasanya pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
- Biasanya pasien mengungkapkan ada perubahan tubuh dan
gaya hidupnya
b. Data Objektif
- Biasanya terlihat konjungtiva anemis dan pucat
- Biasanya terlihat pasien menahan sakit
- Biasanya terlihat pasien lemas, letih
- Biasanya terlihat pasien meringis karena nyeri panggul
- Biasanya terlihat wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir
- Biasanya pasien tidak menghabiskan porsi makan yang di
sediakan
- Biasanya terjadi pendarahan pada vagina – intra servikal
- Biasanya pasien terlihat gelisah
- Biasanya pasien terlihat kurang percaya diri
- Biasanya berat badan pasien menurun
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d penekanan sel kanker pada syaraf pada tekanan
intrapelvik dan tekanan inta abdomen
2. Ketidakseimbangan nutrisi b.d mual muntah karena proses
ekstrenal radiologi
3. Resiko infeksi. d.b pengeluaran pervaginam(darah, keputihan)
4. Ansietas b.d berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
5. Gangguan integritas kulit b.d efek dari prosedur pengobatan
6. Resiko injuri b.d kelemahan dan kelelahan
7. Gangguan pola seksual b.d perubahan fungsi tubuh akibat terkena
penyakit kanker serviks
8. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan
pervaginam
9. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
10. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan
aktif
11. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan
terapi penyakit
Shock Severity
Criteria hasil:
a. Klien tidak
mengalami
penurunan
kesadaran
b. Klien tidak
mengalami anemia
c. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
d. Klien tidak tampak
pucat
9 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor respon fisik , emosi ,
b.d kelemahan asuhan keperawatan sosial dan spiritual
umum selama 1 x 24 jam 2. Bantu klien ntuk membuat
dengan jadwal latihan diwaktu luang
mempertahankan ADL 3. Bantu untuk mengidentifikasi
pasien aktifitas yang disukai
4. Bantu klien untuk
NOC:
mengidentifikasi aktivitas yang
Activity therapy mampu dilakukan
1. Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan BB,
BJ urine normal ,
HT normal
2. Tekanan darah , nadi
, suhu tubuh dalam
batas normal
3. Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
baik,
4. Membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
11 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal dan non
tubuh b.d tahapan asuhan keperawatan verbal terhadap tubuhnya
perkembangan selama 1 x 24 jam 2. Jelaskan tentang pengobatan ,
penyakit dan terapi dengan meningkatkan perawatan , kemajuan dan
penyakit citra tubuh pasien prognosis penyakit
3. Dorong klien
NOC:
Body image untuk Mengungkapkan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI
PADA Ny.S DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM III B
DI RUANG MAWAR III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Masuk :
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.S
b. Alamat : Blora
c. Umur : 64 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku bangsa : Jawa
g. Diagnosa medis : Kanker Serviks Stadium III B
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Tn.D
b. Alamat : Surakarta
c. Umur : 47 Tahun
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Agama : Islam
g. Hubungan dengan klien:
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual dan muntah
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari poli kandungan karena mengalami
perdarahan, setelah di USG pasien dilakukan pemeriksaan lanjutan
berupa penyinaran luar 50 dan dalam 2x, kemudian pasien dipindah di
bangsal mawar 3 untuk dilakukan kemoterapi lanjutan, di mawar 3
dilakukan pemeriksaan vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit,
S : 36 ° C, RR : 20 x/menit, pasien mengeluh mual, dan pusing kepala.
5. Status Kesehatan atau Penyakit Saat Ini
a. Gejala yang dirasakan
1) Gejala awal
Pusing tidak segera sembuh walaupun sudah mendapat obat
dari dokter. Pusing kembali muncul kembali setelah efek obat
hilang.
2) Timbulnya gejala
Faktor yang memperbaiki gejala : saat badan terasa sehat dan
tidak banyak pikiran, maka pusing akan sedikit mereda
Faktor yang memperburuk gejala : jika pasien kelelahan, dan
stress maka pusing semakin parah.
