You are on page 1of 5

Pasien datang ke Poli Jiwa menggunakan pakaian sesuai gender dan usianya, bersama

dengan tantenya (adik dari ibunya). Pasien mau diajak berjabat tangan dengan pemeriksa.
Saat ditanya mengenai identitas, waktu saat ke poli Jiwa, dan alamat rumahnya, pasien dapat
menjawab dengan tepat.

Pasien mengeluhkan sulit untuk memulai tidur sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sering
tidur malam, pk. 03:00 dan terbangun pk. 05.00. Dan sering tidak bisa memulai tidur serta
mudah terbangun. Akhirnya selama itu, pasien sering meminum obat tidur “Lelap” yang
dibeli di apotik. Akhir-akhir ini, pasien sering pusing dan tidak enak badan.

Pasien tinggal bersama dengan neneknya (orang tua ibu). Rumah neneknya
berdampingan dengan rumah tantenya, jadi pasien sering bertemu dengan tantenya. Ayah dan
Ibu pasien telah bercerai sejak pasien kelas 3 SD. Sekarang, ayahnya sudah menikah lagi
(pada tahun 2011) dan tinggal di Jenggawah. Ibunya kerja di Arab sejak bercerai dan selama
ini hanya pulang berkunjung 2 kali. Saat masih kecil, pasien tinggal bersama orang tuanya di
Sumatra. Saat pasien ditanya bagaimana kehidupan masa kecilnya, pasien mengatakan tidak
suka. Saat ditanya apa yang membuatnya tidak suka, pasien mengatakan sejak pasien kecil,
ayah ibunya sering bertengkar di hadapannya. Hingga membuat pasien sangat marah dan
sedih. Pasien mengatakan saat kecil tiap hari menangis. Pasien tidak memiliki teman, sering
bermain sendiri dan mengurung diri di kamar karena tidak tahan melihat ayahnya memukul
ibunya. Pasien mengatakan juga pernah diikat karena dianggap nakal. Lalu kedua orang
tuanya bercerai dan ibu pasien pindah bekerja di Arab. Pasien tinggal bersama dengan ayahya
di Sumatra hingga kelas 6 SD. Saat ditanya apa yang dia rasakan setelah orang tuanya
bercerai, pasien mengatakan dia masih sering dimarahi dan dipukul ayahnya jika sulit diatur.
Pasien merindukan ibunya dan semakin sering menangis sendirian. Saat ditanya bagaimana
sekolahnya disana, pasien menjawab menurutnya sekolahnya baik-baik saja, namun dia lebih
suka sendiri. Pasien mengatakan saat di Sumatra tidak memiliki teman. Saat kelas 6 SD,
pasien pindah ke Jenggawah ikut ayahnya yang menikah lagi. Pasien tinggal bersama ayah
dan ibu tirinya. Pasien mengaku sangat tidak menyukai ibu tirinya. Dia mengatakan ibu
tirinya jahat. Kemudian ibu pasien berkunjung saat pasien kelas 1 SMP. Lalu ibu pasien
melihat pasien yang sering menangis dan terlihat kacau, sehingga ibu pasien bertengkar
dengan keluarga ayah pasien dan membawa pasien keluar dititipkan di rumah neneknya,
sehingga sampai sekarang pasien tinggal bersama neneknya.

Saat pasien ditanya bagaimana setelah tinggal di rumah nenek, apakah masih sering
merasa sedih? Pasien menjawab masih, namun semenjak pasien SMP hingga SMA, dia sudah
tidak sering menangis lagi. Pasien mengatakan saat itu dia sudah tidak terlalu memikirkan
tentang ayahnya. Dia juga tidak sering bertemu ayahnya. Komunikasi dengan ibunya pun
cukup lancar. Namun pasien mengatakan sering merindukan ibunya karena semenjak itu
ibunya tidak pernah pulang dan baru pulang lagi saat pasien SMA.

Pasien saat ini merupakan pelajar SMA kelas 3. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien
mengeluh sulit tidur. Kemudian pasien meminum obat tidur, tetapi bangun tidur badannya
sakit semua dan pusing. Pasien lebih sering menyendiri di kamar. Pasien merasa sering lupa
dengan kegiatannya yang telah dia lakukan. Pasien sering merasa pusing, badan sakit semua
dan tidak nafsu makan. Pasien mengatakan saat ini sedang banyak masalah. Pasien
mengatakan tidak memiliki teman. Lebih suka menyendiri, karena sering tidak sepaham dan
tersinggung dengan teman-temannya. Dia menganggap teman-temannya hanya datang ketika
ada maunya. Dia mengatakan, saat ini masalah yang paling dipikir adalah perihal dia yang
sedang bertengkar dengan anak IPS hingga saling olok di akun Facebook.

