You are on page 1of 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KANKER KOLOREKTAL

Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia,
dengan angka moralitas 677,000 setiap tahun (WHO, 2007). Diseluruh dunia 9,5% pria
menderita terkena kanker kilorektal. Sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total
jumblah penderita kanker. Eropa sebagai salah satu Negara maju dengan angka insinden kanker
kolorektal yang tinggi. Pada tahun 2004 terdapat 2. 886.800 insiden dan 1.711.000 kematian
karna kanker, kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada angka insiden dan moralitas.
Insindens kanker kolorektal diindonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada
tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada
pria, sedangkan pada wanita kanker koorektal menduduki peringkat ke tiga dari semua kasus
kanker. Mekipun belum ada adata yang pasti, tetapi dari berbagai laporan didindonesia terdapat
kenaikan jumblah kasus, data dari depkes didapati, angka 1,8 per 100.000 penduduk. Kanker
kolorektal mengenai laki-laki maupun perempuan dalam jumblah yang sama, dengan insiden
yang meningkat secara bermakna pada usia lebih dari 50 tahun. Usia rata-rata pada waktu
diagnosis adalah 62 tahun. Kanker kolorektal terdeteksi dan dobati pada tahap terlokalisasi awal,
maka terdapat angka bertahan hidup 5 tahun sebesar 80-90%. Factor pencetus seseorang
terhadap kanker kolorektal adalah heriditas, masukan lemak, penyakit infeksi usus, homoseksual,
dan polip kolon. Diet rendah lemak hewani dan tinggi serat menunjukkan secara bersama insiden
penyakit yang lebih rendah. Factor lain yang bertindak sebagai factor peningkat proses
karsinogenik meliputi krsinogenn genetoksik seperti daging bakar, ikan dan makanan yang
digoreng. Factor genetic, individu dengan saudara kandung yang mempunyai kanker kolorektal
memiliki resiko tiga kali lipat mengalami penyakit itu sendiri. Fakror- predisposisi lain meliputi
colitis ulseratik, penyakit chron, poloposis adenoma, vinillainus.

Penyakit kanker kolorektal

Kanker kolorektal adalagh suatu tumor malignan yang terdiri dari jaringan epitel dari kolon atau
rectum.

Klasifikasi kanker kolorektal

Adeokarisnoma merupakan jenis yang paling umum dari kanker kolorektal dengan 95% tumor
dalam usus besar dari semua tipe ini. Bentuk lain dari kanker kolorektal terdiri dati epitelioma,
karsinoma sel skuamosa, sarcoma, limfoma, leiomiosarkoma dan melanoma. Tempat presentasi
terutama area sigmiodorektal. Mayoritas 40-50% lesi terjadi dalam rectum dn 20-35% terjadi
dikolon desenden dan sigmoid. Hanya 8% terjadi dikolon trasversum dan 165 pada rectum dan
kolon asenden. Presenttase kecil dapat terjadi sebagai tempat primer kedua.

Patofisisologi kanker kolorektal

Kira-kira 60-70% karisnoma ini terjadi pada rectum, area regtosigmoid atau kolon sigmoid. Tipe
pertumbuhan tergantung pada area asal. Karsinoma pasa bulk, pilipoid, dan berjamur. Mayoritas
kanker ini adalah adenokarisnoma. Tumpr-tumor ini cendrung tubuh dengan lambat dan tetap
asimnomatik atau periode waktu yang lama. Metastasis dapat terjadi pada hepar, paru-paru,
tulang, tau sisitem limpatik.

Manifestasi klinik kanker kolorektal

1. Secara umum: perubahan kebiasaan defekasi,darah dalam feses, nyeri abdomen,


anoreksia, flatulens, dan tidak dapat mencerna makanan.
2. Gejala lanjut: penurunan berat badan, keletihan, penurunan kesehatan umum.
3. Manifestasi klinis berdasarkan pada lokasi kanker (lesi):
a. Lessi sisi kanan: nyeri dangkal, tidak jenis pada abdomen, yang menyebar ke
punggung, darah merah gelap pada feses, kelemahan, anemia, malaise, tidak dapat
mencerna, penurunan berat badan dan feses cair.
b. Lessi sisi kiri: perubahan pada kebiasaan defekasi, kram, nyeri, penurunan ukuran
feses, pendarahan merah terang, konstipasi, tekanan rectal dan defikasi tidak
tuntas.
c. Kolon transversum: massa dapat diraba, obstruksi perubahan kebiasaan defikasi
dan feses berdarah.
d. Rectal: perubahan kebiasaan defikasi, perdarahan merah terang, tenesmus, nyeri
hebat pada lipat paha, labia, skrotun, tungkai atau penis.