3) Deskripsi gejala
Lokasi : pada kepala bagian samping
Kualitas : cenut-cenut
Skala : skala 4
Waktu : hilang timbul 3-5 menit
4) Efek pada gaya hidup
Pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari seperti
sebelum sakit.
b. Riwayat ginekologi
1) Karakteristik menstruasi
Pasien mengatakan sudah menopouse saat terdiagnosa
kanker serviks
2) Menarche
Pasien mengatakan pertama kali menstruasi kira-kira umur
15 tahun pasien mengalami disminore serta sakit pada
payudara
3) Periode menstruasi terakhir
Pasien mengatakan menstruasi terakhir saat umur 50 tahun
4) Pengalaman menstruasi
Pasien mengatakan nyeri perut saat menstruasi
5) Perdarahan tengah siklus
Pasien mengatakan tidak mengalami perdarahan di tengah
siklus menstruasi
6) Menopause
Pasien mengatakan menopouse saat berumur 50 tahun
7) Kontrasepsi
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
8) Usia pada saat kehamilan pertama
Pasien mengatakan hamil pertama pada usia 22 tahun
9) Penyakit menular seksual
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular
seksual
c. Status obstetrik : G5 P5 A1
6. Riwayat Medis Masa Lalu
a. Riwayat dan pengobatan
Pasien mengatakan setiap 3 minggu sekali kerumah sakit untuk
melakukan pengobatan dan kemoterapi
b. Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa dirinya belum pernah menjalani operasi
d. Riwayat dirawat di RS sebelumnya
Pasie mengatakan bahwa sebelumnya pasien perah dirawat di rumah
sakit di Jakarta karena perdarahan
e. Kecelakaan atau cedera
Pasien mengtakan tidak ada riwayat kecelakaan atau cedera
f. Perilaku yang berisiko
1) Gaya hidup : pasien mengatakan tidak tahu hal-hal yang
menyebabkan kanker, tetapi pasien tidak
tahu jika dari beberapa makanan yang
dimakan dapat menyebabkan kanker
2) Konsumsi kafein : pasien mengatakan tidak suka
mengkonsumsi kopi
3) Merokok : pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
merokok
4) Alkohol : pasien mengatakan tidak mengkonsumsi
alkohol
5) Obat-obatan : pasien mengatakan hanya minum obat dari
dokter
6) Praktik seks yang tidak aman:
pasien mengatakan hanya melakukan
hubungan suami istri dengan suaminya saja
g. Riwayat kekerasan/ penganiayaan
1) Cedera alibat kekerasan : pasien mengatakan tidak pernah
mengalami cedera akibat kekerasan
2) Pengalaman diperkosa : pasien mengatakan tidak ada
pengalaman diperkosa
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit keturunan
pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
dirinya di keluarganya
b. Penyakit saat ini dalam keluarga
pasien mengatakan saat ini keluarganya tidak ada yang sakit selain
dirinya
c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga
pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit jiwa di dalam
keluarganya
d. Genogram keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Punya anak
: Tinggal serumah
: Pasien
8. Riwayat Psikososial
a. Koping individu
Pasien mengatakan menerima dengan ikhlas penyakit yang
dideritanya saat ini merupakan ujian dari Tuhan YME
b. Pola kesehatan
1) Nutrisi : pasien mengatakan mual dan ingin muntah,
dan diperparah saat akan makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari,
minum ± 600 ml
Sesudah sakit : pasien mengatakan makan tidak menentu
terkadang hanya makan 1-3 sendok makan
saja, minum ± 300
2) Hygiene diri : pasien mengatakan biasanya mandi 2 kali
sehari, pasien tampak bersih
3) Aktivitas dan latihan
Aktifitas 0 1 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Tingkat mobilitas di √
Tempat tidur
Berpindah √
Kemampuan ROM √
Berjalan √
Keterangan :
0 : mandiri
1 :
menggunaka
n alat bantu
2 : dibantu
orang lain
3 : dibantu
orang dan
lain
4 :
ketergantung
an / tidak
mampu
4) Rekreasi
Pasien mengatakan biasa menonton televisibersama dnegan
keluarganya
c. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur terganggu, tidur malam 5-6 jam dan sering
terbangun, tidur siang 1 jam, terkadang tidak bisa tidur siang
d. Spiritual
Pasien mengatakan beragama islam, dan melakukan sholat 5 waktu,
akan tetapi pada saat di rumah sakit pasien pasien tidak bisa sholat
dengan tepat waktu.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 ° C
RR : 20 x/menit
d. Kepala – leher
1) Bentuk : mesochepal, rambut sudah habis total
2) Mata : pupi isokor, ada reflek cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, mata sayu, dan
terdapat
kantung mata
