You are on page 1of 9

laktosa tidak ada

1. protein represor dikodekan oleh gen I mencegah transkripsi dengan mengikat ke operator

2. RNA polimerase tidak dapat mengikat promotor, transkripsi diblokir

3. Tidak ada mRNA yang diproduksi, jadi tidak ada enzim yang diproduksi.

Hadir laktosa

1. Allolaktosa menginduksi transkripsi dengan mengikat represor, yang kemudian tidak dapat
mengikat ke operator.

2. DNA polimerase dapat mentranskripsikan gen untuk enzim


The lac operon - an inducible system allolactose (the inducer) leads to synthesis of the enzymes
in the lactose-metabolizing pathway by binding to the repressor protein and preventing its
binding to the operator.

a. Tanpa laktosa : represi ekspresi gen

Pengendalian operon laktosa secara negatif dilakukan oleh protein repressor yang dikode
oleh gen Lac I. Repressor LacI adalah suatu protein tetra merik yang tersusun atas empat
polipeptida yang identik. Represor ini menempel pada daerah operator (Lac O) yang terletak
disebelah hilir dari promoter. Operator lac berukuran sekitar 28 pasangan basa . Penempelan
semacam ini menyebabkan RNA Polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen
struktural Lac Z, Lac Y, Lac A. Sehingga operon laktosa dikatakan mengalami represi. Proses
penekanan atau represi semacam ini akan terjadi terus menerus selama tidak ada laktosa dalam
sel. Inilah yang disebut mekanisme efisiensi selular karena sel tak perlu mengaktifkan operon
laktosa jika memang tidak ada laktosa sehingga energi selularnya dapat dihemat.

b. Ada laktosa : derepresi ekspresi gen

Eksperesi gen didahului oleh proses pengaktifan operon laktosa. Proses pengaktifan
operon laktosa disebut sebagai proses induksi. Induksi operon laktosa dapat terjadi jika ada
laktosa di dalam sel. Laktosa yang ada di dalam medium pertumbuhan diangkut ke dalam sel
dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon laktosa tidak sepenuhnya ketat
karena di dalam sel sel selalu ada produk ekspresi operon ini meskipun pada aras paling dasar (
basal level). Oleh karena itu, meskipun belum ada induksi sepenuhnya, di dalam sel sudah ada
produk enzim permease galaktosida. Enzim inilah yang akan mengangkut laktosa ke dalam sel.
Demikian pula halnya dengan enzim β- galaktosidase di dalam sel yang selalu ada dalam jumlah
yang terbatas, meskipun belum ada induksi sepenuhnya, sehingga dapat mengubah laktosa
menjadi allolaktosa. Allolaktosa inilah yang sesungguhnya menjadi induser untuk mengaktifkan
operon laktosa. Allolaktosa adalah suatu isomer yang terbentuk dari laktosa , mendepresi
operon dengan cara menginaktifkan repressor. Dengan cara ini, enzim untuk metabolisme
terinduksi atau transkripsi berjalan

Regulasi lac operon


Pengendalian ekspresi genetik merupakan aspek yang sangat penting bagi jasad
hidup, termasuk prokaryaot. Tanpa sistem pengendalian yang efisien, sel akan
kehilangan banyak energy yang justru merugikan jasad hidup. Bakteri Escherichia
colimerupakan salah satu contoh jasad hidup prokaryot yang paling banyak
dipelajari aspek fisiologi dan molekulernya. Bakteri ini mempunyai lebih dari 3000
gen yang berbeda dan genomnya telah dipetakan serta diketahui urutan basa
nukleotidanya secara lengkap.

Tidak semua di antara sekian banyak gen pada genom E. coli diaktifkan pada saat
yang bersamaan karena keadaan semacam ini justru akan menguras energy selular
yang akan memperlambat laju pertumbuhan sel. Oleh karena itu, dalam system
molecular jasad ini ada banyak sistem pengendalian ekspresi genetik yang
menentukan kapan gen tertentu diaktifkan dan diekspresikan untuk menghasilkan
suatu produk ekspresi. Sebagai contoh, jika dalam medium pertumbuhan E.
coliterdapat gula sederhana, misalnya glukosa (monosakarida), maka sel tidak perlu
menjalankan sistem ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab untuk metabolisme
gula yang lebih kompleks, missal laktosa (disakarida). Gen-gen yang bertanggung
jawab dalam metabolisme laktosa baru akan diaktifkan setelah malalui suatu sirkuit
regulasi tertentu.

