You are on page 1of 28

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK ACROLEIN DENGAN PROSES


DEHIDRASI GLYCEROL
KAPASITAS 30.000 TON/TAHUN

Disusun Oleh :
1. Laili Nurin Jazlina I0514031
2. Rina Amelia Rosada I0513047

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik


Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan
berbagai pengembangan, diantaranya pengembangan di dunia industri. Sektor
industri merupakan salah satu faktor penggerak pembangunan yang penting.
Salah satu industri yang dimaksud yakni industri kimia. Dengan
mengembangkan industri kimia, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatnya perekonomian.
Industri kimia memproduksi atau mengubah suatu bahan kimia
menjadi produk yang memiliki nilai lebih melalui proses-proses kimia. Untuk
menjalankan suatu industri kimia, tentunya dibutuhkan bahan baku. Pada
umumnya, proses pengolahan bahan baku menjadi produk tidak hanya
melalui satu tahapan proses, melainkan melalui beberapa proses sehingga
bahan baku yang dibutuhkan dapat berupa bahan mentah yang langsung
diambil dari alam maupun bahan yang telah melalui proses pengolahan
terlebih dahulu. Bahan yang melalui proses pengolahan terlebih dahulu ini
disebut juga sebagai produk antara.
Akrolein merupakan produk antara untuk memproduksi produk lain,
seperti asam akrilat, methionine, methionine hidroxy, guraldehyde dan asam
amino sintesis. Akrolein bahan kimia serba guna karena asam akrilat dapat
diaminasi, diesterifikasi, dan dipolimerisasi menjadi produk lain yang lebih
kompleks. Akrolein digunakan untuk herbisida dan algasida dalam aliran
irigasi. Sebagai biocide pada cooling tower, untuk mengontrol alga, rumput,
dan sebagai slimcide dalam industri kertas (Mc. Ketta, 1997).
Dewasa ini, akrolein banyak diproduksi oleh negara-negara Amerika,
Eropa, dan Jepang (Tabel 1.2). Mengingat terbatasnya produsen akrolein di
Asia, maka pendirian pabrik akrolein di Indonesia dinilai dapat
mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Kebutuhan akrolein di
Indonesia dapat dikatakan cukup kecil (Tabel 1.1), sehingga pendirian pabrik
akrolein di Indonesia lebih berorientasi ekspor ke negara-negara Asia,
terutama Asia Tenggara.

1.2 Penentuan Kapasitas Perancangan Pabrik


Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output
yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Pabrik akan berusaha
untuk mendapatkan kapasitas produksi optimum yaitu jumlah dan jenis
produk yang dihasilkan harus dapat menghasilkan laba yang maksimum
dengan biaya minimum. Kapasitas produksi yang direncanakan sebesar
30.000 ton / tahun dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Pabrik akrolein ini menggunakan bahan baku gliserol. Berdasarkan data
ekspor gliserol yang diperoleh dari UN Data. Indonesia mengekspor
sekitar 220.000-225.000 ton gliserol/tahun. Untuk memproduksi akrolein
dengan kapasitas 30.000 ton/tahun, dibutuhkan gliserol sekitar 40.000
ton/tahun. Berdasarkan nilai tersebut, bahan baku yang dibutuhkan dapat
diperoleh dengan mudah tanpa harus mengimpor dari negara lain.
Grafik 1.1 Grafik impor dan ekspor gliserol indonesia

300,000

250,000

200,000
Ton

150,000

100,000

50,000

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Import Export

(data.un.org)
2. Kebutuhan dunia terhadap akrolein
Kebutuhan dunia terutama asia tenggara dan sekitarnya terhadap akrolein
dapat dijadikan parameter untuk memperkirakan prospek ekspor
akrolein. Kebutuhan akrolein dapat dihitung berdasarkan kapasitas
pabrik yang membutuhkan akrolein sebagai bahan baku. Karena akrolein
bukan satu-satunya bahan baku yang bisa digunakan, maka diasumsikan
hanya 25 % dari kapasitas yang menggunakan akrolein sebagai bahan
baku industrinya. Tabel 1.2 menunjukkan perkiraan kebutuhan akrolein
tiap tahun. Kebutuhan akrolein dihitung dengan perhitungan secara
stoikiometris.
Grafik 1.1 Grafik ekspor produk turunan akrolein di Asia
350000

