You are on page 1of 38

IMUNISASI

Imunisasi Untuk Bayi


30 November 2015sahabatobatTinggalkan komentar
Pepatah mengatakan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Slogan ini dapat dijadikan
alasan pentingnya pemberian imunisasi bagi bayi. Imunisasi merupakan proses memasukkan
vaksin ke dalam tubuh manusia sehingga diharapkan manusia menjadi memiliki ‘pasukan
tentara’ yang spesifik untuk melawan jika di kemudian hari terserang bakteri/virus penyebab
infeksi.

Lalu, mengapa bayi harus diimunisasi? Seperti yang telah kita ketahui bersama, bayi yang baru
lahir belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup baik terhadap serangan kuman di sekitar.
Maka dari itu, untuk membantu pembentukan daya tubuh dari luar, dilakukan melalui 2 cara,
yaitu daya tahan tubuh yang didapat dari ibu (karena proses menyusui) serta pembantukan daya
tubuh yang diberi melalui vaksin.

Jenis dan Jadwal Pemberian Imunisasi untuk Bayi dan Anak


Pada dasarnya, di setiap Negara terdapat kebijakan mengenai vaksin wajib yang harus diberikan
kepada bayi yang baru lahir masing-masing. Hal ini tentu saja disebabkan karena jenis kuman
(virus atau bakteri) dan jumlah kasus penyakit yang berbeda-beda di setiap Negara. Untuk
Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun rekomendasi jenis dan jadwal
pemberian imunisasi untuk anak Indonesia (tahun 2015) yang dapat diunduh melalui website
resmi IDAI.
Jadwal imunisasi bayi

Imunisasi yang Wajib Dilakukan


Dari berbagai jenis imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI, 5 diantaranya merupakan
imunisasi yang bersifat wajib untuk dilakukan, yaitu:

 BCG (Bacille Calmette-Guerin)


Vaksin BCG merupakan vaksin yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis
(TB) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Diberikan sejak bayi lahir.
Jika ternyata umur bayi sudah lebih dari 3 bulan, maka perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu untuk mengetahui keberadaan bakteri ini pada tubuh. Pemberian vaksin BCG baru dapat
diberikan jika hasil uji tuberkulin negatif (tidak terdapat bakteri TB pada tubuh).

 Hepatitis B
Virus hepatitis B merupakan virus penyebab penyakit hepatitis B, yang secara awam dikenal
sebagai sakit kuning dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Vaksin ini dapat
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan, dan saat bayi
berumur 3-6 bulan.

5 vaksin wajib untuk bayi


 Polio
Virus polio merupakan virus penyebab terjadinya penyakit polio, yang dapat menimbulkan
kelumpuhan bagi penderitanya. Vaksin polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 2,4, dan 6 bulan.

 DTP (Diphteria, tetanus, pertussis)


Bermanfaat untuk mencegah 3 jenis penyakit, yakni difteri (infeksi saluran pernapasan akibat
bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian tubuh yang terluka) dan pertusis (batuk rejan dalam
waktu yang lama). Diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari 6 minggu, 4 bulan, dan 6
bulan. Pemberian selanjutnya pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

 Campak
Melindungi dari penyakit campak yang diakibatkan oleh virus. Pertama kali diberikan saat anak
berumur 9 bulan. Pemberian yang kedua diberikan pada saat usia 6 tahun. Jika belum mendapat
vaksin campak pada umur 9 bulan, anak bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan
campak jerman pada usia 15 bulan.

Sumber:
http://www.posyandu.org/jenis-imunisasi.html
http://www.idai.or.id

Mengenal Efek Samping, KIPI, dan


Perhatian Vaksin
27 November 2015sahabatobatTinggalkan komentar
APA SAJA EFEK SAMPING IMUNISASI DAN BAGAIMANA CARA
MENGATASINYA?
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan kekebalan tubuh untuk penyakit, namun
terkadang banyak Sobat yang enggan diimunisasi karena takut badannya menjadi tidak nyaman
setelah diimunisasi. Rasa tidak nyaman setelah imunisasi ini disebabkan karena efek samping
dari vaksin tersebut. Efek samping ini sebenarnya adalah salah satu penanda bahwa proses
kekebalan tubuh sedang berlangsung. Efek samping dari pemberian vaksin beragam tergantung
jenis vaksinnya, efek samping yang ditimbulkan dapat ringan maupun berat tergantung individu
yan mengalaminya, dengan kata lain efek samping yang ditimbulkan vaksin dapat beragam di
tiap-tiap orang.

