Professional Documents
Culture Documents
DENGAN HIPERTENSI
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi yang disertai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu
pengetahuan serta keberhasilan dalam program kesehatan. Keberhasilan tersebut berdampak terhadap
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung
mengkat.
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di selluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika
Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu
berganti menjadi “Ledakan penduduk lanjut usia”.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui jumlah dan
prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 – 2020 sesuai pada tabel berikut ini:
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola
perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit
menular menjadi degeneratif.
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar 25,70%
diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan
Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan pemerintah khususnya
Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien
lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan
keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek
fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai salah satu kompetensi yang
harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien
lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini,
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya,
Angkatan I, kelompok I, diterjunkan secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha “ Bahagia” di
Kabupaten Magetan, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan
yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan
atau masalah kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
1) Bab 1 Pedahuluan memuat: Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, dan Sistematika Laporan.
2) Bab 2 Konsep Teori memuat: Konsep Lansia, Konsep dan asuhan keperawatan pada gastritis.
3) Bab 3 Asuhan Keperawatan Gerontik memuat: Pengkajian, Perumusan Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep dan Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran
secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan
penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya
kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar
Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk,
Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah.
Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat,
terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk
itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar
tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan
teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami
oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik
dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati
kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap
sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat
menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari
teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni :
1. kehilangan peran
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain:
(Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan , dihargai dan dihormati.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep dir.
2) Perubahan spiritual
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam
sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu
:Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
5) Demensia
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada orang dewasa rata-rata
tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik sama atau di atas 90 mm Hg ,
menurut American Heart Association, rata-rata dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua
minggu. Menurut Pusdiknakes Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
diatas standar dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak 10 % .
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi . Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur, jenis kelamin dan ras. Umur
yang bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah wanita.Juga statistik di Amerika menunjukan prevalensi hipertensi pada
orang kulit hitam hampir dua kali lipat dibandingkan dengan orang kulit putih.
3. Kebiasaan Hidup.
1) Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa atau penduduk dengan
konsumsi garam rendah jarang menderita hipertensi. Dari dunia kedokteran juga telah dibuktikan
bahwa ,pembatasan garam dan pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik akan menurunkan
tekanan darah lebih lanjut.
2) Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada hubungan antara
kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi
belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
3) Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa seperti rasa tertekan,
murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat mmerangsang kelenjar anak ginjal
melepaskaqn hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat , sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama , tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga tinbul kelainan organis atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General
Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
4) Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut :
merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah ; minum alkohol,
minum obat-obat,misal; ephedrin, Prednison, epinefrin.
2.2.3 Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung
pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer.
Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-
perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi
tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak
mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis
koroner.
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi.pada umumnya, orang
akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia
akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan disiplin dan ketekunan
menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa; nrimo) dalam mengendalikan perasaan dan
keinginan atau ambisi. Di samping berusaha untuk memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di
ri untuk ikhlas menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih
parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus ditentukan oleh dokter. Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop high
blood pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut :
2. Menghindari kegemukan
4. Olahraga teratur
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua penatalaksanaan yaitu :
Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi hanya merupakan suatu
kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita bertambah kuat (Barry,1987).
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan obat standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Commite On Detection,
Evaluation and Treatment of high Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik,
Penyekat Betha , Antagonis kalsium, atau penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Bila
tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis
maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan
lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan efek samping
minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah
terkontrol dengan baik selama 1 tahun.
2.2.5 Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera cerebrovaskuler, dan gagal
ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan
paada endothelium pembuluh darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan
sub intima dari pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis. Peningkatan
tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot polos , yang membentuk jaringan parut intima dan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan penyempitan lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip
dari Carpenito (1999).
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi
adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya
stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis mendadak
atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila
tekanan darah diturunkan.
6. Retinopati hipertenssi.
- Aktifitas/ istirahat
- Sirkulasi
- Integritas Ego
- Eliminasi
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan
berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
- Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
- Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
- Keamanan
Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
2. Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
Intervensi:
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Intervensi:
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang,
tehnik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap
kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada
sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari.
Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di
atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot
fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur
permanen.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-
tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara
bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.
Kriteria hasil:
Intervensi:
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
3. Pelaksanaan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
2. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan
seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
- Batasi aktivitas.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015 pada pukul 11.00 WIB.
a) Nama : Tn. S
a) Agama : Islam
c) TB/BB : 155 cm / 37 kg
i) Alamat : sampiran
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
3) Riwayat pekerjaan
Sekarang klien tinggal di Wisma Kunthi bersama lansia yang lain orang. Jumlah kamar 6 buah dengan
kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang
menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari baik.
Tingkat kenyamanan dan privacy terjamin.
4) Riwayat rekreasi
5) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah kesehatan. Hampir semua
kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan kebutuhan lansia serta kegiatan terjadwal secara
teratur. Apabila lansia mengalami masalah kesehatan yang serius panti melakuykan rujukan ke
puskesmas maupun rumah sakit.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu dan mendapat pembinaan mental dan rohani setiap
minggu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang klien mngeluh Pusing,
Kalau beraktivitas cepat merasa lelah, penglihatan kabur, kadang – kadang terasa lemah diseluruh tubuh
.
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan
pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil dan berpakaian secara mandiri.
· Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau menerima
kehadiran orang lain.
9) Tinjauan sistem
d) Tanda – tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90 mmHg.
e) Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus normal.
g) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
h) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus (-), bekas luka (-).
Palpasi: turgor kulit normal.
i) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, Ngompol (-)
j) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan menggenggam kuat, otot
ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
k) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
l) Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit
berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
m) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti dengan frekuensi 3 kali
sehari dan setiap makan hanya ¼ porsi. Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien
mengatakan bab tiap hari sekali dengan konsistensi lembek.
n) Sistem reproduksi
o) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan
bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang tidak mengerti.
No
Data
Etiologi
Masalah
DS:
- Klien mengeluh cepat merasa lelah kalau bekerja, Jantung berdebar – debar, sering berkeringat.
DO:
DS:
DO:
Intoleran aktivitas
Resiko tinggi terhadap cedera
1) Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan akan
oksigen
3.3 Perencanaan
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan akan oksigen
Resiko tinggi cedera sehubungan dengan penurunan lapangan pandang
Tujuan/ kriteria:
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
1. Untuk mengidentifikasikan aktivitas yang cocok dan seberapa jauh klien dapat melakukannya.
2) Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.
4) Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
3.4 Implementasi
· Memberikan HE tentang:
- Penyebab terjadinya kelelahan pada pasien dan alasan timbulnya keluhan yang seperti,
penglihatan kabur dan cara – cara untuk mengatasinya agar tidak timbul cedera.
· Mendampingi klien makan siang dan memotivasi untuk meningkatkan porsi makan .
· Menganjurkan pada pasien untuk melaporkan pada petugas kesehatan panti bila timbul keluhan .
· Meminta Petugas kesehatan Panti agar dapat mengontrol tekanan darah klien.
· Klien kooperatif.
· Klien kooperatif.
· Klien kooperatif.
3.5 Evaluasi
Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan akan oksigen
P: Rencana diteruskan.
Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company.
Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.