300000
y = 11498x - 2E+07
250000

200000
Ton

150000

100000 y = 2850.1x - 6E+06

50000

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
As. Akrilat Methionine Linear (As. Akrilat) Linear (Methionine)

(data.un.org)
Tabel 1.1 Negara Pengekspor Asam Akrilat
No Negara Nilai ekspor (US $) Jumlah Ekspor (kg)
1. China 222.517.635 132.743.936
2. Saudi Arabia 138.460.440 120.801.000
3. Malaysia 59.671.339 73.971.786
(data.un.org)
Tabel 1.2 Negara Pengekspor Methionine
No Negara Nilai ekspor (US $) Jumlah Ekspor (kg)
1. Malaysia 220.992.239 76.275.634
2. Saudi Arabia 231.946.799 52.056.779
(data.un.org)

Tabel 1.3 Data Ekspor Asam Akrilat dan Metionin di Dunia


No. Komoditas Jumlah (kg) Bahan baku (kg) 10% (kg)
1. Asam Akrilat 779.748.011 1.113.925.730 111.392.573
2. Metionin 549.744.730 785.349.614 78.534.961
Total 189.927.534

Saat ini, total produksi akrolein di dunia sekitar 113.000 ton/tahun. Union
Carbide telah menambah kapasitas produksi akrolein di Amerika dengan
mendirikan pabrik akrolein di Theodore dengan kapasitas 36.000
ton/tahun. Berdasarkan data yang telah diperoleh diatas, maka kebutuhan
akrolein dapat diperkirakan sebagai berikut :
Kebutuhan akrolein = 189.927,53 ton/tahun – 149.000 ton/tahun
= 40.927,53 ton / tahun.
Dari hasil perhitungan tersebut, ekspor akrolein dinilai memiliki prospek
yang cerah.

3. Kapasitas pabrik yang sudah ada


Penentuan kapasitas minimal berdasar pada kapasitas pabrik yang telah
berproduksi, dimana pabrik akrolein yang sudah ada mempunyai kapasitas
kurang lebih 30.000 ton/tahun, sehingga jika akan didirikan pabrik
akrolein dengan kapasitas 30.000 ton/tahun maka diyakini akan layak
untuk didirikan. Berikut ini adalah tabel industri akrolein di berbagai
negara dan kapasitas produksinya.
Tabel 1.4 Data Produksi Pabrik Akrolein
No. Negara Perusahaan Kapasitas (ton/tahun)
1. USA Union Carbide 1 30.000
Union Carbide 2 36.000
2. Jerman Degussa 30.000
3. Perancis Atochem 30.000
4. Jepang Daicel 10.000
Ohita 4.500
Sumitomo 2.300
(icis, 1992)

