You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIFTERI

Oleh :
Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Sang pemiliki segalanya, yang
maha pengasih lagi maha penyayang, atas berkah dan rahmatnya pula penulis
dapat menyelesaikan Paper tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri.
Sholawat dan salam tak lupa pula penulis panjatkan pada baginda Nabi
Muhammad SAW utusan Allah yang memberikan sebuah pelita dalam kegelapan
dunia dan pemberi syafaat kelak di hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengaharapkan masukan dan kritikan untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dalam
pengembangan ilmu keperawatan, serta dalam riset ilmu keperawatan.

Palembang, Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Bab I – Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................... 4
Bab II – Konsep Difteri
A. Definisi ................................................................................................... 5
B. Etiologi ................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ........................................................................................... 7
D. Patoflow ................................................................................................. 8
E. Cara Penularan ....................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis .................................................................................. 9
G. Komplikasi ............................................................................................. 10
H. Pencegahan dan Prognosis Penyakit ...................................................... 10
Bab III – Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak dengan Difteri
A. Pengkajian .............................................................................................. 12
B. Masalah yang Lazim Muncul ................................................................. 14
C. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 15
Bab IV – Kesimpulan ......................................................................................... 23
Daftar Pustaka .................................................................................................... 24

iii
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung
dan faring/ tenggorokan) dan laring. Infeksi yang dihasilkan oleh bakteri ini
disebut difteri, merupakan salah satu penyakit toksik akut sangat menular
(contagious disease) dan menjadi fenomena penyakit yang negatif. Difteri
dapat menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat, melalui
udara yang tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui batuk
dan bersin dari si penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan
dalam beberapa kejadian kasus difteri berakibat fatal hingga menimbulkan
kematian (Alfina & Isfandiari, 2015; Rusmil, Chairulfatah, Fadlyana, &
Dhamayanti, 2011).
Selama permulaan awal dari abad ke-20, penyakit ini merupakan
penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Daerah padat
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah juga tidak luput dari serangan difteri.
Data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia
merupakan negara tertinggi kedua setelah India yaitu 806 kasus. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2010 dimana Indonesia juga merupakan
negara tertinggi kedua dengan kasus difteri yaitu 385 kasus. Pada tahun 2009
sebanyak 189 kasus, dan 219 kasus pada tahun 2008. Sedangkan kasus difteri
tertinggi pertama di dunia tahun 2011 adalah India dengan 3485 kasus. Tahun
2010 kasus difteri di India sebanyak 3123 kasus yang kasusnya menurun dari
tahun ke tahun yaitu 3529 kasus pada tahun 2009, 3977 kasus pada tahun
2008. Sudan merupakan negara tertinggi ketiga dengan 193 kasus difteri.
pada tahun 2011 Nepal merupakan negara tertinggi ketiga dengan 146 kasus
difteri pada tahun 2010, 277 kasus pada tahun 2009, dan 149 kasus pada
tahun 2008 (Lestari, 2012).

