Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi,
tsunami, serta letusan gunung merapi disepanjang “ring of fire” dari Sumatera-
Dalam kurun waktu antara 2004 hingga 2014 terdapat berbagai bencana alam
yang melanda Indonesia diantaranya, gempa bumi dan tsunami Aceh-Nias (2004),
gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006), gempa bumi Sumatera Barat
dan Bengkulu (2007), gempa bumi Sumatera Barat (2009), gempa bumi dan
Sinabung (2013 dan 2014), dan erupsi Gunung Kelud (2014). (Bappenas, 2014)
Bali sendiri dalam Indek Risiko Bencana Indonesia pada tahun 2013 terdapat
kebakaran lahan dan hutan, konflik sosial, epidemi dan wabah penyakit. Dari 9
kelas risiko bencana diantara kabupaten lainnya. (Indonesia, 2013) Salah satu
bencana yang paling berisiko di Kabupaten Karangasem adalah bencana
Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 tercatat menurunkan suhu Bumi
sebesar 0,4 derajat Celcius. Hal itu terjadi karena material vulkanik berupa aerosol
sulfat dari gunung itu terbang hingga jarak 14.400 kilometer dan melapisi
atmosfer Bumi.Letusan itu juga disertai abu vulkanik yang ke luar vertikal dari
1963 hingga 27 Januari 1964. Merujuk data yang dihimpun dari catatan Badan
letusan itu menewaskan 1.549 orang. Sebanyak 1.700 rumah hancur. Sekitar
225.000 orang kehilangan mata pencaharian, dan 100 orang juga mengungsi.
September 2017. Namun terhitung sejak 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA,
status diturunkan kembali dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga).
2
Berdasarkan sumber informasi bidang Humas Satgas Tanggap DaruratBencana
Erupsi Gunung Agung total pengungsi pada tanggal 16 Desember 2017 adalah
sejumlah 71.668 jiwa yang berada di 239 titik di seluruh kabupaten di Bali.
(BNPB, 2017)
dan didalam konsep bencana yang berkembang saat ini, kesiapsiagaan juga
dilatih sejak dini, dan diterapkan kedalam pendidikan melalui program siaga
yang berada dikawasan rawan bencana, hal ini menjadikan sekolah memiliki
risiko tinggi dalam terdapatnya korban yang berjatuhan apabila tidak dilakukan
kebencanaan mulai dari sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana (Hidayat, D.
3
sekolah.Sehubungan dengan siswa sekolah dasar masih dalam proses penggalian
anak-anak sekolah dasar, dimana dalam usia tersebut anak sudah mampu
menyerap dan mempraktikan dengan baik informasi yang mereka peroleh, dan
media audio visual, karena terdapat gerakan gambar dan suara. Animasi
stimulus yang lebih besar dibandingkan membaca buku teks karena pesan
berbentuk audiovisual dan gerakan pada video animasi ini memberikan kesan
dan khususnya anak-anak. Hal ini dibuktikan oleh Zamris dalam Ika Wahyu
dijadikan pilihan yang tepat, dengan media animasi maka pemahaman anak-
anak terhadap materi yang disajikan akan lebih mudah, menarik dan
menyenangkan.
4
Penelitian Sulistyaningrum, Ferawaty (2017) menunjukkan bahwa ada
Pemberian media video animasi akan diberikan untuk anak-anak sekolah dasar
teradap hasil erupsi Gunung Agungbaik berupa hujan abu maupunbanjir lahar
dingin. Sekolah Dasar (SD) yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah di
SidemenKarangasem”.
B. Rumusan Masalah
Sidemen Karangasem?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
5
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
2. Tujuan khusus:
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang nantinya akan diperoleh, peneliti berharap hal
tersebut memberikan manfaat. Manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang
b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti
6
kelemahan dari penelitian ini dan dapat mengembangkan dengan media yang
lainnya.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan saran kepada guru pendidik sekolah
di sekolah.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada orang tua dan
dini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
8
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
2007).
ditimbulkan oleh gangguan dari dasar laut. Gangguan tersebut bisa berupa
c. Letusan gunung berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
9
e. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah
yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara
tiba-tiba.