1.3 Penentuan Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik sangat penting dalam menentukan
kelangsungan hidup suatu pabrik. Pada dasarnya ada 2 faktor yang
menentukan dalam pemilihan lokasi pabrik yaitu:
1. Faktor Primer
a. Letak pabrik terhadap bahan baku
Sumber bahan baku merupakan faktor yang paling penting
dalam pemilihan lokasi pabrik terutama pada pabrik yang
membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar. Hal ini dapat
mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan sehingga perlu
diperhatikan harga bahan baku, jarak dari sumber bahan baku, biaya
transportasi, ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan dan
penyimpanannya. Bahan baku gliserol dapat diperoleh dengan
mudah dari PT. Smart Tbk atau PT. Permata Hijau Palm Oleo.
b. Pemasaran Produk
Sasaran utama pasar akrolein adalah untuk diekspor ke
negara yang masuk di wilayah asia terutama malaysia dan cina serta
timur tengah seperti Arab Saudi. Letak wilayah medan terutama
pelabuhan belawan yang berada di indonesia bagian barat serta dekat
dengan malaysia merupakan tempat strategis untuk pemasaran
produk akrolein.
c. Sarana Transportasi
Pemasaran secara ekspor tentunya memerlukan dukungan
pelabuhan sebagai sarana onloading produk. Pemilihan lokasi
pembangunan terletak di dekat pelabuhan Belawan, Medan dengan
jarak lokasi dan muka pelabuhan adalah 1 km jika ditarik garis lurus,
sehingga pembangunan pipa dari pabrik ke pelabuhan sangat
mungkin untuk dilakukan sebagai sarana pemasaran. Selain itu
pelabuhan belawan juga salah satu pelabuhan paling aktif di
nusantara. Selain itu lokasi ini juga dekat dengan pintu masuk tol
Balmera yang artinya transportasi bukanlah kendala.
d. Tersedianya utilitas (sumber air dan tenaga listrik)
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti
tersedianya air, listrik dan sarana lainnya sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan baik. Kawasan industri Medan (KIM)
merupakan kawasan industri yang terencana sehingga kebutuhan
utilitas seperti tenaga listrik, air dan bahan bakar dapat diatasi.
Kebutuhan air dapat langsung mengambil dari air sungai dan untuk
kebutuhan air tawar dapat diperoleh dari PDAM Tirtanadi yang
khusus menyediakan air bersih untuk kawasan industri medan yang
memiliki kapasitas 25.000 m3/hari (www.kim.co.id). Sedangkan
unit pengadaan listrik diambil dari PLTU Belawan serta generator
sebagai cadangan. Untuk kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh
dari PT. Pertamina (Pesero) Terminal BBM Medan Group.
e. Tenaga Kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan
untuk menjalankan mesin–mesin produksi dan juga bagian
pemasaran dan administrasi. Tenaga kerja dapat direkrut dari
daerah Sumatra Utara, meliputi Medan, Palembang, Kemudian
Lampung dan sekitarnya.
2. Faktor Sekunder
a. Perluasan Area Pabrik
Kawasan Industri Medan memiliki kemungkinan untuk
perluasan pabrik karena mempunyai areal yang cukup luas yaitu
514 hektar. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan semakin
meningkatnya permintaan produk, akan menuntut adanya perluasan
pabrik.
b. Karakteristik Lokasi
Menyangkut iklim di daerah tersebut serta kondisi sosial dan
sikap masyarakatnya yang sangat mendukung bagi sebuah kawasan
industri terpadu. Maka dari itu Kawasan Industri Medan bisa
digunakan sebagai lokasi pendirian Pabrik Acrolein.
c. Kebijaksanaan Pemerintah
Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri,
pemerintah telah menetapkan daerah Medan terutama Belawan
sebagai kawasan industri medan yang terbuka bagi investor asing.
Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahan-
kemudahan dalam perizinan, pajak, dan lain-lain yang menyangkut
teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik.
d. Kemasyarakatan
Dengan masyarakat yang akomodatif terhadap
perkembangan industri dan tersedianya fasilitas umum untuk
hidup bermasyarakat, maka lokasi di Cilegon dirasa tepat untuk
didirikan Pabrik Acrolein.
e. Buangan Limbah
Buangan air pendingin yang berasal dari air laut dan limbah
cair bisa dialirkan kembali ke laut tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas maka
lokasi pabrik akan didirikan di wilayah Bagan Deli, Medan Kota,
Medan , Sumatera Utara.
Gambar 1.1 Pemilihan Lokasi Pabrik

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Macam-Macam Proses


Secara umum akrolein dapat diproduksi melalui beberapa proses
antara lain sebagai berikut :
1. Proses Kondensasi (Degusa)
Pada proses ini terjadi kondensasi antara asetaldehid dan
formaldehid yang dilakukan pada fase uap. Reaksi katalitik ini
berjalan menurut persamaan :
𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻𝑂 + 𝐻 − 𝐶𝐻𝑂 → 𝐶𝐻2 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻𝑂 + 𝐻2 𝑂
asetaldehid formalin akrolein air
Proses ini dikembangkan sejak tahun 1942, katalis yang
digunakan pada proses kondensasi yaitu campuran alumina, litium
fosfat atau silika, dan silika gel. Secara garis besar, tahapan proses
kondensasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Formalin 30% dan asetaldehid berlebihan diuapkan dan
dipanaskan sampai suhu 300 – 320 oC, umpan ini kemudian
dimasukkan ke dalam reaktor katalitik.
b. Hasil kondensasi keluar reaktor didinginkan dengan alat
penukar panas kemudian dipisahkan dalam menara distilasi,
adapun reaktan yang tidak bereaksi di-recycle masuk kembali
ke dalam reactor.
Dari proses ini diperoleh yield 65% berdasar formaldehid dan
75% berdasar asetaldehid.
Dengan fresh catalyst, konversi dari proses kondensasi
mencapai 60%, namun setelah 6 hari waktu operasi, konversinya
akan menurun menjadi 40% akibat akumulasi karbon pada katalis
dalam reaktor. Untuk mengatasi masalah ini, setiap hari pabrik
harus shut down untuk meregenasi katalis. Regenerasi katalis
dilakukan dengan membakar katalis dalam reactor dengan
udara dan steam. Udara dan steam disemburkan secara
berlawanan dengan arus umpan. Pembakaran dilakuan pada suhu
400 oC, di luar suhu tersebut akan terjadi pembakaran tidak
sempurna. Hasil samping dari proses kondensasi adalah
terbentuknya akrotonaldehid akibat reaksi kondensasi
dimerasetaldehid berdasar persamaan reaksi :
2𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝑂 → 𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻 = 𝑂 + 𝐻2 𝑂
asetaldehid akrotonaldehid air