1
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

Indonesia sendiri telah lama mengenal penyakit difteri dan sempat


menurun pada tahun 1985 sebelum akhirnya meningkat lagi (Izza &
Soenarnatalina, 2015). Pada tahun 2003 data Depkes RI menunjukkan bahwa
terjadi 54 KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 86 kasus dan CFR (Case
Fatality Rate) 23% (Kartono, 2007). Sementara itu pada tahun 2011, dunia
kesehatan dan masyarakat Indonesia dikejutkan oleh adanya penyebaran
penyakit difteri di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Sebanyak 11 orang anak
meninggal dunia dari 333 kasus difteri. Dengan adanya kejadian ini maka
pemerintah Provinsi Jatim menetapkan hal tersebut dalam KLB penyakit
difteri. Penetapan status KLB dilakukan atas dasar pertimbangan karena
kasus ini telah tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Begitu pula pada tahun 2012 dan tahun 2013 dengan korban utamanya adalah
anak-anak (Utama, Chatarina, & Martini, 2012).
Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 menunjukkan, ada 11
provinsi yang melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) difteri periode
Oktober dan November 2017 yakni Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Puluhan anak meninggal sepanjang
2017. Salah satunya, seorang anak asal Pasaman Barat Sumatera Barat yang
meninggal dunia karena difteri pada bulan September (Faisal, 2017).
Amindoni (2017) menambahkan dalam News BBC Indonesia, bahwa data
Kementerian Kesehatan sampai dengan November 2017 menunjukkan ada 95
kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara
keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Dengan maraknya kejadian ini makan pemerintah mengambil sikap
sigap dengan melakukan tindakan penanggulangan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada semua kasus difteri. Berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, seperti menjaga serta
mempertahankan lingkungan yang bersih (Utama et al., 2012). Sari & Zain
(2012) mengatakan bahwa kebersihan lingkungan sangat penting dan
kewajiban dari setiap orang adalah menjaga kebersihan tersebut agar tidak

2
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

dikotori karena sumber dari segala penyakit berawal dari lingkungan yang
buruk, selain itu pemberian imunisasi akan sangat membantu dalam
pencegahan terjadinya serangan difteri pada anak. Difteri merupakan salah
satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (Izza &
Soenarnatalina, 2015).
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus),
penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan
pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak
terserang penyakit berbahaya ini (Muryani, Machfoedz, & Hasan, 2013).
Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap
penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Satu orang penderita difteri
saja bisa menularkan satu keluarganya, ayah, ibu, dan saudara. Dari percikan
ludah saja, difteri bisa menularkan sejumlah orang yang berada di depannya
(Faisal, 2017).
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional perawat memiliki peran
penting dalam memberikan pengetahuan akan bahaya difteri serta membantu
meningkatkan kewaspadaan akan penularan penyakit ini (Muryani et al.,
2013). kolaborasi perawat dengan tenaga kesehatan lain juga sangat penting,
terutama dalam perawatan pasien yang telah terjangkit difteri agar dapat
segera dirawat dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah
ditetapkan seperti kolaborasi dalam pemberian antitoksin, antibiotik maupun
imunisasi, mengisolasi pasien di unit perawatan intensif guna pencegahan
difteri agar tidak menular pada orang lain terutama pada orang yang tidak
mendapatkan imunisasi difteri. Selain berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain, perawat juga harus menegakkan diagnosa keperawatan sendiri dalam
mengatasi permasalahan yang dialami pasien, dengan begitu sisi medis pasien
terobati dan sisi perawatan pasien juga terobati.

3
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembahasan makalah ini
selanjutnya akan kami bahas lebih dalam dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Konsep difteri pada anak
2. Asuhan keperawatan difteri pada anak

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang difteri dan asuhan keperawatan pada pasien
difteri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu difteri
b. Untuk memahami bagaimana tanda gejala difteri
c. Untuk memahami cara pencegahan difteri
d. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien difteri

4
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

BAB II
KONSEP DIFTERI

A. Definisi
Difteri adalah penyakit yang diakibatkan oleh serangan bakteri yang
bersumber dari Corynebacterium Diphtheriae. Difteri merupakan penyakit
yang mengerikan dimana telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih
mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang
selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan
kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu
sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini (Jurnal Pediatri,
2017).
Dalam Jurnal Pasarpolis (2017) Penyakit difteri didefinisikan sebagai
penyakit yang menyerang saluran pernafasan terutama pada bagian laring,
amandel, atau tonsil, dan tenggorokan. Ketika saluran pernafasan terinfeksi
oleh virus ini, membran atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu akan
berkembang di area tenggorokan sehingga menyebabkan batuk disertai sesak
nafas akut yang akan berujung kepada kematian. Kemudian ada juga resiko
langsung berupa kerusakan jantung dan syaraf (neuro-damage). Bakteri induk
Difteri ini juga menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian
tubuh yang lain.
Sudoyo (2009) mendefinisikan difteri sebagai suatu penyakit infeksi
yang sangat menular yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran
pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif
Corynebacterium Diphtheriae, ditandai oleh terbentuknya eksudat yang
berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum
yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil. Ciri yang
khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

5
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

Dari beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa difteri adalah


penyakit infeksi menular berbahaya pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae.