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan.
g. Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam
h. Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan
pinggir pantai.
j. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
k. Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa merupakan ancaman yang diakibatkan
keluarnya magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan. Proses
keluarnya magma ini disebut erupsi. Erupsi membawa serya bahan-bahan padat,
cair, dan gas. Magma yang keluar disebut lava, yang kemudian menimbun
10
permukaan bumi di sekitar lubang kepundan. Biasanya erupsi disertai letusan
Letusan gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma dari inti bumi ke
permukaan, yang melewati lubang bumi yang disebut gunung. Gerakan ini terjadi
guna menjaga struktur bumi tetap stabil. Secara umum, gunung api dapat
diartikan sebagai rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya magma atau
gas maupun cairan lainnya. Erupsi gunung api terjadi karena adanya
pergerakan magma dari inti bumi yang menekan keluar menuju permukaan
dua yaitu (a) bahaya utama (primer), dan (b) bahaya ikutan (sekunder) dan jenis
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung terjadi
ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan
panas, lontaran batu pijar, hujan bau lebat, dan lelehan lava.
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah
bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan
11
terbawa oleh air hujan dan tercipta lumpur turun ke lembah sebagai
banjir bebatuan. Biasanya banjir tersebut dikenal dengan banjir lahar dingin.
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
bencana yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase prabencana, fase saat terjadi
a. Fase prabencana
Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana di mana
sasarannya adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap darurat
berupa air minum, makanan dan penampungan/shalter bagi para korban bencana.
12
Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan
1. Definisi kesiapsiagaan
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna(UU RI
No.24 Tahun 2007). Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada
a. Mengurangi ancaman
c. Mengurangi akibat
d. Menjalin kerjasama
13
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. 5 (lima) faktor kritis
bencana karena pengetahuan tersebut menjadi kunci penentu sikap dan tindakan
gejala sebelum terjadinya suatu bencana tidak mencukupi, maka dampak yang
timbul akibat bencana dapat menjadi jauh lebih besar karena masyarakat salah
Kebijakan diperlukan agar job description setiap pihak tidak saling tumpang
tindih sehingga terbentuk tata kelola yang rapi dalam menghadapi bencana. Selain
Mitigasi dan evakuasi yang terstruktur perlu direncanakan agar tidak terjadi
dampak bencana yang parah utamanya karena tidak adanya rute arah menuju zona
aman bencana.
14
Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana merupakan hal
subjek dan objek dari kesiapsiagaan karena berpengaruh secara langsung terhadap
risiko bencana.
b. Pemerintah
Pemerintah memiliki peran yang tidak kalah penting terutama dalam kondisi
bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana publik untuk keadaan darurat.
15
c. Komunitas sekolah
pengetahuan tentang bencana, sumber pengetahuan dan petunjuk praktis apa yang
harus disiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan saat
Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki peran
saat, hingga setelah terjadinya bencana, (Hidayati, 2006). Sekolah memiliki peran
Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar hukum tersebut, dibentuk
16
4. Peran siswa dalam kesiapsiagaan bencana
Siswa sebagai bagian dari komunitas sekolah memiliki peran yang besar
siswa perlu diberikan sejak dini untuk membangun budaya keselamatan dan
ketahanan terhadap bencana (Daud, dkk., 2015). Siswa mempunyai peran penting
pengetahuan tersebut dapat berupa pemberian pelatihan kepada siswa yang lebih
pengetahuan kebencanaan.