Dalam sel prokaryot, ada beberapa gen structural yang disekspresikan secara
bersam-sama dengan menggunakan satu promoter yang sama. Kelompok gen
semacam ini disebut sebagai operon. Gen-gen semacam ini pada umumnya adalah
gen-gen yang terlibat di dalam suatu rangkaian reaksi metabolism yang sama,
misalnya metabolism laktosa, arabinosa dan lain-lain. Pengelompokan gen semacam
ini di dalam suatu operon membuat sel menjadi lebih efisien di dalam melakukan
proses ekspresi genetic. Sebaliknya di dalam jasad eukaryotic, sistem organisasi
operon semacam ini tidak ada karena setiap gen diatur oleh promoter tersendiri..
Secara umum dikenal dua sistem pengendalian ekspresi genetic yaitu pengendalian
positif dan pengendalian negative. Pengendalian (regulasi) pada suatu gen atau
operon melibatkan aktivitas gen regulator. Pengendalian positif pada suatu operon
artinya operon tersebut dapat diaktifkan oleh produk ekspresireh gen regulator.
Sebaliknya, pengendalian negative berarti operon tersebut dinonaktifkan oleh
produk ekspresi gen regulator. Produk gen regulator ada dua macam yaitu
activator, yang berperan dalam pengendalian secara positif dan repressor yang
berperan dalam pengendalian secara negative. Pengikatan activator atau repressor
pada promoter ditentukan oleh keberadaan suatu molekul efektor yang biasanya
berupa molekul kecil, misalnya asam amino, gula, atau metabolit serupa lainnya.
Molekul efektor yang mengaktifkan ekspresi suatu gen disebut inducer, sedangkan
yang bersifat menekan ekspresi suatu gen disebut repressor.

PENGENDALIAN OPERON LAKTOSA (LAC)

Sistem lac operon adalah sistem pengendalian ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di
dalam metabolism laktosa. Sistem tersebut pertama kali ditemukan pada bakteri Escherichia
coli oleh Francois Jacob dan Jaques Monod pada akhir tahun 1950-an. Laktosa adalah disakarida
yang tersusun atas glukosa dan galaktosa. Jika bakteri E. coli ditumbuhkan dalam medium yang
mengandung sumber karbon glukosa dan laktosa secara bersama-sama makaE. coli akan
menunjukkan pola pertumbuhan yang spesifik. Setelah melalui fase adaptasi,E.coli memasuki
fase eksponensial yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang meningkat secara
eksponensial, kemudian akan mencapai fase stasioner. Setelah mencapai fase stasioner
beberapa saat, kemudian bakteri akan tumbuh lagi memasuki fase eksponensial kedua sampai
akhirnya mencapai fase stasioner akhir. Dalam fase pertumbuhan semacam ini ada dua fase
eksponensial. Pada fase eksponensial pertama, E. coli menggunakan glukosa sebagai sumber
karbon sampai akhirnya glukosa habis dan E. coli mencapai fase stasioner yang pertama.
Selanjutnya pada fase eksponensial kedua E. coli menggunakan laktosa setelah glukosa benar-
benar habis. Pada fase stationer yang pertama sebenarnya yang terjadi adalah proses induksi
sistem operon laktosa yang akan digunakan untuk melakukan matabolisme laktosa.

Disakarida laktosa (gula susu) akan tersedia bagi E. coli apabila manusia inangnya
minum susu. Bakteri dapat menyerap laktosa dan memecahnya untuk memperoleh
energi atau menggunakannya sebagai sumber karbon organik untuk mensintesis
senyawa lain. Metabolism laktosa dimulai dengan hidrolisis disakarida menjadi dua
komponen monosakaridanya, glukosa dan galaktosa. Enzim yang mengkatalis reaksi
ini disebut ß-galaktosidase. Hanya sedikit molekul enzim yang terdapat pada sel E.
coli yang selama ini tumbuh dalam keadaan tanpa laktosa–misalnya di usus seseorang
yang tidak minum susu. Tetapi jika laktosa ditambahkan pada medium nutrient bakteri
tersebut, hanya dalam 15 menit jumlah molekul ß-galaktosidase di dalam sel ini akan
meningkat ribuan kali lipat.
Operon laktosa terdiri atas 3 gen structural utama yaitu gen lac Z mengkode enzim β-
galaktosidase yang menghasilkan dua monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa, gen
lac Y mengkode permease galaktosida, yaitu enzim yang berperan dalam
pengangkutan laktosa dari luar ke dalam sel, dan gen lac A mengkode enzim
transasetilase thiogalaktosida yang perannya belum diketahui secara jelas. Ketiga gen
struktural tersebut dikendalikan ekspresinya oleh satu promoter yang sama dan
menghasilkan satu mRNA yang bersifat polisistronik. Selain ketiga gen structural
tersebut, juga terdapat gen regulator lac I yang mengkode suatu protein repressor dan
merupakan bagian sistem pengendalian operon laktosa.

