You are on page 1of 17

PANDUAN KULIAH LAPANGAN

GEOKIMIA DASAR

Oleh:
Johanes Hutabarat
Agus Didit Haryanto
Nisa Nurul Ilmi

LABORATORIUM GEOKIMIA DAN GEOTERMAL

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
2018
PENDAHULULAN
Pembekalan ilmu geosain secara teoritis di perkuliahan secara tatap-
muka dan dilanjutkan kuliah lapangan merupakan satu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar-mengajar pada mata kuliah
ini. Pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui dan
mengenali fenomena singkapan batuan, cara mendeskripsi (tekstur,
mineralogi), hubungannya dengan komposisi kimia, serta permasalahan
yang sering dihadapi di lapangan penting diberikan sebagai bekal untuk
melanjutkan pengetahuan di bidang geokimia batuan.
Mengingat pertimbangan tersebut diatas maka penting kiranya untuk
melaksanakan kuliah lapangan pada suatu lokasi yang memenuhi
persyaratan sebagai obyek pembelajaran dari matakuliah Geokimia
Dasar.
Maksud diadakannya Kuliah Lapangan ini adalah sebagai tindak lanjut
dari pengetahuan teori tentang berbagai macam/jenis ilmu Geokimia
Dasar yang telah diperoleh di bangku kuliah sehingga mahasiswa
mendapatkan cara pandang lebih luas antara teoritis dan praktis kondisi
lapangan yang sesungguhnya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
 Memperkenalkan objek pengamatan sebagai bagian dari singkapan
batuan
 Mengamati dan mengetahui butiran mineralogi yang ada pada setiap
litologi
 Memahami terbentuknya batuan dari Formasi Bayah (Formasi Walat)
berdasarkan mineralogi yang ada.
GEOLOGI
Singkapan batupasir kwarsa di Gunung Walat, Pasir Bongkok,
Cinyomplong dan pasir kwarsa yang terletak diatas Formasi Ciletuh di
Ciletuh, dimasukkan ke dalam Formasi Bayah (Martodjojo, 2003).
Pendapat ini berbeda dengan penyelidik terdahulu yang memberikan
nama berlain-lainan seperti Formasi Walat (Effendi, 1974, 1986;
LEMIGAS, 1972) untuk singkapan di G.Walat dan Pasir Bongkok; serta
Formasi Rajamandala (Soekamto, 1975) untuk singkapan di
Cinyomplong.
Singkapan dari Formasi Walat terdapat di sekitar selatan kota Sukabumi
dan yang terluas adalah di Gunung Walat dan Pasir (Bukit) Bongkok.
Singkapan di kedua lokasi ini sangat baik, di beberapa tempat
ditambang untuk keperluan pabrik semen di Bogor. Di selatan Sukabumi,