Siswa merupakan salah satu bagian penting dalam suatu komunitas sekolah.
sekolah yaitu:
a. Pengetahuan
17
Pengukuran meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri
bila terjadi bencana, dan pengetahuan tentang jalur evakuasi serta pertolongan
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Keahlian
7. Tingkat kesiapsiagaan
sebagai berikut:
18
No. Nilai indeks Kategori
1 80 – 100 Sangat siap
2 65 – 79 Siap
3 55 – 64 Hampir siap
4 40 – 54 Kurang siap
5 Kurang dari 40 (0 – 39) Belum siap
Sumber: Hidayati, D, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa dan
Tsunami, 2006, h. 47
C. Media Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction)
bertujuan untuk :
all, 2016) membagi perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu tahap
19
umur 2-7 tahun, tahap operasional konkret umur 7-11 tahun dan tahap operasional
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Rita Eka Izzaty, dkk
melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat
mereka lakukan pada masa sebelumnya. Masa operasional konkret adalah dimana
Soetjiningsih, (2014) mengatakan pada masa ini anak-anak usia akhir sering
berkhayal.
Karakteristik anak usia sekolah dasar akan lebih memahami materi yang
menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Animasi berasal dari kata
20
“animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang berarti
Animasi atau yang lebih akrab disebut dengan video animasi adalah
video yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi
gambar yang bergerak. Di dalam animasi terdapat proses penciptaan efek gerak
atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu. Handi
gambarkartun, lukisan, boneka atau objek tiga dimensi. Menurut Dina Utami
Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian.
hidup, karena animasi mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang
merupakan gerakan gambar maupun teks yang diatur sedemikian rupa agar
terlihat menarik dan terlihat lebih nyata atau hidup, sehingga dengan animasi bisa
21
4. Jenis-jenis animasi
diantaranya adalah :
Animasi 2d biasa disebut dengan video kartun. Kartun berasal dari kata
Animasi clay ini dibuat dengan menggunakan plastisin yang berbahan lentur
seperti permen karet. Animasi clay termasuk salah satu jenis dari stop-
Anime terdiri dari dari beberapa jenis yang membedakan bukan cara
e. Animasi Cell
22
Animasi sel merupakan lembaran-lembaran yang membentuk animasi
f. Animasi Frame
g. Animasi Sprite
i. Animasi Spline
Animasi spline adalah animasi yang bergerak mengukuti garis lintasan yang
j. Animasi Vector
k. Morphing
bentuk pertama yang kemudian mengubah dirinya menjadi bentuk yang lain.
l. Animasi Digital
23
Adalah penggabungan teknik animasi cell gambar tangan yang diolah lagi
digerakkan.
b. Animasi tradisional adalah animasi yang sering disebut cell animation karena
mirip dengan transparansi OHP yang sering kita gunakan. Sekarang ini teknik
animasi yang dipakai dalam video pembelajaran ini adalah animasi dua dimensi
yang merupakan berbentuk video kartun, dan termasuk dalam animasi komputer.
24
positif dalam proses pembelajaran. Menggunakan teknologi komputer peneliti
belajar siswa juga semakin menarik. Dengan sistem belajar sambil bermain
melalui media animasi ini siswa diharapkan dapat menerima informasi lebih
jelas, melalui media video animasiyang dikemas dalam bentuk kartun simulasi
didalamnya.
berapi dan penanganannya, dengan alur sebagai berikut: opening, isi materi,
dan closing, sehingga media yang digunakan ini menjadi media yangbenar-
25
a. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk menanyangkan video
dan jika menggunakan televisi maka harus menyiapkan DVD atau VCD
menyiapkan speaker agar suara dari video animasi terdengar lebih jelas.
untuk menanyangkannya.