B. Etiologi
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bakteri yang diberi nama
Cornyebacterium Diphteriae. Bakteri ini bersifat polimorf, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora, aerobik dan dapat memproduksi eksotoksin (Sudoyo,
2009). Uji schick merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
seseorang telah memiliki antitoksin (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, &
Setiowulan, 2007).
Terdapat tiga jenis basil, yaitu bentuk gravis, mitis, dan intermedius.
Basil dapat membentuk (Mansjoer et al., 2007) :
1. Pseudomembrane yang sulit diangkat, mudah berdarah, dan berwarna
putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena; terdiri dari fibrin,
leukosit, jaringan nekrotik, dan basil
2. Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah
beberapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan
yang khas terutama pada otot jantung, ginjal, dan jaringan saraf. Minimum
Lethal Dose (MLD) toksin ini adalah 0,02 ml.

Klasifikasi difteri secara klinis menurut lokasinya (Sudoyo, 2009):


1. Difteri nasal anterior
2. Difteri nasal posterior
3. Difteri fausial (farinks)
4. Difteri laryngeal
5. Difteri konjungtiva
6. Difteri kulit
7. Difteri vulva/vagina

6
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

Klasifikasi difteri secara klinis menurut lokasinya (Sudoyo, 2009):


1. Infeksi ringan, jika pseudomembrane hanya terdapat pada mukosa hidung
dengan gejala hanya pilek dan nyeri waktu menelan.
2. Infeksi sedang, jika pseudomembrane telah menyerang sampai faring dan
laring sehingga keadaan pasien terlihat lesu dan agak sesak.
3. Infeksi berat, jika terjadi sumbatan nafas yang berat dan adanya gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh eksotoksin seperti miokarditis, paralisis,
dan nefritis.

C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak pada
permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin
yang merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
melalui pembuluh limfe dan darah. Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4
hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan
timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas,
kerusakan jantung dan saraf. Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan
kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan
otot jantung dan ginjal (Sudoyo, 2009).

7
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

D. Patoflow
Imunisasi tidak lengkap
Faktor Pencetus Faktor lingkungan Bakteri difteriae Masuk melalui mukosa dan kulit
Daerah epidemik bakteri

Berkembang biak pada


Meproduksi toksin permukaan mukosa saluran nafas
bagian atas

Toksin Seluruh tubuh Resiko Infeksi

Menghambat Jantung Syaraf Ginjal


Sel mati respon
pembentukan protein
Inflasi lokal
dalam sel
Nekrosistoksik dengan Tampak perdarahan adrenal
Nekrosistoksik dan
degenerasi lemah pada dan nekrosis tubular
Pseudomembrane (eksudat degenerasi hialin
Toksin selaput mielin
fibrin sel radang eritrosit,
nekrosis sel-sel epitel
Proteinuria
Miokarditis payah jantung Paralisis dipalatumeole otot
Obstruksi saluran mata, ektremitas inferior
Menyumbat jalan napas Inkontinensia urine aliran
pernapasan
berlebih
Edema kongesti infiltrasi sel
Ketidak efektipan pola napas morte nuclear pada serat otot
dan sistem konduksi Gangguan menelan
Ansietas

Kelebihan volume cairan Penurunan curah jantung Hambatan Komunikasi Verbal

8
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

E. Cara Penularan
Difteri dapat menular dengan cara kontak langsung maupun tidak
langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau
bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman
masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit
difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya (Rusmil et al.,
2011).
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau di sekitar permukaan
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.
Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak (Pasarpolis, 2017).

