You are on page 1of 4

A.

ASUPAN MAKANAN PADA BALITA

BAIK TIDAK BAIK


 Gunakan Makanan yang beraneka  Batasi makanan yang manis seperti Coklat,
ragam Permen, soft drink, es krim dan Kue.

 Memilih bahan makanan yang  Bumbu yang terlalu merangsang/pedas


mudah dicerna
 Hindari makanan yang membuat tersedak
 Irisan lauk pauk dan sayur dibuat atau dalam bentuk masih utuh
dalam potongan-potongan kecil
atau semenarik mungkin.  Makanan terlalu berminyak, Junk food dan
makanan berpengawet.
 Menggunakan alat makan yang
aman, menarik dan berwarna  Mengkonsumsi makanan yang terlalu
warni. banyak garam karna balita tidak boleh
mengkonsumsi garam lebih dari 1/6 jumlah
 Karbohidrat sebagai sumber orang dewasa atau kurang dari 1 gram/hari
energi seperti : Nasi, Kentang,
Sereal, beras merah, makaroni dan  Jajanan di pinggir jalan yang tidak terjamin
biskuit. kebersihan dan kandungan gizinya.

 Protein sebagai zat pembangun  Memberikan jajanan pada saat jam makan
seperti : Ayam, Ikan, Telur, karena akan membuat balita tidak nafsu
Daging, Keju, susu, kacang- makan.
kacangan, Tahu, Tempe.

 Buah & Sayur sebagai zat


pengatur seperti : Pisang, Pepaya,
Jeruk,Tomat dan Wortel. Berikan
setiap hari baik dalam bentuk
segar maupun di olah menjadi jus.

 Bahan makanan sumber energi


seperti karbohidrat, protein, lemak
serta vitamin, mineral dan serat
wajib dikonsumsi balita setiap
hari. Atur agar semua sumber
energi tersebut ada dalam menu
setiap hari.

Sumber : (Kementrian Kesehatan RI 2011)


B. Penilaian Kesadaran Gizi

SADAR TIDAK SADAR


 Memantau berat badan anak secara  Jarang membawa anaknya ke Posyandu
teratur
 Rendahnya ibu yang menyusui bayi
 Mengkonsumsi makanan beraneka dari 0-6 bulan secara ekslusif
ragam
 Masih banyak keluarga yang belum
 Memberikan Vit A pada balita menggunakan garam beryodium

 Memberikan makanan yang kurang


bergizi asalkan anaknya kenyang,
seperti nasi dengan kecap, nasi dengan
kerupuk tanpa sayur, maka orang tua
beranggapan itu sudah benar, karena
anaknya sudah terbebas dari rasa lapar.

 Orang tua tidak begitu tanggap dengan


perubahan yang terjadi pada diri
anaknya, ketika berat badan anaknya
menurun dengan drastis, tidak segera
mengambil tindakan untuk menangani
kondisi anak tersebut

Depkes RI 2007
C. Status Gizi

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk


 Masalah gizi lebih  Terdapat  Gizi kurang merupakan  Ada 3 jenis busung lapar
ada dua jenis yaitu keseimbangan antara salah satu masalah gizi (gizi buruk)
overweight dan jumlah energi yang yang banyak dihadapi kwashiorkor, marasmus
obesitas. masuk ke dalam oleh negara-negara dan gabungan dari
tubuh dan energi yang yang sedang keduanya marasmic-
 Batas IMT untuk dikeluarkan dari luar berkembang. kwashiorkor.
dikategorikan tubuh sesuai dengan
overweight adalah kebutuhan individu.  Hal ini dapat terjadi  Dampak dari gizi buruk
antara 25,1 – 27,0 Energi yang masuk ke karena tingkat (busung lapar) pada
kg/m2 dalam tubuh dapat pendidikan yang anak bukan hanya tubuh
berasal dari rendah, pengetahuan yang kurus tetapi lebih
 Sedangkan Obesitas karbohidrat, protein, yang kurang mengenai dari itu. Gizi buruk
obesitas adalah ≥ lemak dan zat gizi gizi dan perilaku belum dapat mengakibatkan
27,0 kg/m2 lainnya (Nix, 2001) sadar akan status gizi. menurunnya tingkat
(Suyono, 1986) Contoh masalah kecerdasan anak, rabun
 Anak cenderung aktif kekurangan gizi, antara senja dan penderita gizi
 Kegemukan dapat dan lincah dalam lain KEP (Kekurangan buruk lebih rentan
menimbulkan setiap aktivitas yang Energi Protein), GAKI terhadap penyakit
dampak yang sangat dilakukan (Gangguan Akibat terutama penyakit
berbahaya yaitu Kekurangan Iodium), infeksi.
dengan munculnya Anemia Gizi Besi
penyakit  Memiliki indeks (AGB) (Apriadji,
degeneratif, seperti massa tubuh (IMT) 1986).
diabetes mellitus, yang normal
penyakit jantung  Status gizi kurang atau
koroner, hipertensi, yang lebih sering
gangguan ginjal dan disebut undernutrition
masih banyak lagi merupakan keadaan
(Soerjodibroto, gizi seseorang dimana
1993). jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari
energi yang
dikeluarkan. Hal ini
dapat terjadi karena
jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari
anjuran kebutuhan
individu (Wardlaw,
2007)
Penilaian status gizi
A. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa,
2001). Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi
dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi
zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
B. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan
yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat
gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit,
rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar
tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
C. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus
yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi
sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling
sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis (Baliwati, 2004).
D. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2002).

You might also like