You are on page 1of 18

DASAR-DASAR ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

NAMA: ANNISA CITRA ISLAMI

NIM: K11116524

KESMAS D
RESUME TABEL DAN METODE DALAM PERENCANAAN KESEHATAN

1. Analisis Situasi
Metode yang digunakan:
 Mengumpulkan data:
a) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya
di lapangan.
b) Data sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur
dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi dengan
permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa
bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.
c) Data tersier
Suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan sumber sekunder.
Contoh sumber tersier adalah bibliografi, katalog perustakaan,
ensiklopedia dan daftar bacaan. Ensiklopedia dan buku bacaan adalah
contoh bahan yang mencakup baik sumber sekunder maupun tersier,
menyajikan pada satu sisi komentar dan analisis, dan pada sisi lain
mencoba menyediakan rangkuman bahan yang tersedia untuk suatu
topik. Sebagai contoh, artikel yang panjang di Encyclopedia
Britannica jelas merupakan bentuk bahan analisis yang merupakan
karakteristik sumber sekunder. Di samping itu, mereka juga berupaya
menyediakan pembahasan komprehensif yang menyangkut sumber
tersier.

 Metode HL. Blum


Menurut HL. Blum terdapat 5 aspek penting dalam analisis situasi yaitu:
1) Analisis Derajat (Masalah Kesehatan)
2) Analisis Perilaku Kesehatan
3) Analisis Lingkungan Kesehatan
4) Analisis Faktor Hereditas dan Kependudukan
5) Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan

2. Identifikasi Masalah
Metode yang digunakan:
a) Melihat kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan
Harapan (expectation)
Harapan adalah kondisi ideal yang diharapkan oleh seseorang atau
organisasi yang didambakan di masa yang akan datang. Biasanya harapan –
harapan organisasi di tuangkan dalam Visi, misi, tujuan dan strategi individu
dan organisasi. Misalnya (1). Harapan perusahaan untuk peningkatan profit
dibanding tahun sebelumnya, (2) Harapan perusahaan untuk meningkatkan
volumen penjualan dibanding tahun sebelumnya (3) Harapan perusahaan
untuk memperluas segmentasi pasar.
Kenyataan (reality)
Kenyataan adalah kondisi yang dialami individu atau perusahaan
berupa fakta ril yang terjadi. Kondisi yang terjadi bisa saja sudah sesuai
dengan harapan atau justru sebaliknya sangat jauh dari harapan. Ketika
kenyataan yang di alami saat itu jauh dari harapan maka sesungguhnya dapat
dikatakan bahwa kondisi tersebut ada masalah atau GAP yang perlu untuk
identifikas dan diteliti agar kenyataan mampu memberikan harapan bagi yang
mendambakan. Misalnya (1) Penjualan pada tahun berjalan profitabilitas
cenderung menurun, (2) Volume penjualan cenderung menurun dari tahun ke
tahun (3). Sebagian pelanggan berpindah keperusahaan lain.
Kesenjangan Harapan dan Kenyataan Berdasarkan uraian konsep
harapan dan kenyataan berdasarkan contoh yang telah dikemukakan, maka
pada point 1 Harapan menggambarkan bahwa besarnya harapan atau
keinginan dari perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas, namun disatu
sisi kenyataan yang terjadi dalam hal ini Point 1 kenyataan menunjukkan
(penjualan pada tahun berjalan cenderung profitabilitas sehingga nampak
adanya GAP. (Harapan dan kenyataan ini dalam penelitian sering disebut
sebagai Masalah. Permasalahan akan selalu ada bilamana keinginan suatu
inndividu tidak mampu ia penuhi karena berbagai keterbatasn. . Pengungkapan
masalah secara jelas merupakan pendekatan dalam merumuskan masalah
dengan tepat sehingga masalah dapat terpecahkan dengan baik.
b) Mencari indikator dari Standar Pelayanan Minimum Depkes (WHO)
Undang-Undang 32 tahun 2004 pasal 11 (4), menyatakan bahwa
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman
pada Standar Pelayanan Minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
oleh pemerintah. Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh
pemerintah pusat adalah cara untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan
urusan wajib oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan sekaligus
merupakan akuntabilitas daerah kepada pemerintah pusat dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Disamping itu, SPM juga dapat dipakai sebagai alat pembinaan dan
pengawasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Secara umum dapat diikhtisarkan bahwa SPM merupakan standar
minimal pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimal pelayanan yang
berhak diperoleh masyarakat dari pemerintah. Dengan adanya SPM maka
akan terjamin kuantitas dan atau kualitas minimal dari suatu pelayanan publik
yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga diharapkan akan terjadi
pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan antar
daerah.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan urusan wajib
merupakan pelayanan minimal sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa, SPM ditetapkan oleh
pemerintah pusat dalam hal ini departemen teknis, sedangkan pedoman
penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan
penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167 (3).

c) Membuat pohon masalah yaitu Root Cause Analysis


Root cause merupakan alasan yang paling mendasar terjadinya
kejadian yang tidak diharapkan. Apabila permasalahan utama tidak dapat
diidentifikasi, maka kendala-kendala kecil akan makin bermunculan dan
masalah tidak akan berakhir. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan
mengeliminasi akar suatu permasalahan merupakan hal yang sangat penting.
Root cause analysis merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-
penyebab utama suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang
terstruktur dengan teknik yang telah didesain untuk berfokus pada identifikasi
dan penyelesaian masalah.
RCA dapat dijalankan dalam 5 langkah berikut:
Langkah 1 – Definisikan Masalah
Langkah 2 – Kumpulkan Data
Langkah 3 – Identifikasi Penyebab yang Mungkin
Langkah 4 – Identifikasi Akar Masalah (Root Causes)
Langkah 5 – Ajukan dan Implementasikan Solusi

d) Fish bone analysis


Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti
tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa
Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian
kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality
tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung
jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247). Suatu tindakan dan langkah
improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab
masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita
untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang
user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di
sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan (Purba, 2008, para. 1–6).

3. Prioritas Masalah
Metode yang digunakan:
 Metode Scoring:
a. Metode Bryant
Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan
Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :
 Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah
tersebut penting.
 Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebut
 Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit
tersebut
 Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya.
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian
masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara
masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan
mendapat prioritas yang tinggi pula. Parameter diletakkan pada baris dan
masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom.
Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri
ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke
bawah untuk masing-masaing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah
dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode
ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang
akan diambil.
b. Metode Hanlon
Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,
sederajat, dan objektif. Dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan
Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers), metode
Hanlon memiliki tiga tujuan utama:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang
akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber informasi
yang dipergunakan dapat berasal dari :
1. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota
2. Saran dan pendapat nara sumber
3. Peraturan pemerintah yang relevan
4. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
Langkah selanjutnya adalah :
5. Menginventarisir kriteria
6. Menginventalisir dan mengevaluasi kriteria
Metode Hanlon hampir sama dengan metode MCUA, dilakukan dengan
memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).
c. Metode Ekonometrik
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria
untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang
dipakai ialah:
- Magnitude :Berapa banyak penduduk yang terkena masalah.
- Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan
dengan case fatality rate masing-masing penyakit.
- Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang
efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
- Community and : Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
political concern menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para
politisi.
- Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke
parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.
Contoh Teknik Ekonometrik
Teknik ini dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health Organization).
Prioritas masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Magnitude (M) masalah
Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa
ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di masyarakat. Dalam hal ini misalnya,
magnitude ISPA lebih besar daripada HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude, ISPA
lebih penting daripada HIV/AIDS.
2) Severity (S)
Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh masalah kesehatan
tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case fatality rate) penyakit yang
bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi atau
mengobatinya. Dalam hal ini, severity HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
3) Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif untuk
mengatasi masalah tersebut. Misalnya, campak lebih vulnerable dibandingkan TB,
karena campak mudah dicegah dengan imunisasi sedangkan TB, seperti kita ketahui
tidak mudah.
4) Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di tengah
masyarakat. Penyakit HIV/AIDS tentu lebih menghebohkan daripada TB misalnya.
• Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah meminta pendapat sejumlah
ahli (antara 5 – 8 orang) untuk memberikan skor bagi masing-masing masalah yang
akan ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya skor tersebut adalah antara 1 sampai
10.
• Hasil tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut:

Penyakit M S V C Total
HIV/AIDS 2 10 2 8 320
TBC 6 5 4 6 720
Malaria 7 4 6 4 672
Ca Paru 3 7 4 4 336
ISPA 10 2 8 3 480

Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara vertikal untuk kelima masalah
tersebut. Skore masing-masing berkisar 1 sampai 10. Kemudian dihitung skor rata-
rata dari sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis dalam kolom yang
relevan (misalnya mulai dari kolom M). Kemudian berikutnya dilakukan untuk kolom
S dari atas ke bawah (vertikal), demikian selanjutnya untuk kolom V dan C. Setelah
itu, skor dikalikan dengan arah horizontal. Hasilnya ditulis pada kolom paling kanan.
Dalam contoh di atas, maka urutan prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria, (3) ISPA, (4)
Ca Paru, dan (5) HIV/AIDS. Ada beberapa kelemahan cara ini, yaitu: a) Menentukan
siapa yang disebut sebagai ahli atau pakar; b) Orang akan bias terhadap masalah yang
dikuasainya, artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi skor tinggi untuk masalah
tersebut; c) Tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan
skor atas pertimbangan subyektif.

d. USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan
masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut[ii]:
Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan
melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
e. MCUA
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria
diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada.
Cara untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi,
argumentasi, dan justifikasi
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
- Emergency :Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian.
- Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.
- Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
- Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.
- Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.
f. Carl
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.
Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi
skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi
serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
 Metode non-skoring (kualitatif)
a. Metode Delbeq (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui
diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak
sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka
mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas.
Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.1,2
Adapun caranya adalah sebagai berikut:3
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang;
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya;
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya,
d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;
e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah;
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
 Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,
dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali
peringkat yang diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata;
 Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang
dominan memengaruhi orang lain.
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut,
b) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
b. Metode Delphi
Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah
yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan
beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas
masalah yang dicari.1,2
Adapun caranya adalah sebagai berikut:3
1) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
2) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan;
3) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
4) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;
5) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
4. Penetapan Tujuan
Metode yang digunakan:
SMART (Specific, Measurable, Appropriate, Realistic, Time Bound)
SMART adalah filosofi yang digunakan untuk membantu anda menetapkan target dan
tujuan, misalnya dalam project management, employee performance management,
atau personal development. Beberapa orang menyamakannya dengan istilah KPI (Key
Performance Indicators). Singkatan ini pertama kali digunakan dalam Management
Review edisi November 1981 oleh George T. Doran.
SMART adalah:
SPECIFIC
Kata yang pertama ini menekankan pentingnya menetapkan target yang
spesifik; benar-benar spesifik. Hindari target yang terlalu umum atau kurang
mendetail. Target tidak boleh ambigu, harus jelas, dan dipaparkan dengan bahasa
yang lugas. Misalnya, tetapkan target seperti ini: “tingkatkan penjualan dari 500
menjadi 1000 buah apel dalam sehari” dan hindari “tingkatkan omset dari penjualan
apel per-hari”.
MEASURABLE
Kata yang kedua menekankan pentingnya kriteria yang digunakan untuk
mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target. Filosofi yang
melatar-belakangi poin ini adalah: “Jika target tidak dapat diukur, mustahil untuk
mengetahui apakah anda telah membuat kemajuan dalam mencapai tujuan
akhirnya”. Mengukur kemajuan akan membantu tim untuk tetap berada dalam jalur
yang benar, menepati tenggat waktu, dan merasakan semangat dan euforia ketika
memperoleh hasil yang menggembirakan di setiap pencapaian yang membawa
mereka lebih dekat kepada tujuan.
ATTAINABLE
Kata yang ketiga menekankan bahwa target harus realistis dan dapat dicapai.
Target tidak boleh dibuat terlalu mudah (untuk performa standar tim anda), tapi juga
tidak boleh terlalu sulit sehingga terasa mustahil untuk dicapai. Target yang
ditetapkan akan dapat dicapai jika: anda telah menentukan apa yang paling penting,
lalu mampu membayangkan langkah-demi-langkah untuk mewujudkannya. Untuk itu,
anda akan mengembangkan perilaku, kemampuan, keahlian, dan kapasitas finansial
untuk mencapainya.
RELEVANT
Kata keempat menekankan pentingnya memilih target yang tepat. Target yang
dibuat oleh bank manager untuk membuat “50 sandwich isi mentega kacang dan jeli
sebelum jam 2 siang” bisa jadi merupakan target yang Spesifik, Measurable,
Attainable, dan Timely, namun tidak Relevan. Seringkali anda membutuhkan
dukungan berbagai pihak untuk mencapai target: sumber daya, masukan dari
Champion, dan apapun yang dapat membantu meruntuhkan tembok penghalang.
Target yang relevan untuk atasan anda, tim anda, dan organisasi anda akan
mendapatkan dukungan yang anda butuhkan itu.
TIMELY
Kata kelima menekankan pentingnya menepatkan target dengan kerangka
waktu, yaitu memberikan deadline pencapaian target. Komitmen kepada deadline
akan membantu tim untuk tetap fokus menjalankan pekerjaan untuk memenuhi target
tepat waktu, atau bahkan lebih cepat. Ini adalah bagian dari filosofi SMART yang
melindungi target dari serangan krisis sehari-hari yang biasa terjadi dalam organisasi.
Target dengan tenggat waktu akan menimbulkan urgensi.
5. Alternatif Pemecahan Masalah
Metode yang digunakan:
Brainstorming
Menurut kamus Merriam-Webster, brainstorming diartikan sebagai
“A group problem-solving technique that involves the spontaneous contribution of
ideas from all members of the group”
Yang artinya adalah teknik penyelesaian-masalah secara kelompok dengan
melibatkan sumbangan ide secara spontan dari semua anggota kelompok. Teknik ini
pertama kali digunakan oleh Alex Osborn, seorang pakar dalam bidang periklanan.
Pada tahun 1953 dia pernah menulis buku berjudul Applied Imagination terkait
dengan masalah saat dia menjabat sebagai partner pendiri sebuah agensi periklanan
bernama BBDO (Batten, Barton, Durstine, and Osborn). Saat itu bawahannya dirasa
tidak kreatif, namun Osborn berpendapat karyawannya haya enggan berpendapat atau
mengeluarkan gagasan mereka karena takut akan kritik dari rekan kerjanya yang lain.
Sejak itulah Brainstorming diciptakan. Dalam bukunya tersebut Osborn menuagkan
tentang bagaimana menghilangkan ketakutan akan kritik yang mengacaukan
kreatifitas karyawannya. Terdapat empat teknik dasar dalam penerapan
brainstorming, yaitu:

1. Tidak diperbolehkan menilai atau mengkritik ide yang dicetuskan oleh


siapapun,
2. Ide seliar apapun selalu mendapat tempat. Semakin liar dan aneh sebuah ide,
semakin bagus,
3. Jumlah ide yang muncul diutamakan. Semakin banyak semakin baik, dan
4. Bagun ide baru dari semua ide yang sudah dikumpulkan.

Teknik dasar brainstorming (jika diperhatikan) memang terfokus pada semua pihak
yang terlibat memiliki keharusan untuk bersikap solid, dan tidak boleh ada kritik
dalam bentuk apapun untuk semua gagasan yang diungkapkan. Karena, tujuan
brainstorming sendiri adalah membuka segala kemungkinan (seliar apapun) dan
mengesampingkan hal-hal berbau rumusan masalah. Gagasan atau ide yang muncul
hanya akan dievaluasi di akhir sesi brainstorming. Sehingga didapat satu ide absolut
dari semua ide tersebut, untuk kemudian dicari penyelesaiaan dan bagaimana
mengaplikasikannya.

6. POA
Rencana kegiatan operasional adalah cara spesifik yang akan ditempuh
untuk mencapai sasaran kegiatan. Rencana kegiatan ini dapat memiliki bentuk
sebagai berikut:
1. Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu yang lebih
pendek.
2. Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya suatu alternatif
intervensi.
Rencana kegiatan operasional memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan
sumber daya yang spesifik dan akontabilitas untuk setiap tahapannya

Tujuan rencana kegiatan


1. Mengidentifikasi apa yang harus dilakukan
2. Menguji dan membuktikan bahwa:
a) Sasaran dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah dijadualkan
b) Adanya kemampuan untuk mencapai sasaran
c) Sumber daya yang dibutuhkan dapat diperoleh
d) Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran dapat
diperoleh
e) Adanya beberapa alternatif yang harus diperhatikan.
3. Berperan sebagai media komunikasi
a) Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam organisasi
memiliki peran yang berbeda dalam pencapaian
b) Dapat memotivasi pihak yang berkepentingan dalam pencapaian
sasaran

7. Pelaksanaan
Metode yang digunakan:
A. Implementasi POA :
1. Mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
sebagai berikut:
a) Kegiatan apa yang mendukung pencapaian sasaran organisasi
b) Apa saja masalah atau hambatan yang harus dipecahkan untuk
mencapai sasaran tersebut
c) Bagaimana urutan dari kegiatan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah diatas ?
d) Bagaimana sasaran dapat dijabarkan kedalam waktu, unit, tingkat,
fungsi atau lokasi geografis?
2. Menentukan rangkaian kegiatan yang paling sesuai untuk sasaran.
3. Menjabarkan rangkaian kegiatan di atas menjadi beberapa tahapan. Setiap
tahapan harus berfokus pada hasil spesifik yang lebih kecil dalam jangka
waktu yang lebih pendek untuk unit-unit yang lebih kecil
1) Untuk setiap tahapan tersebut harus ditentukan:
a. Siapa yang harus bertanggung jawab dan memiliki akntabilitas untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan?
b. Kapan dimulai dan berakhirnya setiap tahapan kegiatan ?
c. Berapa banyak waktu dan biaya yang diperlukan ?
d. Bagaimana dan kapan organisasi dapat mengetahui bila terjadi penyimpangan
pada rencana kegiatan.
2) Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan menguji dan
melakukan validasi rencana kegiatan untuk mendapatkan kesepakatan
dan dukungan.

a. Struktur organisasi :
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan
dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas
pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi
yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada
siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.
c. Job-description
Menurut Stone, 2005 Job description (deskripsi pekerjaan) atau
deskripsi posisi adalah pernyataan tertulis yang menjelaskan mengapa
pekerjaan ada, apa yang dilakukan pemegang pekerjaan sebenarnya,
bagaimana mereka melakukannya dan dalam kondisi apa pekerjaan itu
dilakukan.
d. Term of reference (TOR)
Term of Reference (TOR) adalah gambaran tujuan, ruang lingkup dan
struktur sebuah proyek (kegiatan) atau kepanitiaan yang telah disepakati untuk
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
e. Gantt chart
Gantt chart adalah suatu alat yang bernilai khususnya untuk proyek-
proyek dengan jumlah anggota tim yang sedikit, proyek mendekati
penyelesaian dan beberapa kendala proyek.

8. Monitoring
Metode yang digunakan:
 Definisi Supervisi secara umum adalah pengarah serta pengendalian
kepada tingkat karyawan yang berada di bawahnya dalam suatu organisasi
atau kelompok. Orang yang menjalankan kegiatan supervisi biasanya di
sebut dengan sebutan Supervisor. Yang di sebut Supervisor bukan hanya
pejabat atau petugas dari kantor pembinaan saja, tapi kepala sekolah, para
guru dan bahkan murid-pun dapat disebut sebagai supervisor, jika
misalnya diserahahkan tugas untuk mengetuai kelas, organisasi ataupun
kelompoknya.
 Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi
menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku
seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
 RTL adalah Suatu proses mempersiapkan secara sistematik kegiatan -
kegiatan yang akan didahulukan untuk mencapai tujuan tertentu
perhitungan dan penentuan dari apa yang akan dijalankan dalam rangka
mencapai suatu obyek tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan
bagaimana caranya.
9. Evaluasi
Metode yang digunakan:
 Evaluasi berdasarkan waktu:
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan ,menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses
pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
dalam cakupan yang waktu ada didalamnya tercakup lebih dari satu
pokok pembahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran dalam
pendidikan yang terdapat beberapa pelajaran yang diajarkan dalam
satu semester bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi
ujian dalam bidang ujian yang dijalankan di akhir sesuatu.
 Evaluasi sasaran dan waktu pelaksanaan:
1) Evaluasi Input
Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas,
peralatan , bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang
bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan
dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2) Evaluasi Proses
Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting. Proses
adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien.
3) Evaluasi Output
Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk
kepuasan dari konsumen tersebut. Hasil akhir kegiatan dan tindakan
tenaga kesehatan profesional terhadap pasien. Hasil pelayanan
kesehatan / medis dapat dinilai antara lain dengan melakukan audit
medis, review rekam medis dan review medis lainnya, adanya keluhan
pasien, daninformed consent.

You might also like