You are on page 1of 13

Perencanaan dan Simulasi Jaringan LTE ( Long Term Evolution ) di kota

Pekanbaru
Andes Firmawan*, Linna Oktaviana Sari**
*Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
E-mail: dudux.disini@gmail.com

Abstract
The development of information and communication technologies growing
more rapidly, as well as wireless communications technology. At the same time, the
need for information is also greater with the higher mobility. Technology Long Term
Evolution (LTE) is believed to be able to answer that question.LTE is a technology
developed by 3GPP as the development of mobile communication technology before. In
theory LTE in this thesis is to make an LTE network simulation based methods duplex
Frequency Division Duplex (FDD) with a frequency of 1800 MHz in the city of
Pekanbaru using software Atoll. In this paper used the method of planning coverage to
support the model propagated COST-231 hata are in use by means of simulation.The
simulation results show Pekanbaru require at least 99 LTE site that is covered Ratio
Signal (RS) and Carrier to Interference Noise Ratio (CINR) of at least 97%. The results
of the simulation throughput, customers who successfully connected to the network at a
bandwidth of 5 MHz amounted to 82.7% and to a frequency of 10 MHz by 86.4%,
while for a frequency of 15 MHz at 86.4%, and to a frequency of 20 MHz by 66%.
Keywords: LTE, Atoll, Bandwidth, Coverage

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 1


1. PENDAHULUAN perencanaan. Model ini dipilih karena di
nilai lebih sesuai dengan hasil yang di
Di era sekarang ini perkembangan inginkan. Hasil presentasi perencanaan
teknologi informasi dan komunikasi berbasis simulai ini juga dapat menjadi
berkembang semakin pesat, begitu juga bahan gambaran bagi suatu operator
dengan teknologi komunikasi wireless. dalam implementasi di lapangan.
Bersamaan dengan itu, kebutuhan
konsumen terhadap informasi juga 2. METODE PENELITIAN
semakin besar dengan mobilitas yang 2.1 Diagram Alir Penelitian
semakin tinggi. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah layanan komunikasi Berikut adalah diagram alir
bergerak yang dapat menunjang penelitian dari perencanaan jaringan LTE
kebutuhan konsumen, dengan cost yang di Kota Pekanbaru.
rendah namun dapat bekerja dengan hasil
yang lebih optimal. Mulai
Teknologi Long Term Evolution
(LTE) diaykini dengan kemampuannya Studi Literatur
dapat menjawab perrtanyaan tersebut.
LTE sendiri adalah sebuah teknologi yang
dikembangkan oleh 3GPP (The Third Perencanaan dan Simulasi
Generation Project) sebagai model jaringan
pengembangan untuk teknologi
komunikasi bergerak. LTE disebut – sebut
sebagai evolusi dari GSM / EDGE dan Analisis dan Pengujian
UMTS / HSDPA dengan kemampuan Metode Jaringan
pengiriman data hingga 300 Mbps untuk
downlink dan 75Mbps untuk uplink. Tidak
Pererencanaan jaringan LTE di Apakah Analisa
kota Pekanbaru diusulkan karena di dan Pengujian
pekanbaru belum adanya penerapan sudah sesuai
teknologi LTE. Simulasi perancangan
Tid
jaringan sendiri dilakukan menggunakan Ya
software radio planning atoll. atoll
merupakan sebuah perangkat lunak yang Laporan Akhir
dapat digunakan untuk mendesain sebuah Penelitian
jaringan telekomunikasi.
Berdasarkan uraian latar belakang
kasus diatas, maka dilakukan sebuah Selesai
perencanaan jaringan LTE dengan studi
kasus wilayah Kota Pekanbaru. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Perencanaan LTE sendiri di spesifikasikan
dengan frekuensi 1800 MHz, dengan 2.2 Perencanaan model jaringan
metode duplex FDD. Perencanaan Yang pertama dilakukan adalah
menggunakan perangkat lunak radio menghitung link budget, perhitungan link
planning atoll. budget ini dilakukan untuk mengetahui
COST-231 hata adalah model nilai MAPL (Maximum Allowable Path
propagansi yang digunakan untuk Loss) antara UE dan eNodeB.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 2


