Professional Documents
Culture Documents
yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan
oleh guru.
Tujuan : sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar.
Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi dasar).
Tes Formatif
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program
satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana pencapaian hasil belajar
murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus telah dirumuskan
dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan daya pembeda masing-masing
soal tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di dalam progam satuan pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar mutlak. Dengan
menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan-tujuan instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui
status setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
1) Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap soal, misalnya
:
Untuk soal bentuk uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan sebagai
siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan..
2) Pengolahan untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara keseluruhan
ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :
Hasil yang dicapai
Nama Siswa
( % jawaban yang memuaskan)
1. Iswa 90 %
2. Jamilah 60 %
3. Nurwiyatsih 75 %
dan seterusnya dan seterusnya
Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah 60, angka yang
dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages correction (hasil yang
dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keteranagan :
S = niali yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
· dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar
· di lakukan secara periodik
· mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
· bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar
· dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
B. TES TULIS
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang
yang dikenai tes.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya. Tes tulis merupakan suatu tes yang menuntut siswa
memberikan jawaban secara tertulis.
Tes tertulis mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes obyektif (tes tertulis yang
menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
terbatas), yang kedua yaitu Tes Subjektif/Essai (tes tertulis yang meminta siswa memberikan
jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah
relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes).
2. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menysun kisi-
kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi
sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
· Jenis sekolah/kelas/semester
· Mata pelajaran
· Kurikulum yang diacu
· Alokasi waktu
· Jumlah soal
· Bentuk soal
· Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
· Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
evaluasi)
· Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran dan
kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
· Bentuk soal
· Tingkat kesukaran masing-masing soal.
3. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
· Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus)
· Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan
pada luas dan tingkat kedalaman materi)
· Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
· Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap
pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
· Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
· Pemberian nomor item.
PENYUSUNAN SOAL BENTUK TES TULIS
1. Dasar-Dasar Penyusunan Tes Tertulis
· Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan instruksional ynag tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.
· Tes yang tersusun benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
· Tes hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
· Tes hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri, karena tes dapat
disusun untuk keperluan : pretes/postes, materi tes, tes diagnostic, tes prestasi belajar, tes
formatif, dan tes sumatif.
· Tes hendaknya dapat diguankan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
· Tes yang disusun mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan
taraf kemampuan siswa.
· Petunjuk pengerjaan soal jelas dan sesuai dengan persoalan yang disajikan.
· Tes disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal pada masing-masing
jenis soal.
· Penulisan soal menggunakan bahasa yang benar.
2. Soal dengan mensuplai-jawaban. Seperti isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan soal uraian.
a. Bentuk Soal melengkapi
Soal melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban atau
melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan soal melengkapi :
· Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata yang dihilangkan
· Jawaban yang diinginkan benar-benar dibatasi
· Jika pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakan dalam satuan-satuan tertentu
· Jangan mengambil langsung dari buku teks
Cara menskor bentuk soal melengkapi :
S=R
Contoh soal :
1. Piso Surit dan Sengko adalah lagu-lagu daerah dari propinsi mana?
…………..
2. Air akan membeku pada suhu ………. Derajat Fahrenheit
b. Bentuk Soal Tes Jawaban Singkat Atau Pendek
Soal bentuk jawaban singkat adalah soal yang jawabannya ditandai dengan adanya
tempat kosong yang disediakan bagi pembuat tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan
petunjuk.
Kaidah Penulisan tes jawaban singkat
· Soal harus sesuai dengan indicator
· Jawaban yang benar hanya satu
· Rumusan kalimat soal harus komunikatif
· Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
· Tidak menggunakan bhasa local
S=R
Cara menskor tes jawaban singkat atau pendek :
S=R
Cara menskor :
Tes Penempatan
Tes ini dilakukan di awal pelajaran. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan
yang telah dimiliki peserta didik.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik termasuk
kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan jika diperoleh informasi bahwa sebagian besar
peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran.
Tes Formatif
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang keberhasilan pelaksanaan proses
pembelajaran. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih
berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atan sub pokok bahasan.
Tes Sumatif
Tes sumatif diberikan di akhir pelajaran, atau akhir semester. Hasil ini menentukan keberhasilan
belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu.
Referensi
Mardapi, D. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Tes Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran
telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih
berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang
telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the
strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the
instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol
sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.
Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time.
Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan
yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK
yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu
pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan
awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/
dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif
dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari
hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang
dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut
dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu
bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok
bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik
berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan
pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah
dibahas.
Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan
dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari
bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material
lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan
pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi criteria tertentu. Cronbach(dalam
Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s
behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Sedangkan
Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam perkembangannya
istilah tes diadobsi dalam psikologi dan pendidikan.
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku
tertentu.
Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a. tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan
umum seseorang dalam suatu tugas
b. tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap
kemampuan potensial dalam bidang tertentu
c. tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan
kemampuan aktual sebagai hasil belajar
d. tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan
mengungkap karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur.
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun
jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih
digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk
tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes
tertulis.
b. Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan.
Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena
itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen
asesmen yang lain.
c. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah
tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected
response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau
dikerjakan oleh peserta tes. Menurut Subino (1987)
perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah tugas peserta tes
(testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan data yang
telah ada dalam butir soal. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif. Karena
sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.
Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya
mengenal benar dan salah. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar
kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan
mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini. Soal objektif
sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah,
pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
C. ANALISIS
Pada dasarnya bahwa penilaian formatif dan sumatif yang ada di sekolah-sekolah itu
sebenarnya sudah dilaksanakan oleh para guru-guru, namun pada kenyataannya sekarang kedua
penilaian tersebut itu belum terealisasi dengan baik. Mungkin disebabkan karena memang para
guru-guru itu belum bisa membedakan ataupunmengetahui benar-benar secara jelas apa penilaian
formatif dan sumatif tersebut, sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan belum
terlaksanakan secara maksimal. Sebenarnya kalau seorang guru bisa benar-benar mengetahui dan
memahami penilaian formatif dan sumatif, maka para siswanya akan bisa naik kelas semua,
bahkan bisa lulus ujian yang nantinya akan dapat membawa nama baik sekolah.
Dengan adanya penilaian formatif, maka seorang guru dapat mengetahui keberhasilan dirinya
dalam mengajar dan apabila para siswanya banyak yang belum menguasai materi ataupun belum
paham dengan bahan pelajaran itu maka seorang guru dapat memperbaiki cara mengajarnya.
Kemudian tes formatif juga membawa pengaruh yang sangat besar untuk tes sumatif karena
apabila tes formatif itu sudah tercapai dengan baik maka hasilnyapun akan berimbas pada
penilaian sumatif.
D. KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian formatif, dan penilaian sumatif
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan yang ada di
sekolah-sekolah. Penilaian formatif berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan
selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Sedangkan penilaian sumatif
berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai dimana prestasi atau penguasaan
dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus tidaknya
seorang siswa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Drs. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta : Bumi Aksara. Cet. 3.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik. Jakarta : PT. Grasindo.
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Rosdakarya.
[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT. Rosdakarya,
1995)., h.71
[2] Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Danumpan Balik, (Jakarta : PT. Grasindo,
1991).,h.9
[3] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT. Rosdakarya,
1995)., h. 5
[4] Drs. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara,
cet. 3, 1997)., h. 33-34
[5] Ibid, h. 35
[6] Ibid,. h. 35-36
[7] Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 47-52.