You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kejadian hemoroid sampai saat ini mencapai sepertiga dari sepuluh juta masyarakat
di Amerika Serikat.1 Prevalensi kasus hemoroid bervariasi dari 4,4% pada populasi
umum dan 36,4% pada praktik kesehatan umum. Angka kejadian pasien yang mencari
pelayanan kesehatan di Amerika sekitar 12 dari 1.000 pasien. Di Amerika Serikat.
Hemoroid merupakan salah satu penyebab masyarakat mencari pelayanan dalam
kesehatan.2
Walaupun penyakit hemoroid dapat menimbulkan benjolan hemoroid dan
perdarahan,biasanya dapat tanpa memerlukan pengobatan khusus untuk mencapai
kesembuhan. Tindakan pengobatan yang dilakukan adalah bertujuan memelihara struktur
anatomis hemoroid,mengingat fungsi hemoroid yang berguna membantu menutup lubang
anus terutama untuk menahan fases cair dan gas. Umumnya pengobatan secara
konservatif sudah cukup untuk mengatasi penyakit hemoroid sehingga pembengkakan
hemoroid ini perlahan-lahan menyusut dan dapat berfumgsi normal kembali.
Telah banyak pengalaman dalam operasi hemoroidektomi yang dilakukan pada
penyakit hemoroid primer yang interna maupun yang eksterna, tetapi banyak pasien yang
kambuh kembali beberapa bulan setelah operasi dilakukan.Yang sering kambuh kembali
adalah penyakit hemoroid primer interna maupun eksterna atau kombinasi dari kedua-
duanya. Hal tersebut tidaklah mengherankan, mengingat bahwa penyakit hemoroid
primer yang diderita pasien terutama akibat gaya hidup yang tidak tepat.
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet peroral Micronized
Purified Flavonoid Fraction (MPFF) yang berasal dari perusahaan Farmasi Servier
(Perancis) dengan tablet 500 mg, yang mengandung flavonoid Diosmin 450 mg dan
Hesperidin 50 mg, dengan dosis 6 tablet sehari selama 4 hari, kemudian 4 tablet sehari
selama 3 hari dan selanjutnya 2 tablet sehari sampai akhir minggu ke-6. Penderita harus
mengikuti nasihat memperbaiki gaya hidupnya, seperti menghentikan makan-makanan
pedas, cukup minum perhari 5 gelas air dan cukup melakukan olah raga.4

1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana karaktersistik pasien hemoroid yag dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung selama periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2017.
2. Bagaimana penanganan pada pasien hemoroid yang dirawat di RSUP Dr.Hasan
Sadikin Bandung periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2017.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah penelitian yang telah diidentifikasi
tersebut, maksud dan tujuan penelitian adalah:

1. Menggambarkan karakteristik pasien hemoroid yang dirawat di RSUP Dr. Hasan


Sadikin Bandung selama periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2017
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksana pasien hemorhoid yang
dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode 1 Januari 2016 – 31
Desember 2017
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1. Aspek Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
karakteristik dan penatalaksanaan penderita hemoroid yang dirawat di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.

1.4.2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam praktik pelayanan sehari-hari
dalam penatalaksanaan hemorhoid.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan
Hemorhoid adalah suatu penyakit dengan manifestasi klinis berupa dilatasi vena plexus
hemorhoidalis superior dan atau vena plexus hemorhoidalis inferior,oleh peninggian tekanan
vena akibat kebiasaan mengejan yang terlalu kuat dan berulang-ulang (prolonged straining).4
Pada umumnya,dilatasi plexus hemorhoid superior yang terbanyak dan tersering
dikeluhkan penderita,yaitu yang disebut secara klinis sebagai penyakit hemorhoid interna.
Menurut penelitian thomson (1975),hemorhoid merupakan benjolanyang tampak menyerupai
bantalan pada anorektum,yang disebutnya sebagai bantalan vakular (Vaskular
cushion).Secara anatomi dijumpai seluruhnya sebanyak tiga buah bantalan vaskular,yaitu 2
buah terletak disebelah kanan ( masing-masing sebuah di anterior dan posterior) dan sebuah
lagi terletak di kiri lateral.Setiap bantalan tersebut terletak terpisah satu dengan lainnya dan
melingkar didaerah linea dentata.(corman,1993;yamada,1999;Godeberge,1993).4
Hemorhoid interna terdiri dari pelebaran vena yang berdiameter 2mm-15mm,berupa
anastomosis arteri venosa,jaringan elastis,dan otot polos.Di dalam bantalan tersebut
mayoritas terisi oleh jaringan pembuluh darah (keighley,Williams 1993;Barnett
1999).Jaringan vaskular tersebut dipertahankan ditempatnya oleh ligamentum parks (pecten
band) dan oleh serat jaringan otot submukosa.4