F. Manifestasi Klinis
Gejala diphtheria (Sudoyo, 2009):
1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38o Celcius
2. Batuk dan pilek yang ringan
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu
abuan kotor
6. Rinorea, berlendir kadang-kadang bercampur darah

Keluhan serta gejala lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria (Sudoyo,
2009) :
1. Diphtheria Hidung
Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai
gejala sistemik ringan. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinous
dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan bibir atas.
Pada pemeriksaan tampak membran putih pada daerah septum nasi.

9
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

2. Diphtheria Tonsil-Faring
Gejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 hari
timbul membran yang melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup
tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke
distal ke laring dan trachea.
3. Diphtheria Laring
Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi lebih
berupa gejala obstruksi saluran nafas atas.
4. Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran
pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata
dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran
pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan
sekret purulen dan berbau.

G. Komplikasi
Racun difteri dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem
saraf, ginjal ataupun organ lainnya (Mansjoer et al., 2007):
1. Saluran nafas : obstruksi jalan nafas, bronkopneumonia, atelektasis paru
2. Kardiovaskular : miokarditis akibat toksin kuman
3. Urogenital : nefritis
4. Susunan saraf : paralisis/paresis palatum mole (minggu I dan II), otot
mata (minggu III), dan umum (setelah minggu IV)

H. Pencegahan dan Prognosis Penyakit


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani atau
mencegah penyebaran maupun penularan difteri (Mansjoer et al., 2007):
1. Isolasi pasien. Isolasi dihentikan jika hasil pemeriksaan terhadap bakteri
Cornyebacterium Diphteriae dinyatakan negatif setelah melewati dua
hari pemeriksaan.
2. Pemberian imunisasi. Biasanya imunisasi ini bersamaan dengan
imunisasi polio, hepatitis B, sedangkan imunisasi Difteri tergabung

10
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

dalam Imunisasi DPT atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi
umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili).
Imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang
satu bulan.
3. Pencarian dan pengobatan pasien. Dilakukan dengan uji schick. Bila hasil
negatif, dilakukan apusan tenggorokan. Jika ditemukan bakteri
Cornyebacterium Diphteriae maka harus diobati.
4. Biasakan hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan lingkungan
(Kartono, 2007).

Prognosis lebih buruk pada pasien dengan usia yang lebih muda,
perjalanan penyakit yang lama, letak lesi yang dalam, gizi kurang, dan
pemberian antitoksin yang terlambat.

11
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN DIFTERI

A. Pengkajian
1. Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan
jarang ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan
dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-
negara miskin
Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat
pemukiman yang rapat-rapat, higien dan sanitasi jelek
dan fasilitas kesehatan yang kurang
2. Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia, lemah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan
saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
b. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam

12
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

c. Pola istirahat dan tidur


Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan
tidur
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah
asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Nadi : meningkat
Tekanan darah : menurun
Respirasi rate : meningkat
Suhu : kurang dari 38°C
b. Inspeksi :
Lidah kotor, anoreksia, ditemukan pseudomembran
c. Auskultasi :
Napas cepat dan dangkal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan uji schick di
laboratorium.
b. Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.
9. Penatalaksanaan
Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut setelah
masa akut terlampaui. Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-
tindakan berikut terlaksana :
a. Biakan hidung dan tenggorok
b. Sebaiknya dilakukan tes schick (tes kerentanan terhadap diphtheria)
c. Diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas terlewati.
d. Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster dengan
toksoid diphtheria.

