You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Balikpapan yang merupakan salah satu kota cukup besar di Indonesia
memiliki luas sekitar 503,3 km² dan memiliki jumlah penduduk 625.968 jiwa. Dan juga
merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah
satu wilayah yang luas, membuat kota Balikpapan menjadi suatu wilayah yang terbagi
menjadi beberapa zonasi antara lain sebagai zona fasilitas umum, area industri dan
perumahan. Salah satu bentuk dari zonasi yang akan ditinjau tersebut yaitu berupa
fasilitas umum. Pada dasarnya ada berbagai jenis bentuk dari fasilitas umum salah
satunya adalah TPA Manggar yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Timur, Kota
Balikpapan.
Dalam melakukan pemilihan atau penempatan lokasi perlu adanya tinjauan
mengenai faktor yang mempengarui berupa analisis lokasi. Menurut Tarigan (2006),
analisis lokasi dibagi menjadi dua, yaitu analisis untuk memahami karakteristik lokasi
dan kegiatan dalam skala wilayah maupun membuat lokasi dan ruang bagi kegiatan
tertentu agar kemampuan ruang dapat dipergunakan secara optimal. Salah satu bentuk
analisis yang akan dilakukan adalah mengenai lokasi fasilitas umum berupa TPA,
dimana Tempat Pembuang Akhir (TPA) Manggar berlokasi pada jalan Proklamasi,
Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur. Pada tahun 1997, luasan area saat
itu mempunyai luasan sebesar 49,89 Ha. Selain itu, penempatan dan pembangunan TPA
Manggar merupakan bagian dari program Kalimantan Urban Development Project
(KUDP). Pada TPA Manggar sendiri telah terbagi menjadi zona-zona, dimana pada
setiap zona mempunyai pemanfaatan secara penuh dalam pengelolaan timbulan
sampah. Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat sampah yang dialokasikan
secara terisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan
penanganan yang benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Sehingga, dalam melakukan penentuan suatu zonasi, perlu adanya pertimbangan
berupa faktor-faktor yang mempengaruhi, dan pertimbangan mengenai objek
penempatan fasilitas pada lokasi tersebut. Sehingga, dalam hal ini akan dilakukan
identifikasi mengenai faktor-faktor penentu dalam penempatan lokasi terhadap fasilitas
penunjang berupa TPA Manggar dan diantaranya akan dilakukan mengenai analisis
lokasi dan keruangan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam
penulisan laporan ini antara lain Keberadaan TPA Manggar Kota Balikpapan telah
mengalami beberapa permasalahan terkait dengan keberadaaannya saat ini terhadap
masyarakat sekitarnya dan kondisi TPA Manggar yang belum diketahui kesesuaian
penempatannya dengan kajian studi literatur dan peraturan setempat. Dari uraian beberapa
permasalahan tersebut, diperlukan studi untuk mengetahui kesesuaian faktor-faktor standar
dan teori yang relevan yang mempengaruhi penentuan lokasi TPA sampah Manggar,
sehingga bisa digunakan sebagai studi dalam evaluasi TPA Manggar.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor lokasi dan kesesuaian pemilihan
lokasi dengan faktor yang ditentukan dalam suatu wilayah dan kota dengan studi kasus
TPA Manggar Kota Balikpapan.
Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi faktor lokasi yang berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA.
2. Penentuan kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk
mengetahui apakah lokasi TPA Manggar memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan
standard dan teori yan relevan atau tidak.
3. Penentuan penskalaan (scalling) untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian antara
faktor lokasi dengan pemilihan lokasi.
4. Analisis hasil temuan empirik dengan teori mengenai lokasi TPA.

Adapun Sasaran dalam penelitian penentuan lokasi :


1. Mencari metode analisis yang akan digunakan.
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi berdasarkan
studi literatur penentuan lokasi TPA.
3. Melakukan identifikasi penentuan lokasi TPA dengan menggunakan metode
wawancara dan membandingkan dengan tinjauan teori.
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wiayah dalam penelitian ini yaitu Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) di Kota Balikpapan terletak di Kelurahan Manggar yang dibuka pada tahun 2012
namun sering disebut dengan TPA Manggar dengan luas lahan 49,89 Ha.
1.3.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan prasarana sampah perkotaan. Penelitian ini membahas tentang kesesuaian
antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk mengetahui apakah lokasi
TPA Manggar memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan standar dan teori yang
relevan atau tidak.
1.3.3 Ruang Lingkup Substansi
Substansi dalam pembahasan penelitian ini menyangkut dua materi, pertama
mengenai karakteristik TPA Manggar yaitu berupa kajian tentang karakteristik TPA
berdasarkan studi literatur terkait dan studi lapangan. Materi yang kedua adalah analisa
mengenai kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk
mengetahui apakah lokasi TPA Manggar memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan
standard dan teori yang relevan atau tidak, serta analisis hasil temuan empirik dengan
teori mengenai lokasi TPA.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan untuk pembahasan/penyusunan pada laporan ini sebagai
berikut:

BAB I PENDAHULUAN.
Pada Bab I Merupakan bab awal makalah yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran, sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI.
Pada bab II ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan serta beberapa literature
review yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI.


