Professional Documents
Culture Documents
GEOKIMIA DASAR
Oleh:
Johanes Hutabarat
Agus Didit Haryanto
Nisa Nurul Ilmi
1
singkapan terluas terdapat di Gunung Walat. Ketebalan minimum dari
satuan ini sekitar 700 m (Baumann, 1972 dalam Martodjojo, 2003).
Di Gunung Walat, singkapan batuan menunjukkan ciri yang sangat
menyerupai ciri bagian atas satuan di lokasitipenya, yaitu
memperlihatkan perselingan antara batupasir konglomeratan yang
berstruktur silang siur dengan batulempung yang mengandung
batubara, kadang-kadang mencapai tebal 1 m.
Batupasir konglomeratan di daerah Gunung Walat, terdiri dari 4
kompleks singkapan. Singkapan yang terbesar adalah di Gunung Walat
sendiri, memanjang barat – timur sejajar dengan jalan Sukabumi –
Cibadak sepanjang 9 km. Singkapan lain yang agak terpisah berada di
sebelah tenggara Gunung Walat yang juga sering dikenal sebagai
Kompleks Pasir Aseupan. Singkapan lain yang penting adalah Kompleks
Pasir Bongkok yang berada di selatan Gunung Walat. Pasir Bongkok dan
Gunung Walat dipisahkan oleh lembah sinklin yang tersesarkan. Daerah
lain yang penting adalah di sebelah barat Ps.Bongkok di S.Cicareuh.
Di daerah Ps.Bongkok terdapat singkapan batupasir yang merupakan
bagian tengah dan atas dari singkapan di Cicareuh. Singkapan tertua
berupa batupasir setebal 5 m, berlapis silang siur cekung, di bagian atas
terdapat fragmen batuarang (bara?) sekitar ½ m. Diatasnya ditutupi
batupasir konglomeratan (6 m) dan kemudian diikuti oleh batupasir
berlapis tebal (+ 1 m) dengan silang siur cekung, arah umum 1900, pada
beberapa tempat terdapat bioturbasi vertikal.
Diatasnya lagi terdapat batupasir konglomeratan, kerikil sampai 2 cm.
Bagian teratas dari singkapan pasir di Pasir Bongkok terdiri dari
konglomerat pasiran atau pasir konglomeratan bersilang siur,
kemiringan rendah, memberikan kesan endapan sungai teranyam.
Bagian teratas dari singkapan terdiri dari batupasir yang berselingan
dengan lempung coklat dengan sisipan batubara atau lempung bitumen.
Tebal keseluruhan penampang di Gunung Bongkok adalah 110 m.
Singkapan terluas adalah di Gunung Walat. Di daerah ini
umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir – konglomerat dan
lempung yang mengandung batubara.Batupasir umumnya
konglomeratan atau konglomerat pasiran, pada bagian bawah sering
menunjukkan struktur lapisan bersusun, sedangkan diatasnya terdapat
lapisan silang siur, keatas diikuti oleh batupasir kotor dan terakhir
terdapat lempung-lempung yang umumnya mengandung batubara.
Pasir pada susunan demikian mencapai ketebalan 4 sampai 7 m.
Batubara umumnya 10 cm sampai yang tertebal adalah 100 cm.
2
GEOKIMIA ORGANIK
◦ Geokimia
◦ Diartikan sebagai studi yang mempelajari proses yang
mengontrol kelimpahan, komposisi, dan distribusi dari senyawa
kimia dan isotop di lingkungan geologi
◦ Geokimia Organik
◦ Merupakan sub-disiplin dari geokimia yang fokus untuk
mempelajari senyawa organic (yang mengandung unsur karbon)
yang ditemukan di lingkungan geologi.
◦ Geokimia Migas
◦ Meupakan aplikasi praktis dari geokimia organic untuk proses
eksplorasi dan produksi migas
◦ Material organic ditemukan di dalam endapan dan batuan sedimen.
Material organik ini dapat dibagi menjadi dua kategori:
◦ Bitumen, yaitu bagian dari material organic sedimen yang larut
dalam pelarut organic umum
◦ Kerogen, yaitu bagian dari material organic sedimen yang tidak
laut dalam pelarut organic umum (hanya larut dalam HF asam
florida)
◦ Istilah bitumen memiliki beberapa konotasi yang berbeda tergantung
dari tipe batuan organiknya
◦ Dalam sedimen berbutir halus, bitumen adalah batuan asli dan
dapat diawetkan menjadi matrial organic dari lingkungan
pengendapan atau sebagai produk dari generasi migas
◦ Dalam sedimen berbutir kasar, bitumen biasanya merujuk pada
residu minyak mentah yang terdispersi di dalam sedimen
◦ Bitumen juga digunakan untuk merujuk padamaterial padatan
yang mengisi vein, pitch, ter, dan aspal
Sumber: Harry Dembicky, Jr. (2017). “Practical Petroleum Geochemistry
for Exploration and Production”. Elsivier Inc.
3
STUDI KASUS: APLIKASI GEOKIMIA BATUAN SEDIMEN UNTUK
PROVENANCE
1. Penelitian Geokimia di Daerah Walat (Ilmi & Rahadian, 2018)
Lokasi:
4
5
2. Manuscript Dissertation, Billy G. Adhiperdana, 2018
6
7
8
9
3. Sumber:
Singh, P. (2009). Major, trace and REE geochemistry of the Ganga River
sediments: Influence of provenance and sedimentary processes.
Chemical Geology, 266(3), 242–255.
https://doi.org/10.1016/j.chemgeo.2009.06.013
Abstract
The sediments of the Ganga River from different depositional regimes in the
Plain region such as the river channel, active flood-plain and the older flood-
plain sediments from the inter-fluve region were analysed for major, trace
and the rare earth elements (REEs). These are compared with catchment
zone sediments of the river and probable source rocks in the Himalaya. The
lower CIA values between 48 and 54.7 for the catchment sediments
indicates that the sediments supplied to the Ganga Plain are chemically
immature and subjected mostly to physical weathering due to higher
erosion rates in the Himalaya. The CIA values ranging between 55 and 74,
with average value of 59, 61.4 and 67 for sediments from the Plain's bed-
load, active flood-plain and older flood-plain from the inter-fluve region
indicates that silicate weathering of Ganga River sediments has occurred
only after entering into the plains. This is likely because of higher residence
time and change in the climate from cold-frigid in the Himalaya to tropical
sub-humid in the plains. Therefore, the use of geochemical data on ancient
system to infer climate in their source region may not always be true.
Although the CIA values indicate a moderate chemical weathering in the
plains, it is far from impressive. Dominance of physical weathering in the
catchment region and lower degree of chemical weathering in the Plains
indicate that weathering of sediments supplied by Himalayan Rivers,
particularly the Ganga River may not have affected the atmospheric CO2 to
a significant level as is generally believed. Thus the net effect of the
Himalaya on the CO2 sequestration and consequent global cooling needs a
re-evaluation.
The plots of sediments in ternary diagram among La, Th, Sc and ratios
involving Co/Th, La/Sc and Sc/Th indicate granitic to granodioritic source
rocks to the sediments. The ratio plots involving relatively immobile Al 2O3,
TiO2 and FeO along with REE plots suggest that out of the major Himalayan
lithologies, gneisses and Cambro-Ordovician granites of HHCS have acted
as the dominant source to the sediments.
10
11
12
13
14
LAMPIRAN KOMPARATOR UKURAN DAN BENTUK BUTIR
15
16