You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang


maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palopo, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

1.4 Manfaat penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Anatomi Akar .................................................................................................3

2.2 Konsep Apoplas dan Simplas .........................................................................4

2.3 Pengangkutan Air di dalam Pembuluh Xylem ...............................................5

BAB III PENUTUP ................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................9

3.2 Saran ..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat penting untuk melakukan
proses metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan
antara lain air, garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang bisa diperoleh dari
luar tubuh tumbuhan. Melalui daun, tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon
dioksida. Sedangkan melalui ujung akar dan buluh-buluh akar, air dan garam mineral
dapat diangkut tumbuhan ke dalam tubuhnya. Untuk mengangkut air dan garam
mineral, tumbuhan memerlukan suatu proses pengangkutan. Pengangkutan zat ini
dilakukan oleh jaringan pengangkut yang melewati berkas pembuluh. Walaupun
begitu, ada juga pengangkutan air dan garam mineral yang tidak diangkut secara
langsung melalui berkas pembuluh, tetapi di luar berkas pembuluh xilem dan floem.
Dalam kehidupan sehari-hari terjadi banyak hal yang berkaitan dengan tumbuhan
dan air. Misalnya transpirasi, kohesi air, dan pengaruh potensial air. Ketiga hal
tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dalam proses pengangkutan
air dari dalam tanah menuju ke daun. Pengangkutan air ini dilakukan oleh bagian
tumbuhan, baik akar, batang maupun daun. Pengangkutan air ini selalu dikaitkan
dengan akar dan jarang dikaitkan dengan batang ataupun daun. Meskipun pada
kenyataannya daun dan batang juga memiliki pengaruh yang cukup penting dalam
proses penyerapan air.
Proses pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan berawal
dari air di dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh rambut akar. Air mengalir
karena ada perbedaan kepekatan (konsentrasi) cairan di antara sel. Air tanah
mempunyai kepekatan larutan yang lebih encer dibandingkan dengan cairan sel
sehingga air tanah dapat masuk ke rambut akar. Air yang masuk ini mengakibatkan
sel tumbuhan mengembang. Air didorong keluar dari satu sel ke sel berikutnya
sampai ke pembuluh kayu. Selanjutnya, air diangkut oleh pembuluh kayu melalui
batang sampai ke daun. Naiknya air ke daun dipengaruhi oleh beberapa faktor.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang:
1. Bagaimanakah sistem anatomi akar?
2. Bagaimanakah konsep apoplas dan simplas?
3. Bagaimanakah proses pengangkutan air di dalam pembuluh xylem ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui sistem anaotomi akar
2. Untuk mengetahui konsep apoplas dan simplas
3. Untuk mengetahui proses pengangkutan air di dalam pembuluh xylem.

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini:
1. Bagi penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis
seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan. Disamping itu, penulis juga
mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah
ini.
2. Bagi pembaca
Agar pembaca lebih memahami mengenai sistem anatomi akar, konsep apoplas
dan simplas, serta proses pengangkutan air di dalam pembuluh xylem.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Akar
Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang
terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun,
melalui pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang, dan daun merupakan
suatu system yang kontinu, berhubungan satu sama lain.
Untuk dapat diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada
permukaan akar. Dari permukaan akar ini air (bersama bahan-bahan yang terlarut)
diangkut menuju pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar
menuju pembuluh xylem ini disebut lintasan radial pergeraakan air.
Posisi pembuluh xylem umumnya berdampingan dengan pembuluh floem. Pada
waktu jaringan akar berkembang, sel-sel antara xylem dan floem membentuk
kambium vaskular yang menghasilakan jaringan xylem ke arah dalam dan
membentuk jaringan floem kearah luar.
Xylem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut
perisikel. Jaringan vaskular dan perisikel membentuk suatu tabung yang disebut stele.
Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis. Sel-sel endodermis ini pantas untuk
mendapat perhatian khusus sehubungan dengan pergerakan air pada lintasan radial,
karena pada bagian dinding radial transversalnya terdapat penebalan yang dipadati
oleh suberin yang dikenal sebagai Pita Casparian. Suberin bersifat sulit ditembus air
sebagaimana halnya dengan lignin dan kutin pada kutikula daun. Bagian dinding
tangensial (dinding bagian dalam dan luar yang sejajar dengan permukaan akar) dari
sel-sel endodermis umumnya tidak mengalami penebalan, sehingga masih bias
dilewati air.
Pada sebelah luar dari sel-sel endodermis terdapat beberapa lapis sel-sel korteks
yang berukuran relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini bersifat
sangat permeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak
menuju pembuluh xylem melalui dinding sel-sel korteks.