13
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

B. Masalah yang Lazim Muncul


Ada beberapa diagnosa keperawatan yang lazim muncul dalam pasien
dengan kasus difteri, antara lain (NANDA Internasional, 2015) :
1. Ketidak efektifan pola napas
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan menelan
4. Kelebihan volume cairan
5. Inkontinensia urine aliran berlebih
6. Ansietas
7. Resiko infeksi
8. Hambatan komunikasi verbal

14
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

C. Rencana Tindakan Keperawatan


NIC Intervention Lebel and
No Diagnosa Keperawatan NOC Outcomes and Indicators
(NANDA Internasional, 2015) (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016) Select Nursing Activities
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)
1 00032 Ketidak efektifan 0415 Status Pernapasan 3140 Manajemen Jalan Nafas
pola napas b.d edema Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
laring Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Skala Indikator : ventilasi
041501 Frekunsi pernapasan  Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana
1 2 3 4 5 NA mestinya
041502 Irama pernapasan  Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam,
1 2 3 4 5 NA berputar dan batuk
041503 Kedalaman inspirasi  Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan
1 2 3 4 5 NA batuk efektif
041504 Suara auskultasi napas
1 2 3 4 5 NA 6680 Monitor Tanda-tanda vital
041532 Kepatenan jalan napas Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA  Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
041508 Saturasi oksigen pernafasan dengan tepat
1 2 3 4 5 NA  Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan
041511 Retraksi dinding dada darah
1 2 3 4 5 NA
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala
041507 Kapasitas vital hipotermia serta hipertermia
1 2 3 4 5 NA
 Monitor keberadaan dan kualitas nadi
 Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
tanda-tanda vital

15
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

2 00029 Penurunan curah 0414 Status Jantung Paru 2000 Manajemen Elektrolit
jantung b.d edema Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
kongesti, perubahan tekanan Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Monitor menifestasi ketidakseimbangan
darah, perubahan Skala Indikator : elektrolit
kontraktilitas jantung 041401 Tekanan darah sistol  Pertahankan kepatenan akses IV
1 2 3 4 5 NA  Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
041402 Tekanan darah diastol  Pertahankan pencatatan asupan dan huluaran
1 2 3 4 5 NA yang akurat
041403 Denyut nadi perifer  Pertahankan pemberian cairan intravenous
1 2 3 4 5 NA berisi elektrolit dengan laju yang lambat
041404 Denyut nadi apikal
1 2 3 4 5 NA 4130 Monitor Cairan
041405 Irama Jantung Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA  Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
041406 Tingkat pernapasan serta kebiasaan eliminasi
1 2 3 4 5 NA
 Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin
041407 Irama pernapasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan
1 2 3 4 5 NA
 Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan
041412 Saturasi oksigen
sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering,
1 2 3 4 5 NA
mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan
kedua tangan dan lepaskan (jika kulit turun
kembali dengan cepat apabila terhidrasi dengan
baik)
 Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan
respon haus
 Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
 Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala

16
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

3 00103 Gangguan menelan 1010 Status Menelan 1050 Pemberian Makan


b.d abnormalitas jalan napas Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
atas, laring, orofaring, Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Identifikasi diet yang disarankan
gangguan neuromaskular Skala Indikator :  Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
101001 Mempertahankan makanan di mulut selama makan
1 2 3 4 5 NA  Identifikasi adanya refleks menelan, jika
101003 Produksi ludah diperlukan
1 2 3 4 5 NA  Catat asupan dengan tepat
101004 Kemampuan mengunyah  Dorong orangtua/keluarga untuk menyuapi
1 2 3 4 5 NA pasien
101009 Durasi makan dengan respek pada
jumlah yang dikonsumsi 2380 Manajemen Obat
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
101010 Reflek menelan sesuai dengan waktunya  Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
1 2 3 4 5 NA sesuai
101016 Penerimaan makanan
 Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
1 2 3 4 5 NA
 Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
101011 Perubahan kualitas suara
 Monitor efek samping obat
1 2 3 4 5 NA
101017 Tidak nyaman dengan menelan  Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga
1 2 3 4 5 NA mengenai metode pemberian obat yang sesuai

