You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


TUBERKULOSIS PARU (TB)

A. Defenisi Penyakit
Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit mikobakterial paling
terserang selama sejarah manusia, selain lepra.Tuberculosis (TB) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu
bakteri aerob yang tahan asam (acid fast bacillus [AFB]) (Black, 2014).
Tuberkulosis Paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang hamper seluruh organ tubuh dapat
terserang olehnya tapi yang paling banyak yang diserang adalah paru-paru
(NANDA,2013). Penyakit Tb paru di mulai dari tuberculosis,yang berarti
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri batang (basil) yang
dikenal dengan nama Mycro bacterium tuberculosis (Oktafiyana, 2015).
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang
pada struktur-struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium
tuberculosis (Saputra, 2010).
Tuberkolosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacteria Tubercolosis) termasuk kedalam family
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Mycobacteria
tubercolosis ini masih berkeluarga dengan genus mycobacterium.
Berdasarkan beberapa kompleks tersebut, mycobacteria tuberkolosis
merupakan jenis yang paling sering dijumpai (Kemenkes 2011 ; Romlah,
2015).
Menurut DepKes RI 2008, TB paru adalah tuberculosis yang
menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura l (sealpu paru). Berdasarkan
hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam :
a. TB paru BTA positif
Yaitu sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif dan foto rontgen dada menunjukan tuberculosis aktif. Specimen

1
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis BTA Negatif
Pemeriksaa 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran Tuberkulosis aktif TB paru BTA
negative rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakit,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas, dan atau
keadaan penderita memburuk.

B. Etiologi
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu bakteri aerob yang tahan asam (acid fast
bacillus [AFB]). TB merupakan infeksi melalui udara dan umumnya
didapatkan dengan inhalasi partikel kecil (diameter 1 hingga 5 mm) yang
mencapai alveolus. Droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa,
bersin, atau menyanyi. Droplet nuclei terinfeksi kemudian dapat terhirup oleh
orang yang rentan (inang). Sebelum terjadi infeksi paru, organism yang
terhirup harus melewati mekanisme pertahanan paru dan menembus jaringan
paru (Black, 2014).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Black (2014), manifestasi klinis dari tuberculosis paru yaitu:
1. Dispnea
2. Batuk nonproduktif atau produktif
3. Hemoptisis
4. Nyeri dada yang berupa pleuritik atau nyeri dada tumpul
5. Sesak di dada
6. Crackles dapat ditemukan pada auskultasi
7. Rasa lelah
8. Anoreksia (hilang nafsu makan)
9. Kehilangan berat badan

2
10. Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat (sering pada malam
hari).
D. Deskripsi Patofisiologi
Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi TB. Infeksi TB
primer biasanya menyerang apeks dari paru-paru atau dekt pleura dari lobus
bawah. Walaupun infeksi primer, dapat berupa mikroskopik (sihingga tidak
muncul pada rongten dada), namun kelanjutan penyakit seperti di bawah ini
sering ditemui (Black, 2014).
Muncul suatu bagian kecil yang terserang bronkopneumonia pada
jaringan paru. TB banyak menginfeksi secara fagositosis (di pencernaan) oleh
makrofag yang beredar. Namun, sebelum berkembangnya hipersensitivitas
dan imunitas, banyak basilus yang dapat bertahan hidup dalam sel-sel darah
tersebut dan terbawa ke pronkopulmonalis (hilus) kelenjar getah bening
melalui system limfatik. Basilus bahkan dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Walaupun infeksi kecil, tapi penyebarannya sangan cepat (Black, 2014).
Lokasi infeksi primer dapat atau dapat tidak mengalami proses
degenerasi nekrotik, yang disebut kaseasi karena menghasilkan rongga yang
terisi massa seperti keju yang berisi basil tuberkel, sel darah putih mati, dan
jaringan paru nekrotik. Seiring waktum material ini mencair dan keluar ke
saluran trakeobronkial, dan dapat dibatukkan keluar. Kebanyakan TB primer
dapat sembuh dalam periode beberapa bulan dengan membentuk jaringan
parut dan kemudian lesi kalsifikasi yang disebut sebagai kompleks Ghon.
Lesi-lesi tersebut dapat mengandung basilus hidup yang dapat mengalami
reaktivitasi, terutama jika klien mengalami masalah imunitas, bahkan setelah
bertahun-tahun, dan menyebabkan infeksi sekunder (Black, 2014).
Selain penyakit primer proresif, terinfeksi ulang juga dapat menyebabkan
bentuk klinis TB aktif, atau infeksi sekunder. Lokasi infeksi primer yang
mengandung basilus TB mungkin tetap laten bertahun-tahun dan dapat
mengalami reaktivasi jika resistansi klien turun. Oleh karena dimungkinkan
terjadinya infeksi ulang dank arena lesi dorman dapat mengalami reaktivasi,
maka penting bagi klien dengan infeksi TB untuk dikaji secara periodic
terhadap bukti-bukti adanya penyakit aktif (Black, 2014).