2. Proses Shell
Proses Shell juga sering disebut sebagai proses Clark and
Shult yang dikembangkan oleh Battele Institute. Inti dari proses
ini adalah oksidasi propilen dalam reaktor katalitik. Katalis yang
digunakan umumnya adalah CuO. Proses yang terjadi secara garis
besar adalah sebagai berikut :
a. Propilen dan udara dipanaskan dalam heater atau furnace
hingga suhunya mencapai 350 oC.
b. Keluaran heater / furnace diumpankan dalam reaktor katalitik.
Reaksi yang terjadi adalah :
𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 𝑂2 → 𝐶𝐻2 − 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻𝑂 + 𝐻2 𝑂
propilen oksigen akrolein air
1
𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 4 𝑂2 → 3𝐶𝑂2 + 3𝐻2 𝑂
2
propilen oksigen karbondioksida air
c. Arus keluar reaktor suhunya didinginkan secara mendadak
dalam quenching cooler.
d. Arus kemudian dilewatkan absorber untuk mendapatkan
akrolein.
Dari proses Shell dihasilkan produk akrolein,
propionaldehid, asetaldehid, dan air. Konversi pada proses ini
cukup rendah, yaitu 15 % untuk sekali arus. Untuk itu,
diperlukan recycle propilen tak bereaksi untuk
meningkatkan konversi reaksi.
( Kirk & Othmer, 1997).
3. Proses Dehidrasi Gliserol
Proses dehidrasi gliserol adalah proses pelepasan gugus air
pada gliserol sehingga terbentuk akrolein. Proses ini berlangsung
pada fase gas dalam reaktor fixed bed dengan katalis HSiW
support γ-Al2O3. Proses yang terjadi secara endotermis pada suhu
280-320oC dengan tekanan 1-2 bar. Reaksi yang berjalan dalam
reaktor adalah sebagai berikut :
𝐶3 𝐻8 𝑂3(𝑔) → 𝐶3 𝐻4 𝑂(𝑔) + 2. 𝐻2 𝑂(𝑔)
Reaksi ini berjalan pada fase gas, sedangkan gliserol didapat pada
fase cair sehingga gliserol perlu diuapkan dengan fired heater.
Konversi yang diperoleh pada proses ini adalah 83% terhadap
gliserol dengan yield sebesar 56,7% terhadap akrolein
(Kiakalaieh, 2015).
1.4.2 Alasan Pemilihan Proses
Dehidrasi
Parameter Degussa Shell
Gliserol
Bahan baku C2H4O dan C3H6 dan C3H8O3
CH2O Udara
Katalis Silika gel CuO HSiW support
γ-Al2O3
Produk C4H6O, H2O CO2, H2O H2O
samping
Tekanan 1-2 bar
Temperatur 400-500oC 350oC 280-320oC
Konversi 60% dan terus 15% 83%
turun
Kelebihan Biaya relatif Bahan baku
rendah karena murah,
menggunakan temperatur dan
oksidator tekanan operasi
berupa udara rendah.
Kekurangan Adanya Konversi Gliserol larut
akumulasi reaksi sangat dengan baik
karbon yang rendah dalam air
menyebabkan
turunnya
konversi,
biayanya tinggi

Berdasarkan pertimbangan diatas maka dipilih proses produksi


akrolein dengan dehidrasi gliserol dikarenakan konversi reaksi yang
besar dengan yield akrolein yang tinggi dan harga jual produk utama
tinggi.
1.4.3 Kegunaan Produk
Akrolein merupakan produk setengah jadi yang sering
digunakan pada industri-industri kimia yang lain. Akrolein digunakan
sebagai bahan baku dari pembuatan asam akrilat, metionin, 1,3-
propanediol, dan asam laktat (Kiakalaieh, 2015). Selain itu kegunaan
akrolein digunakan juga sebagai pelindung bahan bakar cair dari
mikroorganisme. Ko-polimerisasi akrolein dan asam akrilat banyak
digunakan dalam industri kertas, keramik, dan elektroplating
(Othmer, 1997).