Pada Bab III, yang berisi tentang gambaran umum wilayah studi yaitu tpa manggar
BAB IV ANALISA.
Pada Bab IV Memaparkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penempatan TPA
Manggar.
BAB V PENUTUP
Pada bab V berisi kesimpulan dari laporan ini.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sampah
Dalam membicarakan sampah tidak akan terlepas dari satu kata yang sifatnya
hampir serupa dengan sampah, yaitu limbah. Namun, limbah dan sampah memiliki
perbedaan, melalui beberapa definisi mengenai limbah dan sampah berikut diharapkan
dapat diketahui perbedaan diantara keduanya. Menurut Standar Nasional Indonesia 19-
3964-1994 Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri atas bahan organik dan
bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

2.2 Sumber Sampah


Sumber sampah pada umumnya berhubungan erat dengan penggunan tanah dan
pembagian daerah untuk berbagai kegunaan. Menurut Depkes RI Tentang pembuangan
sampah (1987) sumber sampah dapat diklasifikasikan dalam berbagai kategori yaitu :
1. Pemukiman Penduduk
Pada tempat pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal
atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama biasanya terdapat
dikota atau daerah sub urban. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, dan
bahanbahan sisa sari pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbish) abu dan sampah-sampah khusus.
2. Tempat-tempat umum dan tempat-tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan termasuk tempat-tempat perdagangan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan sampah. Jenis sampah yang
dihasilkan dapat berupa sisa-sisa makanan (sampah basah), sampah kering, abu, sisa-sisa
bahan bangunan, sampah khusus dan kadang-kadang juga terdapat sampah yang
berbahaya. Contoh tempat-tempat tersebut adalah : toko, rumah makan/warung, tempat-
tempat penginapan dan sebagainya.
3. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Yang dimaksud dengan sarana pelayanan masyarakat disini misalnya:
a. Tempat-tempat hiburan umum (taman)
b. Jalan umum
c. Tempat-tempat parkir
d. Tempat-tempat pelayanan kesehatan
e. Komplek militer
f. Gedung-gedung pertemuan
g. Pantai tempat berlibur
h. Sarana pemerintahan yang lain Tempat tersebut diatas biasanya
menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat-ringan
Dalam pengertian ini termasuk :
a. Pabrik-pabrik produksi bahan-bahan
b. Sumber-sumber alam misalnya sumber energy
c. Perusahaan kimia
d. Perusahaan kayu
e. Perusahaan logam
f. Tempat pengolahan air kotor/air minum
Yang dimaksud dalam pengertian ini ialah usaha pengolahan air minum
atau pengolahan air kotor dari kota dan juga pengolahan air kotor industry)
g. Kegiatan industry, baik yang hanya bersifat distribusi, ataupun memproses
suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah
khusus dan sampah berbahaya
5. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang.
Dari daerah pertanian ini misalnya sampah dari kebun, kandang, lading atau sawah.
Sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang membusuk sampah pertanian,
pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
2.3 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah
sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang
digunakan untuk mengkarantina sampah kota secara aman.

Menurut (Darmasetiawan, 2004), TPA merupakan tempat dimana sampah


mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
Sedangkan menurut (Basyarat, 2006) TPA merupakan tempat yang digunakan
untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara tertentu sehingga dampak
negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau dikurangi.
2.4 Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial,
serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap
intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat
dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah
pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik
tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara
lokasi dengan pusat tersebut. Adapun teori lokasi menurut para ahli sebagai berikut:
2.4.1 Teori Weber
Menurut Weber (1909), menganalisis tentang lokasi kegiatan industri.
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi
biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum.
Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga
faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga
kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan
biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau
locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah
lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber
merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan
menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).

Dalam kaitannya dengan penempatan lokasi Tempat Pembuangan Sampah


(TPA), biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus dengan jarak tempuh dan
berat barang, sehingga lokasi biaya terkecil adalah bobot total pergerakan dan
pendistribusian minimum. Untuk menguatkan aglomerasi, di sekitar lokasi
penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dibangun suatu industri daur
ulang sampah. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja tidak ada relevansinya dengan
kriteria penempatan lokasi pengelolaan sampah ini.
2.4.2 Teori Hotteling
Menurut Hotteling, elastisitas permintaan akan mendorong difusi industri.
Teori Hotelling sendiri pertama kali disampaikan oleh Harold Hotelling (1895 -
1973) yang merupakan ahli di bidang statistika pada sebuah artikel berjudul
“Stability in Competition” pada majalah Economic Journal di tahun 1929. Teori
ini secara garis besar memperlihatkan pengaruh lokasi produsen terhadap
kemampuan meraih laba dan konsumen. Teori ini mucul dari kelemahan teori
Webber yang bersifat homogen, menganggap jarak dan bahan sama sehingga
membentu segitiga sempurna ,tidak memperhitungkan biaya secara keseluruhan.