1
singkapan terluas terdapat di Gunung Walat. Ketebalan minimum dari
satuan ini sekitar 700 m (Baumann, 1972 dalam Martodjojo, 2003).
Di Gunung Walat, singkapan batuan menunjukkan ciri yang sangat
menyerupai ciri bagian atas satuan di lokasitipenya, yaitu
memperlihatkan perselingan antara batupasir konglomeratan yang
berstruktur silang siur dengan batulempung yang mengandung
batubara, kadang-kadang mencapai tebal 1 m.
Batupasir konglomeratan di daerah Gunung Walat, terdiri dari 4
kompleks singkapan. Singkapan yang terbesar adalah di Gunung Walat
sendiri, memanjang barat – timur sejajar dengan jalan Sukabumi –
Cibadak sepanjang 9 km. Singkapan lain yang agak terpisah berada di
sebelah tenggara Gunung Walat yang juga sering dikenal sebagai
Kompleks Pasir Aseupan. Singkapan lain yang penting adalah Kompleks
Pasir Bongkok yang berada di selatan Gunung Walat. Pasir Bongkok dan
Gunung Walat dipisahkan oleh lembah sinklin yang tersesarkan. Daerah
lain yang penting adalah di sebelah barat Ps.Bongkok di S.Cicareuh.
Di daerah Ps.Bongkok terdapat singkapan batupasir yang merupakan
bagian tengah dan atas dari singkapan di Cicareuh. Singkapan tertua
berupa batupasir setebal 5 m, berlapis silang siur cekung, di bagian atas
terdapat fragmen batuarang (bara?) sekitar ½ m. Diatasnya ditutupi
batupasir konglomeratan (6 m) dan kemudian diikuti oleh batupasir
berlapis tebal (+ 1 m) dengan silang siur cekung, arah umum 1900, pada
beberapa tempat terdapat bioturbasi vertikal.
Diatasnya lagi terdapat batupasir konglomeratan, kerikil sampai 2 cm.
Bagian teratas dari singkapan pasir di Pasir Bongkok terdiri dari
konglomerat pasiran atau pasir konglomeratan bersilang siur,
kemiringan rendah, memberikan kesan endapan sungai teranyam.
Bagian teratas dari singkapan terdiri dari batupasir yang berselingan
dengan lempung coklat dengan sisipan batubara atau lempung bitumen.
Tebal keseluruhan penampang di Gunung Bongkok adalah 110 m.
Singkapan terluas adalah di Gunung Walat. Di daerah ini
umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir – konglomerat dan
lempung yang mengandung batubara.Batupasir umumnya
konglomeratan atau konglomerat pasiran, pada bagian bawah sering
menunjukkan struktur lapisan bersusun, sedangkan diatasnya terdapat
lapisan silang siur, keatas diikuti oleh batupasir kotor dan terakhir
terdapat lempung-lempung yang umumnya mengandung batubara.
Pasir pada susunan demikian mencapai ketebalan 4 sampai 7 m.
Batubara umumnya 10 cm sampai yang tertebal adalah 100 cm.

2
GEOKIMIA ORGANIK
◦ Geokimia
◦ Diartikan sebagai studi yang mempelajari proses yang
mengontrol kelimpahan, komposisi, dan distribusi dari senyawa
kimia dan isotop di lingkungan geologi
◦ Geokimia Organik
◦ Merupakan sub-disiplin dari geokimia yang fokus untuk
mempelajari senyawa organic (yang mengandung unsur karbon)
yang ditemukan di lingkungan geologi.
◦ Geokimia Migas
◦ Meupakan aplikasi praktis dari geokimia organic untuk proses
eksplorasi dan produksi migas
◦ Material organic ditemukan di dalam endapan dan batuan sedimen.
Material organik ini dapat dibagi menjadi dua kategori:
◦ Bitumen, yaitu bagian dari material organic sedimen yang larut
dalam pelarut organic umum
◦ Kerogen, yaitu bagian dari material organic sedimen yang tidak
laut dalam pelarut organic umum (hanya larut dalam HF asam
florida)
◦ Istilah bitumen memiliki beberapa konotasi yang berbeda tergantung
dari tipe batuan organiknya
◦ Dalam sedimen berbutir halus, bitumen adalah batuan asli dan
dapat diawetkan menjadi matrial organic dari lingkungan
pengendapan atau sebagai produk dari generasi migas
◦ Dalam sedimen berbutir kasar, bitumen biasanya merujuk pada
residu minyak mentah yang terdispersi di dalam sedimen
◦ Bitumen juga digunakan untuk merujuk padamaterial padatan
yang mengisi vein, pitch, ter, dan aspal
Sumber: Harry Dembicky, Jr. (2017). “Practical Petroleum Geochemistry
for Exploration and Production”. Elsivier Inc.