2.2. Anatomi
Canalis ani panjangnya sekitar 4cm dan berjalan kebawah dan belakang dari ampula
recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan
sphincter ani.1
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale,yang merupakan
massa jaringan fibrosa yang terlatak antara canalis ani dan os coccygis, Dilateral dibatasi oleh
fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus perineale,
diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior
dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.1
Bantalan hemorhoid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan rectum distal untuk
fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi sebagai fungsi kotinens yaitu
menahan pasase abnormal gas, fases cair dan fases padat fungsi lainnya adalah efektif sebagai
katup yang “watertight”1

3
Bantalan vaskuler arterio-venosa,matriks jaringan ikat dan otot polos. Bantalan
hemorhoid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos dibawahnya.
Hemorhoid interna dan eksterna saling berhubungan,terpisah linea dentate.1
Jaringan hemorhoid mengandung struktur arteri-venosa fistula yang dindingnya tidak
menganduk otot,jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid,bukan vena

Gambar 1. Bantalan hemorhoid ( www.hemorrhoid.net )

Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakng ( hind gut ). Gambaran
anatomi yang penting adalah :
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempunyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semiulnaris yang dinamakan valvula
analis ( sisa membran proctedeum ).
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap ragangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang,yaitu arteri rectalis
superior,suatu cabang dari arteri mesentetica inferior. Aliran darah vena terutam oleh
vena rectalis superior, suatu cabang v.mesenterica inferior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympaticy mesenterica inferior.

4
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctedeum dengan struktur sebagai
berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus
dengan epedermis perrianal.
2. Tidak mempunyai collum analisa.
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. Rectalis inferior sehingga peka terhadap
nyeri,suhu,raba,dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a.rectalis inferior,suatu cabang a,pudenda
interna.Aliran vena oleh v.rectalis inferior,muara dari v.pudenda interna, yang
mengalirkan darah vena ke v.iliaca interna.
5. Aliran darah cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis
medialis.

Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi
menjadi lapisan otot lar longitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular pada
ujung atas canalis ani menebal membentuk sphincter ani internus involunter. Sphincter
internus diliputi oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sphincter ani eksternus
volunter.1

Gambar 2. Skema penampang memanjang anus ( www.hemorrhoid.net )

5
Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani,penggabungan sphincter ani internus
dengan pars profunda sphincter ani eksternus dan m.puborectalis membentuk cincin yang
nyata yang teraba pada pemeriksaan rectum,dinamakan cincin anorectal.1

Gambar 3.Anal canal dan organ di anterior ( www.hemorrhoid.net )

Secara skematis,gambaran anatomis dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Anal canal ( www.hemorrhoid.net )

6
2.3. Patofisiologi
Beberapa teori dan mekanisme menerangkan pembentukan hemorhoid telah
dikemukakan :
1. Teori mekanik
Ligamentum suspensorium dan ligamentum parks adalah jaringan muskulo-fibro-
elastika yang merupakan jaringan ikat ( supporting tissue ) yang menahan hemorhoid
interna di tempatnya,cenderung mengalami degenerasi dengan bertambahnya usia. Proses
degenerasi telah dimulai sejak usia dekade ke-3 sehingga jaringan penahan tersebut tidak
lagi kuat berpancang pada lapisan dalam terutama pada otot sphincter interna dan otot-otot
submukosa. Kelemahan tersebut mengakibatkan mobilitas hemorhoid ketika terjadi
peningkatan tekanan intrarectal, misalnya dalam keadaan mengejan pada ganguan
konstipasi. Pada puncaknya dapat terjadi ruptur ligamentum suspensorium dan
ligamentum parks sehingga hemorhoid interna mengalami prolaps. Keadaan prolaps inilah
yang merupakan salah satu ciri keluhan penyakit hemorhoid yang disebabkan oleh
kelemahan jaringan penahan yang dapat memudahkan terjadinya dilatasi vena sehingga
ukuran hemorhoid membesar. Selanjutnya setelah terjadi dilatasi dan mobilisasi, timbul
kerapuhan dinding mukosa yang melapisi hemorhoid interna,sehingga akibat tindakan
mengejan dan bergeseran dengan permukaan feses akan memudahkan terjadi robekan
yang menimbulkan perdarahan.8
Kecenderungan genetik yang mendasari kelemahan ligamnentum suspensorium dan
ligamentum parks menerangkan alasan tingginya kejadian penyakit hemorhoid pada
anggota keluarga penderita.8