2.4.3 Teori Losch


Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan
(pasar), berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran
(produksi). Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap
jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual,
konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi
produksi berada di pasar atau di dekat pasar.

2.5 Analisis penentuan lokasi faktor prioritas


2.5.1 Analisis Delphi
Menurut Dalkey dan Helmer (1950-an) teknik Delphi adalah metode yang
banyak digunakan dan diterima untuk mengumpulkan data dari responden dalam
domain penelitian mereka. Teknik ini dirancang sebagai proses komunikasi
kelompok yang bertujuan untuk mencapai konvergensi pendapat tentang isu isu
nyata. Proses Delphi telah digunakan di berbagai bidang studi seperti perencanaan
program, penilaian assesment, penetuan kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya
untuk mengembangkan berbagai alternatif, menjelajahi atau mengekspos yang
mendasari asumsi, serta berkorelasi penilaian pada suatu topik yang mencakup
berbagai disiplin ilmu. Teknik Delphi cocok sebagai metode untuk pembangunan
konsensus dengan menggunakan serangkaian kuesioner dikirimkan menggunakan
beberapa iterasi untuk mengumpulkan data panel dari subyek yang dipilih

2.5.2 Analisis Regresi


Menurut Harinaldi (2005) Dalam regresi sederhana dikaji dua variabel,
sedangkan dalam regresi majemuk dikaji lebih dari dua variabel. Dalam analisis
regresi, suatu persamaan regresi hendak ditentukan dan digunakan untuk
menggambarkan pola atau bentuk fungsi hubungan yang terdapat antar variabel.
Variabel yang akan diestimasi nilainya disebut variabel terikat (dependent variable
atau response variable). Sedangkan variabel bebas (independent variable atau
explanatory variable) adalah variabel yang diasumsikan memberikan pengaruh
terhadap variasi variabel terikat.

2.5.3 Analisis Content


Menurut Berelson & Kerlinger, analisis konten merupakan suatu metode
untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan
kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick). Sedangkan
menurut Budd analisis konten adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis
isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.
Prinsip analisis isi berdasarkan definisi di atas:
a. Prinsip sistematik, Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang
dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan
perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan
untuk diriset.
b. Prinsip objektif, Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada
orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur
yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.
c. Prinsip isi yang nyata. Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak)
bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti
menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun
semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.

2.6 Persyaratan-persyaratan pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA)


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-3241-1994, persyaratan
didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti
persyaratan hukum, ketentuan perundang- undangan mengenai pengelolaan lingkungan
hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan
kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata
ruang kota serta peraturan - peraturan pelaksanaannya.

Menurut SK SNI T-11-1991-03, persyaratan umum lokasi TPA adalah sebagai


berikut:
1. sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah;
2. jenis tanah kedap air;
3. daerah yang tidak produktif untuk pertanian;
4. dapat dipakai minimal untuk 5-10 tahun;
5. tidak membahayakan/mencemarkan sumber air;
6. jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km;
7. daerah yang bebas banjir.

2.7 Ketentuan dalam pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA)


Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA (SNI
nomor 03-3241-1994), yaitu Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
2. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahap yaitu:
a. Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona
kelayakan
b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua
lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan
pada tahap regional
c. Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi
yang berwenang.
3. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi
TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini
dapat dilihat pada kriteria yang berlaku pada tahap penyisihan.

2.8 Kriteria pemilihan dalam pemilihan lokasi tempat pembaungan akhir (TPA)
Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA (SNI
nomor 03-3241-1994), yaitu Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Regional
Merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau zona tidak
layak sebagai berikut:
a. Kondisi geologi
• Tidak berlokasi di zona holocene fault dan tidak boleh di zona bahaya geologi.
b. Kondisi hidrogeologi:
• Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter
• Tidak boleh kelulusan tanah lebih dari 10-6 cm/det
• Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter
• Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka
harus diadakan masukan teknologi
c. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %
d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk
penerbangan turbo jet dan lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.
e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode
ulang 25 tahunan.
2. Kriteria penyisih
Merupakan kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik, diantaranya yaitu:
a. Iklim:
• Hujan, intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik
• Angin, arah angin dominan tidak menuju ke permukiman dinilai makin baik
b. Utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai makin baik
c. Lingkungan Biologis:
• Habitat: kurang bervariasi, dinilai makin baik
• Daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik.
d. Kondisi tanah:
• Produktifitas tanah: makin tidak produktif dinilai makin baik
• Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama
dinilai lebih baik.
• Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai
lebih baik.
• Status tanah: kepemilikan tanah makin bervariasi dinilai tidak baik.
e. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik
f. Batas administrasi: dalam batas administrasi dinilai semakin baik
g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakinbaik
h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik
j. Ekonomi: semakin rendah biaya satuan pengelolaan sampah (Rp/m3 atau Rp/ton)
dinilai semakin baik
3. Kriteria penetapan
Merupakan kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk menyetujui
dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan Instansi yang
berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku.