3
E. Patways Tubercolusis

Orang terinfeksi aktif TBC

Batuk/bersin

Tuberkel Udara tercemar mycobacterium tuberculosis

Merusak membrane alveolar, Dihirup individu yang rentang


kapiler merusak pleura,
aktelektasis Masuk ke dalam saluran nafas/paru-paru
inflamasi
Menganggu perfusi disfungsi O2 Infeksi saluran pernafasan bawah

Suplai O2 berkurang Peradangan di bronkus Merangsang


hipotalamus sehingga
Menempel di alveoli
Sesak nafas suhu tubuh
meningkat
Mengaktifasi respon imun
Gangguan Pertukaran Gas Hipertermi

Resiko infeksi: penyebaran ke org lain Reaksi peradanagan IL 1 dan TNF-α


bekerja sama
Penumpukan eksudat dalam alveoli
Udara tercemar saat pasien batuk/bersin
Meningkatkan
Batuk Peningkatan produksi mukus ekspresi leptin oleh
sel adiposa
Akumulasi sekret pada saluran pernapasan
Di Pleura terjadi infiltrasi
meningkat Negatif feedback
ke hipotalamus
Terjadi gesekan inspirasi dan ventromedial
ekspirasi Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

anoreksia
pleuritis
Thalamus

Merangsang pengeluaran Asupan nutrisi kurang


bradikinin, prostaglandin dan Kortek serebri
histamin Berat badan menurun
Merangsang ujung saraf- Persepsi nyeri
saraf bebas Ketidakseimbangan
Nyeri dada nutrisi kurang dari
Implus Ditransfer ke modula kebutuhan tubuh
Spinalis melalui Radik Dorsalis 4
Nyeri akut
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi
seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan
gambaran bermacammacam pada foto toraks. Gambaran radiologis yang
ditemukan dapat berupa:
a. Bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
b. Bayangan berawan atau berbercak
c. Adanya kavitas tunggal atau ganda
d. Bayangan bercak milier
e. Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral
f. Destroyed lobe sampai destroyed lung
g. Kalsifikasi
h. Schwarte.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia luasnya proses yang
tampak pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lesi minimal (Minimal Lesion):
Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu
atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak
diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus
dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak
dijumpai kavitas.
b. Lesi luas (Far Advanced):
Kelainan lebih luas dari lesi minimal Penelitian di Bangalore, India
yang melibatkan 2229 orang dengan gejala respiratorik dan sistemik

5
(batuk 2 minggu atau lebih, nyeri dada, panas lebih dari minggu dan
batuk darah) yang kemudian dievaluasi secara radiologi (foto toraks)
dan bakteriologi (hapusan dahak).
3. Pemeriksaan Khusus
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat
mendeteksi kuman TB seperti :
a. BACTEC: dengan metode radiometrik , dimana CO2 yang dihasilkan
dari metabolisme asam lemak M.tuberculosis dideteksi growth
indexnya.
b. Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari
M.tuberculosis, hanya saja masalah teknik dalam pemeriksaan ini
adalah kemungkinan kontaminasi.
c. Pemeriksaan serologi : seperti ELISA, ICT dan Mycodot
4. Pemeriksaan Penunjang Lain
Seperti analisa cairan pleura dan histopatologi jaringan, pemeriksaan
darah dimana LED biasanya meningkat, tetapi tidak dapat digunakan
sebagai indikator yang spesifik pada TB. Di Indonesia dengan prevalensi
yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnosis penyakit kurang
berarti pada orang dewasa. Uji ini mempunyai makna bila didapatkan
konversi, bula atau kepositifan yang didapat besar sekali (Romlah, 2015).

