You are on page 1of 22

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Robekan Perineum

Ruptur perinei adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu

persalinan. (Mochtar, 1998)

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan

tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. (Prawirohardjo, 2007)

Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir

vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.

(Saefuddin, 2006)

Robekan perineum derajat II dimana luasnya robekan mulai dari mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. (APN, 2007)

Etiologi

Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei (perineum) :

1. Partus presipitatus (persalinan cepat < 3 jam).

2. Kepala janin besar (hidrosefalus) dan janin besar (makrosomi).

3. Pada presentasi defleksi (dahi, muka).

4. Pada primigravida (para).

5. Pada letak sungsang dan after coming head (kepala macet).

6. Pimpinan persalinan yang salah.

7. Pada obstetri operatif pervaginam : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi

dan ekstraksi, serta embriotomi. (Mochtar, 1998)


Tingkatan Robekan Perineum

Robekan perineum dibagi atas 4 tingkat :

1. Tingkat I: Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenai kulit perineum.

2. Tingkat II: Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei

transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.

3. Tingkat III: Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.

4. Tingkat IV: Robekan mengenai perineum sampai bagian otot sfingter ani dan

mukosa rektum. (Saifuddin, 2005 : 462)

Pada robekan tingkat I penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan

dan jika luka teraposisi secara alamiah. Untuk robekan tingkat II dilakukan

penjahitan dan pada robekan tingkat III dan IV jangan coba menjahit laserasi,

segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur

khusus. (APN, 2004)

Gejala dan Tanda Robekan Jalan Lahir

1. Yang selalu ada

a. Perdarahan segera.

b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.

c. Kontraksi uterus baik. d. Plasenta baik.

2. Kadang-kadang ada

a. Pucat

b. Lemah

c. Menggigil
Patofisiologi Kehamilan aterm (cukup bulan)

1. Persalinan Sebab-sebab terjadinya persalinan

a. Teori Keregangan Rahim

membesar & merenggang Iskemia otot-otot rahim Sirkulasi utero plasenter

b. Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta Produksi progesteron menurun, Otot rahim sensitif

terhadap oksitosin, Otot rahim berkontraksi

c. Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteronKontraksi braxton

hicksAktivitas meningkat

d. Teori prostaglandin

Meningkat dari minggu ke 15 hingga atermKontraksi otot rahim

e. Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauserGanglion

digeser dan ditekan Kontraksi uterus Proses persalinan

2. Proses Persalinan

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

pembukaan dan penipisan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan pada serviks.

a. Tanda dan gejala inpartu, termasuk :

 Penipisan dan pembukaan serviks.


 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

 Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina

b. Pembagian fase / kala dalam persalinan

- KalaI(KalaPembukaan)

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dibagi lagi menjadi :

1. Fase laten

 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap.

 Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

 Biasanya berlangsung < 8 jam.

2. Fase aktif

 Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi dianggap adekuat /

memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih).

 Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau

lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

 Berlangsung < 6 jam.

- Kala II (Kala Pengeluaran)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi.


Tanda dan gejala kala II :

a. Adanya dorongan untuk meneran dari ibu.

b. Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada anus.

c. Perineum terlihat menonjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan

dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya

bagian kepala bayi pada introitus vagina.

- Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban.

 Fisiologi kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan

ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian

dilepaskan dari dinding uterus, setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah

uterus atau bagian atas vagina.

 Tanda-tanda pelepasan plasenta

- Perubahan bentuk dan tinggi uterus, uterus menjadi bulat dan fundus berada

di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).


- Tali pusat memanjang.

- Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan

darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat

melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter)

keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.

- Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala ini

penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan

atonia uteri masih mengancam, pada kala ini penderita belum dipindahkan ke

kamarnya tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. (Diktat Kuliah Biorep)

 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1. Passage (jalan lintas)

a. Ukuran panggul

b. Otot-otot dasar panggul

2. Power (kekuatan)

a. His yaitu kontraksi otot rahim pada persalinan. Karakteristik his persalinan

dan his palsu Faktor Kontraksi Interval Intensitas Lokasi sakit Pengaruh sedative

Perubahan serviks His persalinan Interval teratur Memendek Makin kuat

Belakang & abdomen Tidak berpengaruh Mendatar & membuka His palsu Tak

teratur Tetap panjang Tetap Abdomen bawah Hilang oleh sedative tetap

b. Tenaga mengejan.
3. Passanger (penumpang)

a. Janin

b. Plasenta

c. Air ketuban

Penatalaksanaan Robekan Perineum

1. Persiapan Alat

a. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan. 1) Wadah DTT berisi sarung

tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catguk No. 2/0

atau 3/0, kasa steril, pinset. 2) Pavidon-iodine. 3) Buka spuit sekali pakai 10 ml

dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT. 4) Patahkan jarum ampul

lidokain (lidokain tanpa epinefrin). Perkiraan jumlah lidokain yang akan

digunakan (sesuaikan dengan luas/dalamnya robekan perineum).

b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur.

c. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu.

d. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva/perineum ibu.

e. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun

dan air mengalir.

f. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan.

g. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi

tabung suntik dengan lidokain 1% tanpa epinefrin dan letakkan kembali ke dalam

wadah DTT.

h. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.

i. Gunakan kasa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan povidon
iodine dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama : 2

menit sebelum menyuntikkan lidokain 1%.

2. Anestesi Lokal

a. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat.

b. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum

suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.

c. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada

darah, tusuk jarum sedikit dan kembali masukkan, ulangi melakukan aspirasi.

Anestesi yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan detak

jantung yang tidak teratur.

d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah

perineum.

e. Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum suntik, bila

robekan alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas, tepi perineum, dalam

luka, mukosa vagina.

f. Lakukan langkah No. 2 – 5 di atas kedua tepi robekan.

g. Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil

optimal dari anestesi lokal.

3. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat II Sebelum dilakukan penjahitan pada

perineum derajat II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi,

maka pinggir yang bergerigi tersebut diratakan dahulu. Pinggir robekan sebelah

kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting,

setelah pinggir robekan rata baru dilakukan penjahitan luka perineum. Mula-mula
otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput vagina dijahit dengan catgur secara

terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak

robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang secara terputus-putus.

(Wiknjosastro, 2002)

4. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat III

a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.

b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke

dalam vagina.

c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.

d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.

e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.

f. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan

menggunakan peon lurus.

g. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 – 3 jahitan

angka 8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.

h. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada

robekan perineum tingkat II.

5. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat IV

a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.

b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke

dalam vagina.

c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.

d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.


e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.

f. Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur

menggunakan catgut kromik No. 2/0.

g. Jahit asia periretal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga

bertemu kembali.

h. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama

sehingga bertemu kembali.

i. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan

menggunakan peon lurus.

j. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 – 3 jahitan

angka 8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.

k. Selanjutanya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan

pada robekan perineum tingkat II.


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM

DENGAN ROBEKAN JALAN LAHIR

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

Nama : Ny. J Nama Suami : Tn. I

Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Perdamaian Alamat :Perdamaian