2.9 Paramaeter Dan Bobot Dalam Pemilihan Lokasi TPA


Menurut SNI Nomor 03-3241-1994, Dalam menentukan dan memilih lokasi
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) terdapat beberapa parameter dan bobot yang harus
dihitung. Adapun parameter yang harus dinilai dan memiliki bobot dalam kriteria
penyisihan adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
No Parameter Bobot Nilai
I UMUM
1. Batas Administrasi 5
a. Dalam batas administrasi 10
b. Diluar batas administasi, tetapi dalam satu sistem 5
pengelolaan sampah terpadu
c. Diluar batas administrasi, dan diluar sistem 1
pengelolaan sampah terpadu
2. Pemilik Atas Tanah 3
a. Pemerintah Daerah/pusat 10
b. Pribadi (satu) 7
c. Swasta atau peruhsaan (satu) 5
d. Lebih dari satu pemilik bak dan atau status 3
kepemilikan
e. Organisasi sosial atau agama 1
3. Kapasitas Lahan 5
a. > 10 Tahun 10
b. 5 Tahun – 10 Tahun 8
c. 3 Tahun – 5 Tahun 5
d. Kurang dari 3 Tahun 1
4. Jumlah Pemilik Lahan 3
a. 1 (satu) KK 10
b. 2 - 3 KK 7
c. 4 - 5 KK 5
d. 6 - 10 KK 3
No Parameter Bobot Nilai
e. Lebih dari 10 KK 1
5. Partisipasi Masyarakat 3
a. Spontan 10
b. Digerakan 5
c. Negosiasi 1
II LINGKUNGAN FISIK
1. Tanah (diatas muka air tanah) 3
a. Harga kelulusan < 10-9 cm/det 10
b. Harga kelulusan 10-9 cm/det – 10-6 cm/det 7
c. Harga kelulusan 10-6 cm/det Tolak (kecuali ada 5
teknologi)
2. Air tanah 5
a. > 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 10
b. < 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 8
c. > 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 3
cm/det
d. 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 1
3. Sistem Aliran Air Tanah 3
a. Discharge area/lokal 10
b. Recharge area dan discharge area lokal 5
c. Recharge area regional dan lokal 1
4. Kaitan Dengan Pemanfaatan Air Tanah 3
a. Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas 10
hidrolis
b. Diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas 5
hidrolis
c. Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas 1
hidrolis

5. Bahaya Banjir 2
a. Tidak ada bahaya banjir 10
b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan 5
No Parameter Bobot Nilai
c. Kemungkinan banjir > 25 tahunan Tolak (kecuali 1
ada masukan teknologi)
6. Tanah Penutup 4
a. Tanah penutup cukup 10
b. Tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai 5
c. Tanah penutup tidak ada 1
7. Intensitas Hujan 3
a. Dibawah 500 mm per tahun 10
b. Antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun 5
c. Diatas 1000 mm per tahun 1
8. Jalan Menuju Lokasi 5
a. Datar dengan kondisi baik 10
b. Datar dengan kondisi buruk 5
c. Naik/turun 1
9. Transport Sampah (satu jalan) 5
a. Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
b. Antara 16 menit – 30 menit dari centroid sampah 8
c. Antara 31 menit – 60 menit dari centroid sampah 3
d. Lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1
10. Jalan Masuk 4
a. Truk sampah tidak melalui daerah pemukiman 10
b. Truk sampah melalui daerah pemukiman 5
berkepadatan sedang (< 300 jiwa/ha)
c. Truk sampah melalui daerah pemukiman 1
berkepadatan tinggi ( > 300 jiwa/ha)
11. Lalu Lintas 3
a. Terletak 500 m dari jalan umum 10
b. Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8
c. Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 3
d. Terletak pada lalu lintas tinggi 1
12. Tata Guna Lahan 5
a. Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna 10
tanah sekitar
No Parameter Bobot Nilai
b. Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna 5
tanah sekitar
c. Mempunyai dampak besar terhadap tata guna 1
tanah sekitar
13. Pertanian 3
a. Berlokasi di lahan tidak produktif 10
b. Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5
c. Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian 1
sekitar