b. Pengkondisian siswa dan tempat duduk yang nyaman bagi siswa agar
beberapa saat sampai muncul tulisan autorun. Kemudian klik tulisan autorun
d. Pada saat opening video, akan dijabarkan materi tentang beberapa kejadian
letusan gunung berapi yang pernah terjadi di Indonesia dan akibat dari erupsi
erupsi gunung berapi mulai dari persiapan pra bencana seperti mengikuti
26
pakaian; obat pertolongan pertama; makanan dan minuman serta dokumen-
kontak lensa, berkumpul di barak pengungsian yang jauh dari daerah bahaya
erupsi yaitu misalnya daerah yang dilalui awan panas, lahar panas, lahar
dingin, dan gas beracun. Apabila di dalam ruangan atau rumah, menutup
terkena hujan abu vulkanik, membersikan abu vulkanik yang ada di atap
memberikan bantuan kepada korban yang terluka atau hubungi PMI. Setelah
itu akan ada tayangan evaluasi yang isinya bagaimana cara berpakaian ketika
erupsi dan bencana apa saja yang dapat ditimbulkan oleh erupsi gunung
atau komplek untuk dijelaskan dengan gambar dan kata-kata. Menurut Harun dan
27
Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang
menyenangkan.
demonstrasi.
b. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-
untuk ditambahkan.
28
c. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan
12tahun tidak sama dengan pembelajaran kepada orang dewasa. Usia anak-
anaktersebut masuk dalam kategori usia siswa sekolah dasar kelas satu sampai
enam. Orang dewasa mungkin akan mudah memahami sebuah materi hanya
konvensional. Berbeda dengan siswa berusia 7-12 tahun, siswa dalam usia
ini mungkin telah memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya
anak-anak lebih siap dalam menghadapi bencana. Pada media video animasiberisi
materi atau informasi berkaitan dengan kebencanaan dari masa pra bencana, masa
29
tanggap darurat, dan pasca bencana berupa gambar, foto dan video.Berdasarkan
akan lebih efektif. Media gambar dan video sangat efektif digunakan dalam
30
BAB III
diamati atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2013). Adapun kerangka konsep
dari penelitian ini dapat diterangkan dengan skema pada gambar di bawah ini:
Komponen-komponen edukasi
1. Pengetahuan
Faktor-faktor 2. Pemahaman
bencana 3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintetis
6. Evaluasi
Program
Pengurangan Pemberian
Risiko Bencana Video Animasi
Kesiapsiagaan :
Faktor-faktor
1. Pengetahuan
yang
2. Perencanaan
mempengaruhi
Keadaan
kesiapsiagaan :
Darurat
1. Eksternal
3. Sistem
motivasi
Peringatan
2. Pengetahuan
Bencana
3. Sikap
4. Mobilisasi
4. Keahlian
Sumber Daya
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
1. Variabel penelitian
memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel dari penelitian ini adalah :
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat
2. Definisi operasional
operasional ini merupakan informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2013). Selanjutnya Setiadi
32
Tabel 2. Definisi Operasional Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi
terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung
Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Definisi Alat
No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapsiagaan Hasil 1. Pengetahuan Kuisioner Interval 0-99
Bencana pengukuran 2. Perencanaan
terhadap siswa keadaan
sekolah dasar darurat
tentang 3. Sistem
pengetahuan, peringatan
rencana keadaan bencana
darurat, sistim 4. Mobilisasi
peringatan dini, sumber daya
dan mobilisasi
sumber daya
terkait dengan
kesiapsiagaan
yang diukur
dengan
instrumen
kuisioner
sebelum dan
setelah
perlakuan
2 Video Media berbasis
Animasi video animasi
Siaga untuk
Bencana mengenalkan
Gunung siswa sekolah
Berapi dasar mengenai
kesiapsiagaan
bencana dengan
langkah
pemberian
informasi yang
dikemas
menarik dimana
anak-anak akan
33
1 2 3 4 5 6 7
menonton
tayangan berupa
beberapa
kejadian letusan
gunung berapi
yang pernah
terjadi di
Indonesia dan
akibat dari
erupsi gunung
berapi, setelah
itu akan
muncul
tayangan
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
mulai dari
persiapan pra
bencana dan ,
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
pada saat
terjadinya
bencana.
