You are on page 1of 51

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Saifuddin dkk, 2006 mengatakan Mortilitas dan mortalitas pada wanita

hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Negara

miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan hal berkaitan

dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasa menjadi faktor utama

mortalitas (Chusnaini, 2011. 2018).

Sekitar setengah juta wanita setiap tahunnya, komplikasi kehamilan

adalah suatu hal yang fatal, sekitar 127.000 wanita penyebab kematian ibu

adalah persalinan macet (Widyastuti, 2004).

Kecemasan yang nyata sebagai kecemasan yang mendasar terhadap

bahaya nyata yang ada dalam dunia eksternal. Wanita yang cemas dalam

menghadapi persalinan anak pertama merupakan kecemasan yang

mendasar yang seharusnya di terima, demikian pula ibu hamil, rasa takut

mati tersebut juga kadang menyergap sehingga membentuk kecemasan

apakah ibu hamil sanggup berjuang menjalani persalinan untuk melahirkan

bayi (Fausiah,2003).

Kecemasan ini sering tampak saat trimester 3 saat ibu hamil akan

menghadapi persalinan. Moordiningsih, 2001 menjelaskan bahwa cemas

lebih disebabkan karena pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan dan
adanya ketidakpastian dalam situasi, misalnya merasa cemas atau gelisah

dalam menghadapi kelahiran anak pertama. Menghadapi kelahiran anak

pertama merupakan situasi yang mengandung resiko mempertaruhkan jiwa

dan raga sehingga menyebabkan rasa takut, khawatir pada wanita hamil.

(Maysaroh, 2008).

Kekhawatiran pasangan suami-istri yang sudah mempunyai anak

biasanya berbeda dengan kekhawatiran pasangan yang menghadapi

kelahiran anak pertama dilain pihak, kehamilan berikutnya mungkin tidak

banyak mengandung simpati, perhatian dan nasehat. Ibu yang sudah

berpengalaman dianggap dapat bertindak professional dalam menghadapi

persalinannya. Pada sebagian kasus besar, ibu yang berpengalaman dapat

beradaptasi dengan baik tanpa di pengaruhi oleh akibat-akibat emosional

serta sosial karena pengalaman bersalin yang lalu membuat siap

menghadapi persalinan berikutnya. (Fancek, 2001)

Kecemasan yang dialami mempengaruhi naik turunnya kadar hormone

selama kehamilan yang membuat kerja otak menjadi tegang selain itu, ibu

yang menjalani sebagian kasus-kasus, misalnya hamil bermasalah atau

pernah mengalami keguguran akan mengalami kecemasan (Maulana, 2008).

Kecemasan yang berlebihan bisa mempengaruhi kehamilan dan petumbuhan

janin kelak. Kecemasan hal-hal yang tidak rasional membuat ibu hamil

menjadi tidak santai dan memicu stress. Bayi yang dilahirkan dengan ibu
yang stress cenderung hiperaktif dan sukar mengendalikan emosi (Maulana,

2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Hansen menunjukkan bahwa keadaan

yang traumatis pada wanita hamil berhubungan resiko tinggi ketika

melahirkan selain itu, kadang-kadang ada sedikit gangguan neurologis pada

bayi yang dilahirkan (Masbukin, 2006).

Menurut Musridatul aziz (2016) Dari hasil yang didapatkan dari data

kesehatan Indonesia jumlah ibu hamil di Indonesia tahun 2014 yaitu

sebanyak 5.290.235 orang (Data Kesehatan Indonesia 2014) dari hasil

survey didapatkan cakupan kunjungan ibu hamil di berbagai tempat

pelayanan kesehatan sulsel adalah 91,64% (Seksi Kesehatan Keluarga

Dinas Provinsi Sulsel Tahun 2013). Dari data yang didapatkan dari RSKD

Ibu dan Anak PERTIWI Makassar kunjungan ibu hamil primigravida pada

tahun 2015 adalah sejumlah 1190 orang (Rekam Medik RSKDIA PERTIWI).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Khusus

2. Tujuan Umum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Keperawatan

1. Pengertian

Ansietas menurut Struart (1995) adalah kekhawatiran yang

tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

spesifik (Teguh Purwanto, 2015).

videbeck, 2008 mengemukakan bahwa Kecemasan adalah

perasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh situasi (Eko

Prabowo, 2014).

Menurut varcarolis, 2007 Ansietas merupakan pengalaman

individu yang bersifat subjektif, yang sering bermanifestasi sebagai

perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan

“kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui

dengan pasti (Jenita Doli Tine Donsu, 2017).