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2008) pentalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active
case finding).
1. Pencegahan Tuberkulosis Paru
a. Pemeriksaan kontrak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA)
positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologi. Bila
tes tuberkulin postif, maka pemeriksaan radiologis foto toraks diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan Bacillus

6
Calmette dan Guerin (BCG) vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksi.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap
kelompokkelompok populasi tertentu.
c. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette dan Guerin)
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH (Isoniazid) 5 % mg/kgBB
selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau 15 mengurangi
populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer
atau utama ialah bayi menyusui pada ibu dengan BTA positif ,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
1) Bayi di bawah 5 tahun dengan basil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB.
2) Anak remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang
bergaul erat dengan penderita TB yang menular
3) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif
4) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang
5) Penderita diabetes melitus. e. Komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) tentang tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat
puskesmas maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI)
2. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdirid dari obat utama dan tambahan.

Obat tuberculosis (OAT):

a) Jenis obat yang utama digunakan adalahl :


a. Rifampisin (R)
b. Isoniazid (H)
c. Pirazinamid (Z)

7
d. Streptomisin (S)
e. Etambutol (E)
b) Kombinasi dosis tetap (Fixed dose comination).
Kombinasi dosis tetap terdiri dari :|
a. Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275
mg.
b. Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
c) Jenis obat tambahan lainnya
a. Kanamisin
b. Kuinolon (Depkes, 2008)

Program nasional pemberatasan tuberkulosis paru, WHO menganjurkan


panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada
urutan kebutuhan pengobatan, sehingga penderita dibagi dalam empat
kategori antara lain, sebagai berikut:
a. Kategori I
Kategori I untuk kasus dengan sputum positif dan penderita dengan
sputum negatif. Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan setiap
hari selama dua bulan. Bila setelah 2 bulan sputum menjadi negatif
dilanjutkan dengan fase lanjutan, bila setelah 2 bulan masih tetap positif
maka fase intensif diperpanjang 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan tanpa
melihat sputum positif atau negtaif. Fase lanjutannya adalah 4HR 16 atau
4H3R3 diberikan selama 6-7 bulan sehingga total penyembuhan 8-9
bulan.
b. Kategori II
Kategori II untuk kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap
positif. Fase intensif dalam bentuk 2HRZES-1HRZE, bila setelah fase
itensif sputum negatif dilanjutkan fase lanjutan. Bila dalam 3 bulan
sputum masih positif maka fase intensif diperpanjang 1 bulan dengan
HRZE (Obat sisipan). Setelah 4 bulan sputum masih positif maka

8
pengobtan dihentikan 2-3 hari. Kemudian periksa biakan dan uji resisten
lalu diteruskan pengobatan fase lanjutan.
c. Kategori III
Kategori III untuk kasus dengan sputum negatif tetapi kelainan
parunya tidak luas dan kasus tuberkulosis luar paru selain yang disebut
dalam kategori I, pengobatan yang diberikan adalah 2HRZ/6 HE,
2HRZ/4 HR, 2HRZ/4 H3R3
d. Kategori IV
Kategori ini untuk tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah
karena kemungkinan pengobatan kecil sekali. Negara kurang mampu dari
segi kesehatan masyarakat dapat diberikan H saja seumur hidup,
sedangkan negara maju pengobatan secara individu dapat dicoba
pemberian obat lapis 2 seperti Quinolon, Ethioamide, Sikloserin,
Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.

H. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,


takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan


warna kulit, suhu dingin

c. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, factor stress multipel

9
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode
epistaksis

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,


perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen

h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,


bunyi napas tambahan, sianosis

i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

10
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit ginjal

I. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
6. Resiko penyebaran infeksi pada orang lain

J. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1. Ketidakefektifan bersihan NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral
jalan nafas berhubungan  Respiratory status : / tracheal suctioning.
dengan berhubungan Ventilation 2. Berikan O2 ……l/mnt,
dengan:  Respiratory status : metode………
- Infeksi, disfungsi Airway patency 3. Kaji tanda-tanda vital
neuromuskular,  Aspiration Control 4. Anjurkan pasien untuk
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan istirahat dan napas
bronkus, alergi jalan Keperawatan selama … dalam
nafas, asma, trauma. pasien menunjukkan 5. Posisikan pasien untuk
- Obstruksi jalan nafas : keefektifan jalan nafas memaksimalkan
spasme jalan nafas, dibuktikan dengan kriteria ventilasi

11
sekresi tertahan, hasil: 6. Keluarkan sekret
banyaknya mukus, 1. Mendemonstrasikan dengan batuk atau
adanya jalan nafas batuk efektif dan suara suction
buatan, sekresi bronkus, nafas yang bersih, tidak 7. Auskultasi suara nafas,
adanya eksudat di ada sianosis dan dyspneu catat adanya suara
alveolus, adanya benda (mampu mengeluarkan tambahan
asing di jalan nafas. sputum, bernafas dengan 8. Atur intake untuk cairan
DS: mudah, tidak ada pursed mengoptimalkan
Dispneu lips) keseimbangan.
DO: 2. Menunjukkan jalan nafas 9. Monitor respirasi dan
-Penurunan suara nafas yang paten (klien tidak status O2
- Orthopneu merasa tercekik, irama 10. Pertahankan hidrasi
- Cyanosis nafas, frekuensi yang adekuat untuk
-Kelainan suara nafas pernafasan dalam mengencerkan sekret
(rales, wheezing) rentang normal, tidak 11. Instruksikan bagaimana
- Kesulitan berbicara ada suara nafas bisa melakukan batuk
- Batuk, tidak efektif abnormal) efektif
atau tidak ada 3. Mampu 12. Kolaborasi pemberian
- Produksi sputum mengidentifikasikan dan terapi sesuai indikasi
- Gelisah mencegah faktor yang
- Perubahan frekuensi penyebab.
dan irama nafas 4. Saturasi O2 dalam batas
normal
5. Foto thorak dalam batas
normal
2. Gangguan pertukaran gas NOC: 1. Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan - Respiratory Status : Gas memaksimalkan
ketidakseimbangan exchange ventilasi
perfusi ventilasi, - Respiratory Status : 2. Keluarkan sekret
perubahan membran ventilation dengan batuk atau
kapiler-alveolar - Vital Sign Status suction
DS: Setelah dilakukan tindakan 3. Auskultasi suara nafas,

12
- Sakit kepala ketika keperawatan selama …. catat adanya suara
bangun Gangguan pertukaran tambahan
- Dyspnoe pasien teratasi dengan 4. Monitor respirasi dan
- Gangguan kriteria hasi: status O2
penglihatan - Mendemonstrasikan 5. Monitor pola nafas :
DO : peningkatan ventilasi dan bradipena, takipenia,
- Penurunan CO2 oksigenasi yang adekuat kussmaul,
- Takikardi - Memelihara kebersihan hiperventilasi, cheyne
- Hiperkapnia paru paru dan bebas dari stokes, biot
- Keletihan tanda tanda distress 6. Monitor TTV, AGD,
- Iritabilitas pernafasan elektrolit dan ststus
- Hypoxia - Mendemonstrasikan mental
- Kebingungan batuk efektif dan suara 7. Observasi sianosis
- Sianosis nafas yang bersih, tidak khususnya membran
- Warna kulit ada sianosis dan dyspneu mukosa
abnormal (pucat, (mampu mengeluarkan 8. Jelaskan pada pasien
kehitaman) sputum, mampu bernafas dan keluarga tentang
- Hipoksemia dengan mudah, tidak ada persiapan tindakan dan
- Hiperkarbia pursed lips) tujuan penggunaan alat
- AGD abnormal - Tanda tanda vital dalam tambahan (O2, Suction,
- pH arteri abnormal rentang normal Inhalasi)
- Frekuensi dan - AGD dalam batas normal
kedalaman nafas - Status neurologis dalam
abnormal batas normal
3. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, - Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
kimia, fisik, psikologis), - Pain control, nyeri secara
kerusakan jaringan - Comfort level komprehensif termasuk
DS: Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik,
- Laporan secara keperawatan selama …. durasi, frekuensi,
verbal Pasien tidak mengalami kualitas dan faktor
DO: nyeri, dengan kriteria hasil: presipitasi