Dua minggu yang lalu, pasien dipanggil guru BK hingga tantenya dipanggil ke
sekolah. Pasien dipanggil karena tertangkap sedang pacaran yang terlalu parah (saling
pangku, saling merangkul, dan bermesraan). Namun saat ditanyai, pasien mengatakan tidak
ingat kejadiaannya kenapa dia sampai dipanggil BK.

Saat ditanya apa yang dia lakukan sehari-hari ketika menyendiri di kamar, pasien
mengatakan hanya menikmati saja, entah tidur atau streaming video, ataupun belajar hingga
larut karena pusing memikirkan ujian. Saat ditanya apakah pasien memiliki teman khusus
yang tidak dikenal oleh siapapun, melihat hal-hal yang tidak nyata atau sering mendengar
suara-suara yang sepertinya tidak didengarkan orang lain, pasien menyangkal semuanya.
Selama anamnesis, pasien sering menundukkan pandangan.

Heteroanamnesis :

Tante pasien tidak tinggal satu rumah dengan pasien, namun rumahnya bersebelahan
dan hampir setiap hari ke rumah pasien, jadi tahu kondisi pasien. Sehari-hari, pasien sangat
pendiam. Pulang sekolah hanya di kamar. Belajar dan streaming. Pasien tidak memiliki
teman. Hampir tidak pernah ada teman pasien yang berkunjung ke rumah untuk main. Pasien
juga tidak pernah berbaur dengan tetangga, dan hampir tidak ingat nama tetangganya.
Menurutnya, pasien juga sering lupa dengan kegiatan dan barang-barangnya. Seringkali
pasien salah membaca jadwal pelajaran, atau ada buku yang tertinggal.

Beberapa kali pasien bercerita sedang bertengkar dengan temannya, serta pasien yang
seperti dijauhi teman-temannya. Pasien sering belajar hingga larut malam terutama saat akan
UN kemarin. Sudah 3 bulan ini pasien meminum obat tidur “lelap” karena tidak bisa tidur.
Pasien juga sering mengeluh ujiannya yang sulit dan takut jika nilainya jelek.

Dua minggu yang lalu, bersamaan dengan cerita pasien bahwa sedang bertengkar
dengan temannya anak IPS, tantenya dipanggil ke BK karena pasien ketahuan sedang pacaran
yang berlebihan di sekolah (saling pangku, saling merangkul, dan bermesraan). Saat ditanya
tantenya, pasien terlihat kebingungan dan diam saja, mengatakan lupa dan tidak tahu tentang
kejadian tersebut.

Menurut tantenya, pasien sering tampak kelelahan dan mengeluh pusing, serta
badannya sakit semua. Pasien hanya tiduran dan tidak mau beranjak makan jika tidak disuruh
tantenya. Makanpun tidak dihabiskan.
Ketika pemeriksa datang, pasien sedang di dalam kamar lalu dipanggil oleh tantenya
untuk keluar menemui pemeriksa. Pasien mengenakan kaos biru lengan panjang dan jilbab
biru panjang dengan celana panjang. Pasien tersenyum pada pemeriksa. Pemeriksa berjabat
tangan dengan pasien, kemudian pasien duduk di dekat pemeriksa di ruang tamu. Ketika
ditanya kabar, pasien mengatakan bahwa kabarnya baik. Saat ditanyai keadaannya hari ini,
pasien merasa keluhan sudah membaik. Pasien menyampaikan bahwa tidurnya tadi malam
nyenyak. Namun, bangun tidur pasien masih merasa pusing sehingga pasien tiduran lagi.
Seharian ini pasien hanya tiduran di kamar tidurnya.

Pasien mengatakan hari ini sudah minum obat dan makan. Dua hari ini nafsu
makannya sudah sedikit membaik. Badannya juga tidak sesakit sebelumnya. Saat ditanyai
tentang apa yang dirasakannya, pasien menjawab sudah tidak terlalu bingung seperti
sebelumnya. Pasien mengatakan tadi sore dia baru teringat apa yang terjadi padanya beberapa
waktu yang lalu ketika dia dipanggil ke BK. Dia mengatakan sebelumnya dia seperti lupa dan
semua terasa seperti mimpi. Pasien masih kepikiran masalah pertengkaran dengan teman IPS
nya beberapa waktu lalu. Pasien menceritakan sekarang sudah putus dengan pacarnya, namun
hubungannya masih tetap baik. Namun, saat pemeriksa menanyai siapa nama pacarnya, tiba-
tiba pasien kebingungan dan lupa nama pacarnya. Ketika diingatkan oleh tantenya, pasien
baru teringat nama pacarnya.

