Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamuratau mikosis
yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosissuperfisialis.Penyakit yang
termasuk mikosis superfisialis adalahdermatofitosis dan nondermatofitosis, yang
terdiri atas berbagai penyakitdiantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang lebih dikenal
sebagai penyakit panu . Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena keadaan
yangmempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan jamur tersebut didugaadanya faktor
lingkungan diantaranya kelembaban kulit.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk membuat formulasi anti panu dari ekstrak
lengkuas dalam bentuk sediaan salep. Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan anggota
familia Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh diIndonesia dan manjur sebagai
obat gosok untuk penyakit jamur kulit (panu) sebelum obat-obatan modern berkembang
seperti sekarang. Rimpang lengkuas juga digunakan sebagai salah satu bumbu masak
selamabertahun-tahun dan tidak pernah menimbulkan masalah.
Manfaat rimpanglengkuas telah dipelajari oleh para ilmuwan sejak dulu. Rimpang
lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai anti jamur dan antibakteri.
Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan
mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies
bakteri dan jamur. Salep merupakan salah satu sediaan yang sangat mudah dan praktis
digunakan. Salep dibuat dengan tujuan untuk pengobatan secara local ataupun sistemik.
2. Bagaimana formulasi sediaan salep dari rimpang lengkuas Alpinia galanga L.?
I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui khasiat rimpang lengkuas Alpinia galangal L. sebagai anti panu
2. Untuk mengetahui formulasi sediaan salep dari simpang lengkuas Alpinia galangal L.
BAB II
ISI
Komponen basis :
II.3 ALASAN
1. Pemilihan Sediaan
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagaiobat luar. Bahan obatnya harus larut dan terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (F.I.ed.III).
Dipilihsediaan salep karena merupakan sediaandengan konsistensi yang
cocok untuk terapi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri. Salep terdiri dari
bahan obat yang terlarut ataupun terdispersi di dalam basis atau basis salep sebagai
pembawa zat aktif. Basis salep yang digunakan dalam sebuah formulasi obat harus
bersifat inert dengan kata lain tidak merusak ataupun mengurangi efek terapi dari
obat yang dikandungnya (Anief, 2007).
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep sendiri memiliki kelebihan sebagai
pelindung untuk mencegah kontak permukaan kulit yang luka dengan udara, stabil
dalam penggunaan, penyimpanan, dan mudah dalam penggunaan. Formulasi salep
dibutuhkan adanya suatu basis. Basis sendiri merupakan zat pembawa yang bersifat
inaktif dari sediaan topikal dapat berupa bentuk cair atau padat yang membawa bahan
aktif untuk berkontak dengan kulit. Basis yang digunakan yaitu basis salep
hidrokarbon, basis salep serap (absorpsi), dan basis salep larut dalam air (Depkes RI,
1995).
2. Pemilihan zat aktif
Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur
dan antibakteri. Penelitian Yuharmendkk. (2002) menunjukkan adanya
aktifitaspenghambatan pertumbuhan mikrobia olehminyak atsiri dan fraksi metanol
rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteridan jamur.
Penelitian Sundari dan Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus
ekstraketanol rimpang lengkuas yang berisi minyakatsiri dapat menghambat
pertumbuhanbeberapa spesies jamur patogen.
Berdasarkan penelitian (Ismail,2016) bahwa ekstrak rimpang lengkuas
konsentrasi 0,75% efektif menghambat perkembangan koloni O. Theobremae secara
In-vitro. Demikian pula tingkat persentase daya hambat ekstrak rimpang lengkuas
menunjukan penghambatan tertinggi sebesar 38,77% dibanding perlakuan lainnya.
3. Pemilihan Basis
Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah basis hidrofilik
yaitu kombinasi antara PEG-400 dan PEG-4000. Basis yang digunakan bersifat
hidrofilik yang mempunyai keuntungan memiliki daya lekat yang baik pada kulit,
PEG bersifat bakterisid sehingga penyimpanan pada beberapa bulan tidak perlu
khawatir serangan bakteri. Sediaan salep dengan basis PEG dapatmelepaskan zat
aktifdengan baik dibandingkan dengan basis yang larut minyak (Voight,1994).
Kombinasi basis PEG 400 dan PEG 4000 menghasilkan sediaanyang konsistensinya
baik.
PEG (Polietilen glikol) merupakan polimer dari etilen oksida dan dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Polietilen glikol yang memiliki berat
molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang
mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan
kepadatannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Macam-macam
kombinasi dari polietilen glikol bisa digabung dengan cara melebur dengan memakai
dua jenis atau lebih untuk memperoleh konsistensi basis yang diinginkan, dan sifat
khasnya (Ansel, 1989).
Basis larut dalam air merupakan basis salep PEG. Basis PEG bercampur
dengan eksudat kulit sehingga menjadi mudah dikeluarkan
dari kulit (Lachman, 1994).
4. Pemilihan Zat Tambahan
a. Nipagin (Zat pengawet)
Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum luas aktivitas
antimikroba, meskipun demikian paling efektif melawan ragi dan jamur. Aktivitas
antimikroba meningkat karena panjang rantai dari alkil moiety meningkat, tetapi
kelarutan berair menurun; Oleh karena itu campuran paraben adalah sering
digunakan untuk memberikan pelestarian yang efektif. Pengawet efikasi juga
ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (2-5%). (Rowe,2009).
b. Oleum cacao
Oleum cacao berwarna kuning muda, pada basis PEG berwarna putih, keduanya
memiliki tekstur yang lembut ketika dioleskan, tidak berbau tengik, memiliki bentuk
yang tetap selama penyimpanan (Agustina, 2005).
II.4 PERHITUNGAN
75
1. Ekstrak rimpang lengkuas 0,75% = 100 x 20 gr = 0,15 gr
0,02
2. Nipagin 0,02% = 100 x 20 gr= 0,004 gr
0,1
3. Oleum cacao 0,1% = 100 x 20 gr= 0,02 gr
Basis
PEG 400 : PEG 4000 = (70:30)
20 gr – 0,174 = 19,826
70
PEG 400 = x 19,826 gr = 13,88 gr
100
30
PEG 4000 = 100 x 19,826 gr = 5,94 gr
Panu atau mikosis dapat tumbuh bias jadi karena kurang nya menjaga kebersihan
tubuh. Sebaik-baiknya obat, lebih baik lagi mencegah. Oleh sebab itu disarankan agar
lebih menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari segala jenis penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri (Terjemahan)Jilid II. Jakarta:
Universitas Indonesia.Hal 1995, 1096,1112, 1119.
Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2000. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti
Jamur. Jakarta: Puslitbang-Balitbangkes Depkes RI.