Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Sang pemiliki segalanya, yang
maha pengasih lagi maha penyayang, atas berkah dan rahmatnya pula penulis
dapat menyelesaikan Paper tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri.
Sholawat dan salam tak lupa pula penulis panjatkan pada baginda Nabi
Muhammad SAW utusan Allah yang memberikan sebuah pelita dalam kegelapan
dunia dan pemberi syafaat kelak di hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengaharapkan masukan dan kritikan untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dalam
pengembangan ilmu keperawatan, serta dalam riset ilmu keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Bab I – Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................... 4
Bab II – Konsep Difteri
A. Definisi ................................................................................................... 5
B. Etiologi ................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ........................................................................................... 7
D. Patoflow ................................................................................................. 8
E. Cara Penularan ....................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis .................................................................................. 9
G. Komplikasi ............................................................................................. 10
H. Pencegahan dan Prognosis Penyakit ...................................................... 10
Bab III – Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak dengan Difteri
A. Pengkajian .............................................................................................. 12
B. Masalah yang Lazim Muncul ................................................................. 14
C. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 15
Bab IV – Kesimpulan ......................................................................................... 23
Daftar Pustaka .................................................................................................... 24
iii
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung
dan faring/ tenggorokan) dan laring. Infeksi yang dihasilkan oleh bakteri ini
disebut difteri, merupakan salah satu penyakit toksik akut sangat menular
(contagious disease) dan menjadi fenomena penyakit yang negatif. Difteri
dapat menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat, melalui
udara yang tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui batuk
dan bersin dari si penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan
dalam beberapa kejadian kasus difteri berakibat fatal hingga menimbulkan
kematian (Alfina & Isfandiari, 2015; Rusmil, Chairulfatah, Fadlyana, &
Dhamayanti, 2011).
Selama permulaan awal dari abad ke-20, penyakit ini merupakan
penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Daerah padat
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah juga tidak luput dari serangan difteri.
Data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia
merupakan negara tertinggi kedua setelah India yaitu 806 kasus. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2010 dimana Indonesia juga merupakan
negara tertinggi kedua dengan kasus difteri yaitu 385 kasus. Pada tahun 2009
sebanyak 189 kasus, dan 219 kasus pada tahun 2008. Sedangkan kasus difteri
tertinggi pertama di dunia tahun 2011 adalah India dengan 3485 kasus. Tahun
2010 kasus difteri di India sebanyak 3123 kasus yang kasusnya menurun dari
tahun ke tahun yaitu 3529 kasus pada tahun 2009, 3977 kasus pada tahun
2008. Sudan merupakan negara tertinggi ketiga dengan 193 kasus difteri.
pada tahun 2011 Nepal merupakan negara tertinggi ketiga dengan 146 kasus
difteri pada tahun 2010, 277 kasus pada tahun 2009, dan 149 kasus pada
tahun 2008 (Lestari, 2012).
1
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
2
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
dikotori karena sumber dari segala penyakit berawal dari lingkungan yang
buruk, selain itu pemberian imunisasi akan sangat membantu dalam
pencegahan terjadinya serangan difteri pada anak. Difteri merupakan salah
satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (Izza &
Soenarnatalina, 2015).
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus),
penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan
pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak
terserang penyakit berbahaya ini (Muryani, Machfoedz, & Hasan, 2013).
Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap
penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Satu orang penderita difteri
saja bisa menularkan satu keluarganya, ayah, ibu, dan saudara. Dari percikan
ludah saja, difteri bisa menularkan sejumlah orang yang berada di depannya
(Faisal, 2017).
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional perawat memiliki peran
penting dalam memberikan pengetahuan akan bahaya difteri serta membantu
meningkatkan kewaspadaan akan penularan penyakit ini (Muryani et al.,
2013). kolaborasi perawat dengan tenaga kesehatan lain juga sangat penting,
terutama dalam perawatan pasien yang telah terjangkit difteri agar dapat
segera dirawat dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah
ditetapkan seperti kolaborasi dalam pemberian antitoksin, antibiotik maupun
imunisasi, mengisolasi pasien di unit perawatan intensif guna pencegahan
difteri agar tidak menular pada orang lain terutama pada orang yang tidak
mendapatkan imunisasi difteri. Selain berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain, perawat juga harus menegakkan diagnosa keperawatan sendiri dalam
mengatasi permasalahan yang dialami pasien, dengan begitu sisi medis pasien
terobati dan sisi perawatan pasien juga terobati.
3
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembahasan makalah ini
selanjutnya akan kami bahas lebih dalam dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Konsep difteri pada anak
2. Asuhan keperawatan difteri pada anak
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang difteri dan asuhan keperawatan pada pasien
difteri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu difteri
b. Untuk memahami bagaimana tanda gejala difteri
c. Untuk memahami cara pencegahan difteri
d. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien difteri
4
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
BAB II
KONSEP DIFTERI
A. Definisi
Difteri adalah penyakit yang diakibatkan oleh serangan bakteri yang
bersumber dari Corynebacterium Diphtheriae. Difteri merupakan penyakit
yang mengerikan dimana telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih
mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang
selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan
kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu
sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini (Jurnal Pediatri,
2017).
Dalam Jurnal Pasarpolis (2017) Penyakit difteri didefinisikan sebagai
penyakit yang menyerang saluran pernafasan terutama pada bagian laring,
amandel, atau tonsil, dan tenggorokan. Ketika saluran pernafasan terinfeksi
oleh virus ini, membran atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu akan
berkembang di area tenggorokan sehingga menyebabkan batuk disertai sesak
nafas akut yang akan berujung kepada kematian. Kemudian ada juga resiko
langsung berupa kerusakan jantung dan syaraf (neuro-damage). Bakteri induk
Difteri ini juga menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian
tubuh yang lain.
Sudoyo (2009) mendefinisikan difteri sebagai suatu penyakit infeksi
yang sangat menular yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran
pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif
Corynebacterium Diphtheriae, ditandai oleh terbentuknya eksudat yang
berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum
yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil. Ciri yang
khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
5
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
B. Etiologi
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bakteri yang diberi nama
Cornyebacterium Diphteriae. Bakteri ini bersifat polimorf, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora, aerobik dan dapat memproduksi eksotoksin (Sudoyo,
2009). Uji schick merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
seseorang telah memiliki antitoksin (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, &
Setiowulan, 2007).
Terdapat tiga jenis basil, yaitu bentuk gravis, mitis, dan intermedius.
Basil dapat membentuk (Mansjoer et al., 2007) :
1. Pseudomembrane yang sulit diangkat, mudah berdarah, dan berwarna
putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena; terdiri dari fibrin,
leukosit, jaringan nekrotik, dan basil
2. Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah
beberapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan
yang khas terutama pada otot jantung, ginjal, dan jaringan saraf. Minimum
Lethal Dose (MLD) toksin ini adalah 0,02 ml.
6
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak pada
permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin
yang merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
melalui pembuluh limfe dan darah. Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4
hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan
timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas,
kerusakan jantung dan saraf. Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan
kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan
otot jantung dan ginjal (Sudoyo, 2009).
7
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
D. Patoflow
Imunisasi tidak lengkap
Faktor Pencetus Faktor lingkungan Bakteri difteriae Masuk melalui mukosa dan kulit
Daerah epidemik bakteri
8
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
E. Cara Penularan
Difteri dapat menular dengan cara kontak langsung maupun tidak
langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau
bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman
masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit
difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya (Rusmil et al.,
2011).
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau di sekitar permukaan
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.
Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak (Pasarpolis, 2017).
F. Manifestasi Klinis
Gejala diphtheria (Sudoyo, 2009):
1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38o Celcius
2. Batuk dan pilek yang ringan
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu
abuan kotor
6. Rinorea, berlendir kadang-kadang bercampur darah
Keluhan serta gejala lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria (Sudoyo,
2009) :
1. Diphtheria Hidung
Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai
gejala sistemik ringan. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinous
dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan bibir atas.
Pada pemeriksaan tampak membran putih pada daerah septum nasi.
9
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
2. Diphtheria Tonsil-Faring
Gejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 hari
timbul membran yang melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup
tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke
distal ke laring dan trachea.
3. Diphtheria Laring
Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi lebih
berupa gejala obstruksi saluran nafas atas.
4. Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran
pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata
dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran
pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan
sekret purulen dan berbau.
G. Komplikasi
Racun difteri dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem
saraf, ginjal ataupun organ lainnya (Mansjoer et al., 2007):
1. Saluran nafas : obstruksi jalan nafas, bronkopneumonia, atelektasis paru
2. Kardiovaskular : miokarditis akibat toksin kuman
3. Urogenital : nefritis
4. Susunan saraf : paralisis/paresis palatum mole (minggu I dan II), otot
mata (minggu III), dan umum (setelah minggu IV)
10
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
dalam Imunisasi DPT atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi
umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili).
Imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang
satu bulan.
3. Pencarian dan pengobatan pasien. Dilakukan dengan uji schick. Bila hasil
negatif, dilakukan apusan tenggorokan. Jika ditemukan bakteri
Cornyebacterium Diphteriae maka harus diobati.
4. Biasakan hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan lingkungan
(Kartono, 2007).
Prognosis lebih buruk pada pasien dengan usia yang lebih muda,
perjalanan penyakit yang lama, letak lesi yang dalam, gizi kurang, dan
pemberian antitoksin yang terlambat.
11
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN DIFTERI
A. Pengkajian
1. Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan
jarang ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan
dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-
negara miskin
Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat
pemukiman yang rapat-rapat, higien dan sanitasi jelek
dan fasilitas kesehatan yang kurang
2. Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia, lemah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan
saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
b. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
12
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
13
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
14
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
15
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
2 00029 Penurunan curah 0414 Status Jantung Paru 2000 Manajemen Elektrolit
jantung b.d edema Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
kongesti, perubahan tekanan Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Monitor menifestasi ketidakseimbangan
darah, perubahan Skala Indikator : elektrolit
kontraktilitas jantung 041401 Tekanan darah sistol Pertahankan kepatenan akses IV
1 2 3 4 5 NA Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
041402 Tekanan darah diastol Pertahankan pencatatan asupan dan huluaran
1 2 3 4 5 NA yang akurat
041403 Denyut nadi perifer Pertahankan pemberian cairan intravenous
1 2 3 4 5 NA berisi elektrolit dengan laju yang lambat
041404 Denyut nadi apikal
1 2 3 4 5 NA 4130 Monitor Cairan
041405 Irama Jantung Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
041406 Tingkat pernapasan serta kebiasaan eliminasi
1 2 3 4 5 NA
Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin
041407 Irama pernapasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan
1 2 3 4 5 NA
Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan
041412 Saturasi oksigen
sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering,
1 2 3 4 5 NA
mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan
kedua tangan dan lepaskan (jika kulit turun
kembali dengan cepat apabila terhidrasi dengan
baik)
Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan
respon haus
Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala
16
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
17
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
18
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
5 00176 Inkontinensia urine 0502 Kontinensia Urin 0610 Perawatan Inkontinensia Urin
aliran berlebih b.d Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
hiperkontraksilitas detrusor Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Identifikasi faktor apa saja penyebab
Skala Indikator : inkontinensia pada pasien
050201 Mengenali keinginan untuk berkemih Jaga privasi pasien saat berkemih
1 2 3 4 5 NA Jelaskan penyebab terjadinya inkontinensia dan
050202 Menjaga pola berkemih yang teratur rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan
1 2 3 4 5 NA Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi,
050203 Respon berkemih sudah tepat waktu konsistensi, bau, volume dan warna urin
1 2 3 4 5 NA Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur
050204 Berkemih pada tempat yang tepat tindakan target yang diharapkan
1 2 3 4 5 NA Bantu untuk meningkatkan atau
050209 Mengosongkan kantong kemih mempertahankan harapan pasien
sepenuhnya
Sediakan popok kain yang nyaman dan
1 2 3 4 5 NA
melidungi
050215 Mengkonsumsi cairan dalam jumlah
Bersihkan kulit sekitar area genitalia secara
yang cukup
teratur
1 2 3 4 5 NA
Berikan umpan balik jika inkontinensia
050207 Urin merembes ketika berkemih
membaik
1 2 3 4 5 NA
050214 Infeksi saluran kemih Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
1 2 3 4 5 NA Berikan obat-obatan diuretik sesuai jadwal
minimal untuk mempengaruhi irama sirkandian
tubuh
Intruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urin output
Batasi makanan yang mengiritasi kandung
kemih
19
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
6 00146 Ansietas b.d pajanan 1211 Tingkat Kecemasan 5820 Pengurang Kecemasan
pada toksin, ancaman pada Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
status terkini, krisis situasi Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Indikator : meyakinkan
121105 Perasaan gelisah Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang
1 2 3 4 5 NA akan dirasakan yang mugkin akan dialami klien