1100 Manaejemen Nutrisi


Aktivitas-aktivitas :
 Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Berikan arahan bila diperlukan

17
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

4 00026 Kelebihan volume 0601 Keseimbangan Cairan 4200 Terapi Intravena


cairan b.d gangguan Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
mekanisme regulasi Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Verifikasi perintah untuk terapi IV
Skala Indikator :  Intruksikan pasien tentang prosedur
060101 Tekanan darah  Jaga teknik aseptik dengan ketat
1 2 3 4 5 NA  Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan,
060122 Denyut nadi radial dan monitor untuk hasilnya
1 2 3 4 5 NA  Monitor kecepatan aliran intravena dan area
060102 Tekanan arteri rata-rata intravena selama pemberian infus
1 2 3 4 5 NA  Monitor tanda-tanda vital
060103 Tekanan vena sentral
 Monitor tanda dan gejala plebitis dan infeksi
1 2 3 4 5 NA lokal
060107 Keseimbangan intake dan output dalam
 Dokumentasikan terapi yang diberikan, sesuai
24 jam
prosedur di institusi
1 2 3 4 5 NA
060109 Berat baadan stabil
1260 Manaejemen Berat Badan
1 2 3 4 5 NA
Aktivitas-aktivitas :
060116 Turgor kulit
 Hitung berat badan pasien
1 2 3 4 5 NA
060117 Kelembaban membran mukosa  Hitung persentase lemak ideal pasien
1 2 3 4 5 NA  Bantu pasien membuat perencanaan makanan
060118 serum elektrolit yang seimbang dan konsisten dengan jumlah
1 2 3 4 5 NA energi yang dibutuhkan setiap harinya
060115 Kehausan
1 2 3 4 5 NA 4130 Monitor Cairan
060123 Kram otot Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA  Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala

18
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

5 00176 Inkontinensia urine 0502 Kontinensia Urin 0610 Perawatan Inkontinensia Urin
aliran berlebih b.d Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
hiperkontraksilitas detrusor Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Identifikasi faktor apa saja penyebab
Skala Indikator : inkontinensia pada pasien
050201 Mengenali keinginan untuk berkemih  Jaga privasi pasien saat berkemih
1 2 3 4 5 NA  Jelaskan penyebab terjadinya inkontinensia dan
050202 Menjaga pola berkemih yang teratur rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan
1 2 3 4 5 NA  Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi,
050203 Respon berkemih sudah tepat waktu konsistensi, bau, volume dan warna urin
1 2 3 4 5 NA  Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur
050204 Berkemih pada tempat yang tepat tindakan target yang diharapkan
1 2 3 4 5 NA  Bantu untuk meningkatkan atau
050209 Mengosongkan kantong kemih mempertahankan harapan pasien
sepenuhnya
 Sediakan popok kain yang nyaman dan
1 2 3 4 5 NA
melidungi
050215 Mengkonsumsi cairan dalam jumlah
 Bersihkan kulit sekitar area genitalia secara
yang cukup
teratur
1 2 3 4 5 NA
 Berikan umpan balik jika inkontinensia
050207 Urin merembes ketika berkemih
membaik
1 2 3 4 5 NA
050214 Infeksi saluran kemih  Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
1 2 3 4 5 NA  Berikan obat-obatan diuretik sesuai jadwal
minimal untuk mempengaruhi irama sirkandian
tubuh
 Intruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urin output
 Batasi makanan yang mengiritasi kandung
kemih