Tabel 3.1 General Parameter skenario 1 Rx RF Line
S 0 3
Loss (dB)
Link FDD 5MHz Effective Rx
Formula
budget DL UL Sensitivity t = q - r +s -111,8 -132,8
Operating (dBm)
a 1800 Geometry
Band(MHz) U 0 0
Data Rate Factor (dB)
b 256 128 Cell load
(Kbps) V 50% 50%
Allocated (%)
c 6 3 w = -10 log
RB Interference
(1 - 0,93 0,73
Allocated Margin (dB)
d 72 36 SINR.v/u)
Subcarriers
Body Loss
X 0 0
Tabel 3.2 Transmitter skenario 1 (dB)
FDD 5MHz Selanjutnya adalah perhitungan
Link budget Formula MAPL (Maximum Allow Path loss).
DL UL
Tx RF Power
E 46 23  Downlink, MAPL = 61 – (-111,8) -
(dBm)
Tx Antenna
0,93 + 0 – 0 = 171,87 dB
F 18 0
Gain (dBi)  Uplink, MAPL = 23 – (-132,8) – 0,73 +
Feeder Loss 0 – 0 = 155, 07 dB
G 0,06 0
per m (dB/m)
Feeder lenght Dari skenario Link budget diatas
H 50 0
(m) didapatkan hasil nilai MAPL sebesar
Feeder Loss 171,87 untuk downlink dan 155,07 untuk
i=gxh 3 0
(dB) uplink. Berdasarkan nilai MAPL yang
EIRP (dBm) j= e + f- i 61 23
didapatkan kemudian dipilih nilai MAPL
Tabel 3.3 Receiver skenario 1 terendah untuk mencari radius sel dari
frekuensi 5 MHz. Nilai ini kemudian akan
FDD 5MHz dihitung menggunakan rumus COST-231
Link budget Formula
DL UL hata.
k = 10 log
kT (dBm/Hz) -174
(k x T) Tabel 3.4 Perhtungan radius sel skenario 1
Thermal
noise per l = k + 10 Parameter Urban Suburban Rural
-132,2 -132,2
Subcarrier log(15Khz)
(dBm) Min MAPL 155,07 155,07 155,07
Aggregate Building
m = l + 10 Penetration 17 12 10
Thermal -113,7 -116,7
log(d) Loss (dB)
noise (dBm)
Noise Figure Standart
n 6 4 Deviation
(dB) 8 8 7
Required Outdoor
SINR at Cell o -4,13 -5,11 (dB)
Edge (dB) Cell Edge
75% 75% 75%
Fast Fade Probability
p 0 0 Shadowing
Margin (dB)
Rx Sensitivity q=m+n+ - Margin 5,36 5,36 4,69
-117,8 (dB)
(dBm) o+p 111,8
Rx Antenna Path Loss
R 0 18 per clutter 132,71 137,71 140,38
Gain (dBi)
type (dB)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 3


Operating hal ini bertujuan agar hasil yang
Band 1800 1800 1800 didapatkan sesuai dengan kondisi
(MHz) dilapangan. Peta yang digunakan adalah
eNodeB peta digital kota pekanbaru.
30 30 30
Height (m)
UE Height
1,5 1,5 1,5
(m)
Log d -0,1 0,38 0,88
cell
radius/d 0,794 2,408 7,636
(km)
Hexagon
0,397 1,204 3,818
radius (km)
Tabel 3.5 merupakan hasil
perhitungan radius sel dan hexagon radius
dari semua skenario link budget.
Gambar 3.5 Peta digital yang digunakan
Tabel 3.5 Radius Sel seluruh skenario
Peta yang digunakan pada
Bandwidth Cell Radius (km) perencanaan LTE di kota Pekanbaru
(MHz) urban Suburban Rural adalah peta elevasi dan peta tata lahan.
5 0,795 2,409 7,637 Peta elevasi unuk menentukan apakan
10 0,744 2,257 7,159
sinyal terhalang ketinggian tanah atau
bukit. Sedangkan peta tata lahan
15 0,653 1,979 6,273
digunakan untuk menentukan jenis
20 0,650 1,974 6,259 propagansi yang digunakan sesuai daerah
Tabel 3.6 RSRP seluruh skenario morfologi suatu dareah, sehingga dapat
ditentukan jenis propagansi apa yang akan
digunakan, apakan propagansi jenis urban,
Bandwidth
parameter suburban, atau rural.
5 10 15 20 3.3.2 Konfigurasi Parameter Jaringan
MHz MHz MHz MHz
EIRP DL Konfigurasi parameter jaringan
61 61 61 61
(dBm) merupakan lanjutan konfigurasi parameter
EIRP DL yang telah ada sebelumnya pada data link
subcarrier 42,43 41,18 39,42 38,17 budget. Tetapi konfigurasi parameter
(dBm) jaringan kali ini merupakan konfigurasi
Min input-an untuk software atoll.
155,0 154,0 152,0 152,0
MAPL
7 6 7 4
(dB) Tabel 3.7 Feeder
Shadowin
5,36 5,36 5,36 5,36 Loss per Connector Connector
g (dB)
RSRP Nama lenght reception transmission
-118 -118,2 -118,1 -119,2 (dB/m) loss (dB) loss (dB)
(dBm)
2.3 Konfigurasi Parameter Software 7/8" 0,06 0,5 0,5
2.3.1 Peta Digital
Untuk feeder menggunakan jenis
Pada perencanaan dengan software
7/8”. Untuk nilai yang ada pada feeder
network planning dibutuhkan peta digital
loss mengacu pada standar nilai yang ada
sebagai dasar dari sebuah perencanaan,
pada atoll.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 4