C. Hipotesis Penelitian
alternatif (Ha). Hipotesis alternatif dapat diartikan sebagai lawan dari hipotesis nol
perbedaan, dan pengaruh dari dua atau lebih variabel yang akan diteliti (Nursalam,
34
2016). Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
eksperimental designs karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel dependen dan tidak adanya variabel control serta
sampel tidak dipilih secara random dengan rancangan yang digunakan yaitu One-
Keterangan :
O1 : Pengukuran kesiapsiagaan sebelum diberikan video animasi
X : Intervensi pemberian video animasi
O2 : Pengukuran kesiapsiagaan setelah diberikan video animasi
36
yang dimulai dari minggu keempat bulan Maret 2018 hingga minggu keempat
1. Populasi penelitian
Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
peneliti (Nursalam, 2016).). Populasi dari penelitian ini adalah siswa sekolah
dasar yang duduk dibangku kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SDN 2 Sidemen
a. Kriteria inklusi
populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah :
1) Siswa sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SDN 2
b. Kriteria eksklusi
maupun interpretasi hasil (Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
37
2. Unit analisis dan responden
Unit analisis dalam penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu siswa
sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SDN 2 Sidemen
dalam penelitian ini adalah seseorang yang menjadi sumber data penelitian yaitu
komunikasi dan pemahaman siswa terhadap suatu fenomena. Siswa kelas 4 hingga
kelas 6 dengan rentang umur 9 sampai 12 tahun sudah mampu berpikir kritis dan
3. Teknik sampling
penelitian dengan melakukan seleksi porsi dari populasi sehingga dapat mewakili
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2016). Teknik sampling merupakan cara-
cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
sampling adalah suatu tipe probability sampling di mana peneliti dalam memilih
38
sampel dilakukan dengan cara memilih langsung sampel yang memenuhi kriteria
inklusi.
Berikut ini adalah rumus yang dipakai dalam menentukan sampel dengan
NZ 2 P (1 − P)
𝑛=
(N − 1)d2 + Z 2 P (1 − P)
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Maka :
29,5856
𝑛= = 37,93 = 38
0,7799
orang. Besar sampel pada penelitian ini mengacu pada siswa sekolah dasar yang
39
Tabel 3. Distribusi Proporsi Sampel SDN 2 Sidemen Karangasem
Jumlah 44 38
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan, survei dan lain-lain (Setiadi, 2013). Data primer yang
dikumpulkan dari sampel meliputi data identitas responden dan data kesiapsiagaan
kuesioner.
b. Data sekunder
yang diperoleh dari dokumen yang ada pada suatu lembaga atau orang lain
(Sukawana, 2008). Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi
40
2. Metode pengumpulan data
(Nursalam, 2016). Metode pengumpulan data dari penelitian ini dengan metode
2 Sidemen Karangasem.
Sidemen Karangasem dan data jumlah siswa melalui wali kelas masing-
41
masing. Kemudian, mencari data primer dengan memberikan kuesioner
kepada responden.
kepada wali kelas murid kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SDN 2 Sidemen
Karangasem.
tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Setelah responden
untuk ditandatangani. Calon responden yang tidak setuju tidak akan dipaksa
tujuan serta cara pengisian kuesioner oleh peneliti. Hal ini akan dijelaskan
kurang mengerti.
menjadi prioritas dengan cara tidak akan disebutkan namanya dalam kuisioner
42
maupun dalam laporan penelitian dan penamaan hanya menggunakan kode
(anonumity).
m. Setelah responden setuju menjadi sampel dalam penelitian ini maka peneliti
animasi dengan cara mengisi kuisioner (pre test) dengan didampingi oleh 3
Karangasem.
dengan media video animasi kepada murid kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SDN 2
tentang alur tayangan video animasi, dan peneliti yang akan memberikan
pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian
43
3. Instrumen pengumpulan data
alam sosial yang diteliti (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini digunakan lembar
tingkat sekolah dasar, siswa kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 dipilih sebagai responden.