19
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

6 00146 Ansietas b.d pajanan 1211 Tingkat Kecemasan 5820 Pengurang Kecemasan
pada toksin, ancaman pada Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
status terkini, krisis situasi Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Gunakan pendekatan yang tenang dan
Indikator : meyakinkan
121105 Perasaan gelisah  Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang
1 2 3 4 5 NA akan dirasakan yang mugkin akan dialami klien
121101 Tidak dapat beristirahat selama prosedur dilakukan
1 2 3 4 5 NA  Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif
121122 Gangguan tidur klien
1 2 3 4 5 NA  Dorong Keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
2008 Status Kenyamanan  Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
Skala Target Outcomes : kecemasan
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Berikan objek yang menunjukkan perasaan
Indikator : aman
200806 Dukungan sosial dari keluarga
 Dengarkan klien
1 2 3 4 5 NA
200808 Hubungan Sosial
5380 Peningkatan Keamanan
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
200812 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan
 Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
1 2 3 4 5 NA
 Fasilitasi orang tua agar dapat menginap
bersama anak yang dirawat di rumah sakit
 Dengarkan ketakutan keluarga pasien
 Diskusikan situasi khusus atau individu yang
mengancam pasien atau keluarga
 Bantu pasien/keluarga mengidentifikasi faktor
apa yang meningkatkan rasa keamanan

20
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

7 00004 Resiko infeksi b.d 0702 Status Imunitas 6530 Manajemen Imunisasi/Vaksinisasi
proses penyakit Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Ajarkan pada orang tua imunisasi yang
Skala Indikator : direkomendasikan bagi anak, cara
070207 Suhu tubuh imunisasinya, alasan dan kegunaan dari
1 2 3 4 5 NA imunisasi, efek samping dari reaksi yang
070211 Imunisasi saat ini mungkin terjadi
1 2 3 4 5 NA  Ajarkan pada individu/keluarga mengenai
070221 Skrining untuk infeksi saat ini vaksinasi yang diperlukan jika ada paparan atau
1 2 3 4 5 NA insiden khusus
070212 Titer antibodi  Sediakan informasi mengenai vaksin yang
1 2 3 4 5 NA disampaikan oleh pusat pencegahan dan kontrol
070213 Reaksi uji kulit terhadap paparan penyakit
1 2 3 4 5 NA  Sediakan dan perbarui catatan terkait tanggal
070214 Jumlah sel darah putih absolut dan tipe imunisasi
1 2 3 4 5 NA  Jadwalkan imunisasi sesuai tenggang waktu
070215 Jumlah sel darah putih diferensial yang ada
1 2 3 4 5 NA
070201 Infeksi berulang 5602 Pengajaran : Proses Penyakit
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
 Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga
terkait dengan proses penyakit yang spesifik
 Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi,
sesuai kebutuhan
 Review pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
 Hindari memberikan harapan yang kosong

21
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

8 00051 Hambatan 0902 Komunikasi 5440 Peningkatan Sistem Dukungan


komunikasi verbal b.d Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
gangguan fisiologis, Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke …..  Identifikasi respon psikologis terhadap situasi
hambatan fisik Skala Indikator : dan ketersediaan sistem dukungan
090201 Menggunakan bahasa tertulis  Identifikasi tingkat dukungan keluarga,
1 2 3 4 5 NA dukungan keuangan, dan sumber daya lainnya
090202 Menggunakan bahasa lisan  Identifikasi sumberdaya yang tersedia terkait
1 2 3 4 5 NA dengan dukungan pemberi perawatan
090203 Menggunakan foto dan gambar  Jelaskan kepada pihak penting lain bagaimana
1 2 3 4 5 NA mereka dapat membantu
090204 Menggunakan bahasa isyarat
1 2 3 4 5 NA 0180 Manajemen Energi
090205 Menggunakan bahasa non verbal Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA  Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan
090206 Mengenali pesan yang diterima kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
1 2 3 4 5 NA perkembangan
090210 Interpretasi akurat terhadap pesan yang  Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
diterima secara verbal mengenai keterbatasan yang
1 2 3 4 5 NA dialami
090208 Pertukaran pesan yang akurat dengan
 Gunakan instrumen yang valid untuk mengukur
orang lain kelelahan
1 2 3 4 5 NA
 Perbaiki defisit status fisiologis sebagai
prioritas utama
 Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur
pasien
 batasi jumlah dan gangguan pengunjung,
dengan tepat