B. ANAMNESE ( Data Subyektif )

Pada tanggal :13– 01– 2017 Pukul : 10.00 Wib

1. Alasan masuk kamar bersalin : pasien rujukan dari klinik ke rumah

sakit yang mengalami robekan jalan lahir dan pendarahan

2. Keluhan : Adanya nyeri pada vagina

3. Riwayat persalinan tanggal : 13-01-2017 Di tolong oleh: Bidan

Tempat bersalin : Klinik

Jenis persalinan : √ Spontan Anjuran

Buatan Tindakan

Catatan waktu

Kala I : 10 jam
Ketuban pecah : √ Spontan Amneotomi

Banyaknya : 500 cc

Kala II : jam 30 menit

Kala III : jam 2 menit

 Perdarahan : Kala I : 100 ml Kala II : 150 ml

Kala III: 170 ml Kala IV : 200 ml

 Komplikasi atau kelainan dalam persalinan : Robekan jalan lahir

Partus lama : jam/ menit

 Plasenta : √ Spontan

Manual plasenta

√ Lengkap, ukuran: 20 cm, beratnya: 500 gr

Panjang tali pusat: 50 cm

Insersi : sentralis

Kelainan : tidak ada

Sisa plasenta : tidak ada

 Perenium : Robekan jalan lahir

 Tindakan lain : Infus cairan

BAYI

 Lahir : Spontan Pukul : 08.00 Wib

 BB : 3800 gr PB : 50 cm, Nilai apgar : 8/9

 Cacat bawaan : Tidak ada

 Masa gestasi : 39 minggu


A. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )

1. Keadaan Emosional : Stabil

 Taking in : Ibu belum mampu merawat bayinya

 Taking hold : Ibu sudah mampu merawat bayinya

dengan bantuan

 Latting go : Ibu sudah mampu merawat bayinya

2. Riwayat menstruasi :

- HPHT :01 – 04 - 2016

- TTP : 08 – 01 - 2017

- Menarche :13 tahun

- Haid bulan sebelumnya:7 hari

- Siklus : 28 hari

3. Tanda vital

- Tekanan darah :120/70 mmHg

- Denyut nadi :82 x/menit

- Pernafasan :20 x/menit

- Suhu tubuh : 37°C

4. Riwayat perkawinan

- Usia kawin pertama : 27 tahun

- Lamanya perkawinan :1 tahun

5. Payudara

Pengeluaran : Colostrum (+)

Bentuk : Simetris
Putting susu :Menonjol

6. Uterus

TFU : 3 jari di bawah pusat Kontraksi uterus : Normal

Konsistensi uterus : Keras Posisi uterus : Antrofleksi

7. Pemeriksaan alat genetalia

- Pengeluaran lokhea

Warna : Merah Jumlah : 5x ganti doek

- Perdarahan : Amis Konsistensi : encer

Sumber : robekan jalan lahir

Jumlah : 650 cc

8. Perenium : terjadi robekan

9. Kandung kemih : kosong

10. Extrimitas : tidak ada

Refleks : Ka (+) Ki (+)

