Professional Documents
Culture Documents
Prurigo secara umum adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gangguan kulit
berbentuk papula dan nodul (ukurannya bervarisai), berwarna kecoklatan hingga kehitaman
(hiperpigmentasi), kronis (berlangsung lebih 6 minggu) dan bersifat kumat-kumatan (residif).
3. ETIOLOGI
Hingga kini, penyebab Prurigo belum diketahui. Diduga berhubungan dengan faktor
emosional. Hal ini dilandasi fakta bahwa rasa gatal muncul terutama ketika penderita Prurigo
mengalami stress atau ketegangan emosional.
4. TANDA dan GEJALA
Tanda-tanda umum yang kerap dijumpai pada Prurigo, antara lain:
Dijumpai lesi berbentuk papula dan nodul, berjumlah tunggal (Prurigo Simplex) maupun multiple
(banyak).
Penebalan dan hiperpigmentasi sehingga Prurigo berwarna kecoklatan hingga kehitaman.
Gatal pada saat-saat tertentu, terutama ketika penderita mengalami ketegangan psikis.
Lokasi tersering timbulnya Prurigo adalah anggota badan (ekstrimitas), terutama di permukaan
bagian depan paha dan tungkai bawah hingga kaki.
Ukuran lesi bervariasi, menebal, keras, berwarna merah kecoklatan hinggga kehitaman.
Adakalanya mengalami pengelupasan di permukaan lesi.
5. PENATALAKSANAAN
Mengingat bahwa penyebab pasti timbulnya Prurigo belum diketahui, maka pengobatan
lebih ditujukan untuk meredakan keluhan (simptomatis) dan meminimalisir bekasnya.
Obat-bat yang lazim digunakan pada Prurigo, diantaranya:
6. KLASIFIKASI
KOCSARD membagi prurigo menjadi 2 kelompok :
I. Prurigo simpleks
II. Dermatosis pruriginosa
I.PRURIGO SIMPLEKS
Prurigo papul ditemukan pada berbagai tingkat usia dan paling sering pada orang dengan
usia pertengahan.
Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian ekstensor ekstremitas.Muka dan
bagian kepala yang berambut juga dapat terkena tersendiri atau bersama-sama dengan tempat
lainnya.
Lesi biasanya muncul dalam kelompok-kelompok sehingga papul-papul,vesikel-vesikel
dan jaringan-jaringan parut sebagai tingkat perkembangan terakhir dapat terlihat pada saat yang
bersamaan.
Beberapa variasi prurigo pernah dilaporkan.Prurigo melanotik Pierini dan Borda terjadi
pada wanita usia pertengahan,berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris primer.Lesi
berupa hiperpigmentasi retikular,sangat gatal,terutama mengenai badan.
Pengobatannya simtomatik( bertahap ) ,diberikan obat untuk mengurangi gatal baik sistemik
maupun topikal.
II.DERMATOSIS PRURIGINOSA
Pada kelompok penyakit ini prurigo papul terdapat bersama-sama dengan urtika,infeksi
piogenik,tanda-tanda bekas garukan,likenifikasi dan eksematisasi.Termasuk dalam kelompok
penyakit ini antara lain ialah : strofulus,prurigo kronik multiformis Lutz dan prurigo Hebra.
a.Strofulus
Penyakit ini juga dikenal sebagai urtikaria papular,liken urtikatus dan strofulus
pruriginosis.Sering dijumpai pada bayi dan anak-anak.Papul-papul kecil yang gatal tersebar di
lengan dan tungkai,terutama menganai bagian ekstensor.Lesi mula-mula berupa urticated
papules yang kecil.Akibat garukan menjadi ekskoriasi dan mengalami infeksi sekunder atau
likenifikasi.
Lesi-lesi muncul kembali dalam kelompok,biasanya pada malam hari.Tetapi lesi dapat
bertahan sampai 12 hari.Semua tingkatan perkembangan dan regresi papul-papul dapat dilihat
pada saat yang bersamaan.Serangan dapat berlangsung bulanan sampai tahunan.Biasanya tidak
disertai pembesaran KGB maupun gejala konstitusi.
