Professional Documents
Culture Documents
Lalu, mengapa bayi harus diimunisasi? Seperti yang telah kita ketahui bersama, bayi yang baru
lahir belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup baik terhadap serangan kuman di sekitar.
Maka dari itu, untuk membantu pembentukan daya tubuh dari luar, dilakukan melalui 2 cara,
yaitu daya tahan tubuh yang didapat dari ibu (karena proses menyusui) serta pembantukan daya
tubuh yang diberi melalui vaksin.
Hepatitis B
Virus hepatitis B merupakan virus penyebab penyakit hepatitis B, yang secara awam dikenal
sebagai sakit kuning dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Vaksin ini dapat
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan, dan saat bayi
berumur 3-6 bulan.
Campak
Melindungi dari penyakit campak yang diakibatkan oleh virus. Pertama kali diberikan saat anak
berumur 9 bulan. Pemberian yang kedua diberikan pada saat usia 6 tahun. Jika belum mendapat
vaksin campak pada umur 9 bulan, anak bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan
campak jerman pada usia 15 bulan.
Sumber:
http://www.posyandu.org/jenis-imunisasi.html
http://www.idai.or.id
Beberapa vaksin (contohnya vaksin polio) menimbulkan hanya sedikit sekali efek samping,
sedangkan vaksin lain seperti campak dan rubella dapat menimbulkan efek samping yang sangat
ringan. Beberapa vaksin dapat menyebabkan sakit pada tempat penyuntikan serta demam ringan
dan meriang. Terkadang dapat timbul reaksi yang lebih serius. Reaksi efek samping pasca
imunisasi sering disebut KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau Adverse Event Following
Immunization (AEFI) yaitu semua kejadian sakit dan kematian (yang diperkirakan karena
imunisasi) yang terjadi dalam kurun waktu 1 bulan setelah imunisasi, namun pada keadaan
tertentu lama pengamatan dapat mencapai 42 hari atau bahkan sampai 6 bulan. Reaksi KIPI
harus dilaporkan kepada Komite Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).
Beberapa KIPI yang harus dilaporkan antara lain seperti reaksi anafilaksis dan syok yang terjadi
dalam waktu 24 jam seteleh imunisasi, adanya reaksi lokal yang hebat pada tempat penyuntikan,
sepsis atau infeksi pada darah dalam waktu 5 hari setelah imunisasi, kejang termasuk kejang
demam dan ganguan otak (ensefalopati) dalam waktu 15 hari setelah imunisasi, lumpuh layu dan
gangguan sel pembekuan darah dalam waktu 3 bulan setelah imunisasi dan gangguan limfa atau
adanya infeksi BCG setelah 1-12 bulan setelah imunisasi. Namun, jangan terlalu khawatir
mengenai KIPI dan efek samping ini karena kejadiannya JARANG TERJADI.
Efek samping yang paling sering terjadi setelah pemberian vaksin khususnya pada bayi atau anak
adalah demam. Pada demam setelah imunisasi ini, orang tua harus diberitahu bahwa bila terjadi
demam setelah imunisasi, anak dapat diberi obat parasetamol, dan bila perlu dosis kedua dapat
diberikan 6 jam sesudahnya. Ibuprofen dapat digunakan jika parasetamol tidak dapat ditolerir.
Orangtua juga perlu diberitahu untuk mencari pertolongan medis apabila demam tetap ada.
Dosis parasetamol untuk demam pasca imunisasi pada bayi usia 2-3 bulan adalah 60 mg;
sedangkan dosis ibuprofen adalah 50 mg (atau sesuai petunjuk dokter). Bila diperlukan, sediaan
tetes oral dapat diperoleh di apotek.
Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/141-kekebalan-aktif
Berdasarkan kandungannya secara umum, sumber vaksin dibedakan menjadi vaksin yang berasal
dari virus dan vaksin yang berasal dari bakteri. Vaksin virus adaah vaksin yang dipergunakan
untuk melawan penyakit-penyakit yang disebabkan virus misalnya penyakit hepatitis, influenza,
dan campak. Vaksin bakteri adalah vaksin yang dipergunakan untuk melawan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri misalnya vaksin tetanus.