David A. Tomb, 1993 menjelaskan Ansietas berbeda dengan

gangguan ansietas. Ansietas (cemas) adalah suatu perasaa takut

yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering

disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas


terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi

yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (Teguh Purwanto, 2015).

Respons yang timbul ansietas yaitu khawatir, gelisah, tidak

tenang dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara

subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah

respons emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya

tidak diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang

jelas dan dapat dipahami. Kapasitas kecemasan diperlukan untuk

bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan

dengan kehidupan (Teguh Purwanto, 2015).

2. Tingkat Ansietas

(Teguh Purwanto, 2015). Tingkat ansietas menurut Stuart (2006)

dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari; ansietas pada tingkat ini menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga


seseorang ,mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

c. ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan

spesifik serta tidak dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu

area lain.

d. Tingkat panik dan ansietas berhubungan dengan terpengarah,

ketakutan dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali,

individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun walaupun dengan pengarahan. Panik merupakan

disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat

ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus

dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

3. Rentang Respon

Menurut Teguh Purwanto, 2015. Rentang respons ansietas

berfluktuasi antara respons adaptif dan maladaptive seperti terlihat

pada gambar berikut


Respons Adaptif Respons
Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu

yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi

sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian

untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,

merasakan dan melindungi diri sendiri.

Menurut videbeck (2008), reson dari kecemasan ringan

adalah sebagai berikut:

1)Reson fisik dari kecemasan ringan adalah:

a) Ketegangan otot ringan

b) Sadar akan lingkungan

c) Rileks atau sedikit gelisah

d) Penuh perhatian

e) rajin

2)Respon kognitif dari kecemasan ringan adalah:

a) Lapang persepsi luas

b) Terlihat tenang percaya diri


c) Perasaan gagal sedikit

d) Waspada dan memperhatikan banyak hal

e) Mempertimbangkan informasi

f) Tingkat pembelajaran optimal

3)Respon emosional dari kecemasan ringan adalah:

a) Perilaku optimis

b) Sedikit tidak sadar

c) Aktivitas menyendiri

d) Terstimulasi

e) Tenang

b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu

bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi

gugup dan agitasi. Menurut videbeck (2008), respons dari

kecemasan sedang adalah sebagai berikut:

1) Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:

a) Ketegangan otot sedang

b) Pupil dilatasi, mula berkeringat

c) Sering mondar mandir, memukul tangan

d) Suara berubah; bergetar, nada suara tinggi

e) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

f) Sering berkemih, sakit kepala, polatidur berubah, nyeri

punggung
2) Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:

a) Lapang persepsi menurun

b) Tidak perhatian secara selektif

c) Fokus terhadap stimulus meningkat

d) Rentang perhatian menurun

e) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

3) Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:

a) Tidak nyaman

b) Mudah tersinggung

c) Kepercayaan diri goyah

d) Tidak sabar

e) Gembira

c. Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada

ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut

videbeck (2008), respon dari kecemasan berat adalah sebagai

berikut:

1) Respons fisik kecemasan berat adalah:

a) Ketegangan otot berat

b) Hiperventilasi

c) Kontak mata buruk

d) Pengeluaran keringan meningkat

e) Bicara cepat, nada suara tinggi


f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

g) Rahang menegang, mengertakan gigi

h) Mondar-mandir, berteriak

i) Meremas tangan, gemetar

2) Respons kognitif dari kecemasan berat adalah:

a) Lapang persepsi terbatas

b) Proses berpikir terpecah-pecah

c) Sulit berpikir

d) Penyelesaian masalah buruk

e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

f) Hanya memperhatikan ancaman

g) Preokupasi dengan pikiran sendiri

h) Egosentris

3) Respons emosional kecemasan berat adalah:

a) Sangat cemas

b) Agitasi

c) Takut

d) Bingung

e) Merasa tidak adekuat

f) Menarik diri

g) Penyangkalan

h) Ingin beban
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang

karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melaukan apapun

meskipun dengan perintah. Menurut videbeck (2008), respons dari

panik adalah sebagai berikut:

1) Respons fisik dari panik adalah:

a) Fight, fight atau freeze

b) Ketegangan otot sangat berat

c) Agitasi motorik kasar

d) Pupil dilatasi

e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

f) Tidak dapat tidur

g) Hormone stress dan neurotransmiter berkurang

h) Wajah menyeringai, mulut ternganga

2) Respons kognitif dari panik adalah:

a) Persepsi sangat sempit

b) Pikiran tidak logis, terganggu

c) Kepribadian kacau

d) Tidak dapat menyelesaikan masalah

e) Focus pada pikiran sendiri

f) Tidak rasional

g) Sulit mengalami stimulus eksternal

h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi


3) Respons emosional dari panik adalah:

a) Merasa terbebani

b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya

c) Lepas kendali

d) Mengamuk, putus asa

e) Marah, sangat takut

f) Mengharapkan hasil yang buruk

g) Kaget, takut, lelah

4. Faktor yang mempengaruhi Ansietas

Ansietas menurut Caplan (2005), adalah sebagai “kesulitan” atau

“kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari

pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan

makna hidup (Jenita Doli Tine Donsu, 2017).. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi ansietas, antara lain sebagai berikut:

a. Faktor predisposisi

Menurut Stuart & Laraia, 2005 Faktor predisposisi adalah

faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

digunakan individu untuk mengatasi stres (Jenita Doli Tine Donsu,

2017):

1) Biologi
Model biologi menjelaskan bahwa ekspresi emosi melibatkan

struktur anatomi didalam otak (Fortinash, 2006).aspek yang

menjelaskan gangguan ansietas adalah adanya pengaruh

neurotansmiter. Tiga neurotransmitter utama yang

berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin, serotonin,

dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

2) Psikologis

Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa aspek psikologis

memandang ansietas adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Menurut

Tarwoto dan Wartonah (2003), maturitas individu, tipe

kepribadian, dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat

ansietas seseorang.

Susilawati, dkk (2005) memaparkan bahwa ketegangan dalam

kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

adalah peristiwa traumatik individu baik krisis perkembangan

maupun situasional seperti peristiwa bencana, konflik

emosional individu yang tidak terselesaikan dengan baik, dan

konsep diri terganggu.

3) Sosial budaya

Riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan

memengaruhi respons individu dalam bereaksi terhadap


konflik dan cara mengahadapi ansietas. Dikatakan bahawa

sosial budaya, potensi stress, serta lingkungan merupakan

faktor yang memengarhi terjadinya ansietas.

b. Presipita

Struart dan Laraia (2005) menggambarkan stressor pencetus

sebagai stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energy

ekstra untuk koping. Stressor pencetus dapat berasal dari sumber

internal atau eksternal. (Jenita Doli Tine Donsu, 2017).

1) Biologi (fisik)

Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu secara

fisik oleh penyakit maupun secara fungsional berupa

penurunan aktivitas sehari-hari. Struart dan Laraia (2005)

mengatakan bahwa, kesehatan umum individu memiliki efek

nyata sebagai presipitasi terjadinya ansietas. Apabila

kesehatan individu terganggu, maka kemampuan individu

untuk mengatasi ancaman berupa penyakit (gangguan fisik)

akan menurun.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa klien yang

mengalami gangguan fisik akan mengakibatkan ansietas.

Prevelensi pasien dengan post stroke yang mengalami

gangguan cemas menyeluruh adalah 6% dirumah sakit akut


dan 3,5% di komunitas. Salah satu studu di swedia

mengatakan bahwa 41,2% pasien dengan cedera otak

mengalami gangguan cemas menyeluruh (Caplan, 2005).

2) Psikologi

Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan

ketidakmampuan psikologis atau penurunan aktivitas sehari-

hari seseorang. Ancaman eksternal yang terkait dengan

kondisi psikologis dan dapat mencetuskan terjadinya ansietas

diantaranya adalah peristiwa kematian, perceraian, dilemma

etik, pindah kerja, perubahan dalam status kerja, sedangkan

yang termasuk ancaman internal yaitu, gangguan hubungan

interpersonal dirumah, ditempat kerja dan ketika menerima

peran baru (istri, suami, murid, dan sebagainya).

3) Sosial budaya

Status ekonomi dan pekerjaan akan memengaruhi timbulnya

stress dan lebih lanjut dapat mencetuskan terjadinya ansietas.

Orang dengan status ekonomi yang kuat akan jauh lebih sukar

mengalami stress disbanding mereka yang status ekonominya

lemah. Hal ini secara tidak langsung dapat memengaruhi

seseorang mengalami ansietas, demikian pula fungsi integrasi

sosialnya menjadi terganggu yang pada akhirnya mencetuskan

terjadinya ansietas.
Sedangkan Eko Prabowo, 2014 menjelaskan bahwa proses terjadinya

masalah kecemasan disebabkan oleh:

a. Faktor predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan

yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (suliswati, 2005).

Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

1) Peristiwa traumatic, yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara

keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada

individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berfikir secara realistis sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik dapat menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

mempengaruhi konsep diri individu.


6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga

menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon

terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping

individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengauhi respons individu dalam berespons terhadap

konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang tepat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena

benzodizepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino

butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron diotak

yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presiitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam

kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan

(Susilawati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu:

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang dapat

mengancam integritas fisik yang meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal

(misalnya: hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan

nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal

a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran

baru, berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya.

