You are on page 1of 1

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup

oksigen selama proses kelahiran. Hal ini dapat berakibat fatal. Nama lain untuk kondisi ini adalah
asfiksia perinatal, hipoksia-iskemik ensefalopati, dan asfiksia bayi baru lahir. Asfiksia neonatorum
merupakan penyebab utama dari kerusakan otak dan kematian pada bayi di seluruh dunia.
Diperkirakan 900.000 bayi meninggal setiap tahun di seluruh dunia karena asfiksia neonatorum,
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dari kondisi ini sangat penting untuk
menyelamatkan bayi dan meminimalkan komplikasi.
Sumber: Asfiksia Neonatorum : Gejala, Penyeba, Pengobatan - Mediskus

Apa saja gejala asfiksia neonatorum? Bisa jadi bayi tidak mengalami gejala asfiksia neonatorum
dengan segera. Terdengarnya denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau rendah dapat menjadi
indikator sebelum persalinan. Baca: Denyut Jantung Janin Normal Apabila hal ini segera terjadi,
maka bayi akan mengalami gejala asfiksia segera setelah lahir sebagai berikut: kulit tampak pucat
atau kebiruan (sianosis) kesulitan bernafas, yang dapat menyebabkan gejala seperti pernapasan
cuping hidung atau pernapasan perut detak jantung yang lambat otot lemah Lamanya waktu bayi
kekurangan oksigen mempengaruhi keparahan gejala. Semakin lama bayi tidak mendapatkan
oksigen, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala yang berat. Gejala asfiksia berat
bisa menunjukkan gangguan, cedera atau kegagalan pada: paru-paru jantung otak ginjal Apa
penyebab asfiksia neonatorum? Semua hal yang mempengaruhi kemampuan bayi untuk mengambil
oksigen dapat menjadi penyebab asfiksia neonatorum. Selama persalinan dan melahirkan, dokter
harus hati-hati mengelola kadar oksigen bagi ibu dan bayi untuk mengurangi risiko ini. Asfiksia
neonatorum dapat terjadi jika salah satu atau lebih dari kondisi berikut terjadi: sumbatan pada
saluran napas bayi. Bayi memiliki anemia, yang berarti sel-sel darah tidak membawa cukup
oksigen. persalinan yang berlangsung terlalu lama atau sulit. ibu tidak mendapatkan cukup oksigen
sebelum atau selama persalinan. Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
Infeksi yang mempengaruhi ibu atau bayi. plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat, mengakibatkan
hilangnya oksigen. Lilitan tali pusat. Bayi yang kekurangan oksigen sebelum, selama, atau setelah
melahirkan dapat mengalami asfiksia neonatorum. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan
kerusakan secara langsung yang dapat terjadi dalam beberapa menit. Kerusakan juga bisa terjadi
ketika sel-sel pulih dari kekurangan oksigen sebagai akibat dari pelepasan zat racun ke dalam tubuh.
Bayi prematur berada pada peningkatan risiko tertinggi untuk asfiksia. Bayi yang lahir dari ibu
dengan kondisi yang mempengaruhi kehamilan, seperti diabetes mellitus atau preeklampsia, juga
berisiko lebih besar. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Italian Journal of Pediatrics mencatat
bahwa usia ibu atau berat badan lahir rendah bayi juga menjadi faktor risiko. Asfiksia juga lebih
umum di negara-negara berkembang di mana ibu kurang memiliki akses ke layanan prenatal dan
perawatan postnatal yang tepat.
Sumber: Asfiksia Neonatorum : Gejala, Penyeba, Pengobatan - Mediskus

You might also like