3) Hidung : lubang hidang simetris, tidak tampak pernafasan
cuping hidung
4) Mulut : ada bau mulut, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
5) Telinga : telinga kanan dan kii semetris, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Leher : tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid
dan kelenjar limfe, tidak ada peninkatan jvp
e. Dada
1) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 reguler
2) Paru
Inspeksi : ekspansi dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi
V. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Hari/Tgl No Implementasi Respon Ttd
/Jam Dx
Kamis, 1 - mengkaji nyeri secara S : pasien mengatakan
21/12/2017 komprehensif (lokasi, sakit kepala
karakteristik, durasi, P : dari posisi
frekuensi, kualitas, dan tidur ke duduk
faktor presipitasi) Q: cenut-cenut
R: kepala bagian
samping kiri
S: skala 4
T: hilang timbul 3-5
menit
O: pasien tampak
meringis kesakitan, dan
memegangi kepala
bagian kiri
- mengajarkan tentang S: pasien mengatakan
teknik relaksasi nafas bersedia diajarkan
dalam. teknik relaksasi nafas
dalam
O: pasien bisa
melakukan relaksasi
nafas dalam seperti
yang diajarkan
- mengkolaborasi S : pasien mengatakan
pemberian analgetik. bersedia diberikan obat
O : obat masuk melalui
three way pasien
2 - memonitor asupan S : pasien mengatakan
makanan terhadap tidak nafsu makan,
kandungan gizi dan kalau melihat makanan
kalori ingin mual
O : pasien tampak
lemas, pasien
mendapatkan diit dari
RS tinggi protein tinggi
karbohidrat
- menganjurkan pasien S : pasien mengatakan
untuk makan sedikit bersedia untuk tetap
tetapi sering makan sedikit-sedikit
O : pasien bersedia
untuk makan sedikit
tapi sering, dan pasien
kooperatif
- menginstruksikan pasien S : pasien mengatakan
mengenai diet tinggi bersedia untuk makan
karbohidrat dan rendah tinggi karbohidrat dan
lemak rendah lemak
O : pasien kooperatif
- mengkolaborasi S : pasien mengatakan
pemberian obat mual seteah di
antiemetik kemoterapi
(ondansentron 4mg) O : diberikan injeksi
ondansentron 1x4mg
untuk mengurangi mual
3 - memonitor jumlah tidur S : pasien mengatakan
klien tiur malam 5-6 jam dan
tidur siang 1 jam
O : pasien tampak lesu,
mata sayu, kurang puas
dengan tidur
Jumat 3 - mendorong klien untuk S : pasien bersedia
22/12/2017 menetapkan rutinitas tidur untuk rutin tidur siang
untuk memfasilitasi maupun malam
perpindahan dari terjaga O : pasien kooperatif
menuju tidur bersedia untuk rutin
dalam tidur
- menganjurkan untuk tidur S : pasien bersedia
di siang hari untuk tidur siang
O : pasien kooperatif
bersedia untuk tidur
siang
VI. CATATAN KEPERAWATAN
No Dx Hari/ Tgl/ Jam Evaluasi Ttd
1 Kamis, S: pasien mengatakan pusing kepala berkurang
21/12/217 P : dari posisi tidur ke duduk
Q: cenut-cenut
R: kepala bagian samping kiri
S: skala 3
T: hilang timbul 2 menit
O: Pasien sudah tidak memegangi kepala, sudah
tidak meringis kesakitan
A : masalah nyeri teratasi
P : hentikan intervensi
2 Kamis, S: Pasien mengatakan mual dan sensasi ingin
21/12/2017 muntah berkurang
O: Pasien tampak lebih nyaman, sudah tidak
merasa ingin muntah
A : masalah mual teratasi
P : hentikan intervensi
3 Kamis, S: Pasien mengatakan tidur terganggu, tidur
21/12/2017 malam 5-6 jam dan sering terbangun, tidur siang 1
jam, terkadang tidak bisa tidur siang
O: Pasien tampak lesu, mata sayu, terdapat
kantung mata, tidak puas dengan tidurnya
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor jumlah tidur klien
- dorong klien untuk menetapkan rutinitas
tidur untuk memfasilitasi perpindahan dari
terjaga menuju tidur
- anjurkan untuk tidur di siang hari
3 Jumat, S : pasien mengatakan tidur masih terganggu,
22/12/2017 tidur malam masih 5-6 jam dan masih susah tidur
siang
O : Pasien tampak lesu, mata sayu, terdapat
kantung mata, tidak puas dengan tidurnya
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor jumlah tidur klien
- dorong klien untuk menetapkan rutinitas
tidur untuk memfasilitasi perpindahan dari
terjaga menuju tidur
- anjurkan untuk tidur di siang hari
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2008), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta
Brunner and Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzane C dan Brenda G. Bare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddrath. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC