You are on page 1of 13

ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

EVALUASI PROSES PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN CLINICAL


PATHWAY KASUS STROKE ISKEMIK AKUT DI RUMAH SAKIT
ANUTAPURA KOTA PALU

Diah Mutiarasari1, Rizaldy Taslim Pinzon2, Gunadi3


1 Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
2Bagian Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
3Bagian Bedah Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Korespondensi: ms.diah@yahoo.com

ABSTRAK

Latar belakang: Stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang tinggi.
Stroke menjadi penyebab nomor 1 admisi pasien ke rumah sakit. Penggunaan
clinical pathway dapat mengurangi variasi dalam tindakan medis untuk kondisi
klinis yang sama sehingga meningkatkan kualitas pelayanan stroke. Penelitian
mengenai pengembangan clinical pathway sesuai Integrated Clinical Pathway
Appraisal Tools (ICPAT) di Indonesia masih sangat terbatas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi proses pengembangan dan
penerapan clinical pathway kasus stroke iskemik akut di RS Anutapura Kota Palu.
Metode: Rancangan Penelitian ini adalah action research. Pengumpulan data
dilakukan dengan triangulasi metode melalui wawancara terstruktur, diskusi
kelompok terarah, survei, observasi, dan telaah dokumen. Integrated Clinical
Pathway Appraisal Tools (ICPAT) digunakan sebagai alat ukur. Subyek penelitian
sebanyak 25 responden terdiri dari petugas kesehatan RS Anutapura dan tim
clinical pathway, 1 responden keluarga pasien dan 30 responden pasien yang
dirawat inap di bagian saraf RS Anutapura yang memenuhi kriteria eligibilitas.
Hasil: Pada proses pengembangan hasil evaluasi dengan ICPAT
menunjukkan dimensi 1 terpenuhi persyaratan secara keseluruhan. Dimensi 1
memberikan kepastian bahwa dokumen yang dikembangkan merupakan clinical
pathway. Pada proses penerapan clinical pathway dilakukan evaluasi uji coba
clinical pathway stroke iskemik akut sejak pasien masuk RS sampai pasien
diijinkan keluar RS. Indikator proses pelayanan yang dinilai adalah pemeriksaan
EKG sebesar 100%, penilaian kemampuan menelan sebesar 100%, pemberian
antiplatelet (aspirin 80mg atau clopidogrel 75mg) diberikan 24-48 jam sejak
masuk RS sebesar 100%, pemberian anti platelet (aspirin 325mg atau clopidogrel
300mg) diberikan 24-48 jam sejak masuk RS sebesar 46,7 % dan penilaian status
gizi dan diet seawal mungkin sebesar 100%. Kepatuhan pengisian clinical
pathway dokter dan case manager mencapai 80%.
Kesimpulan: Berdasarkan evaluasi CP baru stroke iskemik akut
menunjukkan kesesuaian dengan ICPAT. Sinergi seluruh manajemen RS, clinical
champion, dokter spesialis saraf dan tim multidisiplin menjadi kunci keberhasilan
pengembangan dan penerapan clinical pathway.

Kata Kunci: clinical pathway, ICPAT, stroke, action research.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 335


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

CLINICAL PATHWAY IMPLEMENTATION OF ACUTE ISCHEMIC


STROKE CASES IN ANUTAPURA MUNICIPAL HOSPITAL PALU

Diah Mutiarasari1, Rizaldy Taslim Pinzon2, Gunadi3


1 The Graduate School of Medical Faculty of Gadjah Mada University
2 Medical Faculty of Duta Wacana Christian University
3Surgery Departement of Medical Faculty of Gadjah Mada University

Correspondence: ms.diah@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Stroke has high mortality and disability rates. Stroke is the
number one cause of death in hospital admission. The usage of clinical pathway can
reduce variation in medical action for similar clinical condition, thus improving the
quality of stroke treatment. Study on the development of clinical pathway by
Integrated Clinical Pathway Appraisal Tools (ICPAT) in Indonesia is very limited.
Aim: This study was aimed to evaluate development and implementation
processes of clinical pathway of acute ischemic stroke cases in RS Anutapura of
Palu.
Method: The research design was action research. Data collection was
performed by triangulation method using structures interview, focused group
discussion, survey, observation, and document analysis. Integrated Clinical
Pathway Appraisal Tools (ICPAT) used as a measuring tool. The research subjects
were 25 respondents from health workers of RS Anutapura and clinical pathway
team, 1 respondent from patient’s family, and 30 patients hospitalized in the
neurological department of RS Anutapura, who met eligibility criteria.
Result: The development process of evaluation result using ICPAT showed
dimension 1 met overall requirements. Dimension 1 gave certainty that the
developed document was clinical pathway. In the implementation process of clinical
pathway, an evaluation of clinical pathway trial on acute ischemic stroke since
patient was admitted to hospital until patient was released from hospital. The
assessed indicators of service process 100% EKG examination, 100% ability to
swallow, 100% administration of antiplatelet (80 mg aspirin or 75 mg clopidogrel)
24-48 hours since admission to hospital, 46,7% administration of antiplatelet
(325mg aspirin or 300 mg clopidogrel) 24-48 hours since admission to hospital and
100% nutritional status assessment and stroke diet. Compliance to fill the clinical
pathway of doctors and case managers was 80%.
Conclusion: Based on new clinical pathway evaluation of acute ischemic
stroke, there was compliance with ICPAT. The synergy of the entire hospital
management, clinical champion, neurologists and multidisciplinary team was the
key to successful development and implementation of clinical pathway.

Keywords: clinical pathway, ICPAT, stroke, action research.

336 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

PENDAHULUAN bagian yang terlibat aktif dalam


penanganan pasien.6 Penyakit stroke
Era Jaminan Kesehatan
dipilih karena mendukung syarat-
Nasional (JKN), Badan Penyelenggara
syarat clinical pathway. Stroke
Jaminan Sosial (BPJS) ditunjuk
memiliki angka kematian dan
sebagai lembaga yang me-
kecacatan yang tinggi. Di Negara
nyelenggarakan sistem pelayanan
maju stroke menjadi penyebab nomor
kesehatan dengan kerangka kendali
1 admisi pasien ke rumah sakit,
mutu dan kendali biaya sehingga
dengan proporsi kematian sebanyak
menghasilkan pelayanan kesehatan
20% dalam 28 hari pertama
yang bermutu dengan biaya yang
perawatan.7 Berdasarkan data Riset
efisien. Salah satu program mutu
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
pelayanan di rumah sakit dengan
2013 bahwa prevalensi stroke di
melaksanakan program patient
Sulawesi Tengah sebesar 16,6‰
safety yang mengacu pada standar
lebih tinggi dibandingkan prevalensi
Joint Commicion International (JCI),
stroke di Indonesia 12,1‰ .8
yakni dengan menggunakan clinical
Penelitian ini bertujuan untuk
pathway untuk meningkatkan mutu
untuk melakukan evaluasi terhadap
dan keselamatan pasien.1,2
proses pengembangan dan pe-
Clinical pathway dapat
nerapan clinical pathway dengan
didefinisikan sebagai pendekatan
menggunakan instrumen yang sesuai
multidisiplin berbasis bukti yang
standar dan telah divalidasi yaitu
menjelaskan tahapan–tahapan
Integrated Clinical Pathway Appraisal
penting dalam memberikan pelayan-
Tools (ICPAT), sehingga diharapkan
an terhadap pasien.3 Penerapan
clinical pathway yang dijalankan
clinical pathway dapat meningkat-
bukan hanya sesuai standar, namun
kan kualitas pelayanan, sehingga
juga dengan kualitas terbaik dan
diharapkan di setiap rumah sakit
dapat memberikan kontribusi yang
dapat melaksanakan clinical pathway
bermakna terhadap peningkatan
yang sesuai standar yaitu clinical
indikator mutu proses pelayanan di
pathway yang disusun dengan
RS Anutapura untuk mewujudkan
menggunakan Integrated Clinical
sistem pelayanan stroke yang ter-
Pathway Appraisal Tools (ICPAT).
organisir dan berkualitas sehingga
Pemberlakuan clinical pathway
memenuhi kepuasaan pasien.
ternyata mampu menurunkan lama
rawat inap, menurunkan angka METODE PENELITIAN
komplikasi medis, memperbaiki
Penelitian ini menggunakan
proses dokumentasi, dan menurun-
disain penelitian action research.
kan biaya perawatan.4 Mengevaluasi
Disain penelitian ini dipilih karena
dampak clinical pathway, maka
bersifat partisipatif. Penelitian
terlebih dahulu melakukan standar-
melibatkan secara aktif subyek
isasi terhadap formulir clinical
penelitian dalam proses pe-
pathway.5
ngembangan dan penerapan clinical
Pemilihan topik untuk sebuah
pathway stroke iskemik akut. Pada
clinical pathway haruslah sebuah
penelitian ini, peneliti berfungsi
kondisi klinik yang memiliki syarat
sebagai fasilitator bagi tim multi-
sebagai berikut: high volume/ kasus
disiplin pengembang clinical
terbanyak, high risk/ pelayanan
pathway. Studi dilaksanakan di RS
berisiko tinggi, high cost/ berbiaya
Anutapura Kota Palu pada bulan
tinggi, problem prone/ mudah
April - September 2016.
menimbulkan masalah dan
Pengumpulan data dilakukan
multidisciplinary/ melibatkan banyak
dengan triangulasi metode melalui

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 337


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

wawancara terstruktur, diskusi HASIL PENELITIAN


kelompok terarah, survei, observasi,
Responden kualitatif pada
dan telaah dokumen. Penilaian
penelitian ini terbagi 2 kelompok
kesesuaian clinical pathway pada
yaitu petugas kesehatan RS
proses pengembangan dan penerap-
Anutapura sebanyak 22 orang dan
an dengan menggunakan instrumen
pasien atau keluarga pasien
yang sudah divalidasi yaitu
sebanyak 31 orang. Responden
Integrated Clinical Pathway Appraisal
kualitatif petugas kesehatan RS
Tools (ICPAT).
Anutapura terdiri dari laki-laki 5
Subyek penelitian sebanyak
(22,7%) dan perempuan 17 (77,3%).
25 responden petugas kesehatan RS
Berdasarkan usia, jumlah terbanyak
Anutapura yang terdiri dari Wakil
responden berusia 31–50 tahun,
Direktur Pelayanan, Kepala Bidang
yaitu 14 responden (63,6%).
Pelayanan Medis, Kepala Bidang
Responden kualitatif pasien atau
Anggaran dan Program, Kepala
keluarga pasien terdiri dari laki-laki
Bidang Keperawatan, Ketua Komite
9 (29%) dan perempuan 22 (71%).
Medik, Kepala Instalasi IGD dan tim
Berdasarkan usia, jumlah terbanyak
clinical pathway, 1 responden
responden berusia 46–60 tahun,
keluarga pasien dan 30 responden
yaitu 16 responden (51,6%).
pasien yang dirawat inap di bagian
Responden kuantitatif adalah
saraf RS Anutapura berdasarkan
petugas kesehatan RS Anutapura
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
Palu sebanyak 10 orang yang akan
Inklusi adalah: 1) pasien baru dengan
disurvei menggunakan kuesioner
diagnosis utama stroke iskemik onset
dengan tujuan untuk mengetahui
< 24 jam, 2) usia pasien > 18 tahun,
tingkat pemahaman dan penerimaan
3) pasien yang dirawat inap dengan
terhadap clinical pathway.
penggunaan clinical pathway dan 4)
Responden kuantitatif petugas
pasien dengan serangan pertama.
kesehatan RS Anutapura terdiri
Kriteria Eksklusi adalah 1) pasien
dari laki-laki 3 (30%) dan
rujukan, 2) pasien pulang paksa, dan
perempuan 7 (70%). Berdasarkan
3) pasien dirawat di Intensive Care
usia, jumlah terbanyak responden
Unit (ICU).
berusia 31-50 tahun, yaitu 6
Pengambilan sampel dilaku-
responden (60%). Responden
kan dengan cara pengambilan
penelitian selain petugas kesehatan,
sampel non probabilistik yakni
tedapat 30 orang pasien rawat inap di
purposive sampling. Analisis data
bagian saraf RS Anutapura yang
pada penelitian ini dilakukan dengan
memenuhi kriteria inklusi dan
menggunakan analisis kualitatif dan
eksklusi, dimana pasien tersebut
analisis kuantitatif.
terlibat pada proses pengembangan
dan penerapan clinical pathway baru
stroke iskemik akut.

Tabel 1. Karakteristik pasien stroke iskemik akut yang dirawat inap dengan
menggunakan clinical pathway
Karakteristik Penerapan clinical pathway (n=30) n (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 17 (56,7)
Perempuan 13 (43,3)
Kelompok usia
18 – 45 tahun 2 (6,7)
46 – 60 tahun 17 (56,7)

338 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Karakteristik Penerapan clinical pathway (n=30) n (%)


61 – 80 tahun 10 (33,3)
> 80 tahun 1 (3,3)
Penurunan kesadaran
Composmentis (GCS : 15) 27 (90)
Somnolen (GCS : 13-14) 3 (10)
Sopor (GCS : 9-12) 0
Onset
< 3 jam 5 (16,7)
3 - 6 jam 4 (13,3)
6 - 12 jam 8 (26,7)
12 – 24 jam 13 (43,3)
Wajah perot
Ya 24 (80)
Tidak 6 (20)
Afasia/disatria
Ya 22 (73,3)
Tidak 8 (26,7)
Parese anggota gerak
Kanan 15 (50)
Kiri 10 (33,3)
Tidak ada parese 5 (16,7)
Faktor risiko
Hipertensi 24 (80)
Diabetes 8 (26,7)
Merokok 14 (46,7)
Dislipidemia 15 (50)
Penyakit jantung 3 (10)
Obesitas 10 (33,3)
Kelas perawatan
VVIP/VIP 9 (30)
I 4 (13,3)
II 1 (3,3)
III 16 (53,3)

Tabel menunjukkan jumlah Kesesuaian Clinical Pathway


responden kuantitatif dengan Stroke Iskemik Akut dengan
karakteristik pasien stroke iskemik ICPAT
akut berdasarkan jenis kelamin Integrated Care Clinical
terbanyak adalah laki-laki, yaitu 17 Pathways Appraisal Tools (ICPAT)
responden (56,7%). Berdasarkan merupakan instrumen yang di-
usia, jumlah terbanyak responden gunakan peneliti untuk menilai
berusia 46-60 tahun, yaitu 17 kesesuaian clinical pathway stroke
responden (56,7%). iskemik akut yang telah diterapkan di
RS Anutapura. Hasil evaluasi dapat
dilihat sebagai berikut:

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 339


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Tabel 2. Dimensi ICPAT


Clinical Pathway Lama Clinical Pathway Baru
Konten (%) Mutu (%) Konten (%) Mutu (%)
Dimensi 1 40 0 100 100
Dimensi 2 0 0 95,6 100
Dimensi 3 7,7 0 100 94,1
Dimensi 4 20 0 - -
Dimensi 5 0 0 - -
Dimensi 6 33,3 8,3 100 91,6

Dimensi 1: Apakah benar clinical pathway lama 7,7% menjadi


clinical pathway? Berdasarkan hasil 100% pada clinical pathway baru,
evaluasi terhadap clinical pathway sedangkan kesesuaian mutu ter-
lama yang telah diterapkan sejak dapat peningkatan clinical pathway
tahun 2013 di RS Anutapura dengan lama 0% menjadi 94,1% pada clinical
menggunakan ICPAT pada dimensi 1 pathway baru.
tentang identifikasi clinical pathway Dimensi 6: Peran organisasi
didapatkan bahwa hasil perbanding- terhadap clinical pathway. Ber-
an clinical pathway lama dan clinical dasarkan hasil evaluasi terhadap
pathway baru terdapat peningkatan clinical pathway dengan mengguna-
kesesuaian konten clinical pathway kan ICPAT pada dimensi 6 tentang
lama 40% menjadi 100% pada clinical peran organisasi terhadap clinical
pathway baru, sedangkan kesesuai- pathway didapatkan bahwa hasil
an mutu terdapat peningkatan perbandingan clinical pathway lama
clinical pathway lama 0% menjadi dan clinical pathway baru terdapat
100% pada clinical pathway baru. peningkatan kesesuaian konten
Dimensi 2: Dokumentasi clinical pathway lama 33,3% menjadi
clinical pathway. Berdasarkan hasil 100% pada clinical pathway baru,
evaluasi terhadap clinical pathway sedangkan kesesuaian mutu ter-
dengan menggunakan ICPAT pada dapat peningkatan clinical pathway
dimensi 2 tentang dokumentasi lama 8,3% menjadi 91,6% pada
clinical pathway didapatkan bahwa clinical pathway baru.
hasil perbandingan clinical pathway
Proses Pengembangan dan
lama dan clinical pathway baru
Penerapan Clinical Pathway
terdapat peningkatan kesesuaian
a. Proses pengembangan clinical
konten clinical pathway lama 0%
pathway
menjadi 95,6% pada clinical pathway
Proses pengembangan Panduan
baru, sedangkan kesesuaian mutu
Praktik Klinis (PPK) dan clinical
terdapat peningkatan clinical
pathway kasus stroke iskemik akut
pathway lama 0% menjadi 100%
diselesaikan dalam jangka waktu 4
pada clinical pathway baru.
minggu, dimana peneliti berperan
Dimensi 3: Proses pe-
sebagai fasilitator. Panduan Praktik
ngembangan clinical pathway.
Klinis (PPK) dan clinical pathway
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap
disusun tim multidisiplin yang
clinical pathway dengan mengguna
dikoordinasikan dengan Komite
kan ICPAT pada dimensi 3 tentang
Medis.
proses pengembangan clinical
Tahapan proses pengembangan
pathway didapatkan bahwa hasil
diawali dengan adanya keputusan
perbandingan clinical pathway lama
pimpinan RS Anutapura untuk
dan clinical pathway baru terdapat
mengembangkan PPK dan clinical
peningkatan kesesuaian konten
pathway yang sesuai standar.

340 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Clinical champion berperan sebagai penerapan clinical pathway. Hasil


koordinator program tim pe- sosialisasi adalah respon positif dari
ngembangan clinical pathway baru semua pihak yang terlibat, juga
kasus stroke iskemik akut adalah terdapat masukan yang diberikan
kepala SMF saraf. Koordinator tim dalam hal tekhnis untuk penerapan
tersebut bertugas membentuk tim uji coba. Edukasi juga dilakukan
pengembang clinical pathway yang peneliti saat uji coba dengan cara
memiliki komitmen pada proses mendatangi langsung ke IGD atau
perubahan, memotivasi, mendukung ruang perawatan pasien stroke
tim, memastikan penggunaan iskemik akut yang menggunakan
evidence based best practice, dan clinical pathway.
terlibat aktif dalam proses Clinical pathway stroke iskemik
pengembangan clinical pathway. akut di bagian saraf RS Anutapura
Tim pengembang clinical menjalani masa penerapan uji coba
pathway tersebut terdiri dari dokter sejak bulan Mei sampai September
spesialis saraf, dokter umum, 2016 dengan jumlah sampel uji coba
perawat, apoteker/ farmasi klinik, sebanyak 30 pasien dan selama
nutritionist, fisioterapis, petugas proses uji coba pelaksanaannya
rekam medis dan petugas dibantu oleh case manager. Dokter
laboratorium. Melaksanakan work- spesialis saraf berperan sebagai
shop pengembangan dan penerapan clinical leader dalam proses
clinical pathway yang dihadiri oleh pelayanan asuhan medis pasien
manajemen RS Anutapura dan tim stroke iskemik akut yang disebut
pengembangan clinical pathway dan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
dilakukan dengan beberapa kali (DPJP). Pada penerapan uji coba
pertemuan lanjutan sehingga clinical pathway stroke iskemik,
menghasilkan draft sementara PPK DPJP, case manager, perawat, dan
dan clinical pathway. Konsensus pemberi asuhan lainnya ber-
dilakukan dengan seluruh tim clinical kolaborasi menjaga kontinuitas
pathway di ruang rapat komite medik pelayanan sejak pasien masuk RS
selama ± 5 jam. Hasil konsensus sampai pemulangan.
tersebut menghasilkan PPK dan Penerapan clinical pathway dapat
clinical pathway yang akan digunakan sebagai salah satu alat
disosialisasikan dan dilakukan evaluasi penilaian variasi dalam
penerapan uji coba. Pada proses rangka meningkatkan mutu dan
pengembangan clinical pathway baru keselamatan pasien. Selama
stroke iskemik akut melibatkan penerapan uji coba clinical pathway,
perwakilan salah satu keluarga terdapat variasi dalam pelayanan.
pasien untuk mereview clinical Analisis variasi dilakukan oleh
pathway dalam hal memastikan peneliti dan tim clinical pathway pada
kerahasiaan pasien. saat penerapan uji coba.
b. Proses penerapan uji coba
Evaluasi Clinical Pathway
clinical pathway
a. Proses pelayanan
Pada proses penerapan clinical
Indikator proses pelayanan yang
pathway dilakukan uji coba untuk
dinilai pada pelayanan pasien stroke
melihat kemampuan pelaksanaan
iskemik sejak pasien masuk ke IGD
clinical pathway. Sosialisasi di-
sampai ke ruang perawatan.
lakukan peneliti sebelum uji coba

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 341


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Tabel 3. Indikator proses pelayanan penerapan clinical pathway baru


Penerapan clinical
Indikator Proses pathway (n=30)
n(%)
EKG dikerjakan pada saat masuk RS 30 (100)
Penilaian kemampuan menelan pada saat masuk RS 30 (100)
Anti platelet (Aspirin 80mg atau Clopidogrel 75mg) 30 (100)
diberikan 24-48 jam sejak masuk RS
Anti platelet (Aspirin 325mg atau Clopidogrel 300mg) 14 (46,7)
diberikan 24-48 jam sejak masuk RS
Penilaian status gizi dan diet stroke seawal mungkin 30 (100)

b. Luaran pasien neurologis dengan National Institute


Saat penerapan uji coba of Health Stroke Scale (NIHSS),
dilakukan audit outcome pasien yang penilaian status fungsional (Modified
harus dicapai. Sebelum pasien keluar Rankin Scale) dan lama hari rawat.
dari RS berupa penilaian defisit

Tabel 4. Indikator luaran penerapan clinical pathway baru (%)


Penerapan clinical
Indikator Luaran
pathway (n=30) n(%)
National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)
< 5 (defisit neurologi ringan) 19 (63,3)
6 – 14 (defisit neurologi sedang) 10 (33,3)
15 – 24 (defisit neurologi berat) 1 (3,3)
> 25 (defisit neurologi sangat berat) 0
Modified Rankin Scale (MRS)
Tidak ada gejala 0
Tidak ada disabilitas, terdapat gejala minimal 12 (40)
Disabilitas ringan 4 (13,3)
Disabilitas sedang 1 (3,3)
Disabilitas sedang berat 7 (23,3)
Disabilitas berat 6 (20)
Meninggal 0
Lama hari rawat
< 7 hari 15 (50)
7 hari 6 (20)
> 7 hari 9 (30)

Lama hari rawat merupakan salah akut sesuai Panduan Praktik Klinis
satu indikator luaran pasien. Rerata (PPK) oleh dokter dan case manager.
lama hari rawat adalah 6,7 hari ± 2,5 Berdasarkan hasil penelitian bahwa
hari (rentang 3-16 hari) untuk tingkat kepatuhan pengisian clinical
keseluruhan pasien stroke iskemik pathway baru pada pasien stroke
yang menggunakan clinical pathway. iskemik akut di bagian saraf RS
c. Kepatuhan pengisian clinical Anutapura sebesar 80%, adapun
pathway tidak patuh sebesar 20% karena
Kepatuhan pengisian clinical adanya variasi yang timbul selama
pathway pada penelitian ini adalah proses perawatan pasien.
penilaian kelengkapan pengisian
clinical pathway baru stroke iskemik

342 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

d. Faktor hambatan dan faktor pathway, cara pengisian dengan


pendukung pengembangan dan mencontreng sehingga tidak
penerapan clinical pathway menambah beban kerja petugas.
Pada penelitian ini terdapat
PEMBAHASAN
faktor hambatan dan faktor
pendukung selama proses pe- Kesesuaian Clinical Pathway
ngembangan dan penerapan clinical Stroke Iskemik Akut dengan ICPAT
pathway dilakukan. Faktor Hasil evaluasi kesesuaian
hambatan adalah belum optimalnya clinical pathway baru stroke iskemik
kinerja case manager, case dengan ICPAT berdasarkan hasil self
management system belum diterap- assessment dimensi 1 dapat di-
kan dengan baik, ketersediaan pastikan bahwa dokumen clinical
sumber daya masih kurang, dan pathway yang dikembangkan bagian
belum adanya program pelatihan saraf RS Anutapura adalah benar
komprehensif terkait penggunaan sebuah clinical pathway. Temuan
clinical pathway sehingga mem- penelitian Whittle yang menyatakan
pengaruhi lancarnya proses pe- bahwa clinical pathway seyogyanya
ngembangan dan penerapan uji coba memenuhi seluruh item pada
clinical pathway stroke iskemik di RS dimensi 1 karena dianggap dokumen
Anutapura. tersebut bersifat kohesif dan
Faktor pendukung dalam proses multidisiplin. Temuan ini memiliki
pengembangan dan penerapan uji implikasi yang penting bagi banyak
coba clinical pathway baru stroke lembaga layanan kesehatan yang
iskemik akut adalah dukungan pihak telah menggunakan clinical pathway
manajemen RS dan terutama secara terencana guna mewujudkan
dukungan clinical champion RS perawatan teratur, efektif, berbasis
sebagai koordinator tim clinical bukti dan berkesinambungan.9
pathway serta tim multidisiplin Proses Pengembangan dan
clinical pathway sehingga sangat Penerapan Clinical Pathway
mempengaruhi perubahan budaya a. Pengembangan clinical
dalam memberikan pelayanan pathway
dengan menggunakan clinical Rumah sakit dalam melaksana-
pathway di RS Anutapura kan fungsinya, sebaiknya dapat
khususnya pada bagian saraf. Pada meminimalkan risiko yang mungkin
beberapa pertemuan clinical terjadi selama proses pelayanan
champion menyakinkan bahwa kesehatan berlangsung sehingga
clinical pathway mempunyai banyak pelayanan bermutu tinggi sebagai
manfaat jika diterapkan dengan baik salah satu tujuan utama dari sistem
di pelayanan, utamanya dapat kesehatan nasional dapat tercapai.
meningkatkan outcome pasien Upaya peningkatan mutu di RS dapat
sehingga dapat mengubah persepsi dilaksanakan secara efektif melalui
dokter mengenai clinical pathway dan clinical governance, yang meliputi
tidak menolak untuk menggunakan adanya komitmen, meningkatkan
clinical pathway dan memiliki mutu pelayanan dan asuhan pasien
komitmen untuk meningkatkan secara berkesinambungan, mem-
mutu pelayanan dan keselamatan berikan pelayanan dengan pendekat-
pasien serta meningkatkan an yang berfokus pada pasien, dan
kepercayaan masyarakat terhadap mencegah clinical medical error.
RS Anutapura. Disain clinical Mengurangi adanya variasi dalam
pathway yang dibuat tidak terlalu tindakan medis untuk kondisi klinis
rumit, mudah dimengerti oleh yang sama merupakan cara yang
petugas yang mengisi clinical

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 343


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

paling efektif dalam meningkatkan b. Penerapan clinical pathway


mutu pelayanan di RS. Pelayanan Pelaksanaan workshop pe-
kesehatan dengan clinical governance ngembangan dan penerapan clinical
mempunyai kerangka kerja pathway dengan melibatkan staf
mempertahankan dan meningkatkan klinis dan manajemen merupakan
mutu pelayanan, namun dapat salah satu kunci keberhasilan
dilakukan ketika infrastruktur RS sebelum melakukan proses pe-
memberikan dukungan kuat baik nerapan clinical pathway yang
aspek klinis maupun non klinis. berhasil.1 Clinical pathway sebaik-
10,11,12 nya dapat mengakomodir adanya
Clinical pathway baru stroke variasi dalam penerapan clinical
iskemik akut telah melewati 7 dari 8 pathway, sehingga clinical pathway
tahapan dalam proses pengembang- sebaiknya bersifat fleksibel dalam
an clinical pathway. Tahapan yang penggunaannya. Sebuah clinical
belum dilakukan pada penelitian ini pathway harus mampu meng-
berdasarkan guideline menurut Davis antisipasi timbulnya variasi 20-40%
et al yaitu melakukan review clinical dari populasi pasien.10
pathway secara teratur ketika Variasi dalam penerapan clinical
penerapan penuh telah dilakukan.13 pathway dapat digunakan sebagai
Pengembangan PPK dan clinical alat untuk melakukan audit medis
pathway merupakan proses panjang dan manajemen sehingga dapat
dan intensif yang disusun ber- menjaga dan meningkatkan mutu
dasarkan bukti ilmiah dan di- pelayanan.10
sesuaikan dengan kondisi RS.
Evaluasi Clinical Pathway
Temuan ini sesuai dengan penelitian
a. Proses pelayanan
Siebens et al bahwa pengembangan
Evaluasi clinical pathway dalam
clinical pathway merupakan proses
penerapan clinical pathway se-
yang melelahkan dan rutin dimana
baiknya dilakukan secara rutin dan
petugas kesehatan yang heterogen
berkelanjutan. Clinical pathway
harus dimotivasi untuk ber-
merupakan instrumen manajemen
partisipasi aktif dan mengubah
strategis yang berfungsi sebagai alat
praktik pelayanan yang ada.14
pengendalian biaya dan dapat
Pengembangan clinical pathway
berkontribusi dalam transparansi
baru stroke iskemik melibatkan tim
melakukan penyediaan layanan.
multidisiplin RS Anutapura. Peneliti-
Sistem pelayanan kesehatan yang
an Roymeke dan Stummer bahwa
baik dapat melakukan pemantauan
pengembangan clinical pathway oleh
proses pelayanan dan luaran
penyedia layanan melibatkan banyak
(outcome) secara berkala.15
kelompok profesional yakni dokter,
Clinical pathway menunjukkan
perawat, terapis dan staf lainnya.15
bahwa adanya perbaikan dalam
Penelitian Huang et al menunjukkan
proses pelayanan sehingga mem-
pengembangan clinical pathway
pengaruhi luaran pasien stroke.
memberikan koordinasi pelayanan
Proses yang baik meliputi visite oleh
bagi pengguna clinical pathway
dokter konsultan < 24 jam pasca
dengan tujuan untuk memiliki
admisi, pemeriksaan CT Scan dalam
”orang” yang tepat, melakukan hal
waktu 24 jam pasca admisi,
yang benar, melakukan tindakan
fisioterapi dalam waktu 72 jam pasca
dengan tahapan yang benar, pada
admisi, pasien yang datang dengan
waktu yang tepat, di tempat yang
onset kurang dari 4 jam dirawat di
tepat, dengan hasil yang tepat.16
unit stroke multidisiplin, pemberian
antiplatelet sesegera mungkin dan

344 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

esesmen fungsi menelan dan ke- Case manager mempunyai peran


butuhan nutrisi. 17 sangat penting dalam mengawasi
jalannnya clinical pathway.10,19
b. Luaran Pasien d. Faktor hambatan dan faktor
Luaran klinis pasien stroke akut pendukung proses pe-
dinilai berdasarkan National ngembangan dan penerapan
Institutes of Health Stroke Scale clinical pathway
(NIHSS). Indikator luaran pasien Pada penelitian ini didapatkan
stroke umumnya digambarkan pada faktor hambatan yang berhubungan
status fungsional pasca serangan, dengan penerapan uji coba clinical
angka kematian dan lama hari pathway adalah belum optimalnya
perawatan pasien stroke. Status kinerja case manager, case
fungsional dinilai dengan skala management system belum diterap-
Rankin yang dimodifikasi.18 kan dengan baik, ketersediaan
Beberapa penelitian membukti- sumber daya masih kurang, dan
kan efektif dan efisien sebuah clinical belum adanya program pelatihan
pathway dalam memperbaiki luaran komprehensif terkait penggunaan
klinis sebagai kondisi penyakit. clinical pathway sehingga mem-
Penerapan clinical pathway dapat pengaruhi lancarnya proses pe-
menurunkan angka kematian pada 7 ngembangan dan penerapan uji coba
hari perawatan di RS (OR=0,10, clinical pathway. Temuan hasil
95%CI: 0,01-0,95). Rata-rata lama penelitian Cheah bahwa case
hari perawatan pada penelitian ini manager ditugaskan bertindak
adalah 6,7 hari untuk keseluruhan sebagai fasilitator dan evaluator yang
pasien stroke iskemik yang berperan untuk melakukan peng-
menggunakan clinical pathway.7 awasan ketat dalam pengisian dan
Penelitian Huang et al menyatakan penerapan clinical pathway pada
bahwa rerata lama hari perawatan masa uji coba.10 Temuan hasil
pasien yang di rawat inap penelitian Evans-Lacko et al bahwa
menggunakan clinical pathway lebih kunci keberhasilan dalam uji coba
pendek lama hari perawatan clinical pathway adanya case
dibandingkan dengan pasien yang manager yang memantau dan
dirawat inap tanpa menggunakan memastikan clinical pathway dapat
clinical pathway dan tingkat berjalan dengan baik. Sumber daya
kepuasaan pasien terlihat lebih tinggi dan fasilitas yang tersedia,
pada pasien yang meng-gunakan kurangnya pelatihan terkait
clinical pathway.16 penggunaan pathway, pergantian
c. Kepatuhan pengisian clinical staf RS, kurangnya kesadaran,
pathway kurangnya evaluasi dan feedback
Kepatuhan dokter dan case dapat menyebabkan kegagalan
manager dalam melakukan pengisian implementasi care pathway.1
clinical pathway baru stroke iskemik Faktor pendukung dalam proses
di RS Anutapura mencapai 80%. pengembangan dan penerapan uji
Pencapaian ini berhasil karena coba clinical pathway baru stroke
adanya kolaborasi multidisiplin iskemik akut adalah sinergi seluruh
profesi (dokter, case manager, manajemen RS, adanya clinical
perawat, dan staf pendukung lain). champion RS dan keterlibatan aktif
Case manager diharapkan mem- tim multidisiplin. Temuan hasil
bantu kelancaran pengisian clinical penelitian Evans-Lacko, et al bahwa
pathway, kepatuhan terhadap kunci keberhasilan dalam peng-
clinical pathway, dan memudahkan gunaan clinical pathway ini terletak
analisis varian dan proses audit.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 345