3
Lapisan sel yang berada paling luar pada akar adalah sel-sel epidermis. Sel-sel ini
umumnya berbentuk agak pipih. Beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan
yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup di antara
partikel-partikel tanah sehingga memperbesar luas permukaan kontak antara akar
dengan tanah.
Pada bagian ujung akar terdapat tudung akar yang berfungsi melindungi sel-sel
meristematik pada bagian ujung akar tersebut. Dalam proses pertumbuhan akar,
bagian tudung yang rusak akan diganti kembali oleh aktivitas pembelahan sel pada
bagian meristematik.

2.2 Konsep Apoplas dan Simplas


Konsep dan istilah apoplas (apoplast) dan simplas (symplast) pertama
diperkenalkan oleh E. Munch dari Jerman pada tahun 1930. Beliau mengemukakan
bahwa dinding sel dari keseluruhan bagian tanaman dan pembuluh xylem dapat
dianggap sebagai suatu sistem tunggal yang disebut apoplas. Pada dasarnya bagian
apoplas ini merupakan bagian yang “mati” dari tanaman. Kecuali pada bagian Pita
Casparian pada sel-sel endodermis, air (bersama bahan yang terlarut didalamnya)
dapat bergerak sepenuhnya pada bagian apoplas ini. Pengangkutan apoplas
merupakan pengangkutan sepanjang jalur ekstraseluler yang terdiri atas bagian tak
hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. Air masuk dengan
cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena
terhalang oleh lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin
dan lignin yang dikenal sebagai pita kaspari. Dengan demikian, pengangkutan air
secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah.
Bagian tanaman lainnya (selain dinding sel dan pembuluh) merupakan bagian
yang hidup dari tanaman. Munch menyebutnya sebagai bagian simplas. Bagian ini
meliputi sitoplasma bersama organel-organel yang terdapat didalamnya. Beberapa
ahli menganggap bahwa vacuola bukan merupakan bagian simplas. Bagian simplas
dalam jaringan tanaman merupakan satu kesatuan, karena sitoplasma sel saling
berhubungan satu sama lain dengan adanya celah plasmodermata pada dinding-

4
dinding sel. Pengangkutan simplas merupakan pengangkutan air dimana setelah
masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam
sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain
melaluivplasmodesmata. Sistem pengangkutan ini , menyebabkan air dapat mencapai
bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air pada pengangkutan simplas adalah
sel - sel bulu akar menuju sel - sel korteks, endodermis, perisikel, dan xilem. dari sini,
air dan garam mineral siap diangkut keatas menuju batang dan daun.

2.3 Pengangkutan Air di dalam Pembuluh Xylem


Teori Tekanan Akar pada awalnya, diperkirakan air naik kebagian atas tanaman
karena adanya tekanan dari akar. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa jika batang
tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa,
maka air didalam selang akan terdorong keatas oleh tekanan yang berasal dari akar.
Tetapi dari hasil pengukuran yang intensif pada berbagai jenis tanaman, maka
besarnya tekanan tersebut umumnya tidak lebih dari 0,1 MPa (mega pascal). Selain
itu tekanan akar hanya teramati pada kondisi tanah yang berkecukupan air dan
kelembababn udara relatif tinggi, atau dengan kata lain pada saat laju transpirasi
sangat rendah.
Pada kondisi tanah yang kering atau kelembaban udara rendah, yakni pada saat
laju transpirasi tinggi. Fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hali ini disebabkan
karena air di dalam pembuluh xilemnya tidak dalam keadaan menerima tekanan,
tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan (tension). Selain itu pada beberapa
spesies tanaman, termasuk jenis-jenis pohon berdaun jarum (conifer), gejala tekanan
akar tidak terjadi pada kondisi tanah dan lingkungan yang bagaimanapun.
Tekanan akar adalah relative rendah dan tidak terjadi pada semua jenis spesies
tanaman dan juga hanya terjadi pada kondisi lingkungan yang menghambat laju
transpirasi. Dengan demikian tekanan akar bukan merupakan mekanisme yang andal
untuk menjelaskan pergerakan vertical air di dalam pembuluh xilem.
Teori Kapilaritas. Kapilaritas merupakan gejala yang timbul akibat interaksi
antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan

5
terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar. Di dalam pipa yang kecil, hal
ini menyebabkan naiknya permukaan cairan. Hal ini disebabkan karena cairan ditarik
oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi. Secara visual hal ini terlihat dari
bentuk permukaan cairan (meniscus) di dalam pipa.
Teori Sel Pemompa. Pada abad ke-19 diyakini bahwa pergerakan vertikal air dari
akar kedaun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi
memompakan air ke atas. Sel-sel ini diperkirakan berada pada setiap interval jarak
tertentu dan pada posisi yang berurutan secara suksesif. Setiap sel pemompa bertugas
memompakan air sampai pada posisi sel pemompa yang berada diatasnya. Hal ini
berlangsung secara kontinu dari akar sampai ke daun.
Teori Kohesi. Ada tiga elemen dasar dari teori kohesi untuk menjelaskan
pergerakan vertikal air didalam tubuh tuumbuhan, yakni: tenagga pendorong (driving
force), hidrasi pada lintasan yang dilalui, dan gaya kohesi antar molekul air.
Tenaga pendorong untuk pergerakan air adalah perbedaan potensi air antara satu
tempat dengan tempat lainnya, di mana air selalu bergerak dari tempat dengan potensi
air tinggi ke tempat dengan potensi air yang lebih rendah. Untuk kasus pergerakan
vertikal air di dalam tubuh tumbuhan, maka harus dilihat bahwa air bergerak dari
dalam tanah, melalui tubuh tumbuhan, menuju atmosfir. Potensi air tanah harus lebih
tinggi dari potensi air udara (atmosfir) di sekitar tumbuhan.
Dinding pembuluh xylem tersusun dari senyawa yang bersifat hidrofilik, yakni
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Molekul air dapat terikat pada suatu permukaan
hidrofilik oleh tenaga hidrasi dengan kekuatan antara -100 MPa sampai -300 MPa.
Dengan demikian air yang sudah berada di dalam pembuluh xylem tidak dapat
tertarik kembali ke akar oleh gaya gravitasi. Tetapi udara yang kering dapat menarik
air tersebut, karena jika RH= 1% pada suhu 20C maka potensi airnya adalah -621
MPa. Jadi tenaga tarikan udara kering tersebut lebih tinggi (potensi airnya lebih
negatif) dari tenaga hidrasi dinding pembuluh xylem.
Antara molekul air terdapat gaya tarik menarik yang disebut sebagai gaya
kohesi. Air di dalam pembuluh xylem sering berada dalam keadaan tertarik (tension).
Tenaga tarikan ini disebabkan oleh proses transpirasi yang berlangsung, serapan air

6
secara osmotic oleh sel-sel hidup di sekitar pembuluh xylem, dan tenaga hidrasi dari
dinding sel.
Adanya tenaga tarikan terhadap kolom air di dalam pembuluh xylem secara
sederhana dapat dibuktikan dengan memotong tangkai daun atau batang tanaman. Air
yang pada awalnya berada pada posisi muka potong akan tertarik menjauhi muka
potong tersebut (tertarik ke dalam). Air tersebut dapat di kembalikan ke posisi
asalnya dengan cara menempatkan bagian tanaman yang di potong tadi ke dalam
suatu alat yang disebut sebagai pressure chamber atau pressure bomb. Besarnya
tekanan yang dibutuhkan untuk mengembalikan posisi air ini adalah sama dengan
besarnya tenaga tarikan yang dialami oleh kolom air di dalam pembuluh xylem
tersebut.
Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya pengangkutan air dari akar ke daun
yaitu:
a. Tekanan akar.
Rambut akar mengambil air dari dalam tanah secara osmosis. Osmosis adalah
gerakan air dari larutan yang kurang pekat ke larutan yang lebih pekat melalui selaput
semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilalui oleh
air. Rambut akar mengambil air secara osmosis karena dinding-dinding selnya
bersifat semipermeabel dan cairan selnya lebih pekat daripada air tanah. Saat rambut
akar menyerap air, cairan sel rambut akar akan menjadi lebih encer daripada cairan
sel-sel yang terletak disebelah dalam rambut akar. Karena sel bagian dalam lebih
pekat, maka sel bagian dalam akan menyerap air dari rambut akar. Dengan cara ini,
air akan bergerak dari sel ke sel sampai pada pembuluh kayu. Pergerakan air secara
osmosis dari sel ke sel pada akar menimbulkan suatu tekanan yang disebut tekanan
akar. Tekanan akar akan mendorong air sehingga naik ke pembuluh kayu di batang.
Tekanan akar tampak pada sebagian besar tumbuhan, tapi hal ini terjadi jika tanah
cukup lembab, dan bila kelembaban udara tinggi artinya ketika transpirasi sedang
sangat rendah. Tetesan air akan terlihat keluar dari bukaan (hidatoda) pada ujung atau
tepi daun rerumputan atau daun arbei. Fenomena itu disebut gutasi. Jika tumbuhan
ditempatkan pada kondisi atmosfer yang cukup kering, atau di tanah yang