Urtikaria papular merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap gigitan fleas (kutu berkaki 6
dapat melompat), gnats (agas,sejenis nyamuk yang kecil hitam),nyamuk,kutu,dan yang tersering
ialah kepinding.
Pengobatan mencakup pemberantasan serangga,terutama fleas (cat & dog fleas dan
kuman fleas) serta kutu busuk.Tempat-tempat tidur binatang peliharaan,lemari,sela-sela
rumah,permadani dan perkakas rumah tangga disemprot dengan insektisida.Secara topikal
penderita diberi losio antipruritus.Krim kortikosteroid juga dapat dipakai.Antihistamin peroral
dapat menghilangkan rasa gatal.
Prognosis
Sebagian besar akan senbuh spontan pada usia akil balik.
Selain itu masih ada prurigo lain yang sebenarnya tergolong salah satu bentuk
neurodermatitis,yaitu prurigo nodularis.
PRURIGO NODULARIS
1. Pengertian
Adalah penyakit kronik,pada orang dewasa,ditandai adanya nodus kutan yang
gatal,terutama terdapat di bagian ekstensor.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit dengan karakteristik adanya nodul yang gatal
yang biasanya muncul pada tangan dan kaki yang kemudian dapat berkembang menjadi bentuk
likenifikasi maupun multipel ekskoriasi yang timbul akibat adanya garukan. Prurigo belum
diketahui secara pasti penyebabnya dan nodul yang tampak dapat membuat kita mengenalinya
sebagai nodul pada liken simpleks kronik.
Adapun sinonim dari prurigo nodularis antara lain prurigo nodularis hyde,dan picker’s
nodul.
2. Epidemiologi
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak antara umur 5
sampai 75 tahun, tetapi biasanya terjadi pada usia dewasa 30 – 50 tahun, dan dapat terjadi laki-
laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur
pertengahan. Individu dengan prurigo nodularis dapat dibagi menjadi kelompok atopik dan non
atopik. Pada kelompok penderita dermatitis atopik, prurigo nodularis terjadi pada usia yang lebih
muda yaitu usia 19 – 24 tahun dan kejadian reaktifitas terhadap berbagai alergen lingkungan
yang tinggi. Sebaliknya pasien-pasien prurigo nodularis tanpa atopik terjadi pada usia yang lebih
tua yaitu usia 48 – 62 tahun tanpa adanya hipersensitivitas terhadap alergen lingkungan.
3. Etiologi
Etiologi prurigo nodularis tidak diketahui secara pasti. Stress emosional dapat menjadi
faktor kontribusi pada beberapa kasus. Sekitar 65-80% terjadi pada pasien-pasien atopik. Pada
pasien-pasien ini onsetnya terjadi lebih awal meskipun tidak ada erupsi eksematous yang
tampak. Pada 20% kasus terjadi setelah gigitan serangga. Sangat penting untuk
mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan sistemik yang mendasari seperti limfoma,
gagal ginjal, disfungsi hepatik, penyakit malabsorpsi seperti kekurangan zat besi. Penyakit ini
dianggap sebagai neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik.
4. Patogenesis
Stimulus yang mendasari terjadinya prurigo nodularis adalah pruritus. Eosinofil yang
mengandung eosinophil cationic protein yang berasal dari neurotoxin meningkat dalam dermis.
Protein dasar memiliki kemampuan mendegranulasi sel-sel mast. Sel-sel langerhans S-100 dan
HLA-DR lebih banyak di dalam dermis.
Jumlah saraf yang mengandung CGRP imunoreaktif dan SP meningkat di dalam dermis.
Deplesi SP yang ditunjukkan dengan confocal laser scanning microscopy berkaitan dengan
perbaikan prurigo nodularis yang mendukung peranan neuropeptida. Jumlah saraf yang
menunjukkan somatostatin imuno reaktif, VIP, peptida histidin-isoleusin, galanin dan
neuropeptida Y sama pada liken simplex kronik, prurigo nodularis dan kulit normal.