2. Teori hemodinamik
Struktur vena dan arteri di dalam hemorrhoid saling berhubungan ( hubungan
arterio-venosa ) dan tanpa memiliki katup. Peninggian tekanan intraabdominal oleh
kebiasaan mengejan yang terlalu kuat ketika buang air besar, yang terjadi pada keadaan
konstipasi,kehamilan,feses yang tersisa dan melekat ( fecolith ) dalam ampula recti, dan
kegagalan relaksasi muskulus sphincter interna setelah defekasi, akan menyebabkan
hambatan drenase aliran vena ( ganguan venous return ).
Keadaan tersebut menimbulkan dilatsi bantalan karena terisi darah dan dinding
yang meregang menjadi menipis. Feses keras yang melalui bantalan vaskular yang
melebar dapat menyebabkan bantalan tersebut robek dan mengeluarkan darh merah terang,
( bright red bleeding ) yang menetes di atas masa feses yang telah lebih dahulu keluar.

7
Peningkatan aliran darah dalam perut ( terutama aliran A.Mesenterika inferior ) yang
terjadi segera setelah makan dapat menyebabkan dilatasi hemorhoid interna ( dilatasi
postprandial ), yaitu karena terdapat hubungan antara vena porta dengan plexus
hemorrhoidalis.8

3. Faktor fungsi sfingter


Yang mengalami peninggian tekanan walaupun sedang istirahat ( tidak sedang
defekasi). Abnormalitas fungsi sfingter dibuktikan pada pemerriksaan manometri
anorektal penderita penyakit hemorhoid bila dibandingkan dengan tekanan istirahat
anorektal kelompok kontrol.
Tiga teori yang mendasari patofisiologi pembentukan penyakit hemorhoid
menunjukan bahwa kejadian penyakit ini berdasarkan lebih dari satu faktor
(Coman,1998;Godeberge,1993).8

2.4. Tipe Hemorrhoid

Hemoroid dibedakan atas hemorrhoid interna dan eksterna.

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV


I

Gambar 5. Derajat Pada Hemorrhoid Interna

Klasifikasi Tingkat Penyakit Hemoroid (IH=Internal Hemoroid, EH=External Hemoroid,


AC=Anal Canal, AT=Anchoring Tisue, PL=Pecten Ligamen. Hemoroid Tingkat III dan IV,
Pleksus Hemoroid berada diluar anal kanal.

8
Tabel 2.I. Klasifikasi Hemorrhoid Interna9

Classification Treatment Options

1st Degree – No rectal prolapse


 Diet

 Local & general drugs

 Sclerotherapy

 Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is spontaneously


reducible  Sclerotherapy

 Infrared coagulation

 Banding [recurring banding may


require Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is manually


reducible  Banding

 Hemorrhoidectomy

 Procedure for Prolapse and


Hemorrhoids (PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible


 Hemorrhoidectomy

 Procedure for Prolapse and


Hemorrhoids (PPH)

Dikutip dari : ethicon-endo surgery , www.pph.com 2007

9
2.5. Gejala Klinis

Banyak kasus anorectal , termasuk fissura, fistulae, abses, atau iritasi dan gatal
(pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah diagnosa
hemorrhoid yang keliru. Hemorrhoids biasanya tidak berbahaya.Tetapi pada kenyataanya
pasien dapat megalami perdarahan yang terus menerus sehingga dapat menimbulkan anemia
bahkan kematian.

A. Hemorrhoid Eksterna

Pada fase akut, hemorrhoid eksterna dapat menyebabkan nyeri, biasanya berhubungan
dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi.Hal ini muncul sebagai akibat dari trombosis
dari v.hemorrhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Beberapa hari setelah
timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan berkembang menjadi ulkus., akibatnya
dapat timbul perdarahan.

Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami thrombus tadi dapat
mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag .
Akibatnya dapat timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi.

B. Hemorrhoid Interna

Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus. Trombosis
atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna
bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang
disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri perrektum
selama atau setelah defekasi.

Gejala yang muncul pada hemorrhoid interna dapat berupa:

10
1. Perdarahan

Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal dari
penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi apalagi
jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini
disebabkan karena vascular cushion prolaps dan mengalami kongesti oleh spincter ani.

2. Prolaps

Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk kembali
secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll)
hemorrhoid interna sendiri biasanya sedikit saja yangmenimbulkan nyeri.Kondisi ini dapat
pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid yang terjepit oleh spincter ani
(strangulasi).

4. Keluarnya Sekret

Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan
penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.

2.6. Diagnosa

a. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan / tonjolan
yang muncul.
b. Palpasi
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam anal kanal.
Dinilai juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid sulit untuk diraba, kecuali jika
ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan adanya karsinoma
rectum. Jika sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan menebal, bila sudah terjadi
jejas akan timbul nyeri yang hebat pada perabaan.

11
c. Anoskopi
Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemorrhoid, dengan memasukan alat untuk
membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam keluar di seluruh lingkaran anus. Tentukan
ukuran, warna dan lokasinya.

d. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang
fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai
e. Pemeriksaan Feses
Dilakukan untuk negetahui adanya darah samar.

Diagnosa Banding :
Jika terjadi rasa nyeri akut di daerah anus, harus dipikirkan adanya fisura ani, rasa
nyeri pada hemorrhoid jarang terjadi kecuali sudah timbul trombosis atau prolaps. Fisura
ani dapat dilihat di daerah anterior atau posterior dan anses perianal tampak sebagai masa
lunak yang berfluktuasi.

2.7. Terapi

1. Hemorrhoid externa
Trombosis akut pada hemorrhoid eksterna merupakan penyebab nyeri yang konstan
pada anus. Penderita umumnya pederita berobat kedokter pada fase akut ( 2- 3 hari
pertama). Jika keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan local
anestesi.Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena
trombosis biasanya meliputi satu pleksus pembuluh darah. Insisi mungkin tidak
sepenuhnya mengevakuasi bekuan darah dan mungkin menimbulkan pembengkakan
lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan . Incisi tampaknya
lebih sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.9

2. Hemorrhoid Interna

A. Non Invasive Treatment :

Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal.Yang disampaikan meliputi :

a. nasehat :
 jangan mengedan terlalu lama
 mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi
 membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda
12
 minum sekira 8 gelas sehari9

b. Obat-obatan vasostopik
Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat mengurangi edema
dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang bekerja pada vascular
dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan stasis pada vena dan
memperbaiki permeabilitas kapiler.11
Ardium diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan
selanjutnya1x1tab.

B. Ambulatory Treatment :

a. Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya Fenol 5 % dalam
minyak nabati, atau larutan quinine dan urea 5% yang disuntikan ke sub mukosa dalam
jaringan areolar longgar di bawah jaringan hemorrhoid. Sclerotheraphy dilakukan untuk
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut
pada hemorrhoid. Secara teoritis, teknik ini bekerja dengan cara mengoblitersi pembuluh
darah dan memfiksasinya ke lapisan mukosa anorektal untuk mencegah prolaps. Terapi ini
cocok untuk hemorrhoid interna grade I yang disertai perdarahan> Kontra indikasi teknik
ini adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi portal, kondisi
immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis hemorrhoid yang prolaps.
Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang tidak tepat atau
kelebihan dosis pada satu tempat. Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan
mukosa, kadang bisa menimbulkan abses.9

b. Infrared Coagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan lampu
tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan hemorrhoid dari reflector plate emas
melalui tabung polymer khusus. Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus jaringan
ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi, destruksi jaringan di
daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi local anestesi terlebih dahulu.
Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada daerah yang tidak
tepat.9
c. Bipolar Diatheraphy