Jenis-jenis vaksin
Dari sumber pembuatnya, baik vaksin virus atau bakteri dapat terbuat dari :
1. Virus atau bakteri hidup yang dilemahkan (misalnya vaksin virus : rubella, campak, polio
; vaksin bakteri : BCG). Pada jenis vaksin ini virus atau bakteri masih berbentuk sel yang
utuh namun sudah dilemahkan sehingga mengurangi risiko timbulnya penyakit. Vaksin
yang berasal dari virus atau bakteri hidup yang dilemahkan biasanya menghasilkan
kekebalan yang bertahan lama.
2. Virus atau bakteri yang diinaktivasi atau sudah mati (contohnya vaksin virus influenza)
atau hanya menggunakan salah satu bagian khas dari virus/bakteri yang dapat memicu
sistem pertahanan tubuh misalnya (vaksin tetanus, vaksin hepatitis). Vaksin yang berasal
dari virus atau bakteri yang diinaktivasi atau yang telah mati mungkin memerlukan satu
rangkaian penyuntikkan untuk menghasilkan kekebalan tubuh yang cukup. Lamanya
kekebalan tubuh yang dihasilkan beragam dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Dalam cara pemberiannya, vaksin dapat diberikan melalui mulut seperti vaksin polio untuk anak,
dan melalui cara disuntikkan sepeti vaksin influenza, hepatitis, BCG, dan kebanyakn vaksin
lainnya. Vaksin yang disuntikkan ini dapat berisi satu vaksin saja atau dapat juga terdiri dari
beberapa jenis vaksin dalam satu suntikkan. Vaksin yang terdiri dari lebih dari beberapa vaksin
ini disebut dengan vaksin kombinasi, contoh vaksin kombinasi yang ada dipasaran adalah vaksin
yang terdiri dari vaksin batuk rejan (pertusis), vaksin tetanus, vaksin difteri (dikenal dengan
DPT)
Diadaptasi dari :
Comments (RSS)
Beranda
About
Bakteri an-aerob Clostridium tetani. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup selama bertahun-
tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Jika bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia,
bisa terjadi infeksi baik pada luka yang dalam maupun luka yang dangkal. Setelah proses
persalinan, bisa terjadi infeksi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus
neonatorum).
Yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala infeksi adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri,
bukan bakterinya.
GEJALA
Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul
dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling sering ditemukan adalah
kekakuan rahang. Gejala lainnya berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri
tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam membuka rahangnya (trismus).
Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan
kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa
menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung
ke depan. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan sembelit dan
tertahannya air kemih.
Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau goncangan, bisa
memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang berlebihan.
Selama kejang seluruh tubuh terjadi, penderita tidak dapat berbicara karena otot dadanya kaku
atau terjadi kejang tenggorokan. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan pernafasan sehingga
terjadi kekurangan oksigen. Biasanya tidak terjadi demam. Laju pernafaan dan denyut jantung
serta refleks-refleks biasanya meningkat.
Tetanus juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka ini bisa
menetap selama beberapa minggu.
PENGOBATAN
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan
dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara
lain ;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring
tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.
Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan
rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang
utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi
kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat
antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin,
dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus
dirawat dan diberikan cairan Infus.
Komplikasi Penyakit Demam Tifoid
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan
usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak
(ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin
suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan
terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-
tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa
juga divaksinasi.
Vaksin untuk demam tifoid
14. PENYAKIT RABIES
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dangenus Lysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas
negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor)
dan sigung (Memphitis memphitis) diAmerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan
anjing di Afrika, Asia, danAmerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies
yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau
manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara
pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju
ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah
lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada
rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala
macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadilumpuh dan
mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalamikejang dan sulit bernapas,
serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udarayang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texasyang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan
sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Salah satu ciri anjing yang terkena rabies adalah terus-terusan mengeluarkan air liur
MANIFESTASI KLINIS
Seorang penderita rabies di tahun 1959
Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi
virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan
pada manusia [1]
Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi
infeksi pada mukosa, luka di atas daerahbahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau
kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. Sedangkan luka
dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di
sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium:
Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus
pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju tarafanoreksia, pusing dan
pening (nausea), dan lain sebagainya.