d. Berlokasi di tanah pertanian produktif 1


14. Daerah Lindung/Cagar Alam 2
a. Tidak ada daerah lindung/cagar alam disekitarnya 10
b. Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya 1
yang tidak terkena dampak negatif
c. Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya 1
terkena dampak negatif
15 Biologis 3
a. Nilai habitat yang rendah 10
b. Nilai habitat yang tinggi 5
c. Habitat kritis 1
16. Kebisingan dan Bau 2
a. Terdapat zona penyangga 10
b. Terdapat zona penyangga yang terbatas 5
c. Tidak terdapat penyangga 1
17. Estetika 3
a. Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10
b. Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5
c. Operasi penimbunan terlihat dari luar 1
(Sumber: SNI 03-3241-1994)
Catatan :
Lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkaitan antara bobot dan nilai merupakan
pilihan pertama, sedangkan lokasi dengan angka-angka yang lebih rendah merupakan
alternatif yang dipertimbangkan
2.10 Validitas Data
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat
dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data
penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap akhir dari suatu penelitian. Maka dari itu,
dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian itu harus melalui beberapa teknik
pengujian. Adapun teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data (Lexy J
Moleong, 1991: 175), yaitu:
2.10.1 Triangulasi
Menurut Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan
atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini,
konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
1. Triangulasi metode
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang
berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi
yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti
menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda
untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau
pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,
triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek
atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu
sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap
dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti
Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam
pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki
pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru
merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
3. Triangulasi sumber data
Adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan
sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti
bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis,
arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau
foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan
keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4. Triangulasi teori
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis
statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori
yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini
paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika
membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih
jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

2.11 Kelayakan Lingkungan


Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi tentang
beberapa masalah yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam hal ini
studi yang dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam perubahan, baik
perubahan sosial-ekonomi maupun perubahan biofisik lingkungan sebagai akibat adanya
kegiatan yang diusulkan tersebut (Wardana, 2004). Setiap pembangunan harus
memperhatikan aspek-aspek lingkungan sebagai berikut (Devas and Rakodi, 1993):
a) Meminimalisasi dampak dari pembangunan dan kegiatan-kegiatan pada perubahan
ekologi.
b) Meminimalisasi resiko akibat adanya perubahan-perubahan terhadap bumi seperti
kerusakan lapisan ozon, pemanasan global yang disebabkan emisi karbon Dioksida,
perubahan iklim lokal yang disebabkan banjir, kekeringan, penebangan liar.
c) Meminimalisasi polusi udara, air dan tanah.
d) Adanya jaminan dan pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan.

2.12 Aspek-aspek Dalam Penetapan Sanitary Landfill


Secara ideal, pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi sebuah landfill
adalah didasarkan atas berbagai aspek (Diktat Landfilling Limbah - Versi2008 ),
terutama:
a. Aspek teknis sebagai penentu utama untuk digunakan adalah aspek yang terkait dengan
hidrologi dan hidrogeologi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini juga penting untuk
dilakukan sebelum suatu usaha dijalankan, penentuan kelayakan teknis atau operasi
perusahaan/instansi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis sehingga jika tidak
dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dikemudian hari.
b. Aspek kesehatan masyarakat berkaitan langsung dengan manusia, terutama kenaikan
Mortalitas (kematian) umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit
degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan
diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga
menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan
menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah. Morbiditas (penyakit)
serta kecelakaan karena operasi sarana tersebut.
c. Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan pengaruhnya terhadap ekosistem
akibat pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat transportasi dan sebagainya.
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah menempatkan lokasi
tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap bahaya lingkungan, sehingga tidak
membahayakan kelangsungan dan keutuhan TPA sampah tersebut. Bahaya lingkungan
yang harus diperhatikan adalah gerakan tanah, kegempasan, kegunungapian, pengikisan
banjir dan genangan air.
d. Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu lokasi dengan lokasi yang
lain, terutama dengan adanya biaya ekstra pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.
2.13 Indikator Penentuan Lokasi TPA
Agar fungsi dari tempat penampungan sampah sementara dapat dioptimalkan, maka
dalam penentuan lokasi tempat penampungan sampah sementara setidaknya harus
mempertimbangkan indikator berikut:
1) Bukan daerah genangan
TPS harus diletakkan di daerah kering, apabila sampah dibiarkan dalam kondisi basah
maka akan memancing penyakit.
2) Jarak dari permukiman
Apabila peletakan TPS terlalu dekat dengan permukiman, maka bau yang ada akan
mencemari lingkungan dan ini akan cukup mengganggu.
3) Jarak terhadap jalan
Jarak terhadap jalan akan mempengaruhi aksesnya untuk diangkut ke TPA, apabila sistem
pengangkutan sampah TPA tidak berjalan, maka akan terjadi penumpukan sampah secara
berlebih di TPS
4) Jarak terhadap sumber sampah
Letak TPS yang cukup jauh dari sumber sampah dengan alasan untuk menghindari bau
justru akan mempersulit proses pengangkutan dari rumah warga ke TPS, semakin jauh dari
sumber sampah akan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga dalam proses
pengangkutan.
5) Estetika
TPS yang diletakkan di tempat mudah dilihat oleh khalayak umum akan terkesan merusak
keindahan, dibandingkan dengan faktor yang lain, faktor estetika merupakan faktor yang
paling berbobot dalam penentuan letak TPS.
2.14 Sarana dan Prasarana TPA
(1) Fasilitas umum
a) Jalan Masuk
Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Dapat dilalui kendaraan truk sampah dan 2 arah
(b) Lebar jalan 8 m, kemiringan pemukaan jalan 2 — 3 % ke arah saluran
drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan
tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kedaraan 30 km/jam (sesuai dengan
ketentuan Ditjen Bina Marga).
b) Jalan Operasi
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dan 2 jenis,
yaitu :
- Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer,setiap saat
dapat ditimbun dengan sampah.
- Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/ pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat pemanen.
c) Bangunan Penunjang
Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan
mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain
pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencanapengoperasian TPA,
tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc dan gudang.
d) Drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh pada
area timbunan sampah. Ketentuan teknis drainase TPA ini adalah sebagai
berikut:
- Jenis drainase dapat berupa drainase pemanen (jalan utama, disekeliling
timbunan terakhir, daerah kantor, gudang, bengkel, tempat cuci) dan drainase
sementara (dibuat secara lokal pada zone yang akan diopersikan)
- Kapasitas saluran dihitung dengan persamaan manning
Q = 1 / n . A. R2/3 . S1/2 ,
dimana: Q = debit aliran air hujan (m3/det)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan
N = konstanta
- Pengukuran besamya debit dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
D = 0,278 C. I . A (m3/det), dimana:
D = debit
C = angka pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
e) Pagar
Pagar yang berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar
tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagal daerah penyangga
setebal 5 m.
f) Papan Nama
Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja.