Mengisi kuesioner ini siswa dipandu oleh fasilitator. Untuk siswa tingkat SD
fasilitator membacakan satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuesioner dan
telah diisi semua, siswa dipersilahkan untuk meneliti kembali kuesionernya. skala
yang digunakan pada variabel kesiapsiagaan adalah skala Guttman (benar, skor 1
dan salah, skor 0) yaitu dengan memberikan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanya. Dalam skala Guttman skor untuk pertanyaan positif
adalah ya (skor 1) dan tidak (skor 0) dan pertanyaan negatif adalah ya (skor 0) dan
44
Pelaksanaan kegiatan penayangan video animasi dilakukan berdasarkan
1) Uji validitas
Pearson Product Moment angka (Hastono, 2007). Suatu indikator dikatakan valid
jika r hasil > r table pada taraf signifikansi 0,05. Nilai r tabel didapatkan dari nilai
jumlah sampel. Karena jumlah sampel yang akan digunakan dalam uji validitas
yaitu 30, sehingga diperoleh df 28, yang kemudian nilai df tersebut digunakan
untuk melihat r tabel dengan kemaknaan 0,05. Untuk r tabel dengan df 28 adalah
0,361, dan r hitung dilihat dari hasil pengolahan data di computer, (Hastono,
2) Uji reliabilitas
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2007).
45
Angket penelitian ini dihitung dengan teknik analisis varian yang dikembangkan
oleh Cronbach Alpha, dengan ketentuan uji reliabilitas adalah jika r α > r tabel,
nilai koefisien yang diperoleh r hitung ≥0,7 (Nunnally dalam Ghozali, 2011).
Nilai r tabel untuk n=30 pada taraf signifikan atau tingkat kemaknaan 5% (α =
0,05) adalah 0,7 (Hastono, 2007) Kusioner telah diuji reliabilitasnya dengan
Pengolahan data merupakan salah satu upaya untuk memprediksi data dan
menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan
a. Editing
b. Coding
responden untuk memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Peneliti
data. Kegiatan yang dilakukan setelah data diedit kemudian diberi kode. Coding
46
dilakukan pada nomor urut responden dan jawaban responden. Jika responden
belum siap, kode 2 = kurang siap, kode 3 = hampir siap, kode 4 = siap, kode 5 =
sangat siap. Coding yang digunakan untuk jenis kelamin adalah kode 1 =
c. Processing
Setelah kuisioner sudah terisi penuh dan benar dan sudah melalui tahap
coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang diteliti agar dapat
d. Cleaning
cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di entry untuk memastikan
a. Analisis univariat
karakteristik tiap variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Dalam penentuan indeks
47
dari setiap parameter pada kesiapsiagaan bencana tiap siswa digunakan rumus
pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan (a,b,c dan seterusnya), maka setiap sub
pertanyaan tersebut diberi skor 1/jumlah sub pertanyaan. Total skor riil parameter
yang bersangkutan.”
Keterangan:
EP : (Emergency Preparedness)
WS : (Warning System)
2007) : x 100
Keterangan :
P : Persentase
48
F : jumlah responden pada setiap satu kategori
b. Analisis bivariat
anak sekolah dasar sebelum dan setelah diberikan perlakuan permainan Inisiatif Si
lebih dari 50. Hasil nilai K-S dibagi nilai sig >0,05, maka data berdistribusi
normal dan menggunakan uji paired T Test, namun apabila hasil < 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji Wilcoxon. Hasil dari uji
49
kolom Sig. = 0,000 (< alpha (0,5)) maka dapat disimpulkan hipotesa ditolak yang
berarti data yang di uji memiliki distribusi tidak normal sehingga diturunkan ke
uji non parametric yaitu uji Wilcoxon. Interpretasi dari analisis bivariat yaitu p-
value pada kolom Sig. (2-tailed) < alpha (0,05) berarti menyatakan ada pengaruh
pemberian edukasi dengan permainan Inisiatif Si Kancil namun jika p-value pada
kolom Sig. (2-tailed) > alpha (0,05) berarti tidak ada pengaruh pemberian edukasi
F. Etika Penelitian
1. Informed consent
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden (Aziz,
2007).
50
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Aziz, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
lainnya. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasi riset (Aziz,
2007).
51
52
53
54