Tabel 3.8 Antena sebesar 25% dari total jumlah penduduk
Pekanbaru, ini didasarkan pada pengguna
Gain Beam Fmin Fmax
Nama
(dBi) width (MHz) (MHz)
jaringan hanya akan berada pada rentang
65deg usia tertentu dan juga alat komunikasi
18dBi yang digunakan tertentu. Pekabaru terdiri
0Tilt 18 65 1710 1910 dari 12 kecamatan dengan luas wilayah
1800 dan kepadatan penduduk yang berbeda-
MHz beda. Mengacu pada data BPS kota
Pekanbaru tahun 2013 (BPS Kota
Sama seperti feeder, antena juga
Pekanbaru, 2013).
mengacu pada standar yang tersedia pada
atoll untuk frekuensi 1800 MHz. Tabel 3.12 calon pelanggan LTE kota
Pekanbaru 2018
Tabel 3.9 Frequency Band
Estima
DL start UL start Pelang
Duplexing si
Nama Frequen Frequen RB tahun gan
method Keca- Pene- Pelang
cy (MHz)cy (MHz) (pt) LTE
matan trasi gan
1800 2018 per
LTE
FDD- FDD 1805 1710 25 km2
2018
5MHz 23577 25 58944, 985,52
1800 Tampan
7,8 % 4 8
FDD- FDD 1805 1710 50
Payung 11938 25 690,21
10MHz 29845
Sekaki 0 % 7
1800
Bukit 12948 25 32371, 1468,0
FDD- FDD 1805 1710 75
Raya 4,5 % 1 8
15MHz
Marpoyan 16661 25 41653, 1400,5
1800
Damai 2,2 % 1 7
FDD- FDD 1805 1710 100
20MHz Tenayan 17453 25 43634, 254,76
Raya 6,9 % 2 9
Tabel 3.10 Template eNodeB Lima 47876 25 11969, 2962,6
Puluh ,92 % 2 8
25164 25 6291,1 1929,8
Sail
,65 % 6 1
Number Max Hexagon Pekanbaru 30153 25 7538,4 3335,6
Height
Nama of Power Radius Kota ,85 % 6 0
(m)
sector (dBm) (m) 52551 25 13137, 3494,1
Sukajadi
,91 % 9 4
40772 25 10193, 1532,8
Senapelan
Rural 3 30 46 3818 ,44 % 1 0
87294 25 21823, 169,37
suburban 3 30 46 1204 Rumbai
,64 % 7 2
Rumbai 86270 25 21567, 137,08
urban 3 30 46 397
Pesisir ,17 % 54 4
11958 18360,
3.4 Peta Trafik Penduduk 298969
76 6
Peta trafik disini berguna untuk
Selanjutnya setiap kecamatan di
simulsi monte carlo dan ini hanya
kelompokkan lagi berdasarkan hasil tabel
bertujuan untuk menguji throughput. Peta
pelanggan LTE per km2 berdasarkan
trafik ini merupakan peta ditribusi calon
daerah morfologinya
pengguna untuk layanan LTE dipekanbaru
pada tahun 2018. Untuk nilai penetrasi

