Professional Documents
Culture Documents
300,000
250,000
200,000
Ton
150,000
100,000
50,000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Import Export
(data.un.org)
300000
y = 11498x - 2E+07
250000
200000
Ton
150000
50000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
As. Akrilat Methionine Linear (As. Akrilat) Linear (Methionine)
(data.un.org)
Tabel 1.1 Negara Pengekspor Asam Akrilat
No Negara Nilai ekspor (US $) Jumlah Ekspor (kg)
1. China 222.517.635 132.743.936
2. Saudi Arabia 138.460.440 120.801.000
3. Malaysia 59.671.339 73.971.786
(data.un.org)
Saat ini, total produksi akrolein di dunia sekitar 113.000 ton/tahun. Union
Carbide telah menambah kapasitas produksi akrolein di Amerika dengan
mendirikan pabrik akrolein di Theodore dengan kapasitas 36.000
ton/tahun. Berdasarkan data yang telah diperoleh diatas, maka kebutuhan
akrolein dapat diperkirakan sebagai berikut :
Kebutuhan akrolein = 189.927,53 ton/tahun – 149.000 ton/tahun
= 40.927,53 ton / tahun.
Dari hasil perhitungan tersebut, ekspor akrolein dinilai memiliki prospek
yang cerah.
2. Proses Shell
Proses Shell juga sering disebut sebagai proses Clark and
Shult yang dikembangkan oleh Battele Institute. Inti dari proses
ini adalah oksidasi propilen dalam reaktor katalitik. Katalis yang
digunakan umumnya adalah CuO. Proses yang terjadi secara garis
besar adalah sebagai berikut :
a. Propilen dan udara dipanaskan dalam heater atau furnace
hingga suhunya mencapai 350 oC.
b. Keluaran heater / furnace diumpankan dalam reaktor katalitik.
Reaksi yang terjadi adalah :
𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 𝑂2 → 𝐶𝐻2 − 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻𝑂 + 𝐻2 𝑂
propilen oksigen akrolein air
1
𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 4 𝑂2 → 3𝐶𝑂2 + 3𝐻2 𝑂
2
propilen oksigen karbondioksida air
c. Arus keluar reaktor suhunya didinginkan secara mendadak
dalam quenching cooler.
d. Arus kemudian dilewatkan absorber untuk mendapatkan
akrolein.
Dari proses Shell dihasilkan produk akrolein,
propionaldehid, asetaldehid, dan air. Konversi pada proses ini
cukup rendah, yaitu 15 % untuk sekali arus. Untuk itu,
diperlukan recycle propilen tak bereaksi untuk
meningkatkan konversi reaksi.
( Kirk & Othmer, 1997).
3. Proses Dehidrasi Gliserol
Proses dehidrasi gliserol adalah proses pelepasan gugus air
pada gliserol sehingga terbentuk akrolein. Proses ini berlangsung
pada fase gas dalam reaktor fixed bed dengan katalis HSiW
support γ-Al2O3. Proses yang terjadi secara endotermis pada suhu
280-320oC dengan tekanan 1-2 bar. Reaksi yang berjalan dalam
reaktor adalah sebagai berikut :
𝐶3 𝐻8 𝑂3(𝑔) → 𝐶3 𝐻4 𝑂(𝑔) + 2. 𝐻2 𝑂(𝑔)
Reaksi ini berjalan pada fase gas, sedangkan gliserol didapat pada
fase cair sehingga gliserol perlu diuapkan dengan fired heater.
Konversi yang diperoleh pada proses ini adalah 83% terhadap
gliserol dengan yield sebesar 56,7% terhadap akrolein
(Kiakalaieh, 2015).
1.4.2 Alasan Pemilihan Proses
Dehidrasi
Parameter Degussa Shell
Gliserol
Bahan baku C2H4O dan C3H6 dan C3H8O3
CH2O Udara
Katalis Silika gel CuO HSiW support
γ-Al2O3
Produk C4H6O, H2O CO2, H2O H2O
samping
Tekanan 1-2 bar
Temperatur 400-500oC 350oC 280-320oC
Konversi 60% dan terus 15% 83%
turun
Kelebihan Biaya relatif Bahan baku
rendah karena murah,
menggunakan temperatur dan
oksidator tekanan operasi
berupa udara rendah.
