Professional Documents
Culture Documents
MAHKAMAH KONSTITUSI ( MK )
Disusun Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
pada waktunya.
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna
dalam menambah wawasan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
(negara) yang diorganisir dengan dan melalui hukum kehidupan secara umum
yang dikerjakan oleh para budak yang berada di luar batas kewarganegaraan.
tertinggi negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya
pelanggaran hukum.
sejak reformasi konstitusi mulai 1999 sampai dengan 2002. Karena berbagai
juga lembaga yang dihapuskan. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah
1
kelembagaannya, yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita
yang bermartabat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
mengenai :
berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan / atau tidak lagi memenuhi syarat
Negara yang satu dengan yang lainnya. Seperti nagara Venezuela dimana
mengaitkan fungsi mahkamah ini sebagai salah satu fungsi tambahan dari
3
fungsi Mahkamah Agung yang telah ada. Amerika serikat dan semua Negara
pembentukan lembaga baru ini adalah Austria tahun 1920, dan terakhir adalah
Thailand tahun 1998 dan selanjutnya Indonesia yang menjadi Negara ke-78
tidak menganggap sebagai peradilan dalam arti Lazim. Karena itu para
anggotanya tidak disebut Hakim. Terlepas dari perbedaan ini, yang jelas di 78
Agung. Kedua nilai ini perlu dipisahkan karena pada hakikatnya keduanya
Peradilan Hukum“. Memang tidak dapat dibedakan seratus persen dan mutlak
sebelumnya.
4
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusnya
berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan /atau tidak lagi memenuhi syarat
5
e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/ Wakil Presiden
DPR bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden telah bersalah melakukan
Presiden dan/ atau Wakil Presiden seperti yang dimaksud dalam UUD 1945.
Tanpa harus mengecilkan arti kewenangan lainnya dan apalagi tidak cukup
ruang untuk membahasnya dalam makalah singkat ini, maka dari keempat
atas Konstitusionalitas.
Berdasarkan Pasal 22E ayat (2) UUD 1945, pemilihan umum bertujuan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Preisden dan Wakil Presiden, dan Dewan
6
Perwakilan Rakyat Daerah. Peserta Pemilihan Umum itu ada tiga, yaitu
pemilihan umum anggota DPR dan DPRD, dan ketiga, (perorangan calon
pemilihan umum adalah Komisi Pemilihan Umum yang diawasi oleh Panitia
umum, dan perselisihan itu tidak dapat diselesaikan sendiri oleh para pihak,
Konstitusi.
yang diperebutkan. Jika terbukti bahwa selisih peroleh suara tersebut tidak
verklaard).
7
ketentuan ini berlaku baik untuk pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD,
berserikat yang dijamin dalam Pasal 28 jo Pasal 28E ayat (3) UUD 1945. Oleh
dan ikut serta dalam kegiatan partai politik. Karena itu, pembubaran partai
adalah Pemerintah, bukan orang per orang atau kelompok orang. Yang
UUD tidak dilanggar oleh para penguasa politik yang pada pokoknya juga
partai politik yang kalah pemilihan umum dalam rangka persaingan yang tidak
8
3. Penuntutan Pertanggungjawaban Presiden/Wakil Presiden
tercela atau pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
pendapat DPR yang berisi tuduhan (a) bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah melanggar hukum, (b) bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden,
Konstitusi akan menyatakan bahwa pendapat DPR tersebut adalah benar dan
terbukti, sehingga atas dasar itu, DPR dapat melanjutkan langkahnya untuk
dalam UUD 1945, maka putusan Mahkamah Konstitusi itu bersifat final dan
9
mengikat. DPR dan MPR tidak berwenang mengubah putusan final MK dan
MPR.
politik yang dapat bersifat dinamis. Akan tetapi, sejauh menyangkut putusan
MK, kedudukannya sangat jelas bahwa putusan MK itu secara hukum bersifat
final dan mengikat dalam konteks kewenangan MK itu sendiri, yaitu memutus
keempat kewenangan ditambah satu kewajiban (atau dapat pula disebut kelima
kewenangan lain dan apalagi tidak cukup ruang untuk membahasnya dalam
makalah singkat ini, maka dari kelima kewenangan tersebut, yang dapat
10
dikatakan paling banyak mendapat sorotan di dunia ilmu pengetahuan adalah
bertentangan dengan ketentuan mana dari UUD. Yang diuji dapat terdiri hanya
tidak.
dipimpin oleh John Marshall pada tahun 1803. Sejak itu, ide pengujian UU
menjadi populer dan secara luas didiskusikan dimana-mana. Ide ini juga
oleh Soepomo karena dinilai tidak sesuai dengan paradigma yang telah
disepekati dalam rangka penyusunan UUD 1945, yaitu bahwa UUD Indonesia
itu menganut sistem supremasi MPR dan tidak menganut ajaran 'trias politica'
11
Namun, sekarang, setelah UUD 1945 mengalami perubahan 4 kali,
maka sekarang setelah Perubahan Keempat UUD 1945 MPR itu bukan lagi
rakyat, maka di samping MPR, DPR dan DPD sebagai pelaku kedaulatan
rakyat di bidang legislatif, kita harus pula memahami kedudukan Presiden dan
DPR, maka mau tidak mau kita harus memahami bahwa UUD 1945 sekarang
hubungan 'checks and balances' antara satu sama lain. Oleh karena itu, semua
argumen yang dipakai oleh Soepomo untuk menolak ide pengujian undang-
sehingga fungsi pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari dari
12
D. Susunan Organisasi Dalam Mahkamah Konstitusi
komponen yaitu:
1. Para hakim
untuk lima tahun dan sesudahnya hanya dapat dipilih kembali hanya untuk
satu periode lima tahun berikut. Dari antara para hakim itu dipilih dari dan
oleh mereka sendiri seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua, masing-masing
kesembilan hakim itu ditentukan oleh tiga lembaga yang berbeda, yaitu 3
orang sipilih oleh DPR, 3 orang ditunjuk oleh Mahkamah Agung, dan 3 orang
hakim Mahkamah Konstitusi itu benar-benar tidak terikat hanya kepada salah
imparsial.
institusi yang berdiri sendiri secara otonom mencerminkan 9 pilar atau 9 pintu
13
diharapkan dapat mencerminkan atau mewakili ragam pandangan masyarakat
luas akan rasa keadilan. Jikalau dalam masyarakat terdapat 9 aliran pemikiran
pengecualian jika ada yang berhalangan, maka jumlah hakim yang bersidang
2. Sekretariat jenderal.
3. Kepaniteraan.
Pembedaan dan pemisahan ini tidak lain dimaksudkan untuk menjamin agar
14
tercampur aduk dengan administrasi non justisial yang menjadi
tetapi, khusus untuk Panitera diangkat dengan Keputusan Presiden dan karena
dalam APBN.
Indonesia tidak identik dengan vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara
Tuhan) dan juga demokrasi Indonesia tidak sinonim dengan suara mayoritas
norma hukum konstitusi. Oleh karena itu agar derap demokrasi dapat berupa
sesuai sumbu kostitusi, maka demokrasi itu harus dijaga. Di sinilah posisi
lain:
15
1. Pelaksanaan pemilihan umum (pemilihan umum DPR, DPD, DPRD,
undang yang telah disahkan oleh DPR dan Presiden secara demokratis apabila
16
Selain itu Mahkamah Konstitusi diberi kewenangan membubarkan
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun
apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
komponen yaitu:
1) Para hakim,
3) Kepaniteraan.
18
B. Saran
kita sebagai warga negara Indonesia harus benar-benar menjunjung tinggi nilai
presiden, harus dilakukan dengan jujur tanpa adanya niat iming-iming atau
19
DAFTAR PUSTAKA
http://kotakberita99.blogspot.co.id/2014/11/makalah-mahkamah-konstitusi.html
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=11766#.
WtbJgzO-kdU
http://febriramadhanii.blogspot.co.id/2015/02/makalah-tentang-mahkamah-
konstitusi.html
20