Stadium sensoris
Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur
(hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan
pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi
pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air
Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium
paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di atas
tidak dapat dibedakan dengan jelas. ]
Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di
antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya,
serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari
jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang,
serta ekordilengkungkan di bawah perut.
PENANGANAN
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus
dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai
terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi
beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang
diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera
cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu
beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun
terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah
mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan
dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan
ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan
pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan
diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak,
atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
PENCEGAHAN
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan.Langkah-langkah untuk
mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan
Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap
terjangkitnya virus, yaitu:
Dokter hewan.
Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing
banyak ditemukan
Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. [17]
Tetapi seiring berjalannya
waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus
mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. [1]
Pentingnya vaksinasi rabies terhadap
hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus
diperhatikan.
Vaksin untuk rabies
15. PENYAKIT RUBELLA
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan
Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah
pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan
pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.
Penyebaran
Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan
orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai
timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat
replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel
janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas.
Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang
infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan
dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi – bayi tersebut merupakan
ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan
dengan bayi tersebut.
Gejala klinis
Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak tampak
gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala prodromal berupa
malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini,
atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan
munculnya limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam
setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang
sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3
hari. Kadang-kadang timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus.
Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I.. Mula-mula
replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan
mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.
Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ.
Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan
kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis
ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.
Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :
a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.
c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.
d. Retardasi mental
e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )
f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain
2. Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental,
keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi
(hipogamaglobulin ).
3. Delayed – sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1,
gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Pencegahan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara
pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella
yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin
rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah
pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat
berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang
tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus, sebaiknya ibu
diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi
defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri
kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
Vaksin untuk rubella
16. PENYAKIT GONDONGAN
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik,
Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara
dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka
yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar
tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penularan Penyakit Gondongan
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam
urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal
tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik.
Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan
seumur hidupnya.
Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sdebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 –
40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di
bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis)
karena penyebaran melalui aliran darah.
Pengobatan Penyakit Gondongan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita
panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri
(antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan
kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada
anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat
tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area
testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada
organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya
diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan
dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita
kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh
sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau
minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair
dan lunak.
Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci
pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar
anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau,
sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses
kesembuhan.
Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak,
yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita
Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena
serangan penyakit gondongan.
Vaksin untuk gondongan
17. PENYAKIT HAEMOPHILUS INFLUENZA TYPE B (HiB)
Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang menyebabkan
penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak ( Meningitis) -jangkitan pada
selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru (Pneumonia) – jangkitan pada paru- paru
Radang epiglotis ( kerongkong ) – jangkitan pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) –
jangkitan darah Radang sendi – jangkitan pada sendi Penyakit Hib, jangkitan HIV dan Hepatitits
B BUKAN satu penyakit yang sama. Vaksin pencegah Hepatitis B adalah vaksin Hepatitis B
manakala vaksin penyakit Hib adalah vaksin Hib.
Mudah berjangkit terutama dikalangan kanak-kanak Mudah merebak Biasanya
menyebabkan penyakit yang fatal atau membawa maut. Jangkitan Hib pada selaput otak bisa
mengakibatkan kecatatan otak yang kekal.
Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko jangkitan
adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun. Pengaulan rapat
dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat penyakit Hib. Bayi yang
mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi
masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.
Penularan Hib
Penyakit Hib boleh merebak apabila orang yang dijangkiti batuk atau bersin. Boleh juga merebak
melalui perkongsian barang mainan yang dimasukkan kedalam mulut.
Pencegahan penyakit Hib
Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak-
kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak-
kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau
selesma.
Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan
sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam satu
suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama
imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.
Twitter
Facebook7
Terkait
Tinggalkan Balasan
Day by Day
November 2012
S S R K J S M
« Okt
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30
Cari Apa ?
Cari
Cari untuk:
Go!!
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
komentar terkini
Ranting
Uncategorized (15)
Anyar rek :)
elightenment part 1
Arsip
November 2012
Oktober 2012
Juli 2012
Juni 2012
Mei 2012
Maret 2012
Wow Fantastic
Radang Gusi
Ikuti