5. Tanda dan Gejala

Gangguan ini memiliki beberapa tanda, baik itu secara fisik,

kognitif, perilaku, maupun emosi. Misalnya tanda fisik penderita

ansietas adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

mulut kering, si, gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur, dan sakit

kepala. (Jenita Doli Tine Donsu, 2017).

Ansietas menyerang bagian kognitif seseorang, gejala yang

dapat terlihat secara kognitif dapat dilihat dari cara penderita

mempersepsikan sesuatu. Persepsinya cenderung menyempit, ia tidak

mampu menerima rangsang luar yang seringkali terlihat penderita


kerap berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. (Jenita Doli Tine

Donsu, 2017).

Bagaimana penderita ini saat merespons sesuatu hal? Dapat

ditandai dengan mengamati dari gerakannya.gerakannya tersentak-

sentak, disertai dengan cara bicaranya yang berlebihan dan cepat.

Penderita mungkin terlihat normal-normal saja, tepai memiliki

perasaan tidak aman. (Jenita Doli Tine Donsu, 2017).

Dari segi respons emosi, juga mengalami gangguan. Biasnya

disertai dengan rasa menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut,

gugup, suka cita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secaara

menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri

sendiri, perasaan tidak kuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.

(Jenita Doli Tine Donsu, 2017).

Sedangkan menurut hawari, 2008 Keluhan-keluhan yang sering

dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Eko Prabowo, 2014),

antara lain sebagi berikut:

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, taku akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung.

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.


Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot

dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar,

sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit

kepala dan sebagainya.

6. Akibat

Menurut Eko Prabowo, 2014 Akibatnya Dapat berasal dari sumber

internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua jenis:

a. Ancaman tehadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini stressor

yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang

dapat menyebabkan gangguan fisik (misal: infeksi virus, polusi

udara). Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah

kegagalan mekanisme fisiologis tubuh (misal: sistem jantung,

sistem imun, pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama

kehamilan).

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan

orang yang berarti (meninggal, perceraian, pindah kerja), dan

ancaman yang berasal dari sumber internal berupa gangguan


hubungan interpersonal dirumah tempat kerja atau menerima

peran baru.

7. Mekanisme koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara

konstruksi merupakan faktor utama yang membuat pasien berprilaku

patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia

mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan

dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan

mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur,

makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi

kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain

(Suliswati, 2005). Eko prabowo 2014

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat

dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Susilawati (2005),

mekanisme koping yang dapat dilakukanada dua jenis, yaitu:

a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.

Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah

individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan

menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,

memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.


2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun

psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek

kebutuhan personal seseorang.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego, koping ini

tidak selalu sukses dalam menghadapi masalah, mekanisme ini

seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut

mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak

membantu untuk mengatasi masalah secara realita, untuk menilai

penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau

tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut:

1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan

mekanisme pertahanan pasien.

2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa

pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap

kemajuan kesehatan pasien.

4) Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

8. Penatalaksanaan eko prabowo

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang


bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau

psikiatrik, psikososial dan psikoreligius, selengkapnya seperti pada

uraian berikut:

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:

1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang

2) Tidur yang cukup

3) Cukup olahraga

4) Tidak merokok

5) Tidak meminum minuman kersan

b. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan utama cemas

dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi

gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) disusunan

saraf pusat otak (limbic sistem). Terapi psikofarmaka yang sering

dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCI, meprobamate

dan alprazolam.

c. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai

gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan.

Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat


diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara

lain:

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus

asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan

koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi

kecemasan.

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki

kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,

yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi

dan daya ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan

menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat

menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.


6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor

penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor

pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat

hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam

menghadapi berbaga problem kehidupan yang merupakan

stressor psikososial.

B. Tinjauan Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Ansietas dapat dideskripsikan secara langsung melalui

perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung dapat timbul

gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan

ansietas. Peningkatan intensitas perilaku akan meningkat sejalan

dengan meningkatnya ansietas.

a. Faktor Predisposisi

Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan

penyebab ansietas adalah:


1) Dalam pandangan psikoanalitik yang dikemukakan oleh

Sigmund Freud, Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadan id dan super ego, id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif individu, sedangkan suer

ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma-norma budaya individu. ego atau aku , berfungsi

mediator antara tuntutan id dan super ego, menurut teori

psikoanalitik ansietas merupakan konflik emosional yang

terjadi antara id dan super ego, yang berfungsi

memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu

diatasi.