Beberapa vaksin (contohnya vaksin polio) menimbulkan hanya sedikit sekali efek samping,
sedangkan vaksin lain seperti campak dan rubella dapat menimbulkan efek samping yang sangat
ringan. Beberapa vaksin dapat menyebabkan sakit pada tempat penyuntikan serta demam ringan
dan meriang. Terkadang dapat timbul reaksi yang lebih serius. Reaksi efek samping pasca
imunisasi sering disebut KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau Adverse Event Following
Immunization (AEFI) yaitu semua kejadian sakit dan kematian (yang diperkirakan karena
imunisasi) yang terjadi dalam kurun waktu 1 bulan setelah imunisasi, namun pada keadaan
tertentu lama pengamatan dapat mencapai 42 hari atau bahkan sampai 6 bulan. Reaksi KIPI
harus dilaporkan kepada Komite Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).
Beberapa KIPI yang harus dilaporkan antara lain seperti reaksi anafilaksis dan syok yang terjadi
dalam waktu 24 jam seteleh imunisasi, adanya reaksi lokal yang hebat pada tempat penyuntikan,
sepsis atau infeksi pada darah dalam waktu 5 hari setelah imunisasi, kejang termasuk kejang
demam dan ganguan otak (ensefalopati) dalam waktu 15 hari setelah imunisasi, lumpuh layu dan
gangguan sel pembekuan darah dalam waktu 3 bulan setelah imunisasi dan gangguan limfa atau
adanya infeksi BCG setelah 1-12 bulan setelah imunisasi. Namun, jangan terlalu khawatir
mengenai KIPI dan efek samping ini karena kejadiannya JARANG TERJADI.

Efek samping yang paling sering terjadi setelah pemberian vaksin khususnya pada bayi atau anak
adalah demam. Pada demam setelah imunisasi ini, orang tua harus diberitahu bahwa bila terjadi
demam setelah imunisasi, anak dapat diberi obat parasetamol, dan bila perlu dosis kedua dapat
diberikan 6 jam sesudahnya. Ibuprofen dapat digunakan jika parasetamol tidak dapat ditolerir.
Orangtua juga perlu diberitahu untuk mencari pertolongan medis apabila demam tetap ada.
Dosis parasetamol untuk demam pasca imunisasi pada bayi usia 2-3 bulan adalah 60 mg;
sedangkan dosis ibuprofen adalah 50 mg (atau sesuai petunjuk dokter). Bila diperlukan, sediaan
tetes oral dapat diperoleh di apotek.

NEED TO KNOW SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK IMUNISASI


Beberapa perhatian diperlukan dalam penggunaan vaksin yaitu:

 Pemberian vaksin harus ditunda jika sedang mengalami penyakit ringan


 Apabila terjadi alergi pada saat pertama kali pemberian vaksin, maka tidak boleh
diberikan vaksin yang sama pada pemberian selanjutnya
 Jika mengalami alergI telur maka tidak boleh mendapatkan vaksin infuenza, vaksin
ensefalitis dan vaksin demam kuning (hepatitis)
 Beberapa vaksin virus mengandung sejumlah kecil antibakteri; vaksin seperti ini
sebaiknya dihindarkan pemberiannya kepada pasien yang sangat sensitif terhadap
antibakteri.
 Bahan tambahan lain pada vaksin dapat juga menyebabkan reaksi alergi walaupun jarang.
 Vaksin hidup tidak boleh rutin diberikan kepada wanita hamil karena dapat
membahayakan janin tetapi bila ada risiko yang signifikan untuk terpapar (contohnya
terhadap demam kuning), maka kebutuhan akan vaksinasi mengalahkan pertimbangan
risikonya pada janin.
 Tanpa pertimbangan dokter ahli, vaksin hidup tidak boleh diberikan kepada individu
dengan gangguan kekebalan tubuh, baik akibat penyakit maupun akibat pengobatan dosis
tinggi kortikosteroid (deksametason, prednison, flutikason, dll) atau obat penurun
kekebalan tubuh
 Vaksin hidup tidak boleh diberikan kepada pasien dengan kondisi kanker/tumor yang
sedang diberi kemoterapi atau radioterapi tertentu. Respon terhadap vaksin dapat
berkurang, dan ada resiko terinfeksi vaksin hidup.
 Suntikan intramuskular (lewat otot) tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan
perdarahan seperti hemofilia atau trombositopenia. Vaksin yang biasanya diberikan
secara intramuskular dapat diberikan secara subkutan pada pasien dengan gangguan
perdarahan.
Nah begitulah mengenai efek samping, kejadian ikutan paska imunisasi dan perhatian dalam

penggunaan vaksin. Semoga Sobat semakin mengerti ya

Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/141-kekebalan-aktif

Mengenal Vaksin dan Jenisnya


25 November 2015sahabatobatTinggalkan komentar
Mendengar kata vaksin secara otomatis akan menghubungkan pikiran kita dengan Istilah
imunisasi. Jadi apa vaksin itu?, Vaksin sendiri merupakan produk yang diberikan pada tubuh kita
untuk memicu pengeluaran antibodi. Antibodi adalah salah satu bagian dari sistem pertahanan
tubuh (sistem imun) sehingga proses imunisasi dapat terjadi.
Seiring dengan pemikiran yang semakin maju, vaksin juga makin sering diperbincangkan di
kalangan masyarakat. Berikut ini SOBAT akan memberi informasi mengenai vaksin dan jenis-
jenisnya sehingga masyarakat makin paham dengan vaksin dan fungsinya. Secara umum vaksin
dapat dikelompokkan menurut kandunganya, cara pemberiannya dan bentuk sediaannya.

