You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kebersihankulit merupakan mekanisme utama untuk mengurangi kontak dan


transmisiterjadinya infeksi, salah satunya infeksi jamur. Infeksi jamur kulit cukup
banyak ditemukan di Indonesia, yangmerupakan negara tropis beriklim panas dan
lembab, apalagi bila higienejuga kurang sempurna.

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamuratau mikosis
yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosissuperfisialis.Penyakit yang
termasuk mikosis superfisialis adalahdermatofitosis dan nondermatofitosis, yang
terdiri atas berbagai penyakitdiantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang lebih dikenal
sebagai penyakit panu . Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena keadaan
yangmempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan jamur tersebut didugaadanya faktor
lingkungan diantaranya kelembaban kulit.

Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami


faktorpredisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyakkeringat,
selain pajanan terhadap jamur lebih lama. Tidak ada perbedaanantara pria dan wanita,
walaupun pernah dilaporkan di USA penderita yang tersering menderita berusia antara
20 - 30 tahun dengan perbandingan 1.09% pria dan 0,6% wanita. Insidensi Pityriasis
versicolor yang akurat diIndonesia belum ada. Hanya diperkirakan 50% dari populasi di
negara tropisterkena penyakit ini Pityriasis versicolor adalah infeksi superfisial pada
pada stratumcorneum kulit manusia yang disebabkan oleh khamir Malassezia. Penyakit
inierat kaitannya dengan tingkat higiene perorangan.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk membuat formulasi anti panu dari ekstrak
lengkuas dalam bentuk sediaan salep. Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan anggota
familia Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh diIndonesia dan manjur sebagai
obat gosok untuk penyakit jamur kulit (panu) sebelum obat-obatan modern berkembang
seperti sekarang. Rimpang lengkuas juga digunakan sebagai salah satu bumbu masak
selamabertahun-tahun dan tidak pernah menimbulkan masalah.

Manfaat rimpanglengkuas telah dipelajari oleh para ilmuwan sejak dulu. Rimpang
lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai anti jamur dan antibakteri.
Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan
mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies
bakteri dan jamur. Salep merupakan salah satu sediaan yang sangat mudah dan praktis
digunakan. Salep dibuat dengan tujuan untuk pengobatan secara local ataupun sistemik.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana manfaat rimpang lengkuas Alpinia galangal L. sebagai anti panu ?

2. Bagaimana formulasi sediaan salep dari rimpang lengkuas Alpinia galanga L.?

I.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui khasiat rimpang lengkuas Alpinia galangal L. sebagai anti panu

2. Untuk mengetahui formulasi sediaan salep dari simpang lengkuas Alpinia galangal L.
BAB II

ISI

II.1 FORMULA ASLI

Ekstrak rimpang temulawak 7,6 %

II.2 RANCANGAN FORMULA

Tiap 20 gr salep mengandung :

Ekstrak rimpang lengkuas 0,75% (Zat aktif)

Nipagin 0,02 %(zat pengawet)

Oleum cacao q.s (zat pengharum)

Komponen basis :

PEG 400 70%

PEG 4000 30%

II.3 ALASAN

1. Pemilihan Sediaan
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagaiobat luar. Bahan obatnya harus larut dan terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (F.I.ed.III).
Dipilihsediaan salep karena merupakan sediaandengan konsistensi yang
cocok untuk terapi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri. Salep terdiri dari
bahan obat yang terlarut ataupun terdispersi di dalam basis atau basis salep sebagai
pembawa zat aktif. Basis salep yang digunakan dalam sebuah formulasi obat harus
bersifat inert dengan kata lain tidak merusak ataupun mengurangi efek terapi dari
obat yang dikandungnya (Anief, 2007).
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep sendiri memiliki kelebihan sebagai
pelindung untuk mencegah kontak permukaan kulit yang luka dengan udara, stabil
dalam penggunaan, penyimpanan, dan mudah dalam penggunaan. Formulasi salep
dibutuhkan adanya suatu basis. Basis sendiri merupakan zat pembawa yang bersifat
inaktif dari sediaan topikal dapat berupa bentuk cair atau padat yang membawa bahan
aktif untuk berkontak dengan kulit. Basis yang digunakan yaitu basis salep
hidrokarbon, basis salep serap (absorpsi), dan basis salep larut dalam air (Depkes RI,
1995).
2. Pemilihan zat aktif
Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur
dan antibakteri. Penelitian Yuharmendkk. (2002) menunjukkan adanya
aktifitaspenghambatan pertumbuhan mikrobia olehminyak atsiri dan fraksi metanol
rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteridan jamur.
Penelitian Sundari dan Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus
ekstraketanol rimpang lengkuas yang berisi minyakatsiri dapat menghambat
pertumbuhanbeberapa spesies jamur patogen.
Berdasarkan penelitian (Ismail,2016) bahwa ekstrak rimpang lengkuas
konsentrasi 0,75% efektif menghambat perkembangan koloni O. Theobremae secara
In-vitro. Demikian pula tingkat persentase daya hambat ekstrak rimpang lengkuas
menunjukan penghambatan tertinggi sebesar 38,77% dibanding perlakuan lainnya.
3. Pemilihan Basis
Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah basis hidrofilik
yaitu kombinasi antara PEG-400 dan PEG-4000. Basis yang digunakan bersifat
hidrofilik yang mempunyai keuntungan memiliki daya lekat yang baik pada kulit,
PEG bersifat bakterisid sehingga penyimpanan pada beberapa bulan tidak perlu
khawatir serangan bakteri. Sediaan salep dengan basis PEG dapatmelepaskan zat
aktifdengan baik dibandingkan dengan basis yang larut minyak (Voight,1994).
Kombinasi basis PEG 400 dan PEG 4000 menghasilkan sediaanyang konsistensinya
baik.
PEG (Polietilen glikol) merupakan polimer dari etilen oksida dan dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Polietilen glikol yang memiliki berat
molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang
mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan
kepadatannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Macam-macam
kombinasi dari polietilen glikol bisa digabung dengan cara melebur dengan memakai
dua jenis atau lebih untuk memperoleh konsistensi basis yang diinginkan, dan sifat
khasnya (Ansel, 1989).
Basis larut dalam air merupakan basis salep PEG. Basis PEG bercampur
dengan eksudat kulit sehingga menjadi mudah dikeluarkan
dari kulit (Lachman, 1994).
4. Pemilihan Zat Tambahan
a. Nipagin (Zat pengawet)

Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum luas aktivitas
antimikroba, meskipun demikian paling efektif melawan ragi dan jamur. Aktivitas
antimikroba meningkat karena panjang rantai dari alkil moiety meningkat, tetapi
kelarutan berair menurun; Oleh karena itu campuran paraben adalah sering
digunakan untuk memberikan pelestarian yang efektif. Pengawet efikasi juga
ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (2-5%). (Rowe,2009).

Penggunaan metil paraben menigkat dengan adanya propilen glikol. Konsetrasi


metil paraben pada penggunaan topical adalah 0,02-0,3% (Liebermant.1996).

Metilparaben memiliki aktivitas antibakteri pada formula farmasetik dan akan


lebih efektif bila penggunaannya dikombinasikan dengan antibakteri lain seperti
propilen glikol (Wade dan Waller, 1999).

b. Oleum cacao

Oleum cacao berwarna kuning muda, pada basis PEG berwarna putih, keduanya
memiliki tekstur yang lembut ketika dioleskan, tidak berbau tengik, memiliki bentuk
yang tetap selama penyimpanan (Agustina, 2005).
II.4 PERHITUNGAN

75
1. Ekstrak rimpang lengkuas 0,75% = 100 x 20 gr = 0,15 gr
0,02
2. Nipagin 0,02% = 100 x 20 gr= 0,004 gr
0,1
3. Oleum cacao 0,1% = 100 x 20 gr= 0,02 gr
Basis
PEG 400 : PEG 4000 = (70:30)
20 gr – 0,174 = 19,826
70
PEG 400 = x 19,826 gr = 13,88 gr
100
30
PEG 4000 = 100 x 19,826 gr = 5,94 gr

II.4 Cara Kerja

a. Alat & Bahan yang digunakan


- Alat :
Kertas, timbangan analitik, kertas perkamen, mortir dan stamper, Gelas ukur
- Bahan :
Ekstrak rimpang lengkuas 0,75%, Nipagin 0,004 gr, Oleum rosae 0,02 gr,
PEG 400 13,88 gr, dan PEG 4000 5,94 gr.
b. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Timbang masing-masing bahan.
c. Larutkan nipagin dengan PEG 400.
d. Melebur PEG 4000 di atas tangas air.
e. Masukan campuran nipagin dan PEG 400 dan PEG 4000 yang suda
dilebur kedalam mortir aduk sampai homogen sampai dingin.
f. Masukan ekstrak rimpang lengkuas aduk sampai homogen.
g. Olieumcacao ditambahkan setelah uji organoleptic dilakukan karena uji
organoleptik harus sesuai dengan warna ekstrak, bau khas ekstrak.
h. Masukan dalam pot salep dan lakukan evaluasi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Salep merupakan sediaan dengan konsistensi yang cocok untuk terapi
penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Mikosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya
sebagai antijamur dan antibakteri. Rimpang lengkuas memiliki aktifitas
penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang
lengkuas pada beberapa spesies bakteridan jamur.
2. SARAN

Panu atau mikosis dapat tumbuh bias jadi karena kurang nya menjaga kebersihan
tubuh. Sebaik-baiknya obat, lebih baik lagi mencegah. Oleh sebab itu disarankan agar
lebih menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari segala jenis penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2007, Farmasetika. UGM Press,Yogyakarta.

Ansel,C. H. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.

Depkes, RI, 1995 Farmakope Indonesia ed-4, Depkes, RI,Jakarta.

Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri (Terjemahan)Jilid II. Jakarta:
Universitas Indonesia.Hal 1995, 1096,1112, 1119.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Weller,P.J. 2003. Handbook of Pharmaceutical


Exipiens.Washington, page,Pharmaceutical Press and American
Pharmaceutical Association.Hal 9, 130, 131, 421, 454, 455, 568, 569.

Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2000. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti
Jamur. Jakarta: Puslitbang-Balitbangkes Depkes RI.

Voight,R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : (Terjemahan)


Edisi V, UGM Press.

Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikrobia


Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga).

You might also like