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

pada kemampuan berkoordinasi 7. Panella, M., Marchisio, S.,


secara lintas disiplin ilmu. 1 Brambilla, R., et al. A cluster
randomized trial to assess the
KESIMPULAN
effect of clinical pathway s for
Evaluasi clinical pathway baru patients with stroke: results of the
stroke iskemik akut me-nunjukkan clinical pathway s for effective
kesesuaian dengan dimensi pada and appropriate care study. BMC
ICPAT. Sinergi seluruh manajemen Medicine. 2012;10(71)
RS, clinical champion, dokter spesialis 8. Badan Litbangkes RI. Riset
saraf dan tim multidisiplin menjadi Kesehatan Dasar (Riskesdas)
kunci ke-berhasilan pengembangan Nasional 2013. Badan Penelitian
dan penerapan clinical pathway. Dan Pengembangan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta; 2013
1. Evans-Lacko, S., Jarret, M., 9. Whittle, C. ICPAT : Integrated
McCrone, P., et al. Facilitators Care Pathway Appraisal Tools.
and barriers to implementing International Journal of Care
clinical care pathways. BMC Pathways. 2009;13,75-77
Health Services Research. 10. Cheah, J. Development and
2010;10,182 implementation of a clinical
2. Joint Commission International pathway program in an acute care
Accreditation Standards For general hospital in Singapore.
Hospitals. Health Care International Journal for Quality
Organization Management in Healthcare. 2000;12(5), 403-
Standards: Quality Improvement 12
and Patient Safety (QPS). 11. McSherry, R., and Pearce, P.
USA:Joint Commission Resources; Clinical Governance: A Guide to
2013 Implementation for Healthcare
3. Rotter, T., Kinsman, L., James, Professionals, 3rd ed, Chichester:
E., et al. The quality of the Wiley-Blackwell; 2011
evidence base for clinical pathway 12. Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
effectiveness : Room for Panduan Pelaksanaan Dokter
improvement in the design of Penanggungjawab Pelayanan
evaluation trials. BMC Medicine. (DPJP) dan Case Manager,
2012;12(80) Jakarta; 2015
4. Rotter, T., Kinsman, L., James, 13. Davis, N., Sansom, G., Jones, S.,
E., et al. Clinical pathways : effect et al. Integrated care pathways a
on professional practice, patient guide to good practice. Wales:
outcomes, length of stay and National Leadership and
hospital costs. Cochrane Innovation Agency for Healthcare;
Database Syst Rev. 2005
2010;3,CD006632 14. Siebens, K., Miljoen, H., Geest,
5. Kinsman, L., Rotter, T., James, S., et al. Development and
E., et al. What is clinical implementation of a critical
pathway? Development of pathway for patients with chest
definition to inform debate. BMC pain through action research.
Medicine. 2010;8,31 European Journal of
6. Curran, D., Browning, J., Bryett, Cardiovascular Nursing. 2012;11
A., et al. A Toolkit for developing a (4), 466-71
clinical pathway. Queensland 15. Roymeke, T and Stummer, H.
Government; 2005 Clinical pathways as instruments
for risk and cost management in

346 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

hospital – A discussion paper. organization of stroke services,


Global Journal of Health Science. process, of care, and mortality in
2012;Vol 4. No.2 pp.50-59 England: Prospective Cohort
16. Huang, Di., Song, X., Tian, J., Study. BMJ. 2013;346:2827
Cui, Q., Yang, K. Effects of clinical 18. Harrison, J.K., McArthrur, K.S.,
pathway s in stroke management: Quinn, T.J. Assessment Scales in
A meta-analysis. Neurology Asia. Stroke: Clinimetric and Clinical
2015;Vol.20, No.4:335-342 Consideration. Clinical Inter-
17. Bray BD, Ayis S, Campbell J, et ventions in Aging. 2013; 8:201-11
al. Associations between the

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 347

You might also like