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 5


Tabel 3.13 Pembagian daerah morfologi pada VoIP, bit rate yang digunakan
berdasarkan kecamatan mengacu pada codec G.728. Pada video
conferencing, bit rate yang digunakan
Urban Suburban Rural mengacu pada codec H.323. Pada web
Tenayan browsing, bit rate yang digunakan
Bukit Raya Tampan
Raya mengacu pada Huawei mLab 2014
Marpoyan Payung (Huawei Technologies, 2014). Dan untuk
Rumbai
Damai Sekaki file transfer, bit rate yang digunakan
Rumbai merupakan asumsi dari kebutuhan
Lima Puluh
Pesisir pelanggan yaitu 2 Mbps (Yusuf Setiawan,
Sail 2016).
Pekanbaru
Kota Tabel 3.15 Karakteristik pelanggan LTE
Sukajadi UL DL
Calls/h
Senapelan Service volume volume
our
(kbps) (kbps)
Selanjutnya konfigurasi layanan
VoIP 0,218 360 360
LTE. untuk layanan LTE digunakan 5
layanan data, yaitu Video Streaming, Video
VoIP, Video Confrencing, Internet Access, Confren 0,109 8640 8640
dan dwonload/upload. Setiap pelanggan cing
diasumsikan menggunakan perangkat UE Video
berupa mobile terminal dengan kategori Streami 0,236 40.320 80.640
kelas 3. ng
Tabel 3.14 Karakteristik layanan LTE Internet 14.400 28.800
0,589
Access
Min Min Max Max
TD( TD( TD( TD( Downlo
Prio ad / 0,436 3.840 7.680
Nama DL) UL) DL) UL)
rity Upload
(kbp (kbp (kbp (kbp
s) s) s) s)
Selanjutnya adalah data tentang
VoIP 4 16 16 16 16
kepadatan pelanggan untuk setiap daerah
Intern
morfologi di kota Pekanbaru. Dalam
et
1 0 0 1536 1536 skripsi ini diasumsikan semua pelanggan
Acces
s bermobilitas pedestrian (3 km/jam).
Video Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.17.
Strea 2 1228 614 2356 1228 Tabel 3.17 Kepadatan daerah morfologi
ming
Video Daerah Density
Mobility
Confr 3 384 384 768 768 Morfologi (km²)
ence Urban Pedestrian 1.716
Downl Suburban Pedestrian 862
oad /
0 0 0 4096 2048 Rural Pedestrian 190
Uploa
d 3.5 Peletakkan eNodeB
Berdasarkan Tabel 3.14, Pada Sebelum melakukan peletakkan
video streaming, bit rate yang digunakan eNodeB, peta digital dikelompokkan
mengacu pada codec H.264. Sedangkan berdasarkan daerah morfologinya dengan

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 6


warna tertentu, yaitu warna biru tua untuk Tabel 4.1 eNodeB seluruh skenario
daerah urban, warna biru muda untuk
Jumlah eNodeB
daerah sub-urban, dan warna kuning untuk Band-
Total ( kelas )
daerah rural. Hasilnya dapat dilihat pada width
eNodeB Urb Sub Rur
gambar 3.8 (MHz)
an urban al
Urban 5 99 79 13 7

Suburban 10 111 89 14 8
15 130 104 17 9
Rural
20 143 116 17 10
3.2 Simulasi Prediksi Cakupan Sinyal
Level
Cara kerja simulasi ini adalah
Gambar 3.8 Pembagian daerah morfologi dengan cara melakukan prediksi cakupan
sinyal pada sisi transmitter.
Setelah mengelompokkan peta Atoll menghitung berdasarkan
berdasarkan jenis morfologi maka path loss, target area cakupan nantinya
selanjutnya dilakukan peletakkan eNodeB akan tercakupi oleh beberapa prediksi
sesuai dengan daerah morfologinya. berdasarkan jumlah site yang telah di
letakkan pada peta digital. Berikut adalah
gambar hasil simulasi prediksi sinyal level
untuk skenario bandwidth 5 MHz.

Gambar 3.9 Peletakkan eNodeB

3. Hasil Dan Analisa


3.1 Analisis Simulasi Prediksi Cakupan Gambar 4.1 Simulasi prediksi sinyal level
Atoll menyediakan beragam skenario skenario 1
aplikasi dan analisis secara otomatis, salah Berikut adalah grafik simulasi
satunya adalah prediksi untuk cakupan. prediksi sinyal level. Dimana persentase
Simulasi prediksi cakupan adalah salah nilai sinyal level tertinggi berada pada
satu kemampuan atoll untuk memprediksi range – 95 dBm sampai -100 dBm, yaitu
cakupan sinyal pada suatu daerah. prediksi dengan cakupan sebesar 32.6 % dari
cakupan berupa prediksi cakupan sinyal seluruh area Pekanbaru.
level dan prediksi cakupan level CINR
downlink dan CINR uplink.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 7