Diperkirakan bahwa proliferasi saraf berasal dari trauma mekanik, contohnya yaitu
menggaruk. SP dan CGRP dapat melepaskan histamin dari sel mast yang akan meningkatkan
pruritus. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukan peningkatan ekpresi faktor
pertumbuhan saraf p75 yang kemungkinan menimbulkan hiperplasia neural, pada papilla dermal
dan dermis bagian atas, alpha-melanosit-stimulasi hormon (α -MSH)-like imunoreactivity
terlihat didalam sel-sel endotel kapiler. Meskipun peranan dari α-MSH pada prurigo nodularis
belum diketahui, kemungkinan fungsinya dalam imunosupresi terhadap inflamasi kutaneous.
5. Gejala Klinis
Merupakan penyakit kulit kronik dan terutama mengenai wanita. Lesi berupa nodus,dapat
tunggal atau multipel,mengenai ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai
bawah.Lesi sebesar kacang polong atau lebih besar,keras dan berwarna merah atau
kecoklatan.Bila perkembangannya sudah lengkap maka lesi akan berubah menjadi verukosa atau
mengalami fisurasi.
Prurigo Nodularis adalah suatu nodul pada tempat di mana terjadi garukan yang terus-
menerus. Lesinya berupa nodul yang berbentuk kubah, dimana permukaannya sering mengalami
erosi dengan skuama dan krusta. Ukurannya bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga 2
sentimeter. Lesi multipel tersebar pada ekstremitas. Kulit diantaranya dapat normal atau
menunjukkan perubahan berupa eritema, skuama, ekskoriasi, likenifikasi serta perubahan pigmen
post inflamasi. Pada prurigo nodularis, pasien akan merasa gatal yang hebat pada tempat yang
beda pada tubuh dan tidak dapat mengontrol keinginan untuk menggaruk atau menggosok daerah
tersebut sehingga pada kulit sering nampak bekas garukan. Pruritus kadang datang dalam
beberapa menit sampai beberapa jam dan kemudian akan berhenti secara spontan.
6. Test Diagnostik
Laboratorium
Jika diduga terdapat suatu penyakit sistemik pemeriksaan darah lengkap dengan analisis
differensial, profil kimia darah yang mencakup tes fungsi ginjal dan hati, tes fungsi tiroid dan
radiografi dada dapat dilakukan. Level Ig E pada serum dapat meningkat pada prurigo nodularis
atopik namun normal pada prurigo nodularis non atopik.
7. Histologi
Tampak ortokeratosis, hipergranulosis, hiperkeratosis, akantosis dan hiperplasia
epidermal dengan elongasi reguler rete ridges, limfosit makrofag dan fibroblas. Terdapat pula
konfigurasi berbentuk kubah, profilerasi sel-sel Schwann dan hiperplasia neural. Papillomatosis
dan proliferasi yang ireguler di epidermis kemungkinan juga bisa di temukan.
8. Penatalaksanaan
Prurigo nodularis merupakan suatu kondisi kronik yang agak susah untuk diterapi.
Walaupun demikian, terapi yang diberikan memiliki sasaran untuk mengobati/merawat keadaan-
keadaan lain yang muncul dan membuat hidup pasien lebih nyaman. Pasien mungkin masih bisa
menerima perubahan dari segi kosmetik tapi rasa gatal yang timbul lebih memotivasi pasien
untuk mengobatinya.
Saat ini belum ada terapi yang memberikan hasil yang efektif, tetapi beberapa terapi
mungkin bisa dicoba.
Antipruritus
Gatal adalah gejala yang umum yang harus di kontrol sedini mungkin. Obat yang bisa
digunakan anti histamin yang juga sebagai anxiolitik. Produk seperti hydroxyzine,
dipenhydramine, chlorpheniramine, atau promethazine bisa berguna. Trisiklik anti depressant
bisa menjadi alternatif lain untuk mengontrol gatal karena kuatnya H1 mengikat senyawa ini.