2) Menurut pandangan interpersonal yang dikemukakan oleh

Sullivan ansietas timbul dari perasaan takut dari tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Hal ini juga

berhubungan dengan trauma perkembangan. Seperti

perpisahan, kehilangan yang menimbulkan individu tidak

berdaya. Seseorang dengan harga diri rendah biasanya

sangat mudah mengalami perkembangan ansietas berat.

3) Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan hasil frustasi

dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli

perilaku menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk


belajar berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit.

Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang sejak

kecil terbiasa dalam kehidupannya dihadapkan pada ketakutan

yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas

berat pada kehidupan masa dewasanya. Ahli teori konflik

memandang anasietas sebagai pertentangan antara dua

kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya

hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas. Konflik

menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan

tidak berdaya yang ada akhirnaya akan menigkatkan konflik

yang dirasakan.

4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansitas

merupakan hal yang biasanya terjadi dalam suatu keluarga.

Teori ini juga tumpang tindih antara gangguan ansietas

dengan depresi.

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin

membantu mengatur ansietas. Penghambat asam

aminobutirat-gama neuroregulator (GABA) juga mempunyai

peran penting dalam mekanisme biologis berhubungan

dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorphin.

Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang


mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap

ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi

stressor.

b. Stressor Pencetus

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau

eksternal. Stressor pencetus dapat diklasifikasikan dalam dua jenis:

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan

kapasitas untuk menurunkan aktivitas hidup sehari-hari. Pada

ancaman ini, stressor yang berasal dari sumber eksternal

adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fisik

(missal infeksi virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi

sumber internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi

tubuh (misal; sistem jantung system imun, pengaturan suhu

dan perubahan fisiologis selama kehamilan).

2) Ancaman tehadap system diri seseorang dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi social yang

terintegrasi seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber

eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti (meninggal,

perceraian, pindah kerja) dan ancaman yang bersal dari


sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal

dirumah, tempat kerja, atau menerima peran baru.

c. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan

fisiologi dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya

gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri

dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat sejalan

dengan peningkatan ansietas. Respons fisiologis, perilaku, kognitif

dan afektif terhadap ansietas dijelaskan pada table berkut:

Respon fisiologis terhadap ansietas

Sistem tubuh Respons

Kardiovaskuler Palpitasi

Jantung berdebar

Tekanan darah meningkat

Denyut nadi menurun

Pingsan

Pernapasan Nadi cepat

Sesak nafas

Pembengkakan pada tenggorokan

Sensasi tercekik

Nafas dangkal
Tekanan pada dada

Neuromuskuler Refleks meningkat

Reaksi terkejut

Mata berkedip-kedip

Insomnia

Gelisah

Wajah tegang

Kelemahan umum

Gerakan yang janggal

tremor

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan

Rasa tidak nyaman pada abdomen

Menolak makan

Nyeri abdomen

Mual

Nyeri ulu hati

Diare

Saluran perkemihan Sering berkemih

Tidak dapat menahan kencing

Kulit Wajah kemerahan

Telapak tangan berkeringat

Berkeringat seluruh badan

Gatal
Rasa panas dan dingin

Wajah pucat

Perilaku Gelisah

Ketegangan fisik

Reaksi terkejut

Bicara cepat

Kurang koordinasi

Cenderung mengalami cedera

Menarik diri dari hubungan

interpersonal

Inhibisi

Melarikan diri dari masalah

Menghindar

Hiperventilasi

Sangat waspada

Kognitif Perhatian tergangggu

Konsentrasi buruk

Pelupa

Salah dalam memberikan penilaian

Preokupasi

Hambatan berfikir

Lapang persesi menurun

Bingung
Sangat waspada

Kesadaran diri

Kehilangan objektivitas

Takut kehilnagan kendali

Takut pada gambaran visual

Takut cedera atau kematian

Mimpi buruk

Afektif Mudah terganggu

Tidak sabar

Tegang

Ketakutan

Waspada

Rasa bersalah

Mati rasa

Malu

Kecemasan

kekhawatiran

d. Sumber Koping

Sumber koping merupakan sumber yang dapat membantu individu

mengurangi atau mengatasi masalah yang dapat menimbulkan

stress. Sumber koping tersebut dapat berupa keadaan ekonimi


keluarga, dukungan keluarga atau sosial, kemampuan

menyelesaikan masalah dan keyakinan agama atau budaya.

e. Mekanisme Koping

Ketika mengenal ansietas, individu menggunakan berbagai

mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan

ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan

penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa

digunakan individu untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap

dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas tingkat ringan sering

ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas sedang

dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping:

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari

dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi

stress secara realistis.

a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah,

menghilangkan dan mengatasi hambatan pemenuhan

kebutuhan.

b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun

psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber

stress.
c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara

seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas

ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak

sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas

mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap

stress. Table 2-3 menjelaskan tentang mekanisme pertahanan

ego yang sering digunakan klien dengan gangguan kecemasan

Mekanisme pertahan Definisi Contoh

Denial Menghindari realita yang Ny. Eni diberi tahu bahwa

tidak menyenangkan anaknya meniggal, ia

dengan mengabaikan atau masuk kekamar dan ketika

menolak untuk mengakui. melihat dan memeriksa

jenazah anaknya, ia

menceritakan kepada

tetangganya bahwa

anaknya sedang tidur.