%
3.3 Simulasi Prediksi Cakupan Level
33,6
30,8
CINR
28
25,2 3.3.1 Simulasi Prediksi Cakupan CINR
22,4
19,6
downlink
16,8
14 Cara kerja nya adalah dengan
11,2
8,4 cara melakukan prediksi cakupan sinyal
5,6
2,8
pada sisi transmitter berdasarkan nilai
0 downlink CINR atau (carrier to
-120

-115

-110

-105

-100

-95

-90

-85

-80

-75

-70

-65

-60
interference-noise ratio).
Best Signal Level (dBm)
Atoll menghitung berdasarkan
Gambar 4.2 Histogram Sinyal Level path loss, target area cakupan nantinya
skenario 1 akan tercakupi oleh beberapa prediksi
Tabel 4.2 Prediksi cakupan sinyal level berdasarkan jumlah site yang telah di
estimasi skenario 1 letakkan pada peta digital. Berikut adalah
gambaran hasil simulasi prediksi sinyal
% of CINR downlink untuk skenario bandwidth
% of
Coverage by cover Surface 5 MHz.
Populatio
Signal level ed (km2)
n
area
Signal Level
1,533 9,655 1,53
(dBm) >=-75
Signal Level
7,705 48,52 7,7
(dBm) >=-80
Signal Level 20,91 131,73
20,92
(dBm) >=-85 9 2
Signal Level 32,84 206,83
32,84
(dBm) >=-90 7 8
Signal Level 51,82 326,32
51,82
(dBm) >=-95 1 3
Signal Level 84,34 531,15
84,34
(dBm) >=-100 9 3
Signal Level 99,99
629,69 99,99
(dBm) >=-105 7 Gambar 4.3 Simulasi prediksi cakupan
Signal Level 99,99 SINR DL skenario 1
629,7 99,99
(dBm) >=-110 8
Signal Level Berikut adalah grafik simulasi
100 629,71 99,99
(dBm) >=-115 prediksi CINR Downlink.
Signal Level
100 629,71 99,99 %
(dBm) >=-120
13,2
Tabel 4.3 Hasil prediksi sinyal level 12
10,8
seluruh skenario 9,6
8,4

Average Coverage 7,2


6
Bandwidth signal level Signal Level 4,8

(dBm) (%) 3,6


2,4

5 Mhz -97,41 dBm 100 % 1,2


0
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34

10 MHz -93,91 dBm 100 %


15 Mhz -87,32 dBm 100 % PDSCH C/(I+N) Level (DL) (dB)

20 Mhz -86,21 dBm 100 %


Gambar 4.4 Histogram cakupan CINR DL
skenario 1

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 8


Tabel 4.4 Prediksi cakupan CINR DL Coverage
Average CINR
level skenario1 Bandwidth CINR DL
DL level (dB)
(%)
Coverage % of % of 5 Mhz 19,88 dB 99,4 %
Surface
by CINR covered Popu-
(km2) 10 MHz 17,86 dB 89,3 %
DL area lation
15 Mhz 17,38 dB 86, 9 %
Level (DL)
(dB) >=30 19,075 3 3,03 20 Mhz 16,1 dB 80,4 %
Level (DL) 4.3.2 Simulasi Prediksi Cakupan CINR
(dB) >=28 31,278 5 4,97 Uplink
Level (DL)
Cara kerja prediksi cakupan
(dB) >=26 51,46 8,2 8,17
Level (DL) CINR uplink adalah menghitung nilai
(dB) >=24 77,6 12,3 12,32 sinyal pada sisi transmitter berdasarkan
Level (DL) nilai Uplink CINR.
(dB) >=22 106,838 17 16,96 Atoll menghitung berdasarkan
Level (DL) path loss, target area cakupan nantinya
(dB) >=20 135,363 21,5 21,49
Level (DL)
akan tercakupi oleh beberapa prediksi
(dB) >=18 165,645 26,3 26,3 berdasarkan jumlah site yang telah di
Level (DL) letakkan pada peta digital. Berikut adalah
(dB) >=16 199,883 31,7 31,74 hasil untuk skenario 1 bandwidth 5 MHz.
Level (DL)
(dB) >=14 239,448 38 38,02
Level (DL)
(dB) >=12 289,66 46 45,99
Level (DL)
(dB) >=10 353,308 56,1 56,1
Level (DL)
(dB) >=8 432,17 68,6 68,62
Level (DL)
(dB) >=6 514,913 81,8 81,76
Level (DL)
(dB) >=4 562,805 89,4 89,37
Level (DL)
(dB) >=2 578,858 91,9 91,92 Gambar 4.5 Simulasi prediksi cakupan
Level (DL) CINR UL skenario 1
(dB) >=0 592,345 94,1 94,06 %
Level (DL) 21,6
(dB) >=-2 606,338 96,3 96,28 19,8
18
Level (DL) 16,2
(dB) >=-4 618,497 98,2 98,21 14,4
12,6
Level (DL) 10,8