I.4.4 Sifat fisis dan kimia bahan baku dan produk


1. Bahan baku
1) Gliserol (www.sciencelab.com)
a. Rumus molekul : C3H8O3
b. Sifat fisis
a) Berat molekul : 92,09 g/mol
b) Titik didih : 290°C
c) Titik leleh : 19°C
d) Densitas : 1,2636 g/cm3 pada 20°C

c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,18 g/100 mL pada 25°C
b) Tidak bewarna dan berbau khas
c) Dapat membentuk chlorobenzene jika diraksikan
dengan chlorine

d) Dapat membentuk alkylbenzene saat direaksikan d


engan alkil halida dengan allumunium chloride
anhydrat sebagai katalis
2. Bahan Pembantu
1) Silico Toungstic Acid (www.zeolitechemistry.com)
a. Rumus Molekul : H4W12SiO40
b. Bentuk : Padatan
c. Warna : Putih
d. Kemurnian : 98%
e. Impuritas : Cl 90 ppm

2) Nitrogen (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : N2
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 70,9 g/mol
b) Titik didih : -34°C
c) Titik leleh : -101°C
d) Densitas : 2,898 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,134 mPa.s pada 20°C (gas)
0,346 mPa.s pada 20°C (liquid)
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,7 g/100 mL pada 20°C
b) Bewarna hijau kekuningan dengan bau menyengat
seperti bau pemutih terkonsentrasi
c) Sangat korosif terhadap semua jenis logam dan akan
merusak plastik, rubber, dan coating.
d) Afinitas klorin terhadap hydrogen sangat besar
sehingga reaksi berlangsung dengan ledakan besar
dalam cahaya
ℎ𝑣 (𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡)
H2 + Cl2 → 2HCl
e) Gas yang mudah dicairkan dengan pendinginan atau
penekanan dari beberapa atmosfer pada suhu
normal
f) Dapat membentuk alkylbenzene saat direaksikan
dengan alkil halida dengan allumunium chloride
anhydrat sebagai katalis
2. Produk
1) Akrolein (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : C3H4O
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 112,556 g/mol
b) Titik didih : 131,6°C
c) Titik leleh : -45,2°C
d) Densitas : 1,1058 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,806 mPa.s pada 20°C
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,03 g/100 mL pada 20°C
b) Cairan tidak bewarna dan berbau seperti almond
c) Sifat korosifnya akan merusak plastik, rubber, dan
coating

1.4.5 Tinjauan Proses Secara Umum


Proses pembuatan acrolein dari gliserol dilakukan dengan
mendehidrasi gliserol pada fase gas dengan tekanan 1-2 bar dalam
reaktor fixed bed. Sebelum masuk reaktor gliserol cair diuapkan
dan dipanaskan dengan fired heater hingga suhu 320 oC. Umpan
gliserol diumpankan ke dalam reaktor dari atas. Produk akan keluar
reaktor melalui bawah. Reaksi yang terjadi berjalan secara
endotermis sehingga diperlukan pemanas untuk menjaga suhu
reaktor. Dalam hal ini digunakan dowtherm A sebagai pemanas
reaktor.
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku
1) Glycerol (www.smart-tbk.com)
a. Rumus Molekul : C3H8O3
b. Berat Molekul : 92,02 gr/mol
c. Bentuk : Cairan jernih
d. Bau : Seperti mentol
e. Kemurnian : min 99,7 %
f. Impuritas : pengotor maks 0,3 %
2.1.2 Spesifikasi Bahan Pembantu
1) Silico Toungstic Acid (www.zeolitechemistry.com)
a. Rumus Molekul : H4W12SiO40
b. Bentuk : Padatan
c. Warna : Putih
d. Kemurnian : 98%
e. Impuritas : Cl 90 ppm
2) Nitrogen
a. Rumus molekul : N2
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 70,9 g/mol
b) Titik didih : -34°C
c) Titik leleh : -101°C
d) Densitas : 2,898 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,134 mPa.s pada 20°C (gas)
0,346 mPa.s pada 20°C (liquid)
(www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)

