Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gambar 1
Cebakan Minyak Pada Antiklin
2.2 Analisis Longsoran
Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah yang menyebabkan
berpindah atau bergesernya massa tanah dari daerah energi potensial tinggi ke
daerah dengan potensial rendah. longsoran merupakan hal umum terjadi sejak
bumi ada. jadi longsoran adalah fenomena alam yang biasa dalam sejarah bumi.
Perencanaan, pengembang, insinyur atau ahli dalam ilmu kebumian
selalu berusaha untuk mengenali bahaya yang ditimbulkan oleh bekas
longsoran, tanda-tanda pergerakan lereng atau daerah yang berpotensi
terjadinya longsoran. Bahaya longsoran terjadi dalam waktu yang cepat,
keadaan yang menghancurkan dengan mengenali ukuran, kecepatan dan efek
penghancurannya. Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada
massa batuan di tambang terbuka:
a. Longsoran bidang (plane failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
disepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Longsoran jenis ini
akan terjadi jika kondisi dibawah ini terpenuhi :
Jurus atau strike bidang luncur mendekati paralel terhadap jurus bidang
permukaan lereng.
Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil daripada kemiringan bidang
permukaan lereng.
Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam.
Terdapat bidang bebas yang merupakan batas lateral dari massa batuan
atau tanah yang longsor.
b. Longsoran baji (wedge failure)
Longsoran baji terjadi bila terdapat dua bidang lemah atau lebih
berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng
(gambar di bawah). Longsoran baji ini dapat dibedakan menjadi dua tipe
longsoran yaitu longsoran tunggal (single sliding) dan longsoran ganda (double
sliding).
Longsoran baji tersebut akan terjadi bila memenuhi syarat sebagai
berikut:
Kemiringan lereng lebih besar daripada kemiringan garis potong kedua
bidang lemah.
Sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser
dalamnya.
c. Longsoran guling (toppling failure)
d. Longsoran busur (circular failure)
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
a. Membuat peta Pola Aliran Sungai dan menentukan jenis pola
alirannya.
b. Membuat peta persen lereng.
c. Membuat penampang pada peta persen lereng.
d. Membuat peta bentukan lahan
3.2 Pembahasan
a. pola aliran yang terdapat pada peta terdiri atas dua buah pola aliran
yaitu pola aliran trellis dan dendritik. Dimana pola aliran paling dominan
merupakan jenis pola aliran dendritik. Karena sungai subsekuen
membentuk percabangan hampir tegak lurus dengan sungai utama.
b. beberapa contoh perhitungan untuk persen lereng:
25
- 1 𝑥 111
𝑥 100% = 22.5%. ini berarti masuk kedalam topografi sangat
curam
50
- 2.6 𝑥 111
𝑥 100% = 17.3%. ini berarti masuk kedalam topografi menengah
curam / berbukit.
75
- 3.4 𝑥 111
𝑥 100% = 19.9%. ini termasuk kedalam topografi menengah
curam / berbukit.
25
- 0.3 𝑥 111
𝑥 100% = 75%. Ini termasuk kedalam topografi pegunungan
50
- 2.5 𝑥 111
𝑥 100% = 18%. Ini termasuk kedalam topografi menengah
curam / berbukit.
Dari kelima perhitungan tersebut didapat tiga buah perhitungan
menunjukkan bahwa persen lereng antara 14% - 20% ini menandakan
didaerah tersebut merupakan daerah topografi menengah curam /
berbukit dengan warna peta biru tua.
c. Penampang ada pada milimeter A3
d. Peta bentukan lahan setelah diamati berdasarkan beberapa
karakteristik dilihat dari penampang maupun pola aliran sungai yang ada
termasuk kedalam jenis ‘Bentukan Asal Fluvial’.
BAB IV
ANALISA