(dB) >=-6 626,188 99,4 99,43 9


7,2
Level (DL) 5,4
3,6
(dB) >=-8 626,242 99,4 99,44 1,8
0
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34

PUSCH & PUCCH C/(I+N) Level (UL) (dB)

Tabel 4.5 Hasil prediksi CINR DL level Gambar 4.6 Histogram cakupan CINR UL
seluruh skenario skenario 1

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 9


Tabel 4.6 Prediksi cakupan CINR UL disediakan.simulasi ini juga bertujuan
level skenario 1 untuk menguji kehandalan pada simulasi
Coverage % of % of
sebelumnya, yaitu simulasi prediksi
Surface cakupan. Berikut pada gambar 4.7 adalah
by CINR covered Popu-
(km2) hasil simulasi kota Pekanbaru untuk
UL area lation
Level (UL) skenario 1 bandwidth 5 MHz.
0,003 0 0
(dB) >=14
Level (UL)
90,257 14,3 14,33
(dB) >=12
Level (UL)
220,27 35 34,98
(dB) >=10
Level (UL)
220,27 35 34,98
(dB) >=8
Level (UL)
300,348 47,7 47,69
(dB) >=6
Level (UL)
362,463 57,6 57,55
(dB) >=4
Level (UL)
441,52 70,1 70,11
(dB) >=2
Level (UL)
512,265 81,3 81,34
(dB) >=0
Level (UL)
587,508 93,3 93,29
(dB) >=-2
Level (UL)
626,255 99,4 99,44
(dB) >=-4
Level (UL)
626,255 99,4 99,44
(dB) >=-6
Level (UL)
626,255 99,4 99,44
(dB) >=-8
Gambar 4.7 Hasil simulasi Monte Carlo
Tabel 4.7 Hasil prediksi CINR UL level
skenario 1
seluruh skenario Keterangan :
Coverage 1. Connected DL+UL : Sedang
Average CINR
Bandwidth CINR DL
DL level (dB) melakukan downlink dan uplink.
(%)
2. Connected DL : Sedang melakukan
5 MHz 8,5 dB 99,4 % downlink.
10 MHz 7,9 dB 89,3 % 3. Connected UL : Sedang melakukan
uplink.
15 MHz 7,7 dB 86, 9 % 4. Inactive : dalam keadaan tidak aktif.
20 MHz 7,3 dB 80,4 % 5. No Coverage : Tidak mendapatkan best
server area.
3.4 Simulasi Monte Carlo 6. No Service : Tidak mendapatkan
bearer.
Simulasi monte carlo seperti 7. Scheduler Saturation : Tidak berada
sebelumnya dijelaskan pada bab II adalah Pada list Scheduling.
simulasi untuk melakukan analisis 8. Resource Saturation : Semua resource
kapasitas jaringan, simulasi ini pada suatu sel telah habis digunakan
memodelkan suatu trafik telekomunikas user lain.
sesuai dengan distribusi pelanggan yang
realistis, path loss, dan layanan yang

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 10


Berikut hasil data rata – rata Tabel 4.10 Data pelanggan gagal
pelanggan yang tersambung ke jaringan tersambung seluruh skenario
dan pelanggan yang gagal tersambung.
Jumlah pelanggan yang gagal
Tabel 4.8 Data pelanggan hasil simulasi tersambung
monte carlo seluruh skenario Band
width
Pelang- NC NS SS RS
Pelang-
gan
Band gan
yang
width yang (%)
(%) gagal 5 MHz 941 1 0 7.274
(MHz) tersam
tersam
bung 10
bung 1.659 0 0 4.752
MHz
5 39.158 82,7 8.216 17,3 15
10 40.778 86,4 6.411 13,6 2.705 0 0 3.711
MHz
15 40.895 86,4 6.416 13,6 20
12.398 0 0 3.679
MHz
20 31.235 66 16.077 34
Keterangan :
Berikut pada Tabel 4.9 adalah NC = No Coverage
penjelasan lebih lanjut tentang data NS = No Service
pelanggan yang tersambung ke jaringan SS = Schedule Saturation
dari seluruh skenario.Untuk pelanggan RS = Resource Saturation
yang tersambung ke jaringan di bagi Selanjutnya adalah pembagian data
berdasarkan pelanggan yang sedang pelanggan tersambung berdasarkan
melakukan downlink, uplink, dan karakteristik layanan. Untuk lebih jelas
downlink + uplink. dapat dilihat pada Tabel 4.11, berturut dari
Tabel 4.9 Data pelanggan tersambung bandwidth 5 MHz sampai bandwidth 20
seluruh skenario MHz.