Kompensasi Proses dimana individu Nn. W mahasiswa stikes di

memperbaiki penurunan Surakarta, prestasi lulus

citra diri berupaya rata-rata (pas-pasan)

menggantinya dengan tetapi sangat aktif dalam


menonjolkan kelebihan organisasi

lain yang dimiliki. kemahasiswaan dan sosial

Displacement Memeindahkan emosi atau Eko mahasiswa stikes,

perasaan kepada dimarahi oleh dosennya

seseorang atau objek lain karena sering terlambat.

yang lebih netral atau Setelah dosennya pergi ia

kurang berbahaya. membanting buku

catatannya.

Proyeksi Menyatakan harapan Dedi menyangkal bahwa

pikiran, perasaan, motivasi ia mencintai teman

sendiri sebagai harapan, sekerjanya. Ia

pikiran, perasaan atau mengatakan temannya itu

motivasi orang lain. mencoba untuk

merayunya.

Reaction Formation Mengembangkan perilaku Esti (35 th) mengalami

dna pola sikap tertentu kesukaran mencari jodoh

yang disadari, berlawanan karena ibu yang tinggal

dengan perasaan dan bersamanya terlalu

keinginannya. cerewet dan rewel. Iya

harapkan ibunya cepat

meninggal, tetapi iya

sangat telaten dan sabar

dalam merawat ibunya.


Isolasi Memisahkan atau Nn. Suryani mahasiswa

mengeluarkan dari keperawatan setiap kali

komponen perasaan memandikan pasien pria

tentang pikiran, kenangan tidak merasa malu atau

atau pengalaman tertentu. canggung

Introyeksi Bentuk identifikasi yang Lilies (18 th) yang selalu

lebih mendalam dimana dikambing hitamkan dan

individu mengambil atau sering dihina oleh

memasukkan nilai dari keluarganya. Ia

orang lain yang dicintai berpendapat bahwa ia

atau benci menjadi struktur gadis yang buruk, bodoh

egonya. dan tidak menarik.

Rasionalisasi Memberikan alasan atau Lilis mengalami kesukaran

penjelasan yang masuk dalam mengikuti salah

akal agar perilaku, pikiran satu mata pelajaran ia

atau perasaan yang tidak mengatakan mata

dapat diterima atau pelajaran itu tidak jelas

dibenarkan oleh orang tujuannya dan

lain. penyampaiannya

monoton.

subsitusi Mengganti tujuan bernilai Syifa ingin membeli

lebih tinggi dan tidak dapat boneka teletubis ukuran

dicapai dengan tujuan lain besar namun uangnya


yang hamir sama tetapi tidak cukup. Ia membeli

nilainya lebih rendah. boneka dengan model

sama tapi yang ukurannya

kecil.

Identifikasi Suatu proses dimana Fina, mahasiswa stikes

seseorang berusaha semarang menata

seperti orang yang rambutnya seperti dosen

dikagumi dengan meniru yang ia kagumi.

cara berpikir dan

perilakunya.

Undoing Suatu tindakan atau Syifa (5 th), langsung

komunikasi tertentu yang memeluk dan mencium

bertujuan menghapuskan ibunya setelah ia

atau meniadakan tingkatan mengatakan benci dan

sebelumnya. marah pada ibunya.

Sublimasi Perubahan bentuk Danang baru putus

ekspresi dorongan atau hubungannya dengan

rangsangan yang kekasihnya. Ia banyak

terlambat ke ekspresi yang menulis puisi cinta di

lebih dapat diterima oleh majalah.

masyarakat secara sosial.

Regresi Dalam menghadapi stress, Ardi anak lelaki 4 th,

perilaku, perasaan dan sudah tidak BAB dan BAK


cara berfikir mundur dicelana serta artikulasi

kembali ke ciri tahap bicara sudah jelas. Ketika

perkembangan adiknya lahir ia kembali

sebelumnya. mengompol.