Doxepin atau amitriptiline bisa berguna baik dengan dosis tunggal atau dosis yang terbagi.
Glukokortikoid
Terapi topikal steroid, dengan metode oklusi dapat mengurangi inflamasi. Steroid topikal
yang sangat kuat dapat dipergunakan dalam waktu singkat. Apabila terapi topikal tidak efektif
maka glukokortikoid intralesi dapat dicoba. Biasanya dipakai suspensi triamsinolon asetonid 2,5
sampai 12,5 mg per ml. Dosisnya 0,5 sampai 1 ml per cm2 dengan maksimum 5 ml untuk sekali
pengobatan. Pengawasan harus dilakukan untuk menghindari penggunaan berlebihan dari steroid
intra lesi ataupun steroid dengan potensi kuat karena dapat menyebabkan efek samping berupa
atropi dan striae.
Produk Tar
Tar dan ekstrak tar mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi yang poten, meskipun
onset kerjanya lebih lambat dibandingkan dengan glukokortikoid. Produk ini dapat digunakan
bersama dengan steroid topikal. Bila steroid tidak digunakan, maka preparat tar ini harus
digunakan dengan emolient karena tar membuat kulit kering. Produk tar ini berbau tidak sedap
dan mewarnai pakaian. Efek samping lainnya termasuk folikulitis, fotosensitisasi dan dermatitis
kontak. Terapi kombinasi dengan tar, steroid, dan diiodohydroxiquine terbukti berguna pada
terapi kelainan ini.
Konsultasi psikiatrik
Kebanyakan pasien ini menderita dari problem psikologik bila keadaan ini sudah dapat
dikontrol secara psikologis ataupun farmakologis maka kondisi akan teratasi.
Antibiotik
Pasien-pasien ini sangat rentan terhadap infeksi sekunder Staphylococcus aureus
merupakan patogen utama sehingga dibutuhkan pemberian antibiotik. Salep antibiotik digunakan
di lesi individual yang terinfeksi, antibiotik oral (biasanya eritromisin dengan dosis 4x 500 mg
sehari) diindikasikan untuk infeksi sekunder yang signifikan.
Pengobatan lainnya
Capsaicin krim dengan dosis 0,025-0,03% 4-6 kali sehari digunakan untuk mengurangi
gatal dan rasa perih. Calcipotriol ointment (mengandung vitamin D3) dengan dosis 0,05 mg/dl 2
kali sehari dapat lebih efektif daripada steroid topikal pada beberapa kasus. Fototerapi (UVB dan
PUVA) yang dikombinasikan dengan pengobatan topikal dan pengobatan oral dilaporkan
memberikan pengobatan yang efektif. Cryotherapy dengan nitrogen cair membantu mengurangi
gatal dan mengecilkan lesi. Pulsed dye laser dapat mengurangi vaskularisasi lesi. Thalidomide
(110-200 mg/hari) merupakan obat lain yang dapat digunakan dan cukup efektif dalam kasus ini,
namun karena efek teratogeniknya sehingga penggunaannya jarang.
Lesi kulit memberi respons cepat terhadap penyuntikan kortikosteroid intralesi.Biasanya
dipakai suspensi triamsinolon asetonid 2,5-12,5 mg per ml.Dosis 0,5-1 ml per cm2 dengan dosis
maksimum 5ml untuk sekali pengobatan.Pengobatan lain dengan talidomid dosis 2 x 100 mg
perhari dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 bulan.
9. Prognosis
Prognosis untuk prurigo nodularis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal dan status
psikologi dari pasien. Perbaikan pada pruritus dapat diperoleh dengan jalan terapi penyakit yang
mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan biasanya residif.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
I. Biodata
• Identitas klien : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,tanggal
MRS,tanggal pengkajian,diagnostic medic.
• Identitas penanggung : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,hubung
An dengan klien.
II. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga datang ke RS untuk menerima
pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.
• Riwayat kesehatan sekarang
Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi kulit.
b) Anxietas berhubunga dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan gatal.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan lesi dan nodul pada kulit