Prognosis pada kanker kolorektal

Prognosis pada kanker kolorektal tergantung pada luasnya keterlibatan usus, ada atau tidaknya
penyebaran, deferensiaisi lesi dan lokasi lesi dikolon. System pentahapan kanker kolorektal oleh
astler dan coller sebagai berikut:

1. Tahap A: Tumor terbatas pada mukosa.


2. Tahap B1: Tumor menyebar ke propria muskularis tetapi tidak menembus ke mukosa.
3. Tahap B2: Tumor menyebar ke serosa tampa metastase kelenjar limfe.
4. Tahap CI: Tumor B1 dengan metastase ke kelenjar limfe regional.
5. Thaap C2: Tumor B2 dengan metastase ke kelenjar limfe regional.
6. Tahap D: Tumor metastase jauh.

Metastase kanker kolorektal

Kebanyakan kanker kolorektal menyebar melalui eksetensi langsung dan penetrasi ke dalam
lapisan usus. Invasi local terjadi pada organ sekitar. Keterlibatan kelenjar getah bening dan
invasi ke dalam dasar vaskuler memungkinkan penyakit desiminata. Penyakit limfatik ada dalam
jumblah 50% dari sesmua kasus yang terdiagnosis. Rantai nodus melanjutkan jalur arteri
superior dan mensentrik, invasi vena memungkinkan metastasis jauh, dengan hati dan paru
sebagai tempat paling umum. Tempat lain meliputi otak, tulang dan kanker adrenal.
Penatalaksanaan medik kanker kolorektal

1. Pembedahan
Reaksi kolon dengan marjin bebas penyakit tetap menjadi tujuan pembedahan. Tumor
dan pembuluh darah terkait direseksi dengan menghambat strutur vaskuler dan getah
bening untuk mencegah penyusupan sel maligna. Biopsy hati dan kelenjar limfe regional
dilakukan pada waktu pembedahan untuk mengevaluasi luasnya penyakit. Ukuran tumor,
lokasi, dan metastasis tambahan dan menentukan tipe dan luasnya pembedahan. Tiga
pembedahan mayor dilakukan untuk kanker olorektal termasuk reseksi tumor dengan
reanastomosis (kolektomi), kolostomi permanen/temporer, dan sekresi abdomen perinea.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi sering digunakan pada pasien dengan penetrasi tumor mokroskoping luas,
kelibatan kelenjar getah bening dan ekstensi tumor langsung kedalam visera atau
perineum. Berbagai kombinasi pendekatan telahdiupayakan termasuk radiasi prabedah,
radiasi pasca bedah dan kombinasi keduanya dikenal sebagai sandwich techninque.
3. Terapi komoterapi
Komoterapi lanjut dipertambahkan sebagai tambahan pada intervensi bedah awal. Baru-
baru ini penelitan telah menunjukkan perbaikian gambaran ini dengan menggunakan
kombinasi obat-obatan berbagai bentuk kombinasi terapi obat meliputi: 5 fluorosil,
floksuradin, mitimisin C, vinkristin, sisplatin, metotreksat, levamisol dan leukovorin.
Komoterapi dapat digunakan untuk mengurangi metastase damn mengendalikan
manifestasi metastase.

Pengkajian dalam keperawatan

1. Kaji pada defekasi terdahulu dan saat ini, apakah terjadi prubahan pola defekasi, apakah
terjadi diare atau konstipasi.
2. Kaji adanya perdarahan dari anus (darah segar)
3. Kaji adanya riwayat kanker pada keluarga, polip usus, colitis ulserosa.
4. Kaji kebiasaan makan rendah serah, banyak lemak.
5. Kaji adanya perasaan lemah yang dialami klien saat sakit.
6. Kaji adanya nyeri abdomen atau rectal dan kanker nyeri: lokasi, frekuensi, durasi nyeri.
Nyeri Apakah berhubungan dengan makanan atau defekasi.
7. Kaji feses yang meliputi warna, bau atau kosistensi, adanya darah segar atau mucus pada
feses.
8. Kaji terapi obat yang didapat saat ini.
9. Kaji jumblah konsumsi alkohol dalam sehari dan sejak kapan mulai mengkonsumsi
alkohol.
10. Kaji riwayat penurunan berat badan selama sakit.
11. Pemeriksaan fisik, ausukultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk
area nyeri tekan distensi dan masa padat.
Diagnosa keperawatan pada klien kanker kolorektal
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada kanker kolorektal yaitu:
1. Konstipasi/diare berhubungan dengan lesi obstruks, iritasi mukosa gastro intestinal dari
komoterapi /radiasi malabsorvsi lemak, tumor yang mengsekresi hormone.
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3. Intolleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi.
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dari diagnosis kanker.
7. Resiko tinggi dengan terjadinya infeksi pasca oprasi berhubungan dengan adanya luka
oprasi.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kolostomi.
9. Kurang engetahuan mengeni diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah
pulamng.
10. Kerusakan intwgritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma dan kontiminasi pekal terhadap kulit periostomal.

You might also like