Berdasarkan kandungannya secara umum, sumber vaksin dibedakan menjadi vaksin yang berasal
dari virus dan vaksin yang berasal dari bakteri. Vaksin virus adaah vaksin yang dipergunakan
untuk melawan penyakit-penyakit yang disebabkan virus misalnya penyakit hepatitis, influenza,
dan campak. Vaksin bakteri adalah vaksin yang dipergunakan untuk melawan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri misalnya vaksin tetanus.

Jenis-jenis vaksin
Dari sumber pembuatnya, baik vaksin virus atau bakteri dapat terbuat dari :

1. Virus atau bakteri hidup yang dilemahkan (misalnya vaksin virus : rubella, campak, polio
; vaksin bakteri : BCG). Pada jenis vaksin ini virus atau bakteri masih berbentuk sel yang
utuh namun sudah dilemahkan sehingga mengurangi risiko timbulnya penyakit. Vaksin
yang berasal dari virus atau bakteri hidup yang dilemahkan biasanya menghasilkan
kekebalan yang bertahan lama.
2. Virus atau bakteri yang diinaktivasi atau sudah mati (contohnya vaksin virus influenza)
atau hanya menggunakan salah satu bagian khas dari virus/bakteri yang dapat memicu
sistem pertahanan tubuh misalnya (vaksin tetanus, vaksin hepatitis). Vaksin yang berasal
dari virus atau bakteri yang diinaktivasi atau yang telah mati mungkin memerlukan satu
rangkaian penyuntikkan untuk menghasilkan kekebalan tubuh yang cukup. Lamanya
kekebalan tubuh yang dihasilkan beragam dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Dalam cara pemberiannya, vaksin dapat diberikan melalui mulut seperti vaksin polio untuk anak,
dan melalui cara disuntikkan sepeti vaksin influenza, hepatitis, BCG, dan kebanyakn vaksin
lainnya. Vaksin yang disuntikkan ini dapat berisi satu vaksin saja atau dapat juga terdiri dari
beberapa jenis vaksin dalam satu suntikkan. Vaksin yang terdiri dari lebih dari beberapa vaksin
ini disebut dengan vaksin kombinasi, contoh vaksin kombinasi yang ada dipasaran adalah vaksin
yang terdiri dari vaksin batuk rejan (pertusis), vaksin tetanus, vaksin difteri (dikenal dengan
DPT)

Diadaptasi dari :

POHON MUDA YANG SEDANG


TUMBUH
 Entries (RSS)

 Comments (RSS)
 Beranda
 About

Gusi Bengkak Bagian Belakang (Impaksi)


Radang Gusi

Macam-macam penyakit yang dapat dicegah


dengan vaksinasi
Posted by: Findaway on: 11 November 2012
 In: Healthy News

 Tinggalkan sebuah Komentar


adalah sebagai berikut :
1. CACAR AIR
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai ‘Herpes’ oleh kalangan medis adalah penyakit radang
kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok.
Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian
kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal
paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster
atau dengan nama lain ‘shingles’ adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada
chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan
dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok
pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun
pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa
melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang
pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex.
Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya
akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus
varicella-zoster.
Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak
100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem
saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali
menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit
cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila
terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan
tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam,
menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian tubuh, munculnya bintik
kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang
kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes)
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak
pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi
sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talekyang membantu melicinkan kulit. Penderita
apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa
menimbulkan shock. Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.
Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai
antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari
ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir
saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu
munculnya gelembung cairan (blisters).
Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar
(herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya
pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak
sehat usia 1 – 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa
pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% – 80%. Setelah itu, untuk
menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa
bertahan sampai 10 tahun.
2. PENYAKIT HEPATITIS A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan
kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan
melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari
kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah
kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan,
demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat.
Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya
yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut
penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta
segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari
gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa
mual dan muntah.
Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan
mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada
disekitar penderita.
3. PENYAKIT HEPATITIS B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit
ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan
akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan
tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat
melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat
kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa
saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena
penyakit ini.
Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut
dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B
kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang
lain menjadi lebih beresiko.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan
dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara
pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
– Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung
meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan
dari dokter.
– Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
– Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik,
efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi
peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum
dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang
akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa
Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan
dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi
sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin
terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang
berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan
dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.
Vaksinasi diulang setelah 5-10 tahun.
4. PENYAKIT MENINGITIS
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat,
baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi
pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.
Penyebab Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan
dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan
kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan
belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur
sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan
tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis
bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis
terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk
kedalam peredaran darah.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan
meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian
dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka
penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat
ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini
biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari
hewan lokal (peliharaan).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan
Mycobacterium tuberculosis.
Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis
Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah
demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan
sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya
terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak
kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri. Pada bayi gejala dan
tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan
tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa kerumah
sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap),
dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit.
Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah
pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian
antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan
serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara
lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Listeria monocytogenes akan diberikanAmpicillin,
Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atauCeftriaxone.
Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya
sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya.
Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing
makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya.
Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis
ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet
umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan
bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama
didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal
sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah ;
– Haemophilus influenzae type b (Hib)
– Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
– Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
– Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)
Vaksin meningitis
5. TETANUS
Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh
bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus
banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
Muscular spasms di pasien yang menderita tetanus. Gambar oleh Sir Charles Bell, 1809.
PENYEBAB