Represi Pengesampingan secara Tn. Yono tidak mengingat

tidak sadar tentang pikiran peristiwa kekerasan yang

atau memori yang ia lakukan pada istrinya.

menyakitkan atau

bertentangan dengan

kesadaran.

2. Diagnosis Keperawatan

Pemebentukan diagnosis keperawatan mengharuskan untuk

perawat menentukan kualitas (kesesuaian) dari respons pasien,

kuantitas (tingkat) dari ansietas pasien dan sifat adaptif atau

maladaptif dari mekanisme koping yang digunakan.

Diagnonis keperawatan yang berhubungan dengan respons

kecemasan

a. Penyesuaian, gangguan

b. Ansietas

c. Pola pernafasan, ketidakefektifan

d. Komunikasi, hambatan verbal


e. Konfusi, akut

f. Koping, ketidakefektifan

g. Diare

h. Ketakutan

i. Pemeliharaan kesehatan, ketidakefektifan

j. Cedera, risiko

k. Memori, kerusakan

l. Nutrisi, ketidakseimbangan

m. Sindrom pasca trauma

n. Ketidakberdayaan

o. Ketidakberdayaan, risiko

p. Sindrom stress akibat perpindahan, risiko

q. Harga diri, rendah situasional

r. Persepsi sensori, gangguan

s. Pola tidur, gangguan

t. Interaksi sosial, hambatan

u. Proses pikir, gangguan

v. Eliminasi urine, gangguan

Suatu pengkajian keperawatan yang lengkap mencakup

semua respons maladaptif pasien. Banyak masalah keperawatan

tambahan akan teridentifkasi dengan cara dimana ansietas pasien


secara resiprokal mempengaruhi area lain dalam kehidupan.

Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gangguan ansietas

NANDA telah mengidentifikasi seperti dalam kotak 2-1.

3. Perencanaan

Pasien harus meningkatkan keterampilan dalam

mengendalikan ansietas dan menggunakan keterampilan tersebut

secara sadar dan konstruktif. Dengan cara ini klien menjadi kuat dan

lebih terintegrasi. Rencana keperawatan pada ansietas tingkat berat

dan panic dijelaskan pada table 2-4 dan ansietas pada tingkat sedang

pada table 2-5.

Table 2-4

Rencana Keperawatan: Respon Ansietas Pada Tingkat Berat dan

Panik

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

Pasien dapat terlindung Dukung dan terima Ansietas berat dan panic
dari bahaya mekanisme pertahanan dapat dikurangi dengan

klien mengizinkan klien untuk

Kenalkan klien ada realita menentukan besarnya

kesedihan yang stres yang dapat di

berhubungan dengan tangani.

mekanisme kopingnya Jika klien tidak mampu

saat ini. menghilangkan ansietas,

Berikan umpan balik pada ketegangan dapat

klien tentang perilaku, mencapai tingkat panik

stressor dan sumber dan klien dapat kehilangan

koping. Hindari perhatian kendali.

terhadap phobia, ritual

atau keluhan fisik.

Kuatkan ide bahwa

kesehatan fisik

berhubungan kesehatan

emosional.

Batasi perilaku maladaptif

klien dengan cara

mendukung.

Klien akan mengalami Bersikap tenang terhada Perilaku klien dapat

situasi yang lebih sedikit klien. dimodifikasi dengan

menimbulkan ansietas Kurangi stimulus mengubah lingkungan dan


lingkungan. interaksi klien dengan

Batasi interaksi klien lingkungan.

dengan klien lain, untuk

meminimalkan aspek

menularnya ansietas.

Identifikasi dan modifikasi

situasi yang dapat

menimbulkan ansietas

bagi klien.

Berikan tindakan fisik

yang mendukung, seperti

mandi air hangat dan

masase.

Klien akan terlibat dalam Ikutlah terlibat dengan Dengan mendorong

aktivitas yang dijadwalkan aktivitas klien untuk aktivitas keluar rumah ,

sehari-hari memberikan sukungan perawat membatasi waktu

dan penguatan perilaku klien yang tersedia untuk

produktif secara sosial. mekanisme koping

Berikan beberapa jenis destruktif sambil

latihan fisik. meningkatkan partisipasi

Rencanakan jadwal atau dan menikmati aspek

daftar aktivitas yang dapat kehidupan lainnya.

dilakukan setiap hari.


Libatkan anggota keluarga

dan sistem pendukung

lainnya.

Klien akan mengalami Berikan medikasi yang Efek hubungan terpeutik

penyembuhan dan gejala- dapat membantu dapat ditingkatkan jika

gejala ansietas berat. mengurangi rasa tidak kendali kimiawi terhadap

nyaman klien. Amati efek gejala kemungkinan klien

samping medikasi dan untuk mengarahkan

lakukan penyuluhan perhatian pada konflik

kesehatan yang relevan. yang mendasari.