Kekurangan Adanya Konversi Gliserol larut
akumulasi reaksi sangat dengan baik
karbon yang rendah dalam air
menyebabkan
turunnya
konversi,
biayanya tinggi
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,18 g/100 mL pada 25°C
b) Tidak bewarna dan berbau khas
c) Dapat membentuk chlorobenzene jika diraksikan
dengan chlorine
2) Nitrogen (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : N2
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 70,9 g/mol
b) Titik didih : -34°C
c) Titik leleh : -101°C
d) Densitas : 2,898 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,134 mPa.s pada 20°C (gas)
0,346 mPa.s pada 20°C (liquid)
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,7 g/100 mL pada 20°C
b) Bewarna hijau kekuningan dengan bau menyengat
seperti bau pemutih terkonsentrasi
c) Sangat korosif terhadap semua jenis logam dan akan
merusak plastik, rubber, dan coating.
d) Afinitas klorin terhadap hydrogen sangat besar
sehingga reaksi berlangsung dengan ledakan besar
dalam cahaya
ℎ𝑣 (𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡)
H2 + Cl2 → 2HCl
e) Gas yang mudah dicairkan dengan pendinginan atau
penekanan dari beberapa atmosfer pada suhu
normal
f) Dapat membentuk alkylbenzene saat direaksikan
dengan alkil halida dengan allumunium chloride
anhydrat sebagai katalis
2. Produk
1) Akrolein (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : C3H4O
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 112,556 g/mol
b) Titik didih : 131,6°C
c) Titik leleh : -45,2°C
d) Densitas : 1,1058 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,806 mPa.s pada 20°C
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,03 g/100 mL pada 20°C
b) Cairan tidak bewarna dan berbau seperti almond
c) Sifat korosifnya akan merusak plastik, rubber, dan
coating
Pada persamaan (2) nilai k2 sangat besar dan nilai k-2 sangat kecil
sehingga K2 sangat besar, maka persamaan (2) menjadi :
r2 = k2 θG θ2𝑣 …………(3)
3. Desoprsi
𝑘3
AS ⇔ A + S
𝑘4
2WS ⇔ 2W + 2S
(Kiakalaieh, 2015)
Berdasarkan pembahasan di atas, mekanisme yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑘1
G + 3S ⇒ AS + 2WS
𝑘2
AS ⇔ A + S
𝑘3
2WS ⇔ 2W + 2S
1. Reaksi permukaan
𝑘1
G + 3S ⇒ AS + 2WS
r1 = k1 CG θ3𝑣 ………….(4)
2. Desoprsi
𝑘2
AS ⇔ A + S
r2 = k2 θA – k-2 θv CA
r2 = 0
𝑘−2 θv 𝐶𝐴
θA =
𝑘2
1
θA = 𝐾 θv CA ....................(5)
2
𝑘3
2WS ⇔ 2W + 2S
r3 = k3 θ2𝑊 – k-3 𝐶𝑊
2 2
θ𝑣
r3 = 0
1 2 2
θW = √ 𝐶𝑊 θ𝑣
𝐾3
1
θW = CW θv √ ............. (6)
𝐾3
Neraca permukaan
θv + θ A + θ W = 1
1 1
θv + 𝐾 θv CA + CW θv √ =1
2 𝐾3
1 1
θv ( 1 + CA + C W √ )=1
𝐾2 𝐾3
1
θv = 1 1
.........(7)
(1+ CA + CW √ )
𝐾2 𝐾3
Pada arus recycle jumlah akrolein dan air sangat kecil, maka dianggap
CA = CW = 0, maka persamaan (8) menjadi :
-r1 = k1 CG
pada fase gas, CG ≈ PG maka
-r1 = k1 PG
ΔHReaksi
ln K298 = 25,31
Pada suhu 300oC (573 K) besarnya konstanta kesetimbangan dapat
dihitung sebagai berikut :
𝐾573𝐾 ∆H° 1 1
ln = - (T − 298)
K298𝐾 R
15200 1 1
ln K573K – ln 25,31 = − (573 − 298)
8,314
ln K573K = 6,176
K573K = 480,87
3 Tahap pemurnian
Produk keluaran reaktor dialirkan menuju kondensor parsial untuk
memisahkan gas inert dengan campuran gliserol-akrolein-air. Hasil atas
kondensor parsial berupa gas inert sebagian di-purge dan sebagian di-recycle
ke aliran masuk fired heater. Hasil bawah kondensor parsial berupa campuran
gliserol, akrolein dan air dialirkan menuju menara distilasi 1 dengan tujuan
untuk memisahkan air dari akrolein dan gliserol. Hasil atas menara distilasi 1
berupa air sedangkan hasil bawahnya berupa gliserol dan akrolein cair
dialirkan menuju menara distilasi 2. Menara distilasi 2 digunakan untuk
memisahkan akrolein dan gliserol. Hasil atas menara distilasi 2 berupa produk
akrolein kemudian dialirkan menuju tangki penyimpanan akrolein pada suhu
30oC dan tekanan 1 atm. Hasil bawah menara distilasi 2 adalah gliserol
kemudian direcycle menuju arus umpan fired heater.
2.3.2 Diagram Alir Proses
Inert
B
Inert A
Inert
R MD-01 MD-02
B B CP
A
C C A
C B B
inert F inert B
C C
C
inert
C
Keterangan :
Alat Komponen
F = Fired Heater A = Air
R = Reaktor fixed bed B = Akrolein
CP = Kondensor parsial C = Gliserol
MD = Menara distilasi
C
Keterangan :
Alat Komponen
F = Fired Heater A = Air
R = Reaktor fixed bed B = Akrolein
CP = Kondensor parsial C = Gliserol
MD = Menara distilasi