2.15 Cagar budaya/situs-situs sejarah


Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 5 tahun 1992, situs diartikan
sebagai lokasi yang mengandung atau diduga mengandung cagar budaya termasuk
lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. Menyikapi hal tersebut lokasi TPA
sampah hendaknya tidak berada pada lokasi situs sejarah/cagar budaya sehingga baik
langsung maupun tidak langsung dapat merusak keberadaannya, oleh karenanya kriteria
pemilihan lokasi TPA sampah hendaknya dapat mempertimbangkan parameter keberadaan
Cagar budaya/situs sejarah, seperti telah diatur dalam kriteria pemilihan lokasi TPA
sampah di Inggris Raya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan analisis konten. Analisis tersebut digunakan dalam
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Analisis
ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh dalam penentuan pemilihan
lokasi TPA sampah.

Dalam persiapan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan faktor-faktor apa saja


yang mempengaruhi penentuan lokasi TPA sampah dengan melakukan studi literatur.
Selanjutnya melakukan wawancara terhadap stakeholder mengenai faktor penentuan TPA.
Tahap terakhir adalah melakukan tinjauan langsung ke lapangan untuk mengetahui fakta-
fakta yang berada di TPA tersebut.

3.2 Jenis penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan
pengukuran data kuantatif dalam statistic objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal
dari sampel orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang
survey untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi TPA
Sampah.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan cara-cara yang
digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Dan untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian terdapat metode pengumpulan data yang meliputi :
1. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan
melakukan wawancara kepada beberapa pihak yang berpengaruh dan berkepentingan
dalam penelitian. Selain itu juga dilakukan survey lapangan untuk
lebih mengetahui kondisi lapangan dan mencari data pendukung dalam penelitian ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan bentuk pertanyaan yang disusun berdasarkan tulisan. Jenis
kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dimana
jawabannya sudah tersedia sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai
dengan pendapatnya.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana metode ini
dilakukan dengan cara tanya jawab lisan. Metode ini dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan kondisi langsung bertemu dan berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini, metode
wawancara dilakukan pada stakeholder yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui literatur yang berhubungan dengan studi yang
diambil. Studi literatur ini terdiri dari tinjauan teoritis dan pengumpulan data instansi.
Untuk tinjauan teoritis kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat teori-
teori pendapat para ahli yang berkaitan dengan pembahasan studi. Untuk pengumpulan data
dari instansi-instansi terkait pembahasan studi yang disesuaikan dengan kebutuhan data
yang diperlukan. Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data sekunder ini adalah
keakuratan data dan validitas sumber data. Studi literatur atau kepustakaan dilakukan
dengan meninjau isi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini,
diantaranya berupa buku, hasil penelitian, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta
artikel di internet dan media massa.

3.4 Metode Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi.
Teknik analisis tersebut digunakan untuk mengoreksi kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi
sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data dan
mengetahui kriteria-kriteria penentuan lokasi TPA yang didapat dari kajian pustaka,
sehingga dapat menghasilkan output berupa tingkat prioritas dari perbandingan kriteria
penentuan lokasi TPA tersebut.
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Lokasi TPA Manggar terletak di Kelurahan Manggar Kecamatan Balikpapan
timur, dengan luas 49,89 Hektar termasuk sarana dan prasarananya. Tpa ini resmi
beroperasi sejak 6 tahun terakhir yakni pada tahun 2012. Dan Pengelolaan sampah di TPA
Manggar Balikpapan menggunakan Sanitary Landfill system yang dilengkapi dengan
pengendali gas, saluran leachate, dan Instalasi Pengelolaan leachate (IPL). Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk akan diikuti dengan bertambahnya jumlah timbulan
sampah, dengan jumlah sampah yang masuk sebesar 350-400 ton perhari. Pengembangan
TPA Manggar, selain diperuntukkan
Batas lokasi tapak yang merupakan luasan dan ruang untuk TPA manggar, yaitu sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Permukiman
- Sebelah Selatan : Lahan kosong
- Sebelah Timur : Lahan Kosong
- Sebelah Barat : Permukiman