13
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi pada ujung
cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau dibawahnya.9
d. Cryotheraphy
Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang secara teori
menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.9
e. Rubber Band Ligation
Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada
hemorrhoid derajat III. Hemorrhoid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat diatasi
dengan ligasi menurut Baron ini.9
Dengan bantuan anoskop, mukossa diatas hemorrhoid yang menonjol dijepit dan
ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band didorong dan ligator
ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorrhoidalis. Nekrosis karena
iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber band akan lepas sendiri.
Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkalnya. Komplikasi yang sering terjadi berupa
edema dan trombosis.9
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation adalah
cara terpilih di AS untuk terpi hemorrhoid internal. Prosedur ini , jaringan hemorrhoid
ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk menempatkan karet disekeliling jaringan.
Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan mengecil.9

Gambar 6. Rubber Band Ligation (dari www.pph.com )

C. Surgical Approach :

a. Hemorrhoidectomy

14
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada
penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara
lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis dan
nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus
diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu spincter ani.8

Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi dan


hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan yang
patologis diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan selama
pengankatan hemorrhoid. Kepastian hemostasis harus benar-benar diperhatikan.8

Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton lebih
dikenal karena :

- mengambil jaringan patologis


- perbaikan jaringan cepat
- lebih nyaman
- gangguan defekasi minimal

Hemorrhoidectomy terbuka dipopulerkan oleh Milligan-Morgan, tahun1973. Ada 2 variasi


daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:

1. Open hemorrhoidectomy
2. Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal ditutup atau
tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi.9

Open Hemorrhoidectomy

Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat hemorrhoid yang


telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran ataupun bila terlalu sempit
untuk masuk retractor.6

Teknik Open Hemorrhoid (Miligan-Morgan) :

15
1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline = 1 : 300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm dari anal
verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid.6

Closed Hemorrhoidectomy2

Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:

1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan anoderm.


2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan dengan
cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm)
3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas yang diisi
jaringan granulasi.

Indikasi :

1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorectal lain.

Teknik-Teknik Closed hemorrhoidectomy :

Ferguson Hemorrhoidectomy

- Posisi LLD
- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem
- Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan hemorrhoid

16
- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian subcutan
spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.
- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining mukosa.
- Ligasi dengan cat gut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 – 0
dengan vicril.6

-
Gambar 7. Ferguson Hemorrhoidectomy dari www.pph.com

Operasi Hemoroid Tanpa Rasa Sakit

Pada saat ini telah banyak kemajuan pada teknik operasi dalam mengurangkan rasa
sakit pasca operasi, malahan pada akhir-akhir ini telah dikembangkan cara operasi tanpa rasa
sakit. Tenik operasi itu pertama kali dikembangkan oleh Longo, seorang spesialis bedah
bangsa Italia.9

Tindakan bedah hemoroid umumnya menyebabkan rasa sakit hebat, apabila muko-
kutan yakni bagian kulit tipis yang meliputi lubang anus terpaksa dilukai. Bagian yang sangat
sensitif Ano-Cutan, mempunyai sensor syaraf rasa raba dan rasa sakit yang sangat rapat
sebagaimana perabaan ujung jari tangan yang sangat nyeri apabila terluka pada teknik operasi
tanpa rasa sakit, bagian muko-kutan sengaja tidak dilukai, dan pleksus hemoroid yang
melipat keluar yang tidak mempunyai sensor rasa sakit, dipotong dan difiksasi kembali
kearah proksimal.9

17
a) b) c) d)

dGambar 8 : Teknik Operasi ; a) Hemoroid Prolap, b) Prosedur Penjahitan sebelum

Stappler dipasang, c) Pemasangan Stappler, d) Selesai Pemasangan Stappler

gambar diambil dari www.hemorrhoid.net

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah pasien yang tercatat dalam data Rekam medik kasus

hemorhoid yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin periode 1 Januari 2016 – 31

Desember 2017

3.2. METODE PENELITIAN

18
Tipe penelitian ini adalah deskriftif retrospektif. Penelitian ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan data rekam medis kasus hemorhoid yang dirawat di rumah sakit

Hasan Sadikin periode Januari 2016 – 31 Desember 2017. Data yang diperoleh

diklasifikasikan:

1. Berdasarkan data pribadi.

a. Usia.

Pasien diklasifikasikan menjadi 15-29 tahun,30-39 tahun,50-69 tahun dan > 70

tahun.

b. Jenis kelamin.

2. Berdasarkan lama rawat

3. Berdasarkan penatalaksanaan

19

You might also like