13
- Posisi untuk - Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi
menahan nyeri (tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
- Tingkah laku mampu menggunakan ketidaknyamanan
berhati-hati tehnik nonfarmakologi 3. Ajarkan tentang teknik
- Gangguan tidur untuk mengurangi nyeri, non farmakologi: napas
(mata sayu, tampak mencari bantuan) dala, relaksasi, distraksi,
capek, sulit atau - Melaporkan bahwa nyeri kompres hangat / dingin
gerakan kacau, berkurang dengan 4. Berikan analgetik untuk
menyeringai) menggunakan manajemen mengurangi nyeri :
- Terfokus pada diri nyeri ……...
sendiri - Mampu mengenali nyeri 5. Berikan informasi
- Fokus menyempit (skala, intensitas, tentang nyeri seperti
(penurunan persepsi frekuensi dan tanda nyeri) penyebab nyeri, berapa
waktu, - Menyatakan rasa nyaman lama nyeri akan
- kerusakan proses setelah nyeri berkurang berkurang dan antisipasi
berpikir, penurunan - Tanda vital dalam rentang ketidaknyamanan dari
interaksi dengan normal prosedur
orang dan - Tidak mengalami 6. Monitor vital sign
lingkungan) gangguan tidur sebelum dan sesudah
- Tingkah laku pemberian analgesik
distraksi, contoh : pertama kali
jalan-jalan,
menemui orang lain
dan / atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafa s, nadi dan
dilatasi pupil)

14
- Perubahan
autonomik dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh:
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang / berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
4. Hipertermi berhubungan NOC: NIC :
dengan dengan penyakit/ - Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
trauma, peningkatan Setelah dilakukan tindakan mungkin
metabolism, aktivitas keperawatan 2. Monitor warna dan suhu
yang berlebih, dehidrasi selama………..pasien kulit
DO/DS: menunjukkan : 3. Monitor tekanan darah,
- Kenaikan suhu - Suhu tubuh dalam batas nadi dan RR
tubuh diatas normal dengan kreiteria 4. Monitor intake dan
rentang normal hasil: output
- Serangan atau 1. Suhu 36 – 37C 5. Berikan cairan intravena
konvulsi (kejang) - Nadi dan RR dalam 6. Kompres pasien pada
- Kulit kemerahan rentang normal lipat paha dan aksila
- Pertambahan RR Tidak ada perubahan warna 7. Monitor hidrasi seperti
- Takikardi kulit dan tidak ada pusing turgor kulit, kelembaban
- Kulit teraba panas membran mukosa)
/ hangat