Bakteri an-aerob Clostridium tetani. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup selama bertahun-
tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Jika bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia,
bisa terjadi infeksi baik pada luka yang dalam maupun luka yang dangkal. Setelah proses
persalinan, bisa terjadi infeksi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus
neonatorum).
Yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala infeksi adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri,
bukan bakterinya.
GEJALA

Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul
dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling sering ditemukan adalah
kekakuan rahang. Gejala lainnya berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri
tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam membuka rahangnya (trismus).
Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan
kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa
menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung
ke depan. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan sembelit dan
tertahannya air kemih.
Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau goncangan, bisa
memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang berlebihan.
Selama kejang seluruh tubuh terjadi, penderita tidak dapat berbicara karena otot dadanya kaku
atau terjadi kejang tenggorokan. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan pernafasan sehingga
terjadi kekurangan oksigen. Biasanya tidak terjadi demam. Laju pernafaan dan denyut jantung
serta refleks-refleks biasanya meningkat.
Tetanus juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka ini bisa
menetap selama beberapa minggu.
PENGOBATAN

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotiktetrasiklintetrasiklin dan


penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut. Obat lainnya bisa diberikan
untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot.
Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.
Untuk infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu
pernafasan. Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik.
Untuk membuang kotoran, dipasang kateter.
Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk
guna mencegah terjadinya pneumonia. Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya
bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung.
Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan
kekebalan terhadap infeksi berikutnya.
PENCEGAHAN
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis,
tetanus). Dewasa sebaiknya menerima booster.
Vaksin tetanus
Pada seseorang yang memiliki luka, jika:
Ø Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu menjalani
vaksinasi lebih lanjut.
Ø Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan vaksinasi.
Ø Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan
immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.
Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena
kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.
6. DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring
hingga laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Ciri yang khusus pada difteri
ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan
otot jantung dan saraf.
Penyebab Penyakit Difteri
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae.
Cara Penularan Penyakit Difteri
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang
berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri.
Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan
penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.
Gejala Penyakit Difteri
• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
• Batuk dan pilek yang ringan.
• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
• Mual, muntah , sakit kepala.
• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
• Kaku leher
Akibat Penyakit Difteri
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang
mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung
dan saraf. Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina.
Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
Pengobatan Penyakit Difteri
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit
jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total
di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah.
Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga
mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat
jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.
Pencegahan Penyakit Difteri
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur
dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima
Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis
B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan
Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) .
Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
7. PERTUSIS (BATUK REJAN)
Seorang anak yang mengidap batuk rejan.
Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai “pertusis” atau dalam bahasa Inggris Whooping
Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun,
dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit Batuk Rejan Atau
Pertusis ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di
negara berkembang, penyakit ini biasanya diakibatkan oleh bacterium Bordetella namun tidak
jarang diakibatkan oleh B. parapertussis
Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai nampak tanda penyakit 3 sampai 12 hari.
Gejala
Penyakit Batuk Rejan Atau Pertusis biasanya dimulai dengan gejala ISPA ringan seperti batuk,
bersin dan cairan hidung keluar terus menerus (pada stadium catarrhal) kemudian sesudah 1
minggu sampai 2 minggu dilanjutkan dengan batuk yg terus menerus namun diikuti masa
dimana ada jeda batuk (stadium paroxysmal). Batuk ini mungkin dapat diikuti dengan adanya
muntah, hal ini disebabkan rasa mual yg diderita, dan pada anak kecil dimana reflek fisiologis yg
belum terbentuk secara sempurna maka akan menimbulkan muntah, hal ini tidak jarang
membawa ke arah malnutrisi. Batuk ini dapat di picu oleh menguap, tertawa atau berteriak, dan
akan berkurang sesudah 1 sampai 2 bulan. Komplikasi yg dapat mengikuti keadaan ini
adalah pneumonia,encephalitis, hipertensi pada paru, dan infeksi bakterial yg mengikuti.
Penularan
Penyakit Batuk Rejan Atau Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena
penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak mempunyai kekebalan tubuh,
antibiotik dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya infeksi bakterial yg mengikuti dan
mengurangi kemungkinan memberatnya penyakit ini (sampai pada stadium catarrhal) sesudah
stadium catarrhal antibiotik tetap diberikan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini,
antibiotik juga diberikan pada orang yg kontak dengan penderita, diharapkan dengan pemberian
seperti ini akan mengurangi terjadinya penularan pada orang sehat tersebut.
Pengobatan
Jika penyakit Batuk Rejan Atau Pertusis berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit.
Mereka ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa
merangsang serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus
yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea.
Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat
makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan
sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk membasmi bakteri, biasanya
diberikan antibiotik eritromycin.
Pencegahan
Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemugkinan terkena batuk
rejan atau pertusis akan makin rendah dengan diberikan nya imunisasi, dan gejala penyakit pun
tidak akan seberat kalau tanpa diberikannya imunisasi.
8. CAMPAK
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam
kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
PENYEBAB
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau
infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam.
Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan
ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa
inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang
rentan terhadap campak adalah: – bayi berumur lebih dari 1 tahun – bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi – remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: – Panas badan –
nyeri tenggorokan] – hidung meler ( Coryza ) – batuk ( Cough ) – Bercak Koplik – nyeri otot –
mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam
(bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah
timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar)
maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu
di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan
ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang
dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi
yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk
menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri,
diberikan antibiotik.
PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps,
measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada
usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus
disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan
tubuh meningkat.
Vaksin untuk campak
WAKTU INKUBASI
Waktu terpapar sampai kena penyakit: Kira-kira 10 sampai 12 hari sehingga gejala pertama, dan
14 hari sehingga ruam muncul. Imunisasi (MMR) pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Orang yang
dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak menghadiri sekolah atau bekerja
selama 14 hari.
9. PENYAKIT KANKER LEHER RAHIM (SERVIKS)
Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker servik (Cervical Cancer)
merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina). Penyakit kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
disebut Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat
menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup. Banyak
wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan
sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.
Di Indonesia, Kanker Serviks adalah kanker pembunuh perempuan Indonesia no.1 tertinggi saat
ini.”Setiap perempuan selama hidupnya beresiko terkena virus yang menyebabkan kanker
serviks“, terutama beresiko tinggi bagi mereka yang merokok, melahirkan banyak anak,
memakai alat kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama, serta mereka yang terinfeksi HIV Aids.
Proses terjadinya kanker leher rahim
Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-
sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-
sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel
tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi
sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan
sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker.
Mendeteksi Kanker Serviks
Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut
“Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah
resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pap smear adalah suatu test yang aman dan
murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
terjadi pada sel-sel leher rahim.
Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Secara umum tanda dan gejalanya adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas sexual
atau diantara masa menstruasi. Sementara itu tanda lain yang mungkin timbul antara lain
adalah :
1. Hilangnya nafsu makan dan berat badan
2. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
3. Nyeri pada anggota gerak (kaki)
4. Terjadi pembengkakan pada area kaki
5. Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina
6. Hingga terjadi patah tulang panggul
Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui dan mendeteksi
adanya kanker serviks pada diri seorang wanita.
Pengobatan Penyakit Kanker Serviks
Bagi Anda yang terdiagnosa mengalami perubahan abnormal sel sejak dini, maka dapat
dilakukan beberapa hal seperti ;
1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang
mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker dan kanker leher rahim telah dapat
diidentifikasi, Maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penyembuhannya, antara lain
;
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher
rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal.
Pencegahannya
Ini merupakan berita yang sangat menarik, bahwa penyakit kanker leher rahim (kanker serviks)
dapat dicegah. Yaitu dengan cara vaksinasi yang diberikan pada remaja putri dan perempuan
dewasa. Vaksin ini diresmikan hak ciptanya pada tahun 2006, pengembangnya adalah sebuah
perusahaan obat terbesar dunia yang berada di Amerika Serikat (Merck & Co., Inc.). Vaksin ini
diberi nama “Gardasil”. Vaksin tersebut, menurut WHO, juga efektif mencegah infeksi HPV tipe 6
dan 11 yang menyebabkan hampir 90% dari semua jenis kanker leher rahim. Pengenalan vaksin
pencegah kanker serviks dan upaya untuk mendekatkan akses vaksin bagi masyarakat di
diseluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat menurunkan prevalensi kanker leher rahim serta
meminimalkan fatalitas akibat serangan kanker tersebut.
10. POLIO
Seorang lelaki dengan kaki kanan atrofi akibat poliomielitis.
Deskripsi
Nama lain dari polio adalah Poliomieltis. Virus polio yang termasuk genus enterovirus
famili Picornavirus.Virus ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan kimia. Selain itu, dapat
hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga dapat bertahan lama pada air
limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Polio menyebar terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan sanitasi
lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui fekal-oral. Artinya makanan/minuman yang
tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sedangkan oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke dalam mulut
manusia sehat lainnya.
Ciri khas dari penderita polio adalah kerusakan saraf. Kerusakan itu bermula dari virus yang
mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang
pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah. Dari saluran
cerna virus menyebar ke jaringan getah bening lokal atau regional. Akhirnya virus menyebar
masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.