121101 Tidak dapat beristirahat selama prosedur dilakukan
1 2 3 4 5 NA Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif
121122 Gangguan tidur klien
1 2 3 4 5 NA Dorong Keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
2008 Status Kenyamanan Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
Skala Target Outcomes : kecemasan
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
Indikator : aman
200806 Dukungan sosial dari keluarga
Dengarkan klien
1 2 3 4 5 NA
200808 Hubungan Sosial
5380 Peningkatan Keamanan
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
200812 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan
Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
1 2 3 4 5 NA
Fasilitasi orang tua agar dapat menginap
bersama anak yang dirawat di rumah sakit
Dengarkan ketakutan keluarga pasien
Diskusikan situasi khusus atau individu yang
mengancam pasien atau keluarga
Bantu pasien/keluarga mengidentifikasi faktor
apa yang meningkatkan rasa keamanan
20
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
7 00004 Resiko infeksi b.d 0702 Status Imunitas 6530 Manajemen Imunisasi/Vaksinisasi
proses penyakit Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Ajarkan pada orang tua imunisasi yang
Skala Indikator : direkomendasikan bagi anak, cara
070207 Suhu tubuh imunisasinya, alasan dan kegunaan dari
1 2 3 4 5 NA imunisasi, efek samping dari reaksi yang
070211 Imunisasi saat ini mungkin terjadi
1 2 3 4 5 NA Ajarkan pada individu/keluarga mengenai
070221 Skrining untuk infeksi saat ini vaksinasi yang diperlukan jika ada paparan atau
1 2 3 4 5 NA insiden khusus
070212 Titer antibodi Sediakan informasi mengenai vaksin yang
1 2 3 4 5 NA disampaikan oleh pusat pencegahan dan kontrol
070213 Reaksi uji kulit terhadap paparan penyakit
1 2 3 4 5 NA Sediakan dan perbarui catatan terkait tanggal
070214 Jumlah sel darah putih absolut dan tipe imunisasi
1 2 3 4 5 NA Jadwalkan imunisasi sesuai tenggang waktu
070215 Jumlah sel darah putih diferensial yang ada
1 2 3 4 5 NA
070201 Infeksi berulang 5602 Pengajaran : Proses Penyakit
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga
terkait dengan proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi,
sesuai kebutuhan
Review pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
Hindari memberikan harapan yang kosong
21
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
22
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
BAB IV
KESIMPULAN
Difteri merupakan salah satu penyakit toksik yang berbahaya dan menular
(Contagious Disease). Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri
Corynebacterium Diphtheriae, yakni kuman yang menginfeksi saluran pernafasan,
terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan)
dan laring.
Difteri dapat menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat,
melalui udara yang tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui
batuk dan bersin dari si penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan dalam
beberapa kejadian kasus difteri berakibat fatal hingga menimbulkan kematian.
Selain menjaga kebersihan lingkungan pemberian vaksin defteri saat imunisasi
merupakan salah satu upaya dari menghindari serangan virus ini.
23
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
DAFTAR PUSTAKA
Alfina, R., dan Isfandiari, M. A. (2015). Faktor yang Berhubungan Dengan Peran
Aktif Kader Dalam Penjaringan Kasus Probable Difteri. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 3(3), 353–365.
Amindoni, A. (2017). Wabah Difteri di 20 Provinsi: Lima Hal yang Perlu Anda
Ketahui. Diambil 5 Januari 2018, dari http://www.bbc.com/indonesia/
majalah-42215042
Izza, N., dan Soenarnatalina. (2015). Analisis Data Spasial Penyakit Difteri di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 DAN 2011. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 18(2), 211–219.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., dan Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classifications (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Penerj.)
(5 ed.). Jakarta: Moco Media.
24
Paper Asuhan Keperawatan Pada Pasien Difteri
Oleh : Ns. Muhamad Andika S. Saputra, S.Kep
Tahun : 2018
Pediatri, Jurnal. (2017). Gejala dan Penanganan Difteri. Diambil 5 Januari 2018,
dari https://jurnalpediatri.com/2017/12/09/gejala-dan-penanganan-difteri/
Rusmil, K., Chairulfatah, A., Fadlyana, E., dan Dhamayanti, M. (2011). Wabah
Difteri di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
Indonesia. Sari Pediatri, 12(6), 397–403.
Sari, P. M., dan Zain, I. M. (2012). Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah, Status
Imunisasi, dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Difteri pada Bayi di
Kota Surabaya.
Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 (5 ed.). Internal
Publishing.
Utama, F., Chatarina, dan Martini, S. (2012). Determinan Kejadian Difteri Klinis
Pasca Sub Pin Difteri Tahun Di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 2(1), 71–82. Diambil dari http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jbe0aa2479ea6full.pdf
25