Gambar 4.1 Peta Wilayah Studi


(Sumber: Google earth,2018)
4.1 Kondisi fisik
Daerah TPA Manggar merupakan lahan kosong yang luas dan cukup untuk
didirikan TPA yang tidak ada kegiatan apapun didalamnya seperti pertanian dan
perkebunan. Status lahan TPA Manggar saat ini sudah sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah kota Balikpapan. Adapun aspek-aspek fisik yang mempengaruhi TPA
Manggar:
1. Topografi
Kondisi lahan TPA Manggar secara umum merupakan daerah yang berbukit dan lembah
dengan perbedaan tinggi sekitar 23 meter antara titik terendah dan tertinggi. Kemiringan
lahan berkisar antara 0 hingga 45 %. Dalam penentuan TPA sangat diperhatikan
kemiringan lerengnya, lereng sangat mempengaruhi letak dan posisi TPA. Apabila TPA
diletakan di Tempat yang kemiringan lerengnya lanadai maka akan sangat mudah
tergenang air hujan, yang dikarenakan drainasenya tidak cukup baik. Apabila diletakan
pada kemiringan lereng yang curam akan mengakibatkan material sampah akan mudah
terbawa kebawah dan air lindian akan mencamari daerah yang dibawahnya.
2. Geologi
a. Karakteristik tanah
Tanah di area TPA Manggar merupakan tanah jenis alluvium yang bersifat tidak kedap
sehingga berpotensi merembeskan lindi ke lingkungan sekitarnya.
b. Daya Dukung
Keadaan tanah secara umum pada kedalaman 0.00 sampai dengan 8 meter dari muka tanah
tergolong lunak. Fondasi dangkal dapat dilakukan pada kedalaman 0.00 sampai dengan
2,00 meter dari muka tanah. Sedangkan untuk bangunan yang memerlukan daya dukung
yang tinggi maka akan diperlukan fondasi yang berupa tiang pancang mengingat kondisi
tanah lunak yang berpotensi akan membahayakan bangunan diatasnya.
3. Hidrologi
Kedalaman air tanah dangkal di Lokasi TPA Manggar adalah sekitar 1-2 meter dari
permukaan tanah di bagian terendah. Pencemaran terhadap air tanah ini sangat mudah
terjadi bila tidak dilakukan upaya teknis yang memadai dan optimal. pada area TPA
Manggar khususnya bagian Zona II juga terdapat saluran alami dengan lebar 0.80 sampai
2.00 meter yang mengalirkan aliran air hujan dari daerah sekitar TPA. Air hujan akan
mengalir kearah barat dan masuk ke aliran anak sungai Manggar.
4.2 Pelayanan
TPA Manggar termasuk skala regional karena melayani satu Kota Balikpapan.
Jarak terdekat sumber sampah merupakan satuan panjang perkilometer yang dihitung
berdasarkan kedekatan antar sumber sampah dengan lokasi TPA. Jaringan jalan yang
menghubungkan antar kota Balikpapan dengan kawasan TPA melalui ruas jalan
Mulawarman dalam kondisi jalan yang baik dengan lebar 9 meter. TPA Manggar ini
memiliki akses yang menghubungkan langsung ke Jalan Arteri yaitu dari Jalan
Mulawarman menuju Jalan Marsma iswahyudi, Jalan jendral sudirman, Jalan yos sudarso
dan Jalan Sukarno Hatta.
4.3 Kepadatan penduduk terhadap muatan sampah
TPA sangat membutuhkan ruang atau tempat yang luas dan disyaratkan harus jauh
dari permukiman penduduk. Jarak TPA terhadap permukiman di tetapkan 500 meter. Harus
ada buffer Buffer ini berfungsi untuk mencegah gangguan bau, pencemaran air, kebisingan
yang ditimbulkan dari TPA. Keberadaan TPA harus cukup jauh dari permukiman untuk
menghindari dari pencemaran udara dan penyakit Daerah dengan kepadatan penduduk
terendah merupakan lokasi TPA optimal, dimana kepadatan penduduk dihitung
berdasarkan jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayahnya. Kepadatan penduduk
menentukan jumlah muatan sampah yang dihasilkan dan luas penampungan. Kepadatan
penduduk Kota Balikpapan sebesar 503,3 km2.
Tabel 3.1 Kepadatan dan jumlah penduduk tahun 2017
Indikator Jumlah
Laki-laki 328 382 Jiwa
Perempuan 307 630 Jiwa
Penduduk 636 012 Jiwa
Kepadatan Penduduk 503,3 km2
(Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Balikpapan, 2017)
Dengan jumlah penduduk Kota Balikpapan yang semakin tahun terus bertingkat sehingga
sampah yang dihasilkan juga semakin banyak, berdasarkan data dari UPTD TPA Manggar
mendapat kiriman sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Balikpapan sebanyak 347 ton
per hari.
4.4 Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar TPA Manggar
Penggunaan tanah di sekitar TPA Manggar terdiri dari permukiman, perdagangan
jasa, fasilitas umum.