Poliomielitis mempunyai tendensi lebih merusak sel saraf motorik pada medulla spinalis dan
batang otak. Seringkali polio menyebabkan kerusakan saraf tubuh yang membuat pertumbuhan
penderita menjadi asimetris. Sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh yang
umumnya menetap bahkan bertambah berat.
Gejala
Gambaran klinis penyakit polio pada manusia sangat bervariasi, dari gejala yang sangat ringan
sampai terjadi paralisis (kelumpuhan). Gejala klinis mulai dengan demam, merasa lemah, nyeri
kepala dan muntah. Dalam 24 jam terlihat kekakuan pada leher dan punggung. Penderita
terlihat mengantuk, iritabel, dan cemas. Adakalanya disertai kekakuan otot dan nyeri
otot ringan.
Bila terjadi paralisis (lumpuh) biasanya dimulai dalam beberapa detik sampai lima hari sesudah
nyeri kepala. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya pada salah satu tungkai.
Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit poliomielitis sangat sukar dan tidak ada spesifik, tetapi
tergantung penyulit yang terjadi. Selain fisioterapi dan ortopedi perlu diperhatikan fungsi organ
lain.
Penyakit polio dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin virus mati diberikan secara suntikan.
Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup yang dilemahkan lebih efektif
dibandingkan dengan virus yang mati. Selain pemberian imunisasi maka peningkatan sanitasi
lingkungan dan higienis perorangan sangat diperlukan.
11. INFLUENZA
Deskripsi
Influenza adalah penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah
yang diperoleh dari menghirup virusinfluenza. Penyebab penyakit ini adalah Virus Influenza tipe
A, B, dan C. Siapa pun bisa tertular penyakit ini, apalagi dalam sebuah komunitas yag
seruangan. Sebabnya penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin,
berbicara, dll. Apalagi jika kita berada dengan penderita dalam ruangan yang ber-AC (tertutup)
dan tidak mendapat sinar matahari.
Namun demikian ada kelompok orang yang disebut berisiko tinggi, yaitu mereka yang menderita
penyakit paru menahun (asma, emfisema, bronkitis kronik, bronkiektasi, tbc, atau fibrosis
kistik), penyakit jantung, penyakit ginjal kronik, penyakit kencing manis maupun gangguan
metabolik menahun lainnya, anemiaberat, mempunyai penyakit atau sedang menjalani terapi
untuk menekan kekebalan tubuh, berusia lebih dari 50 tahun
Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi bengkak dan meradang.
Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam beberapa minggu.
Gejala
Meskipun influenza sering disebut penyakit pernapasan, penyakit ini bisa memberi pengaruh ke
seluruh tubuh. Penderita secara tiba-tiba menjadi demam, letih, lesu, kehilangan selera makan,
dan sakit kepala, belakang tangan dan kaki. Juga menderita sakit tenggorokan dan batuk kering,
mual dan mata seperti terbakar. Panas bisa meningkat hingga 104 derajat Fahrenheit, tapi akan
menurun setelah 2 hingga 3 hari.
Gejala saluran napas, lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing
berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan
hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.fasnya
sendiri bisa berupa pilek dan batuk.
Untuk anak-anak dan orang dewasa, influenza adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri dalam
satu minggu. Namun untuk orang yang tidak sehat atau daya tahannya menurun, influenza bisa
berakibat fatal.
Tanda-tanda yang disebutkan di atas bisa menjadi sangat parah, dan mungkin terjadi komplikasi
seperti pneumonia, sinusitis, dan radang dalam telinga. Kebanyakan komplikasinya adalah
infeksi kuman karena daya tahan tubuh menjadi menurun untuk melawan kuman-kuman yang
masuk.
Pengobatan
Influenza bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan menjauhi penderita flu.
Selain itu, bisa menggunakan vaksin flu. Vaksin flu sendiri harus digunakan setiap tahun
sehubungan dengan seringnya virus flu bereplikasi.
Untuk influensa yang belum berkomplikasi, istirahat merupakan pencegahan agar flu tidak
bertambah parah. Mungkin dibutuhkan waktu sekitar 2 hari setelah demam berlalu. Bisa
menggunakan obat flu yang dibeli bebas. Kalau flu sudah terkomplikasi dengan infeksi bakteri,
dokter akan memberikan antibiotika.
Vaksin untuk influenza
12. Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak
terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya,
Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru
diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar
ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa
yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak
umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini
masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami
penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan
terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah
bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru,
dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan
reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui
mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan
berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau
photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah
atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam
rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka
orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut
sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi
sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV.
Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun,
virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus.
Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis
dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
1. Gejala umum (Sistemik)
– Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
– Penurunan nafsu makan dan berat badan.
– Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
– Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
– Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
– Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
– Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
– Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang
terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada
anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Pengobatan Penyakit TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar
dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara
total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan
memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka
disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray
atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid
dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan
resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan
obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan
yang dikenal ‘Triple Drug’.
13. PENYAKIT DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau
types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik)
di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia,
diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang
tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering
terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid

Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan
dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara
lain ;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring
tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.
Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan
rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang
utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi
kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat
antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin,
dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus
dirawat dan diberikan cairan Infus.
Komplikasi Penyakit Demam Tifoid
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan
usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak
(ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin
suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan
terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-
tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa
juga divaksinasi.
Vaksin untuk demam tifoid
14. PENYAKIT RABIES
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dangenus Lysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas
negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor)
dan sigung (Memphitis memphitis) diAmerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan
anjing di Afrika, Asia, danAmerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies
yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau
manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara
pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju
ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah
lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada
rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala
macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadilumpuh dan
mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalamikejang dan sulit bernapas,
serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udarayang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texasyang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan
sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Salah satu ciri anjing yang terkena rabies adalah terus-terusan mengeluarkan air liur
MANIFESTASI KLINIS
Seorang penderita rabies di tahun 1959
Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi
virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan
pada manusia [1]
Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi
infeksi pada mukosa, luka di atas daerahbahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau
kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. Sedangkan luka
dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di
sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium:
Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus
pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju tarafanoreksia, pusing dan
pening (nausea), dan lain sebagainya.
Stadium sensoris
Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur
(hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan
pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi
pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air
Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium
paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di atas
tidak dapat dibedakan dengan jelas. ]
Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di
antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya,
serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari
jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang,
serta ekordilengkungkan di bawah perut.
PENANGANAN
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus
dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai
terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi
beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang
diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera
cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu
beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun
terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah
mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan
dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan
ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan
pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan
diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak,
atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
PENCEGAHAN
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan.Langkah-langkah untuk
mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan
Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap
terjangkitnya virus, yaitu:
 Dokter hewan.
 Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
 Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing
banyak ditemukan
 Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. [17]
Tetapi seiring berjalannya
waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus
mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. [1]
Pentingnya vaksinasi rabies terhadap
hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus
diperhatikan.
Vaksin untuk rabies
15. PENYAKIT RUBELLA
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan
Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah
pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan
pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.
Penyebaran
Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan
orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai
timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat
replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel
janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas.
Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang
infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan
dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi – bayi tersebut merupakan
ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan
dengan bayi tersebut.
Gejala klinis
Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak tampak
gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala prodromal berupa
malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini,
atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan
munculnya limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam
setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang
sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3
hari. Kadang-kadang timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus.
Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I.. Mula-mula
replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan
mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.
Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ.
Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan
kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis
ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.
Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :
a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.
c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.
d. Retardasi mental
e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )
f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain
2. Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental,
keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi
(hipogamaglobulin ).
3. Delayed – sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1,
gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Pencegahan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara
pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella
yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin
rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah
pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat
berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang
tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus, sebaiknya ibu
diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi
defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri
kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
Vaksin untuk rubella
16. PENYAKIT GONDONGAN
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik,
Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara
dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka
yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar
tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penularan Penyakit Gondongan
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam
urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal
tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik.
Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan
seumur hidupnya.
Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sdebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 –
40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di
bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis)
karena penyebaran melalui aliran darah.
Pengobatan Penyakit Gondongan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita
panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri
(antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan
kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada
anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat
tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area
testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada
organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya
diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan
dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita
kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh
sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau
minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair
dan lunak.
Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci
pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar
anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau,
sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses
kesembuhan.
Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak,
yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita
Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena
serangan penyakit gondongan.
Vaksin untuk gondongan
17. PENYAKIT HAEMOPHILUS INFLUENZA TYPE B (HiB)
Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang menyebabkan
penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak ( Meningitis) -jangkitan pada
selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru (Pneumonia) – jangkitan pada paru- paru
Radang epiglotis ( kerongkong ) – jangkitan pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) –
jangkitan darah Radang sendi – jangkitan pada sendi Penyakit Hib, jangkitan HIV dan Hepatitits
B BUKAN satu penyakit yang sama. Vaksin pencegah Hepatitis B adalah vaksin Hepatitis B
manakala vaksin penyakit Hib adalah vaksin Hib.
Mudah berjangkit terutama dikalangan kanak-kanak Mudah merebak Biasanya
menyebabkan penyakit yang fatal atau membawa maut. Jangkitan Hib pada selaput otak bisa
mengakibatkan kecatatan otak yang kekal.
Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko jangkitan
adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun. Pengaulan rapat
dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat penyakit Hib. Bayi yang
mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi
masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.
Penularan Hib
Penyakit Hib boleh merebak apabila orang yang dijangkiti batuk atau bersin. Boleh juga merebak
melalui perkongsian barang mainan yang dimasukkan kedalam mulut.
Pencegahan penyakit Hib

Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak-
kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak-
kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau
selesma.
Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan
sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam satu
suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama
imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.

Efek samping imunisasi Hib


Imunisasi Hib adalah AMAN Kesan sampingan(=efek samping) yang berlaku biasanya ringan dan
tidak berbahaya berbanding jika mendapat penyakit Hib atau komplikasinya. Walau
bagaimanapun, sakit, bengkak dan kemerahan boleh berlaku ditempat suntikan. Ini selalunya
berlaku dari 1hingga 3 hari selepas imunisasi. Kadangkala, kanak- kanak boleh juga mendapat
demam untuk masa yang singkat selepas imunisasi.
18. PENYAKIT TIFUS
Penyakit tifus disebabkan oleh baksil Abdomenalis dengan masa inkubasi kurang lebih satu
bulan. Tifus Adomen juga disebabkan oleh Salmonella typhi, dengan demam tinggi yang
berlangsung selama 1-3 minggu. Penyakit ini biasanya terdapat pada anak yang berumur dua
tahun lebih. Bila seorang anak menderita demam selama satu minggu, tanpa diketahui
sebabnya, harus dicurigai sebagai tifus.
Penderita tifus
Gejala
1. Apati
2. Mulut dan bibir kering
3. Perut agak tegang dan konstipasi
4. Suhu badan tinggi terus menerus
5. Lidah kotor dan gemetar
6. Perut terasa mual dan sering muntah
7. Sakit kepala dan badan lesu
8. Sukar buang air besar
9. Adanya bintik-bintik merah pada bagian dada dan perut
Penularan
Penyakit penularan tifus melalui makanan dan minuman, disebabkan oleh kuman golongan
Salmonella yaitu paratifus A, B dan C
Pencegahan

a. Penyuntikan vaksin tifus abdomen


b. Menjaga kebersihan lingkungan
c. Menjaga kebersihan pribadi
d. Menjaga kebersihan makanan dan minuman
cr : http://hharyani.blogspot.com/
Share this:

 Twitter
 Facebook7

Terkait

Radang Gusidalam "Healthy News"


4 Penyebab Sakit Gigi dan Penanganannyadalam "Healthy News"
Gardasil, Vaksin Pencegah Kanker Leher Rahim (Serviks)dalam "Healthy News"

Tag: health newa

Tinggalkan Balasan

Day by Day

November 2012

S S R K J S M

« Okt

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11

12 13 14 15 16 17 18

19 20 21 22 23 24 25

26 27 28 29 30
Cari Apa ?

Cari
Cari untuk:
Go!!

 Daftar

 Masuk
 RSS Entri

 RSS Komentar

 WordPress.com

komentar terkini
Ranting

 Healthy News (8)


 My Day (6)

 Uncategorized (15)

Anyar rek :)

 Doa Ketika Turun Hujan


 Waktu Terkabulnya Do’a
 Jangan Mau Damai di Tempat TILANG !

 elightenment part 1

 Gusi Bengkak Bagian Belakang (Impaksi)

Arsip

 November 2012
 Oktober 2012

 Juli 2012

 Juni 2012
 Mei 2012

 Maret 2012

Wow Fantastic

 Macam-macam penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi


 Gardasil, Vaksin Pencegah Kanker Leher Rahim (Serviks)

 Gusi Bengkak Bagian Belakang (Impaksi)


 Santai Terus Tapi Cepat Lapar Berarti Kurang Olahraga

 Radang Gusi

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

 Ikuti

You might also like