15
5. Ketidakseimbangan NOC: NIC :
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: 1. tentukan status gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient pasien dan kemampuan
berhubungan dengan b. Nutritional Status : food pasien untuk memenuhi
kurang asupan makanan, and Fluid Intake kebutuhan gizi
Ketidakmampuan untuk c. Weight Control 2. Kaji adanya alergi
memasukkan atau Setelah dilakukan tindakan makanan
mencerna nutrisi oleh keperawatan 3. Kolaborasi dengan ahli
karena faktor biologis, selama….nutrisi kurang gizi untuk menentukan
psikologis atau ekonomi. dapat teratasi dengan jumlah kalori dan nutrisi
1. Berat badan 20% atau indikator: yang dibutuhkan pasien
lebih dibawah rentang 1. asupan gizi (1-5) 4. Lakukan atau bantu
berat badan ideal 2. asupan makanan (1-5) pasien terkait dengan
2. Bising usus hiperaktif 3. asupan cairan (1-5) perawatan mulut
3. Cepat kenyang setelah 4. energy (1-5) sebelum makan
makan 5. rasio berat 5. Yakinkan diet yang
4. Diare badan/tinggi badan (1- dimakan mengandung
5. Gangguan sensesi rasa 5) tinggi serat untuk
6. Kehilangan rambut 6. hidrasi (1-5) mencegah konstipasi
berlebihan 7. asupan kalori (1-5) 6. Ajarkan pasien
7. Kelemahan otot 8. asupan protein (1-5) bagaimana membuat
pengunyah 9. asupan lemak (1-5) catatan makanan harian.
8. Kelemahan otot 10. asupan karbohidrat (1- 7. Monitor adanya
menelan 5) penurunan BB dan gula
9. Ketidakmampuan 11. asupan serat (1-5) darah
memakan makanan 12. asupan vitamin (1-5) 8. Monitor turgor kulit
10. Kram abdomen 13. asupan mineral (1-5) 9. Monitor kekeringan,
11. Kurang informasi 14. asupan zat besi (1-5) rambut kusam, total
12. Kurang minat pada 15. asupan kalsium (1-5) protein, Hb dan kadar
maka-nan 16. asupan natrium (1-5) Ht
10. Monitor mual dan
muntah

16
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
15. Berikan pilihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihana (makanan)
yang lebih sehat, jika
di perlukan.
16. Anjurkan banyak
minum
17. Ctakan lingkungan
yang optimal pada saat
mengkomsumsi
makanan (misalnya
bersih, berventilasi,
santai, bebas dari bau)
18. Pertahankan terapi IV
line
6. Risiko infeksi Faktor- NOC : NIC :
faktor risiko : - Immune Status 1. Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif - Knowledge : Infection aseptif
- Kerusakan jaringan dan control 2. Batasi pengunjung bila

17
peningkatan paparan - Risk control perlu
lingkungan Setelah dilakukan tindakan 3. Cuci tangan setiap
- Malnutrisi keperawatan selama…… sebelum dan sesudah
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami tindakan keperawatan
lingkungan patogen infeksi dengan kriteria 4. Gunakan baju, sarung
- Imonusupresi hasil: tangan sebagai alat
- Tidak adekuat - Klien bebas dari tanda pelindung
pertahanan sekunder dan gejala infeksi 5. Ganti letak IV perifer
(penurunan Hb, - Menunjukkan dan dressing sesuai
Leukopenia, penekanan kemampuan untuk dengan petunjuk umum
respon inflamasi) mencegah timbulnya 6. Gunakan kateter
- Penyakit kronik infeksi intermiten untuk
- Malnutrisi - Jumlah leukosit dalam menurunkan infeksi
- Pertahan primer tidak batas normal kandung kencing
adekuat (kerusakan - Menunjukkan perilaku 7. Tingkatkan intake
kulit, trauma jaringan, hidup sehat nutrisi
gangguan peristaltik) - Status imun, 8. Berikan terapi antibiotik
gastrointestinal, 9. Monitor tanda dan
genitourinaria dalam gejala infeksi sistemik
batas normal dan lokal
10. Pertahankan teknik
isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi

18
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam

19
DAFTAR PUSTAKA

Black. Hawks, 2014, Keperawatan Medikal Bedah Ed 8, Vol 2, Singapore:


Elsevier

Bulechek, Gloria M, dkk, 2015, Nursing Intervention Classification, America:


Elsevier.

Depkes. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan TB. Cetakan ke-2. Jakarta :


DEPKES RI.

Herdman, T. Heather, dkk, 2015, Nursing Diagnoses, America: Wiley Blackwell.

Moorhead, Sue, dkk, 2015, Nursing Outcomes Classification, America: Elsevier.

Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan, Jakarta: Salemba Medika.
Oktafiyani, Fina. 2015. Hubungan lingkungan kerja pendderita TB paru terhadap
kejadian penyakit TB paru.
Romlah, Laila. 2015. Hubungan Merokok Dengan Kejadian TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas SETU Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Program Study
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syari
Hidayatullah. Jakarta. Februari 8th 2018.

Saputra, 2010, Intisari Ilmu Penyakit Dalam, Tangerang; Binarupa.

20

You might also like