You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN
ENDOMETRIOSIS”.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan,
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan.Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan
infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya
dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%,
dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah
infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena
gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang
merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa
sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi.
Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup
tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan
endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum
diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita
dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan
prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis
dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada
usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia
remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian
yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada
wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur
muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang
terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya
endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad,
1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis
yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar
15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10%
terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di
Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William
dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan
sebesar 11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita
mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2. Apa penyebab dari Endometriosis ?
3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis
5. Bagaimana asuhan keperawatan Endometriosis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis
2. Untuk mengetahui penyebab endometriosis
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis
4. Untuk mengetahui penanganan Endometriosis
5. Asuhan keperawatan pada Endometriosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis.
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium
tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di
dalam lapisan rahim.
Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan
endometrium diluar uterus.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat
berfungsi terdapat diluar kavum uteri.
B. Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis
dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan
densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang
kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah
minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan
lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS
Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm
Permukaan 1 2 4
Peritoneum Dalam 2 4 6
Permukaan 1 2 4
Kanan Dalam 4 16 20
Permukaan 1 2 4
Ovarium Kiri Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Ovarium Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
Kiri Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
Kanan Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
C. Penyebab
Tuba Kiri Tebal 4 8 16
Ada
beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
- Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
- Menstruasi yang lama (>7 hari)
- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
- Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
- Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan
kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand.
Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba
falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba
falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2. Teori sistem kekebalan
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
3. Teori genetic
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap
endometriosis.
D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan
sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan
sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke
bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada
saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah
di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang
terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga
dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
E. Gambaran Klinik
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
 Dismenore sekunder
 Dismenore primer yang buruk
 DispareuniaNyeri ovulasi
 Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
 Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
 Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
 HipermenoreaMenoragria
 Spotting sebelum menstruasi
 Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
 Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
 Darah pada feces
 Diare, konstipasi dan kolik
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain:
1. Uji serum
- CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
- Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis
tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
- Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
- MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
- Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
G. Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
1. Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk
endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah
sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh
sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan
hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu
dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
2. Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan
kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa
dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri.
sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai
persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika
setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus
dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat
diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB
kombinasi Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
estrogen- pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
progestin menstruasi, trombosis vena dalam
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi,
Progestin vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati,
kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
4. Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a. Konservatif
- Laparatomi
- laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi,
yakni
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi sekitar 5
hari.
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali sepenuhnya 7-
10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c. Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya
hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak keluhan.
Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan
pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita
kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.
5. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat keluarga : riwayat kanker, kemataian akibat kelainan ginekologi


2. Riwayat sosial : merokok
3. Riwayat kehamilan : lama kehamilan, masalah kehamilan, tipe kelahiran, lama
persalinan dan berat bayi
4. Siklus menstruasi : nyeri tekan, ukuran kesimetrisan, karakteristik puting, kondisi
kulit
5. Abdomen
a. Inspeksi : penonjolan abdomen
b. Palpasi : cairan, tegangan, kelemasan, nyeri tekan
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dan kehamilan
6. Pemeriksaan panggul : nyeri panggul

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri


2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas
3. Nyeri berhubungan dengan dismenore
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

C. Intervensi Keperawatan
Dx I
Tujuan :Ansietas berkurang
Kriteria hasil :
 Klien dapat mengungkapkan perasaan cemasWajah klien tampak rilek
Intervensi :
 Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
 Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
 Temani klien untuk mendukung keamaan dan menurunkan rasa takut
 Ajarkan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi
 Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
Dx II
Tujuan : Percaya diri klien meningkat
Kriteria hasil :
 Klien dapat menunjukan kearah penerimaan diri
 Klien dapat menyusun tujuan yang realistis
Intervensi :
 Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang
 Identifikasikan masalah peran klien
 Dorong klien untuk mengekpresikan perasaannya
Dx III
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
 Skala nyeri berkurang
 TTV normal
Intervensi :
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk untuk menentukan intervensi
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Berikan pengobatan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
Dx IV
Tujuan : Klien mengerti dan memahami tentang kondisi penyakitnya
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengulangi penjelasan perawat
 Pengetahuan klien bertambah
Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan proses penyakit
 Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi fisiologi
bersama tim kesehatan
 Jelaskan tanda dan gejala, proses serta penyebab penyakit
 Sediakan informasi tentang kondisi klien
 Berikan informasi tentang tindakan diagnostik
 Motivasi keluarga klien untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori sistem kekebalan
3. Teori genetik
Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang
air kecil
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia
Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta
Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

You might also like