Gen untuk ß-galaktosidase merupakan bagian dari sebuah operon,


operon lac (lacuntuk metabolism laktosa), yang mencakup dua gen lain yang
mengkode protein yang berfungsi di dalam metabolisme laktosa. Keseluruhan unit
transkripsi ini berada di bawah perintah satu operator dan satu promoter. Gen
pengatur, lacl, terletak di luar operon, mengkode protein repressor alosterik yang
dapat mengubah operon lac ke keadaan off dengan cara mengikatkan diri pada
operator. Dalam keadaan ini, suatu molekul kecil yang spesifik, disebut
induser, menginaktifkanrepresor. Untuk operon lac, indusernya adalah alolaktosa,
sebuah isomer dari laktosa yang terbentuk dalam jumlah kecil dari laktosa yang
masuk ke dalam sel.

Pada keadaan tidak ada laktosa (sehingga alolaktosa juga tidak ada), repressor lac
akan berada dalam konfigurasi aktifnya, dan gen-gen operon lac akan berada dalam
keadaan diam. Jika laktosa ditambahkan ke medium nutrient sel tersebut, alolaktosa
akan mengikatkan diri pada repressor lac dan mengubah konformasinya,
menghilangkan kemampuan repressor untuk mengikatkan diri pada operator.
Sekarang, karena dituntut oleh kebutuhan, operon lac menghasilkan mRNA untuk
enzim-enzim jalur laktosa. Dalam konteks pengaturan gen, enzim-enzim ini
dipandang sebagai enzim indusibel, karena sintesisnya dipengaruhi oleh sinyal
kimiawi (alolaktosa, dalam kasus ini).

lac operon inducer


A. PENGATURAN GEN YANG BERSIFAT POSITIF

Agar enzim yang memecah laktosa dapat disintesis dalam jumlah layak, tidak cukup
dengan hanya adanya laktosa di dalam sel bakteri. Persyaratan lainnya adalah pasokan
gula glukosa sederhana harus rendah. Apabila harus memilih antara substrat-substrat
untuk glikolisis dan jalur katabolic lain, E.Coli lebih senang menggunakan glukosa,
gula yang biasanya selalu ada di lingkungan.

Bagaimana sel E. coli mengetahui konsentrasi glukosa ini, dan bagaimana informasi ini
disampaikan ke genom? Sekali lagi, mekanisme tersebut mengandalkan interaksi antara
protein pengatur alosterik dengan suatu molekul organic yang berukuran kecil.
Molekul kecil itu adalah AMP siklik (cAMP), yang berakumulasi bila glukosa tidak
ada. Protein pengaturnya adalah protein repressor cAMP (cAMP receptor protein atau
CRP), dan protein ini merupakan activator transkripsi. Ketika cAMP mengikatkan diri
ke lokasi alosterik pada CRP, protein akan berubah ke bentuk aktifnya, dan dapat
mengikatkan diri pada suatu tempat tertentu di sebelah promoter lac. Penempelan CRP
pada DNA ini membuat RNA polymerase lebih mudah mengikatkan diri pada
promoter di dekatnya dan memulai proses transkripsi operon. Karena CRP merupakan
protein pengatur yang langsung menstimulasi ekspresi gen, mekanisme ini dapat
disebut sebagai pengaturan positif.

Jika jumlah dari glukosa di dalam sel meningkat, konsentrasi cAMP menurun, dan CRP
akan lepas dari operon lac. Oleh karena itu, operon lac berada di bawah control ganda;
control negative oleh repressor lac dan kontrol positif oleh CRP. Kondisi
repressor lac (dengan atau tanpa alolaktosa) menentukan terjadi atau tidaknya
transkripsi dari gen-gen operon lac, kondisi CRP (dengan atau tanpa cAMP)
mengontrol laju transkripsi jika operonnya bebas dari repressor. Yang tampak adalah
operon seakan-akan memiliki saklar on-off dan kontrol volume kedua-duanya sekaligus.

Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa pengikatan CAP-cAMP pada promoter
menyebabkan RNA polimerase dapat terikat pada promoter membentuk kompleks
promoter tertutup (clossed promoter complex) yang selanjutnya akan menjadi kompleks
promoter terbuka yang siap melakukan transkripsi. Pengikatan RNA polimerase pada
promoter tersebut difasilitasi oleh CAP-cAMP melalui interaksi protein-protein,
pembengkokan DNA, atau keduanya.

You might also like