 Permukiman
Gambar 4.2 Permukiman di sekitar TPA Manggar
Diwilayah sekitar TPA Manggar banyak ditemui perumahan kampung yang
lokasinya berada di berada di sepanjang jalan menuju TPA. Permukiman penduduk
terdapat di RT 36 Kelurahan Manggar Kecamatan Balikpapan Timur berjarak +
500 meter kearah timur laut dari TPA Manggar. Kegiatan permukiman ini terkena
dampak dari kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Manggar.
 Fasilitas umum

Gambar 4.3 Masjid dan sekolah di sekitar TPA Manggar


Fasilitas umum yang terdapat disekitar TPA diantaranya sekolah, masjid dan
tanah lapangan. Masjid berjarak seikat 500 meter di sebelah timur TPA dan juga
Sekolah Dasar Negeri 020 berjarak sekita 300 meter di sebelah utara TPA
Manggar, selama ini sekolah mendapatkan dampak dari kegiatan TPA berupa bau
gas yang berasal dari TPA.
 Pemulung

Gambar 4.4 Pemulung di sekitar TPA Manggar


Pemulung bermunculan didalam dan di sekitar lokasi TPA Manggar baik yang
dilakukan oleh penduduk asli maupun pendatang. Dengan kehadiran pemulung
akan membantu mengurangi jumlah sampah dan menjadi sumber pendapatan bagi
pemulung tersebut namun terdapat dampak pada aspek sosial berupa interaksi
sosial dan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat). Kegiatan pemulung
yang tidak berpusat pun juga mengakibatkan sampah berserakan.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Proses analisis faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi TPA Manggar dilakukan
menggunakan analisis Konten . Analisis Konten dilakukan dengan melihat penilaian
faktor-faktor berupa kriteria mempengaruhi keputusan penentu lokasi TPA Manggar
menurut preferensi dari stakeholder. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa dalam
pengelolaan TPA Manggar melibatkan banyak pihak terkait. Adapun stakeholder yang
digunakan pada penelitian ini adalah dari pihak yang terkait tentang TPA. Dalam analisis
yang dilakukan pada stakeholder yang berbeda tersebut bertujuan agar menemukan
perbedaan yang signifikan mengenai faktor yang paling diperhatikan dari masing-masing
stakeholder dalam menentukan suatu lokasi TPA. Berikut ini merupakan stakeholder dalam
analisis faktor penentuan lokasi TPA Manggar:

No Stakeholder

1 Dinas Lingkungan Hidup

2 DKPP

3 Ketua Pengelola TPA Manggar


(Sumber: Hasil Analisis,2018)

Setelah dilakukan wawancara terhadap stakeholder, didapatkan hasil sebagai berikut:


Dari ketiga stakeholder tersebut terdapat faktor prioritas dalam penentuan pemilihan
lokasi TPA Manggar, meliputi :

No Faktor penentuan pemilihan lokasi TPA Manggar

1 Batas Administrasi

2 Pemilik atas tanah

3 Kapasitas Lahan

4 Partisipasi Masyarakat

5 Diatas muka air tanah

6 Sistem aliran air tanah

7 Bahaya banjir

8 Tanah penutup
No Faktor penentuan pemilihan lokasi TPA Manggar

9 Jalan menuju lokasi TPA

10 Jalan masuk

11 Lalu lintas

12 Tata guna lahan

13 Kegiatan Pertanian

14 Daerah lindung/cagar alam

15 Kebisingan dan Bau


(Sumber: Hasil Analisis, 2018)
Daftar Pustaka
Mudjia Rahardjo. 2010. Triangulasi dalam penelitian kualitatif. Uin Maulana Malik:
Malang

Farida puspita, dkk. 2015 . Analisis faktor-faktor Yang mempengaruhi pemilihan


Lokasi tpa benowo Surabaya. Institut teknologi sepuluh nopember:
Surabaya

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Rose Fatmadewi. 2015. EVALUASI PENYEDIAAN, PENGELOLAAN DAN DAYA


LAYAN FASILITAS TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA DI
KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Diktat Landfilling Limbah. ITB Bandung. Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum. (2010).

Wardhana, Wisnu, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Andi Offset,
Yogyakarta.

Devas, Nick and Rakodi, Caroline. 1993. Managing Fast Growing Cities: New
Approaches to Urban Planning and Management in The Developing World, John Wiley
and Sons, Inc. New York.

You might also like