Jumlah pelanggan yang Tabel 4.11 distribusi layanan hasil


tersambung simulasi monte carlo
Band
width Downlink Jumlah total pelanggan tesambung
Downlink Uplink
+ Uplink
DL/
VC VS VoIP IA
5 MHz 22.792 15.888 478 UL

10 MHz 23.537 16.766 486 2.186 2.213 6.673 6.478 21.607


2.135 2.191 8.935 6.302 21.227
15 MHz 23.788 16.620 493
2.077 2.211 9.699 5.986 20.923
20 MHz 18.676 12.194 365 1.660 1.692 7.015 4.339 16.289

Selanjutnya Tabel 4.10 adalah Keterangan :


penjelasan data pelanggan yang gagal DL/UL = Download / Upload
tersambung ke jaringan dari seluruh VC = Video Conference
skenario. Untuk pelanggan yang gagal VS = Video Streaming
tersambung ke jaringan di bagi VoIP = VoIP
berdasarkan no coverage, no service, IA = Internet Access
scheduler saturation dan resource Berikutnya adalah hasil rata –
saturation. rata throughput pelanggan untuk setiap

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 11


karakteristik layanan LTE, hasil nya dapat memberikan luas area cakupan
di lihat pada tabel 4.12 mencapai 99,99 %. Dan untuk
Tabel 4.12 Rata – Rata throughput frekuensi 20 MHz memberikan luas
pelanggan area cakupan mencapai 99,98 %.
dengan nilai RS minimal sebesar (-105
Rata - Rata Rata - Rata dBm) untuk semua skenario.
Throughput Throughput
layanan 3. Hasil simulasi prediksi CINR level
Downlink Uplink
(kbps) (kbps) untuk frekuensi 5 MHz memberikan
VoIP 16 16 luas area cakupan mencapai 99,4 %.
Video Untuk frekuensi 10 MHz memberikan
601 522 luas area cakupan mencapai 89 %.
conference
Video Sedangkan untuk frekuensi 15 MHz
1.650 963
Streaming memberikan luas area cakupan
Internet mencapai 86,7 %. Dan untuk frekuensi
302,25 425,75
Access 20 MHz memberikan luas area cakupan
Download / mencapai 80,4 %. dengan CINR level
528,5 454,5
Upload minimum sebesar (-6,5 dBm) untuk
Tabel diatas adalah hasil rata – rata semua skenario.
nilai througput yang di dapatkan pada 4. Hasil simulasi monte carlo
simulasi monte carlo. Untuk nilai rata – menunjukkan persentase pelanggan
rata throughput VoIP, Video Conference yang sukses tersambung ke jaringan
dan Video streaming telah mencapai nilai pada frekuensi 5 MHz sebesar 82,7 %.
yang diinginkan seperti pada tabel 3.14. untuk frekuensi 10 MHz sebesar 86,4
Sedangkan nilai rata – rata throughput %. sedangkan untuk frekuensi 15 MHz
yang didapat internet access dan sebesar 86,4 %. dan untuk frekuensi 20
download / upload cenderung tidak sesuai MHz sebesar 66 % pelanggan yang
yang diharapkan dan hanya memenuhi 50 tersambung ke jaringan.
% dari througput permintaan. Hal ini
disebabkan karena internet access dan 5. Hasil simulasi monte carlo untuk
download / upload memiliki priority yang layanan VoIP memberikan hasil rata-
lebih rendah sehingga kapasitas dari rata nilai throughput sebesar 16 kbps
sistem lebih banyak digunakan oleh untuk downlink dan uplink. Untuk
layanan yang lebih diprioritaskan. layanan video conference memberikan
hasil rata- rata nilai throughput sebesar
4. Kesimpulan 601 kbps untuk downlink dan 522 kbps
1. Jumlah eNodeB yang dibutuhkan untuk untuk uplink. Untuk layanan video
frekuensi 5 MHz sebanyak 99 site, memberikan hasil rata- rata nilai
untuk frekuensi 10 MHz sebanyak 111 throughput sebesar 1.650 kbps untuk
site, untuk frekuensi 15 MHz sebanyak downlink dan 963 kbps untuk uplink.
130 site, dan untuk frekuensi 20 Mhz Untuk layanan internet access
sebanyak 143 site. memberikan hasil rata- rata nilai
throughput sebesar 302,25 kbps untuk
2. Hasil simulasi prediksi sinyal level
downlink dan 425,75 kbps untuk
untuk frekuensi 5 MHz memberikan
uplink. Dan terakhir untuk layanan
luas area cakupan mencapai 99,99 %.
download / upload memberikan hasil
Untuk frekuensi 10 MHz memberikan
rata- rata nilai throughput sebesar
luas area cakupan mencapai 99,99 %.
528,5 kbps untuk downlink dan 454,5
Sedangkan untuk frekuensi 15 MHz
kbps untuk uplink.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 12