7
berkelembapan rendah atau sekaligus dalam kedua keadaan tersebut, maka tekanan
akar tidak muncul sebab air dalam batangnya berada di bawah tegangan dan bukan di
bawah tekanan.
b. Kapilaritas batang.
Air yang sudah sampai ke pembuluh kayu batang akan terus naik hingga ke
daun. Naiknya air pada pembuluh kayu batang disebabkan oleh adanya kapilaritas
batang. Kapilaritas merupakan interaksi antara permukaansinggung dari suatu bahan
cair dan bahan padat, sehingga permukaan cair tersebut berubah bentuk, dari datar
menjadi agak mengerut. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan ke dalam tabung
yang sempit, yang terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan
adanya adesi) lalu tertarik ke atas. Hal itu terlihat jelas dari lengkungan meniskus di
puncak kolom zat cair itu. Cara kerja kapilaritas ini seperti sumbu kompor yang
direndam di dalam cairan (air atau minyak). Walaupun hanya bagian bawah sumbu
yang terendam cairan, bagian atas sumbu dapat menjadi basah karena cairan
merembes dari bagian bawah ke bagian atas. Kapilaritas pada pembuluh kayu ini
dapat terjadi karena pembuluh kayu merupakan pembuluh yang sangat halus berupa
pipa-pipa kapiler. Pembuluh xilem dapat kita pandang sebagai pembuluh kapiler,
sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat adanya adhesi antara dinding xilem
dengan molekul-molekul air.
c. Daya isap daun.
Air di dalam daun dapat keluar melalui stomata. Keluarnya air tersebut
melalui proses transpirasi (penguapan). Transpirasi menyebabkan cairan sel pada
daun menjadi lebih pekat, sehingga sel daun menyerap air dari pembuluh kayu pada
tulang daun. Air yang diambil dari pembuluh kayu daun akar digantikan oleh air dari
pembuluh kayu batang. Air di pembuluh kayu batang akan digantikan oleh air dari
pembuluh kayu akar. Seluruh proses tersebut akhirnya menimbulkan aliran air terus
menerus dari akar sampai ke daun. Tenaga yang ditimbulkan dari proses transpirasi
disebut daya isap daun.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari uraian materi diatas yaitu:
1. Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsure-unsur hara yang
terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun,
melalui pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang, dan daun
merupakan suatu system yang kontinu, berhubungan satu sama lain.
2. Teori yang mampu untuk menjelaskan pergerakan vertikal air di dalam pembuluh
xylem adalah teori kohesi yang didasarkan atas 3 konsep, yakni adanya
perbedaan potensi antara tanah dan atmosfir sebagai tenaga pendorong, adanya
tenaga hidrasi dinding pembulu xylem yang mampu mempertahankan molekul
air terhadap gaya gravitasi, dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang
menjaga keutuhan kolom air di dalam pembuluh xylem.
3. Adapun faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya pengangkutan air dari akar
ke daun yaitu, tekanan akar, kapilaritas batang dan daya isap daun.

3.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang serapan dan pengangkutan air.
Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu
saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat
terciptannya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang benar
kepada pembaca. Pesan dari kami mulailah membaca dari hal yang kecil untuk
dapat mengetahui lebih banyak hal yang belum anda ketahui. Dan jadikanlah
membaca sebagai kebiasaan anda, karena melalui membaca akan membuka lebih
banyak gerbang ilmu untuk diri anda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
Chambell, Neil A, dkk. 2008. BIOLOGI edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisioligi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Frank B Salisbury & Cleon W Ross. 1995. FISIOLOGI TUMBUHAN Jilid Satu Sel:
Air, Larutan, dan Permukaan Edisi Keempat. Bandung: ITB
Barid B. 2007. Kajian unit resapan dengan lapisan tanah dan tanaman dalam
menurunkan limpasan permukaan. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik Perairan,
Vol 13 (4) :248-255.

10

You might also like