2.1.3 Spesifikasi Produk Utama


1) Akrolein (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : C3H4O
b. Berat molekul : 112,556 g/mol
c. Titik didih : 131,6°C
d. Titik leleh : -45,2 °C
e. Densitas : 1,1058 g/cm3 pada 20°C
f. Viskositas : 0,806 mPa.s pada 20°C
2.2 Konsep Proses
2.2.1 Dasar Reaksi
Proses dehidrasi gliserol adalah proses pelepasan gugus air pada
gliserol sehingga terbentuk akrolein. Proses ini berlangsung pada fase gas
dalam reaktor fixed bed dengan katalis HSiW support γ-Al2O3. Proses yang
terjadi secara endotermis pada suhu 280-320 oC dengan tekanan 1-2 bar.
Reaksi yang berjalan dalam reaktor adalah sebagai berikut :
𝐶3 𝐻8 𝑂3(𝑔) → 𝐶3 𝐻4 𝑂(𝑔) + 2. 𝐻2 𝑂(𝑔)
Gliserol Akrolein Air
Reaksi ini berjalan pada fase gas, sedangkan gliserol didapat pada fase
cair sehingga gliserol perlu diuapkan dengan fired heater. Konversi yang
diperoleh pada proses ini adalah 80-85% terhadap gliserol dengan yield
sebesar 50,6-62,3% terhadap akrolein (Kiakalaieh, 2015).
2.2.2 Mekanisme Reaksi
Reaksi katalitik antara reaktan gliserol berfase gas dan katalis padat
HSiW berlangsung menurut mekanisme sebagai berikut:
1. a. Difusi gas reaktan dari fase gas ke permukaan luar (interface) katalis
b. Difusi reaktan dari permukaan luar katalis melewati pori-pori ke
permukaan dalam pori katalis (difusi molekuler)
2. Adsorpsi reaktan pada permukaan dalam katalis
3. Terjadi reaksi C3H8O3 (g) C3H4O (g) + 2H2O (g)
4. Desorpsi hasil reaksi dari permukaan dalam katalis
5. a. Difusi gas hasil reaksi dari permukaan dalam katalis ke permukaan
luar katalis
b. Difusi gas hasil reaksi dari permukaan luar katalis (interface) ke fase
gas

Reaksi yang terjadi :


C3H8O3 (g) C3H4O (g) + 2H2O (g)
G A + W
Mekanisme yang diusulkan :
k1
G + S ⇔ GS
𝑘2
GS + 2S ⇔ AS + 2WS
𝑘3
AS ⇔ A + S
𝑘4
2WS ⇔ 2W + 2S
Dengan :
G = Gliserol
A = Akrolein
W = Air
S = Permukaan aktif katalis
k1 = Konstanta kecepatan reaksi gliserol
k2 = Konstanta kecepatan reaksi pada reaksi permukaan
k3 = Konstanta kecepatan reaksi akrolein
k4 = Konstanta kecepatan reaksi air

Pada mekanisme reaksi katalitik di atas, tahap adsorpsi dan desorpsi


berlangsung sangat cepat. Sedangkan reaksi pada permukaan katalis
berlangsung paling lambat, sehingga kecepatan reaksi katalitik secara
keseluruhan dikontrol oleh reaksi permukaan.
1. Adsorpsi
k1
G + S ⇔ GS
r1 = k1 CG θv – k-1 θG
r1 = 0
θG = K1 CG θv ....................(1)
k1
Dimana: K1 =
k−1

Pada persamaan (1) nilai K1 sangat kecil sehingga gliserol tidak


teradsorpsi oleh katalis namun langsung membentuk produk pada
permukaan katalis.
2. Reaksi permukaan
𝑘2
GS + 2S ⇔ AS + 2WS
r2 = k2 θG θ2𝑣 – k-2 θA θ2𝑊
1
r2 = k2 (θG θ2𝑣 - 𝐾 θA θ2𝑊 ) ……………..(2)
2

Pada persamaan (2) nilai k2 sangat besar dan nilai k-2 sangat kecil
sehingga K2 sangat besar, maka persamaan (2) menjadi :
r2 = k2 θG θ2𝑣 …………(3)
3. Desoprsi
𝑘3
AS ⇔ A + S
𝑘4
2WS ⇔ 2W + 2S
(Kiakalaieh, 2015)
Berdasarkan pembahasan di atas, mekanisme yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑘1
G + 3S ⇒ AS + 2WS
𝑘2
AS ⇔ A + S
𝑘3
2WS ⇔ 2W + 2S
1. Reaksi permukaan
𝑘1
G + 3S ⇒ AS + 2WS
r1 = k1 CG θ3𝑣 ………….(4)
2. Desoprsi
𝑘2
AS ⇔ A + S
r2 = k2 θA – k-2 θv CA
r2 = 0
𝑘−2 θv 𝐶𝐴
θA =
𝑘2
1
θA = 𝐾 θv CA ....................(5)
2