4.2 Saran Engineering, University Malaysia
Untuk penelitian lebih lanjut dapat Perlis (UniMAP)
direkomendasikan untuk melakukan Lingga Wardhana, 2014. Bagus Facsi
penelitian menggunakan metode duplex Aginsa, Anton dewantoro, Isyabel
TDD , interferensi dan noise pada suatu Harto, Gita Mahardika, Alfin
jaringan, menggunakan frekeunsi 2100 Hikmaturokhman, 4G Handbook
MHz, dan melakukan optimasi jaringan. edisi Bahasa Indonesia.
Sehingga dapat menjadi pembanding Marwa Elbagir Mohammed, 2014. LTE
Radio Planning Using Atoll Radio
kemampuan jaringan nya.
Planning and Optimization
DAFTAR PUSTAKA Software, Jurnal International,
Ahmad nurholis, 2014. Perancangan Faculty of Engineering, EL-
jaringan teknologi long term Neelain University, Khartoum,
evolution (LTE) berdasarkan Sudan
kapasitas sel di wilayah kabupaten M Ridwan Fauzi, 2015. Perencanaan
jember, Skripsi Sarjana, Program jaringan LTE FDD 1800 MHz di
Studi Teknik Elektro, Universitas kota Semarang menggunakan
Jember. Atoll, Skripsi Sarjana, Jurusan
Atoll User Manual Radio version 3.1.2. Teknik Elektro, Universitas
Atoll Technical Reference Guide version Diponegoro.
3.2.1. Motorola, 2011. “LTE RF Planning
Badan Pusat Statistik, 2013. “Profil Guidelines, Version 1.2.” USA:
Kependudukan Kota Pekanbaru Motorola.
2013”. Nokia Siemens Network, 2011. “LTE
Earthexplorer.usgs.gov, ( di akses pada 2 RPESS; LTE Link Budget”.
desember 2015 ) Nokia Siemens Network, 2011. “Air
Frans Risky J, P, 2014. Analisis Interface Dimensioning”.
perancangan jaringan Long Term Wisnu Hendra Pratama, 2014. Analisis
Evolution (LTE) di wilayah kota perencanaan jaringan Long Term
Banda Aceh dengan Fractional Evolution (LTE) menggunakan
Frequency Reuse sebagai metode frekuensi reuse 1,
manajemen interferensi, Jurnal, fractional frequency reuse dan soft
Program Studi Teknik frequency reuse studi kasus kota di
Telekomunikasi, Universitas Bandung, Jurnal, Fakultas Teknik
Telkom. Elektro, Universitas Telkom.
Huawei Technologies, 2014. “xMbps Yusup Rudyanto, 2010. Lapisan fisik pada
Anytime Anywhere White Paper”. teknologi long term evolution
I. El-Feghi, Zakaria Sulimanzubi, A.Jamil, (LTE) di PT TELKOM R&D
H. Algabroun, 2012. Long Term Center Bandung, Jurnal, Jurusan
Evolution Network Planning and Teknik Elektro, Universitas
Performance Measurement, Jurnal, Diponegoro.
Facility of Engineering, University Yusuf Setiawan, 2016. Perencanaan
of Tripoli, Tripoli, Libya Jaringan LTE TDD 2300 MHz di
Jaafar A. Aldhaibani, 2013. On Coverage Semarang Tahun 2015 – 2020.
Analysis for LTE-A Cellular Skripsi Sarjana, Jurusan Teknik
Networks, Journal, School of Elektro, Universitas Diponegoro.
Computer & Communication

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 13

You might also like