B. UJI DIAGNOSTIK

HB : 11 gr %

Golongan darah :-
Interprestasi Data Identifikasi Tindakan Perencanaan Rasional Pelaksanaan Evaluasi
Diagnosa Dan Segera
Masalah
Potensial
Tanggal :13 -01-2017 Diagnosa Penjahitan 1. Berikan -Informed 1. Melakukan informed Tanggal : 13-
Pukul : 10:00 wib potensial: Infeksi, robekan jalan informed consent consent dengan ibu dan
01-2017
Diagnosa : post perdarahan lahir dan consent sebagai keluarga
partum 2 jam dengan banyak. penanganan kepada ibu pembuktian/ 2. Mencegah infeksi dengan Pukul : 11.00
robekan jalan lahir Data dasar : perdarahan dan persetujuan cara melakukan
wib
Data dasar Kerusakan keluarga antara dua penjahitan dan
- Ibu mengatakan jaringan pihak untuk pemakaian alat steril 1. Laserasi
telah menghindari serta pemberian
jalan lahir
melahirkan bayi gugatan hukum antibiotik juga perawatan
2 jam yang lalu apabila terjadi antibiotik juga perawatan sudah di
- Ibu mengatakan kesalahan luka setelah hecting.
jahit
bahwa ini dalam
kelahiran anak melakukan 2. Keadaan
Pertama tindakan
umum ibu
- Ibu mengatakan -Untuk
nyeri pada 2. Lakukan menghindari baik
sekitar vagina pencegaha bakteri pada
n infeksi saat melakukan  TD: 120/70
- Robekan pada
perineum penjahitan dan mmHg
(mukosa vagina agar tidak 3. Mempersiapkan alat
dan otot terjadi untuk menjahit perineum  Pols: 82x/
perineum) komplikasi  Bak instrumen berisi menit
pada ibu  sepasang handscoon
Masalah : Nyeri -Untuk  doek steril 1buah  RR: 20x/
pada robekan memudahkan  Nald voulder menit
jalan lahir 3. Persiapan proses  Nald heacting
alat penjahitan  Chromic cut gut no 2/0  Temp : 37
heacting sehingga di atau 3/0 C
dan butuhkan alat-  Pinset anatomis dan
persiapan alat steril. pinset serugis 3. Kontraksi
ibu -Dengan  Kasa secukupnya uterus
melakukan  Tampon bertali
4. Lakukan penjahitan luka  Lampu sorot baik
cara perineum dapat  Persiapan obat-obatan
penjahitan menghindari  Lidocain
luka perdarahan.  Spuit 3 cc
perineum 4. Melakukan cara kerja
penjahitan perineum
 Cara kerja penjahitan
perineum
 Alat sudah disiapkan
 Buka alat suntik
dimasukkan kedalam
wadah set heacting
 Buka tabung lidocain
 Posisikan bokong ibu
pada sudut ujung tempat
tidur dengan posisi
litotomi
 Atur lampu sorot/ senter
kearah vulva/ perineum
ibu
 Cuci tangan 7 langkah
 Pakai sarung tangan
 Isi tabung suntik dengan
lidocain
 Lengkapi pemakaian
sarung tangan pada
kedua tangan
 Pasang doek steril
dibawah bokong ibu
 Gunakan kain bersih
untuk membersihkan
daerah luka dari darah
atau bekuan darah dan
nilai kembali luas dan
dalamnya robekan pada
daerah perineum
 Beritahu ibu akan
disuntik yang akan
terasa perih dan
menyengat
 Tusukkan jarum suntik
pada ujung luka atau
robekan perineum,
masukkan jarum suntik
secara subcutan
sepanjang luka
 Lakukan aspirasi untuk
memastikan ujung
jarum memasuki
pembuluh darah (ada
darah yang terhisap).
Bila ada darah tarik
jarum (sedikit) dan
masukkan kembali,
ulangi kembali prosedur
aspirasi(cairan lidocain
yang masuk ke
pembuluh darah dapat
menyebabkan denyut
jantung tidak teratur
atau kejang)
 Suntikan cairan lidocain
1 % sambil menarik
jarum suntik pada tepi
luka pada mukosa
vagina, lakukan aspirasi
sambil menarik jarum
suntik, infatrasikan
cairan lidocain 1% bila
ada robekan besar
didalam anastesi bagian
daerah dalam robekan
lalu suntik anastesi akan
berbentuk seperti kipas
tepi perineum dalam
luka tepi mukosa vagina
 Lakukan langkah nomor
11 s/d 14 untuk kedua
tepi robekan
 Tunggu 1 sampai 2
menit sebelum
melakukan penjahitan
untuk mendapatkan
hasil yang optimal dan
pemberian bahan/larutan
anastesi
 Lakukan inspeksi
vagina dan perineum
untuk melihat robekan
(mengecek reaksi
anastesi)
 Jika ada perdarahan
yang membasahi luka
perineum, pasang
tampon atau kasa
kedalam vagina
(sebaiknya tampon
bertali)
 Ratakan pinggir luka
robekan
 Tempatkan nald
heacting pada nald
voulder, kemudian
kunci nald voulder
 Pasang benang jahit
(chromic cut gut 2/0)
pada lubang nald
heacting
 Lihat dengan jelas batas
luka perineum
 Lakukan penjahitan
pertama lebih kurang 1
cm diatas puncak luka
robekan dan dalam
vagina ikat jahitan
pertama dengan simpul
mati, potong ujung
benang yang bebas
(ujung benang tanpa
jarum hingga terasa 1
cm)
 Jahit mukosa vagina
dengan menggunakan
jahitan jelujur hingga
menembus luka robekan
bagian perineum
 Teruskan jahitan jelujur
pada luka robekan
perineum sampai
kebagian bawah luka
robekan
 Jahit jaringan subcutan
kanan kiri keatas hingga
tepat dimuka lingkaran
hymen
 Tusukkan jarum suntik
dari depan

You might also like