𝑘3
2WS ⇔ 2W + 2S
r3 = k3 θ2𝑊 – k-3 𝐶𝑊
2 2
θ𝑣
r3 = 0
1 2 2
θW = √ 𝐶𝑊 θ𝑣
𝐾3
1
θW = CW θv √ ............. (6)
𝐾3

Neraca permukaan
θv + θ A + θ W = 1

1 1
θv + 𝐾 θv CA + CW θv √ =1
2 𝐾3

1 1
θv ( 1 + CA + C W √ )=1
𝐾2 𝐾3

1
θv = 1 1
.........(7)
(1+ CA + CW √ )
𝐾2 𝐾3

Substitusi persamaan (5) dan (7) ke persamaan (4) menjadi :


r1 = k1 CG θ3𝑣
13
= k1 CG 1 1
…………(8)
(1+ CA + CW √ )3
𝐾2 𝐾3

Pada arus recycle jumlah akrolein dan air sangat kecil, maka dianggap
CA = CW = 0, maka persamaan (8) menjadi :
-r1 = k1 CG
pada fase gas, CG ≈ PG maka
-r1 = k1 PG

2.2.3 Tinjauan Kinetika


Menurut Kiakalaieh (2015), reaksi dehidrasi gliserol termasuk
reaksi orde 1. Dari segi kinetika, kecepatan reaksi dehidrasi gliserol akan
bertambah cepat dengan naiknya temperatur.
C3H8O3 (g) C3H4O (g) + 2H2O (g)
G A + W
Persamaan kecepatan reaksi: rA = kA CA
Menentukan kA menggunakan persamaan Arrhenius:
ln k = -Ea/RT + ln A
Dari jurnal hasil penelitian Kiakalaieh (2015), didapatkan :
1
ln k = -3306 × + 13,19
T
dengan : Ea = 27,5 kJ/mol
A = 5,35 × 105 s-1
Maka
k = 5.35 × 105 exp [-3306/T(K)]
2.2.4 Kondisi Operasi
Kondisi operasi sangat menentukan jalannya proses untuk
menghasilkan produk. Pada perancangan ini dipilih reaksi dehidrasi gliserol
non isotermal dan nonadiabatik dengan kondisi operasi sebagai berikut :
Suhu = 280 - 320 oC
Tekanan = 1 atm
Fase reaksi = gas -gas
Katalis = HSiW support γ-Al2O3
Yield acrolein = 50,6 - 62,3 %
Konversi Reaktor = 80 - 85 %
(Kiakalaieh, 2015)

2.1.5 Tinjauan Termodinamika


Tabel II.1. Data Panas Pembentukan dan Energi Gibbs
Komponen ∆Hfo (kJ/mol) ∆Gfo (kJ/mol)
C3H8O3 -582,8 -448,49
C3H4O -84 -54
2H2O -241,80 -228,60
(Yaws, 1999)
Reaksi :
C3H8O3 (g) C3H4O(g) + 2H2O(g)
A B + C

ΔHReaksi

= ΔHof produk – ΔHof reaktan

= (ΔHof C3H4O(g) + ΔHof2H2O(g)) – (ΔHof C3H8O3 (g) )


= (-84 – (2 ×241,80)) kJ/kmol – (-582,8) kJ/kmol
= 15,2 kJ/mol
Reaksi pembuatan acrolein adalah reaksi endotermis. Hal ini
ditunjukkan oleh harga enthalpi dari reaksi yang bernilai positif, yaitu
sebesar 257,8 kJ/mol
Perubahan energi Gibbs dapat dihitung dengan persamaan:
ΔG298 = -RT ln K (Smith Van Ness, 1987)
Dimana:
ΔG298 = Energi bebas Gibbs standar sesuatu reaksi pada 298 K (kJ/mol)
R = konstanta gas (R = 8,314 J/mol/.K)
T = temperature (K)