Diagnosis Keperawatan: Ansietas Berat/Panik

Kriteria Hasil: Pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat

sedang atau ringan

Tabel 2-5

Rencana Asuhan Keperawatan: Respons Ansietas Tingkat Sedang

Diagnosis Keperawatan: Ansietas Sedang

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

Klien akan mengidentifikasi Bantu pasien Untuk mengadopsi

dan menggambarkan mengidentifikasi dan respons koping yang

perasaannya tentang menggambarkan baru, klien pertama kali


ansietasnya. perasaan yang mendasari harus menyadari

kecemasan. perasaan dan mengatasi

Kaitkan perilaku klien penyangkalan dan

dengan perasaan resistens yang disadari

tersebut. atau tidak disadari.

Validasikan semua

perubahan dan asumsi

kepada pasien.

Gunakan pertanyaan

terbuka untuk beralih dari

topik yang tidak

mengancam ke isu-isu

konflik.

Variasikan besarnya

ansietas untuk

meningkatkan motivasi

pasien .

Gunakan konfrontasi

suportif dengan

bijaksana.

Pasien akan Bantu klien Setelah perasaan

mengidentifikasi penyebab menggambarakan situasi ansietas dikenali, klien

ansietas dan interaksi yang harus mengerti


mendahului ansietas. perkembangannya

Tinjauan penilaian klien termasuk stressor

terhadap stressor, nilai- pencetus, penilaian

nilai yang terancam dan stressor dan sumber yang

cara konflik berkembang. tersedia.

Hubungkan pengalaman

klien dengan pengalaman

yang relevan pada masa

lalu.

Pasien akan menguraikan Kaji bagaimana klien Respons koping adaptif

respons koping adaptif dan menurunkan ansietasnya dapat dipelajari melalui

maladaptif. di masa lalu dan tindakan analisis mekanisme

yang dilakukan untuk koping yang digunakan di

menurunkannya. masa lalu, penilaian ulang

Tunjukkan efek stressor, menggunakan

maladaptif dan destruktif sumber koping yang

dari respons koping saat tersedia dan menerima

ini. tanggung jawab untuk

Dorong klien berubah.

menggunakan koping

adaptif dan efektif di

masa lalu.

Fokuskan klien pada


tanggung jawab untuk

berubah.

Bantu klien untuk

mengevaluasi nilai, sifat

dan arti pada saat yang

tepat.

Bantu klien secara aktif

mengaitkan hubungan

sebab akibat.

Pasien akan Bantu klien Individu dapat mengatasi

mengimplementasikan dua mengidentifikasi cara stress dengan mengatur

respons adaptif untuk untuk membangun stress emosional yang

mengatasi asnietas kembali pikiran, menyertainya melalui

memodifikasi perilaku, teknik penatalaksanaan

menggunakan sumber stress.

dan menguji respons

koping yang baru.

Dorong klien melakukan

aktivitas fisik untuk

menyalurkan energi.

Libatkan orang terdekat

sebagai sumber koping

dan dukungan sosial.


Ajarkan teknik relaksasi

untuk meningkatkan

percaya diri.

Kriteria hasil: pasien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap

stress.

4. Implementasi

Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy,

1995). Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan

rencana. Hal ini karena perawat belum terbiasa dengan rencana

tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Rencana yang

dilakukan adalah rencana tidak tertulis, apayang dipikirkan, dirasakan.

Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal

dan tidak memenuhi aspek legal. Focus intervensi pada klien dengan

respons ansietas menurut tingkatannya, yaitu:

a. Intervensi dalam Ansietas Tingkat Berat dan Panik

Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditujukan untuk

menurunkan ansietas tingkat berat dan panic pasien dan intervensi

keperawatan yang berhubungan harus suportif dan protektif.

b. Intervensi dalam Ansietas Tingkat Sedang


Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang

perawat dapat mengimplementsikan intervensi keperawatan

reedukatif atau berorientasi pada pikiran. Intervensi ini melibatkan

pasien dalam proses pemecahan masalah.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untu menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi ini harus dilakukan terus

menerus pada respon ansietas klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi:

a. Apakah ancaman terhadap integrasi fisik atau sistem diri pasien

berkurang dalam sifat, jumlah, asaldan waktunya?

b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan

atau tingkat yang lebih berat?

c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan dengan

adequat?

d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai

pandangan terhadap pandangan tersebut?

e. Apakah pasien menggunakan respons koping adaptif?

f. Sudahkah pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi

kecemasan?

g. Apakah pasien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perubahan personal?

You might also like