You are on page 1of 3

Antonio Conte, Dilan 1990 dan Ancaman Pemecatan

Junior Stanislas berteriak-teriak dan berlari kegirangan setelah mencetak gol di tengah menyepinya
Stamford Bridge, saat itu pertandingan sudah memasuki menit ke-64. Mata Stanislas mengarah ke
sekumpulan kecil orang dengan aksesoris merah hitam yang melompat-lompat kegirangan di salah satu
sudut stadion milik Chelsea itu. Orang-orang itu adalah pendukung Bournemouth yang sudah unggul 2
gol dari sang tuan rumah.

Pendukung Chelsea sedih. Saat itu slogan Keep The Blue Flag Flying High yang berarti Jaga Bendera Si
Biru Terbang Tinggi" terhenti tak tersampaikan di mulut maupun dari penampilan di lapangan . Wajah
sang allenatore, Antonio Conte juga terlihat muram. Pria Italia itu nampak kalut, bingung dan tak
percaya.

Sesekali Conte terlihat menggigit kukunya, memandang kosong ke lapangan ataupun menunduk ke
bawah. Janggut tipisnya yang mungkin kurang dicukur, jaket dinginnya yang tampak kusam melengkapi
buruknya hari itu. Tak lama sesudah itu Nathan Ake melengkapi kemenangan epik Bournomouth akan
sang juara bertahan 3 gol tanpa balas.

Sebuah paradoks tampilan dibandingkan Conte yang biasanya. Pada musim lalu saat tampil hebat
membawa The Blues menjadi kampiun, Conte jarang terlihat klimis. Wajahnya bersih dilengkapi setelan
jas mewah dan celana slim fit khas borjuis. Dasinya hitam tipis seringkali bergoyang-goyang ketika dia
memekik saat Chelsea sedang menang. Ibarat sedang pacaran, saat itu Conte sedang berbunga saat
memagut asmara dengan sang kekasih, Chelsea. Romantis.

Jika harus mendramatisasi, romantisme itu bisa jadi seperti Dilan dan Milea di film yang lagi hot yang
diangkat dari diangkat dari novel fenomenal karya Pidi Baiq, Dilan 1990. "Jangan bilang padaku ada yang
menyakitimu, nanti besoknya orang itu akan hilang," kata Dilan pada Milea dalam film itu. "Kami pantas
mendapatkan status juara itu, karena kami bekerja sangat keras, sehingga tampil makin baik dari laga ke
laga," kata Conte, ketika Chelsea sudah memastikan juara liga walau masih menyisakan dua kali
pertandingan.

"Nanti kalau kamu mau tidur, percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur kepadamu dari jauh.
Kamu nggak akan dengar," kata Dilan lagi kepada Milea. Film yang sudah mengundang lebih dari 1,5 juta
penonton meski belum genap seminggu itu memang menjual kata-kata gombal dari seorang pria asal
Bandung (Dilan) yang jatuh pada siswi pindahan asal Jakarta (Milea).

Di awal tahun meski tertinggal dari City, Conte masih "menggombal". "Tidak sulit (untuk menyalip
Manchester City). Kami harus optimistis, karena masih ada empat bulan tersisa yang harus dijalani dan
kami masih memiliki target bagus," kata Conte di awal Januari 2018. Persisi, seperti kata Dilan pada
Milea.

"Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu, enggak tahu kalau sore, tunggu aja," ucap Dilan lagi.
Namun frasa ini bisa dibalik dikatakan Chelsea pada Conte. Sesudah kekalahan dari Bournemouth,
romantisme itu perlahan-lahan mulai sirna. Sore itu sudah sampai, dan Conte mungkin tidak terlalu
dicintai lagi seperti dulu.

Ketinggalan 18 poin dari Manchester City, dan terpaku di posisi keempat, Chelsea berada di dalam
persimpangan. Target apa yang sebenarnya diberikan kepada Conte?. Juara lagi?. Tidak mungkin. Juara
Liga Champions?. Terlalu sulit, Chelsea sudah terlanjur sial diundi bertemu dengan Barcelona di babak
16 besar.