ΔG298K = ΔGof produk – ΔGof reaktan


= (ΔG C3H4O(g) + ΔG2 H2O(g)) – (ΔG C3H8O3 (g))
= (-54 – (2×228,60)) – (-448,49) kJ/mol
= -62,71 kJ/mol
∆G°
ln K298 = - RT
-(-62710)
ln K298 = - 𝐽
8,314 .298 𝐾
𝑚𝑜𝑙.𝐾

ln K298 = 25,31
Pada suhu 300oC (573 K) besarnya konstanta kesetimbangan dapat
dihitung sebagai berikut :
𝐾573𝐾 ∆H° 1 1
ln = - (T − 298)
K298𝐾 R
15200 1 1
ln K573K – ln 25,31 = − (573 − 298)
8,314
ln K573K = 6,176
K573K = 480,87

2.3 Diagram Alir Proses dan Tahapan Proses


2.3.1 Langkah Proses
Langkah proses pembuatan acrolein dari gliserol dapat dikelompokkan
dalam tiga proses, yaitu:
1. Tahap penyiapan baku
2. Tahap pembentukan acrolein
3. Tahap pemurnian

1. Tahap penyiapan bahan baku


Bahan baku gliserol cair disimpan di dalam tangki penyimpanan pada
suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Bahan baku gliserol cair dari tangki penyimpanan
tersebut dicampur dengan arus recycle dari separator pada suhu 1600oC dan
tekanan 1 atm. Campuran gliserol dan arus recycle pada suhu 90oC dan tekanan
1 atm dialirkan ke fired heater dengan tujuan menguapkan gliserol hingga suhu
320oC. Gas keluaran fired heater selanjutnya diumpankan ke reaktor.

2 Tahap pembentukan acrolein


Bahan baku gliserol berfase gas dengan suhu 320oC kemudian
dimasukkan kedalam reaktor yang berisi katalis padat HSiW. Di dalam reaktor
terjadi proses dehidrasi gliserol menjadi acrolein dan air. Reaktor yang
digunakan adalah reaktor jenis fixed bed multitube dengan nonadiabatik-
nonisotermal dan bersifat endotermis. Reaktor dioperasikan pada suhu 280-
320oC dengan tekanan 1 atm. Konversi yang diperoleh sebesar 83%.

3 Tahap pemurnian
Produk keluaran reaktor dialirkan menuju kondensor parsial untuk
memisahkan gas inert dengan campuran gliserol-akrolein-air. Hasil atas
kondensor parsial berupa gas inert sebagian di-purge dan sebagian di-recycle
ke aliran masuk fired heater. Hasil bawah kondensor parsial berupa campuran
gliserol, akrolein dan air dialirkan menuju menara distilasi 1 dengan tujuan
untuk memisahkan air dari akrolein dan gliserol. Hasil atas menara distilasi 1
berupa air sedangkan hasil bawahnya berupa gliserol dan akrolein cair
dialirkan menuju menara distilasi 2. Menara distilasi 2 digunakan untuk
memisahkan akrolein dan gliserol. Hasil atas menara distilasi 2 berupa produk
akrolein kemudian dialirkan menuju tangki penyimpanan akrolein pada suhu
30oC dan tekanan 1 atm. Hasil bawah menara distilasi 2 adalah gliserol
kemudian direcycle menuju arus umpan fired heater.
2.3.2 Diagram Alir Proses
Inert
B
Inert A

Inert

R MD-01 MD-02
B B CP
A
C C A
C B B
inert F inert B
C C
C
inert
C

Keterangan :
Alat Komponen
F = Fired Heater A = Air
R = Reaktor fixed bed B = Akrolein
CP = Kondensor parsial C = Gliserol
MD = Menara distilasi

Gambar 2.1 Diagram Alir Kualitatif


2.3.2 Diagram Alir Proses
P = 1 atm
Inert P = 1 atm T = 132 oC
T = 110 oC B
P = 1 atm P = 1 atm A
Inert T = 100 oC T = 100 oC
P = 1 atm
T = 30 oC
Inert
P = 1 atm R MD-01 MD-02
T = 30 oC
B CP
C P = 1 atm A
C T = 320 oC B A
inert F C B B
P = 1 atm B P = 1 atm
T = 80 oC o inert C C
C T = 300 C
P = 1 atm
inert P = 1 atm T = 90 oC
T = 100 oC
P = 1 atm
T = 100 oC

C
Keterangan :
Alat Komponen
F = Fired Heater A = Air
R = Reaktor fixed bed B = Akrolein
CP = Kondensor parsial C = Gliserol
MD = Menara distilasi

Gambar 2.1 Diagram Alir Kualitatif

You might also like