22
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

BAB IV
KESIMPULAN

Difteri merupakan salah satu penyakit toksik yang berbahaya dan menular
(Contagious Disease). Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri
Corynebacterium Diphtheriae, yakni kuman yang menginfeksi saluran pernafasan,
terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan)
dan laring.
Difteri dapat menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat,
melalui udara yang tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui
batuk dan bersin dari si penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan dalam
beberapa kejadian kasus difteri berakibat fatal hingga menimbulkan kematian.
Selain menjaga kebersihan lingkungan pemberian vaksin defteri saat imunisasi
merupakan salah satu upaya dari menghindari serangan virus ini.

23
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

DAFTAR PUSTAKA

Alfina, R., dan Isfandiari, M. A. (2015). Faktor yang Berhubungan Dengan Peran
Aktif Kader Dalam Penjaringan Kasus Probable Difteri. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 3(3), 353–365.

Amindoni, A. (2017). Wabah Difteri di 20 Provinsi: Lima Hal yang Perlu Anda
Ketahui. Diambil 5 Januari 2018, dari http://www.bbc.com/indonesia/
majalah-42215042

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., dan Wagner, C. M. (2016).


Nursing Interventions Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Penerj.) (6 ed.). Jakarta: Moco Media.

Faisal. (2017). Waspada Penyakit Difteri “Sepanjang 2017 Puluhan Anak


Meninggal Karena Difteri.” Diambil 5 Januari 2018, dari
http://www.jurnalmediaindonesia.com/2017/12/waspada-penyakit-difteri-
sepanjang-2017.html

Izza, N., dan Soenarnatalina. (2015). Analisis Data Spasial Penyakit Difteri di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 DAN 2011. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 18(2), 211–219.

Kartono, B. (2007). Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Difteri Pada


Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005 –
2006 dan di Kabupaten Garut Bulan Januari Tahun 2007. Universitas
Indonesia, Jakarta.

Lestari, K. S. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Difteri


di Kabupaten Siduarjo. Universitas Indonesia, Jakarta.

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., dan Setiowulan, W. (Ed.). (2007).


Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., dan Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classifications (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Penerj.)
(5 ed.). Jakarta: Moco Media.

24
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018

Muryani, Machfoedz, I., dan Hasan, M. N. (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu


Tentang Difteri Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Difteri
Di Dusun Ngrame Kasihan Bantul. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia,
1(2), 61–65. Diambil dari http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/
article/view/239/231

NANDA Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Ed., B. A. Keliat, H. D.
Windarwati, A. Pawirowiyono, & A. Subu, Penerj.) (10 ed.). Jakarta: EGC.

Pasarpolis, Jurnal. (2017). Waspadai Penyakit Difteri, Bahaya yang Mengintip.


Diambil 5 Januari 2018, dari https://jurnal.pasarpolis.com/2017/12/19/
waspadai-penyakit-difteri-bahaya-yang-mengintip/

Pediatri, Jurnal. (2017). Gejala dan Penanganan Difteri. Diambil 5 Januari 2018,
dari https://jurnalpediatri.com/2017/12/09/gejala-dan-penanganan-difteri/

Rusmil, K., Chairulfatah, A., Fadlyana, E., dan Dhamayanti, M. (2011). Wabah
Difteri di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
Indonesia. Sari Pediatri, 12(6), 397–403.

Sari, P. M., dan Zain, I. M. (2012). Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah, Status
Imunisasi, dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Difteri pada Bayi di
Kota Surabaya.

Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 (5 ed.). Internal
Publishing.

Utama, F., Chatarina, dan Martini, S. (2012). Determinan Kejadian Difteri Klinis
Pasca Sub Pin Difteri Tahun Di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 2(1), 71–82. Diambil dari http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jbe0aa2479ea6full.pdf

25

You might also like