"Selamat ulang tahun Milea, ini hadiah untukmu, cuma TTS, tapi sudah kuisi semua. Aku tidak mau kamu
pusing karena harus mengisinya, Dilan," tulis Dilan, lagi-lagi untuk Milea. Seharusnya Conte sudah
mengisi TTS untuk Chelsea, minimal masih bisa bersaing untuk juara EPL. Namun sekarang malah
Chelsea terancam Hotspurs dan Arsenal dalam persaingan mengisi slot terakhir Liga Champions musim
depan. Sesuatu yang mungkin tidak bisa dibayangkan sebelumnya. Milea pusing, Chelsea juga pusing.

Meski mungkin akan tidak dicintai lagi seperti dulu, Conte mungkin bisa diberikan kesempatan kedua
musim depan untuk membuktikan bahwa filosofi permainannya masih bisa bersaing dengan pelatih-
pelatih lain.

“Sekarang hal terpenting adalah mengerti kami harus berjuang. Musim ini akan sangat berat. Kami
harus siap menderita musim ini untuk segalanya.” ucap Conte lirih dalam jumpa pers. Gaya bertutur
Conte sudah kembali menjejak bumi. Tak ada lagi kata-kata seperti Dilan yang mampu menghipnotis
Milea, sehingga meninggalkan rasa rindu dan menumbuhkan rasa untuk ingin memiliki.

Sebelum pertandingan selesai, sudah banyak penonton meninggalkan Stadion. Conte tak sedikitpun
berbalik melihat ke arah tribun. Conte tak sanggup melihat gesture yang bisa menjadi pertanda bahwa
dia tidak dicintai lagi. Conte mungkin berharap 90 menit cepat selesai, ketika Hazard Cs seperti tak
mampu membobol gawan Begovic. Selesai dan cepat pulang ke rumah. Berpikir lagi.

"Kami menerima bahwa ini adalah hasil yang buruk dan mengerti bahwa kami harus berjuang lagi hingga
akhir musim. Jika ada yang tidak mengerti mengapa ini terjadi, mereka tidak mengerti sepak bola. Sepak
bola tidaklah sederhana" lagi ucap Conte seperti ingin menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Conte memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Permintaan Conte kerap tidak mampu dipenuhi
manajemen. Bursa transfer Januari, Conte berharap diberikan kado indah dalam diri Edin Dzeko (AS
Roma). Namun yang datang Oliver Giroud yang tidak terpakai di Arsenal. Conte memohon Alex Sandro,
manajemen memberinya Emerson (AS Roma). Pemain yang entahlah, mau diberi rating berapa.

Namun itulah kejamnya sepak bola. Menjadi pelatih sepak bola tidak senikmat menikmati Honda CB-100
di alam bebas sambil bergaya, bagi pendukung Chelsea sepak bola itu sederhana sekali, kemenangan.
Tak lebih tak kurang. Jika gagal maka pemecatan menjadi konsekuensinya.

Ujian demi ujian akan dihadapi oleh Conte sesudah laga Bournemouth. Selasa nanti, Chelsea akan
dijamu oleh Watford. Ah, tapi bukan ini ujian sebenarnya. Barcelona pada pertandingan leg pertama
perempat final Liga Champions, 20 Februari, Manchester United pada 25 Februari dan Manchester City
pada 4 Maret nanti akan menjadi ujian sebenarnya.

Jika gagal maka kursi pelatih sudah akan menjadi milik orang, maksimal sehabis musim nanti. Namun,
jika mau bertahan Conte masih bisa berharap keputusan itu tergantung mertua sang "pacar" bernama
Roman Abramovich. BIsa saja Conte tidak jadi dipecat.

Pemilik klub besar di Inggris sekarang dalam masa lebih ingin mempertahankan hubungan dengan sang
pelatih. Contohnya, Wenger yang masih aman hingga saat ini di Arsenal, dan Jose Mourinho yang
diperpanjang kontraknya di MU. Bisa saja Conte seberuntung itu.
Namun rasanya peluang untuk itu berkisar 30 persen saja. Orang Rusia bernama Abramovich ini simple.
Mungkin Movich sekarang sudah sering tidak terlihat di stadion seperti dulu. Namun Rusia masihlah
negara dingin, sedingin manusianya. Jika begini terus, di akhir musim, tanpa banyak bicara, maka pasti
ditendang. Ranieri dan Mourinho sudah pernah merasakannya. "Jangan rindu, berat, kau tak akan kuat,
biar aku saja." kata Dilan lagi. Conte akan dipecat. Pasti? Kapan? Tunggu nanti sore. Hmm..akhir musim.

You might also like