3
STUDI KASUS: APLIKASI GEOKIMIA BATUAN SEDIMEN UNTUK
PROVENANCE
1. Penelitian Geokimia di Daerah Walat (Ilmi & Rahadian, 2018)
Lokasi:

o Formasi Walat di daerah selatan Sukabumi ini umumnya terdiri dari


perselingan antara batupasir, konglomerat, dan batulempung yang
mengandung batubara. Batupasir umumnya konglomeratan atau
konglomerat pasiran. Berdasarkan ciri litologi serta banyaknya
sisipan batubara, lingkungan pengendapan formasi ini menunjukkan
darat yang berhubungan dengan sedimentasi di lingkungan sungai
atau fluvial (Sunardi & Adhiperdana, 2013).
o Berdasarkan studi yang dilakukan Effendi & Hermanto (1986),
Formasi Walat terdiri dari batupasir kuarsa berlapis silang,
konglomerat kuarsa, batulempung karbonatan, dan batubara lignit.
o Pada posisi yang lebih tinggi, tepatnya di daerah Cibadak, G. Walat,
besar butir yang ditemukan lebih kasar dari daerah lain (Effendi &
Hermanto, 1986).

4
5
2. Manuscript Dissertation, Billy G. Adhiperdana, 2018

6
7
8
9
3. Sumber:
Singh, P. (2009). Major, trace and REE geochemistry of the Ganga River
sediments: Influence of provenance and sedimentary processes.
Chemical Geology, 266(3), 242–255.
https://doi.org/10.1016/j.chemgeo.2009.06.013
Abstract
The sediments of the Ganga River from different depositional regimes in the
Plain region such as the river channel, active flood-plain and the older flood-
plain sediments from the inter-fluve region were analysed for major, trace
and the rare earth elements (REEs). These are compared with catchment
zone sediments of the river and probable source rocks in the Himalaya. The
lower CIA values between 48 and 54.7 for the catchment sediments
indicates that the sediments supplied to the Ganga Plain are chemically
immature and subjected mostly to physical weathering due to higher
erosion rates in the Himalaya. The CIA values ranging between 55 and 74,
with average value of 59, 61.4 and 67 for sediments from the Plain's bed-
load, active flood-plain and older flood-plain from the inter-fluve region
indicates that silicate weathering of Ganga River sediments has occurred
only after entering into the plains. This is likely because of higher residence
time and change in the climate from cold-frigid in the Himalaya to tropical
sub-humid in the plains. Therefore, the use of geochemical data on ancient
system to infer climate in their source region may not always be true.
Although the CIA values indicate a moderate chemical weathering in the
plains, it is far from impressive. Dominance of physical weathering in the
catchment region and lower degree of chemical weathering in the Plains
indicate that weathering of sediments supplied by Himalayan Rivers,
particularly the Ganga River may not have affected the atmospheric CO2 to
a significant level as is generally believed. Thus the net effect of the
Himalaya on the CO2 sequestration and consequent global cooling needs a
re-evaluation.

The plots of sediments in ternary diagram among La, Th, Sc and ratios
involving Co/Th, La/Sc and Sc/Th indicate granitic to granodioritic source
rocks to the sediments. The ratio plots involving relatively immobile Al 2O3,
TiO2 and FeO along with REE plots suggest that out of the major Himalayan
lithologies, gneisses and Cambro-Ordovician granites of HHCS have acted
as the dominant source to the sediments.

The plots of LogNa2O/K2O vs. LogSiO2/Al2O3 and FeO/SiO2 vs.


Al2O3/SiO2 diagrams show that the combination of processes including
erosion, weathering, sorting and aeolian activity has together played a
major role in progressively changing the chemistry from source rock to
catchments bed-load to Plains bed-load, active flood-plains and the older
inter-fluve sediments in the Ganga River system. The above plots
demonstrate that as a result of above processes the ratios between the
elements generally thought to be immobile and used in provenance studies
does not always remain invariant and the linear trend line in the scatter
gram between the two immobile elements show rotation around the fine
grained end member.

10
11
12
13
14
LAMPIRAN KOMPARATOR UKURAN DAN BENTUK BUTIR

15
16

You might also like