Kemudian pemeriksa bertanya tentang awal mula pasien merasa sering lupa, tidak
ingin pergi keluar rumah, dan merasa mudah tersinggung oleh orang lain serta sering merasa
pusing. Pasien mengatakan, awal mula sering begitu saat ditanya oleh pamannya saat awal
kelas 3 SMA tentang keinginan untuk melanjutkan kuliah selepasnya SMA. Paman pasien
tidak sependapat dengan jurusan kuliah yang diinginkan pasien. Lalu pasien merasa
tersinggung dan sebal. Pasien mengaku dari dulu memang tidak pernah dekat dengan
pamannya dan tidak suka. Dengan adanya hal tersebut, semakin membuat pasien membenci
pamannya. Masalah dengan pamannya tersebut membuat pasien jadi kepikiran dan pusing
hingga sulit tidur.

Ketika ditanya tentang hubungan dengan keluarganya yang lain terutama ayahnya,
pasien terlihat seperti tidak mau menceritakan panjang lebar. Pasien banyak menunduk dan
memainkan jilbabnya. Pasien hanya mengatakan beberapa kali masih bertemu dengan
ayahnya namun pasien sudah tidak mau menginap di rumah ayahnya karena ada ibu tiri dan
anaknya.

Ketika ditanya mengapa hari ini tidak masuk sekolah, pasien tersenyum dan berkata
ingin tidur karena sudah tidak ada pelajaran selesai ujian akhir. Lalu pemeriksa melanjutkan
pertanyaan mengenai kehidupan sekolah dan teman-temannya. Pasien terkesan sangat
bersemangat dan menggebu-gebu ketika menceritakan tentang kehidupan sekolahnya, serta
hubungannya dengan teman-temannya. Pasien mengatakan tidak memiliki teman. Lebih suka
menyendiri, karena sering tidak sepaham dan tersinggung dengan teman-temannya. Saat
ditanya apakah pernah bertengkar dengan temannya, pasien menjawab sering. Pasien
bercerita bahwa beberapa waktu lalu, pasien terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya
hanya karena masalah jilbab. Pasien berkelahi hingga saling menjambak rambut dan
memukul. Lalu pasien mengatakan juga pernah beradu mulut dengan teman yang
dikatakannya sebagai siswa paling pandai satu sekolah, karena temannya tersebut ingin
mencontek tugas bahasa Inggrisnya. Pasien juga pernah bertengkar dengan temannya karena
masalah sandal jepit di masjid (ketika ditanyai lebih lanjut pasien mengatakan lupa tentang
kejadiannya). Pasien mengatakan ia sangat mudah tersinggung dengan teman-temannya. Lalu
pasien juga menceritakan tentang dia yang sebal terhadap teman-teman sekelasnya karena dia
merasa mereka hanya datang ketika butuh contekan tugasnya saja. Namun, nilai pasien selalu
lebih buruk daripada teman-teman yang menconteknya. Ekspresi pasien ketika bercerita
tentang kehidupan sosialnya terlihat menggebu-gebu, berbeda ketika dia menceritakan
tentang keluarga dan masa kecilnya yang dengan wajah terlihat murung.

Heteroanamnesis

Saat pemeriksa datang ke rumah pasien, pemeriksa bertemu dengan tante pasien dan
nenek pasien serta keponakan pasien yang masih balita. Tante pasien mengatakan jika
kondisi pasien lebih baik. Pasien sudah dapat tidur nyenyak. Tadi malam, pasien tidur jam
21.00 dan bangun subuh setelah dibangunkan tantenya.

Tante pasien mengatakan, seharian ini pasien hanya di kamar saja. Tiduran sambil
streaming an. Pasien sudah mau makan namun baru beranjak ketika dibangunkan tantenya.
Begitupun untuk minum obat hari ini, pasien baru meminum obat setelah obatnya dibawakan
oleh tantenya. Namun, pasien mau menghabiskan makanannya.

Ketika ditanyai bagaimana keadaan pasien sejak kecil, tante pasien mengatakan tidak
begitu mengetahui bagaimana pasien ketika masih tinggal di Sumatra bersama ayah ibunya.
Tante pasien hanya mengetahui disana ayah ibu nya sering bertengkar dan pasien sering
dipukul oleh ayahnya. Ketika awal pasien ikut tinggal bersama keluarga baru ayahnya, tante
pasien mengatakan pasien memang terlihat murung dan hampir tidak pernah mau ikut
bermain atau bergurau bersama teman ataupun keluarganya. Untuk itu, tante pasien setuju
jika ibu pasien membawa pasien untuk tinggal bersama nenek dan menitipkan kepada
tantenya.

Tante pasien mengatakan bahwa setelah itu, pasien terlihat baik-baik saja. Seperti
anak SMP-SMA pada umumnya. Namun, beberapa waktu terakhir, tante pasien mengatakan
pasien menjadi berbeda. Lebih sering murung dan beberapa kali bertengkar dengan
temannya. Bahkan beberapa waktu lalu pasien sering melengos jika bertemu tantenya dan
tidak bertegur sapa. Lalu puncaknya ketika tantenya sampai dipanggil oleh guru BK nya
karena ulah pasien yang sebelumnya tantenya merasa pasien tidak pernah melakukan hal
seperti itu.
.

You might also like