You are on page 1of 8

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENANGGULANGAN

BANJIR DI DAERAH BANDUNG SELATAN DAN CIREBON


TIMUR

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Teknik Penyehatan yang
diampu oleh Dr. Dra. Rina Marina Masri, M.P.

Oleh
Hadi Hidayat (1504015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENANGGULANGAN
BANJIR DI DAERAH BANDUNG SELATAN DAN CIREBON
TIMUR

A. Kronologis Terjadinya Banjir di Bandung Selatan

Gambar 1 Kondisi Banjir Di Bandung Selatan


Sumber : Pikiran Rakyat

BANDUNG, (PR).- Hujan besar yang mengguyur Bandung dan


meluapnya kembali Sungai Citarum telah melumpuhkan lalu lintas dan
perekonomian di Bandung selatan. Ironisnya, banjir besar yang terjadi di
Bandung selatan itu justru terjadi beberapa hari setelah kunjungan Presiden
Joko Widodo ke hulu DAS Citarum di Situ Cisanti.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir terjadi sepanjang Jumat 23
Februari 2018 di wilayah Kabupaten Bandung seperti Kecamatan Rancaekek,
Cileunyi, Bojongsoang, Majalaya, Solokanjeruk, Baleendah, Dayeuhkolot, dan
sekitarnya. Luapan air di DAS Citarum itu telah merendam ratusan rumah
penduduk dan lahan persawahan.
"Kita menunggu realisasi tentang revitalisasi Sungai Citarum.
Diharapkan, dengan datangnya Presiden Jokowi ke hulu Sungai Citarum
menjadi upaya nyata pemerintah terhadap penyelesaian banjir Bandung
selatan," kata Ahmad Najib Qodratullah, Sabtu 24 Februari 2018. Ahmad Najib
adalah warga asli Dayeuhkolot yang juga anggota Komisi XI DPR RI dan Ketua
DPW Partai Amanat Nasional Jawa Barat.
Menurut dia, masyarakat sudah hampir kehilangan harapan dengan
seringnya pemerintah menjanjikan penanganan banjir yang setiap tahun terjadi.
Ahmad Najib Qodratullah mengaku akan terus bersuara sampai urusan banjir
ini ditangani secara serius oleh pemerintah. Seringnya banjir di Bandung
selatan, bahkan Najib mensinyalir sangat sulit menghitung kerugiannya. "Banjir
mengakibatkan kemampuan daya ekonomi masyarakat sekitarnya menurun
tajam.
Di samping itu, perlu juga dilakukan partisipasi masyarakat untuk
melakukan rekayasa sosial baik itu dalam menjaga kelestarian hutan di daerah
hulu maupun menjaga aliran sungai dari sampah dan limbah," kata Ahmad
Najib. Hal lain yang tak kalah penting, kata Najib, adalah jangan sampai
penanganan banjir ini hanya sesaat tetapi benar-benar komprehensif. Ia
berharap adalah pelibatan seluruh daerah dan institusi terkait dalam
penanganannya. Selain itu, juga penegakan hukum yang tegas terhadap mereka
yang melakukan pelanggaran hukum. Dalam hal ini adalah para pembuang
sampah dan limbah ke Sungai Citarum.

B. Kronologis Terjadinya Banjir di Cirebon Timur

Gambar 2 Kondisi Banjir di Cirebon Timur


Sumber : Pikiran Rakyat
SUMBER, (PR).- Banjir di Cirebon mengakibatan ribuan rumah warga
yang berada di sepanjang aliran Sungai Cisanggarung tenggelam. Banjir di di
Kabupaten Cirebon ini terjadi akibat luapan sungai di perbatasan Jawa Barat
dan Jawa Tengah, Jumat, 23 Februari 2018. Setidaknya ada lima kecamatan di
sepanjang daerah aliran Sungai Cisanggarung yang terdampak paling parah,
Kecamatan Pasaleman, Ciledug, Pabuaran, Pabedilan dan Losari.

Banjir di Cirebon ini disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi sejak
Kamis sore, mulai hulu di Kabupaten Kuningan, hingga hilir.
Akibatnya tanggul sungai tidak mampu menampung tingginya muka air hingga
meluap. Banjir di Cirebon ini disebut-sebut paling parah selama hampir 70
tahun. Di beberapa titik, ketinggian air mencapai 3 meter. Sehingga
menenggelamkan rumah warga. Selain menenggelamkan rumah warga, banjir
juga menenggelamkan jalur kereta api dan di beberapa titik. Banjir membuat
tanah landasan rel kereta api hanyut. Sehingga rel kereta api menggantung.

Akibatnya, jalur kereta api lintas selatan maupun utara yang melewati
Cirebon lumpuh total. Puluhan kereta api, tidak bisa melintasinya. Sebagai
solusinya, PT Daop 3 Cirebon mengerahkan sejumlah armada bus untuk
mengangkut penumpang yang tertahan di stasiun. Ada juga opsi
mengembalikan yang tiket 100 persen.

C. Normatif Pencegahan dan Penanggulangan Banjir


Merujuk ketentuan Pasal 13 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang antara lain
mengamanatkan pelaksanaan hal tersebut pada pemerintah dan pemerintah
daerah. Dalam peraturan daerah tersebut secara sederhana bisa dimuat
ketentuan mengenai jenis-jenis tindakan yang wajib dilakukan dalam rangka
mencegah banjir dan membuat lingkungan lebih baik, antara lain:
a. Membuang sampah hanya boleh di tempat-tempat sampah yang sudah
disediakan, tidak boleh di sembarang tempat, apalagi di tempat-tempat
seperti waduk, sungai, saluran air, dan sumur resapan.
b. Memelihara tanaman tahunan atau jenis vegetasi tertentu di halaman rumah,
bantaran sungai dan bagian pantai tertentu juga ditanami dengan sabuk
organik seperti nyamplung dan bakau.
c. Membuat sumur resapan dan mengalokasikan lahan dengan luas tertentu
yang tetap bisa menyerap air tatkala hujan, bisa dengan membuat biopori
atau menggunakan konblok untuk halaman halaman<\/li><\/ol>
Sebagai contoh kewajiban membuat resapan air di halaman rumah bisa
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk ketentuan sebagai berikut:
a) Setiap orang berkewajiban mengalokasikan 30 % dari luas lahan dan
bangunan yang dimilikinya sebagai tempat resapan air
b) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam
bentuk:
- Pembuatan sumur resapan
- Pembuatan biopori di lahan pekarangan
- Penggunaan konblok untuk lahan pekarangan
c) Setiap orang yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dikenai sanksi administratif.
d) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:
- Teguran tertulis dan pengenanaan denda sejumlah Rp. 100.000 per
hari hingga kewajiban dilaksanakan;
- Pencabutan izin mendirikan dan menggunakan bangunan serta
pembongkaran bangunan bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan
6 bulan terhitung sejak peringatan disampaikan atau diumumkan.
- Hukuman denda juga akan dikenakan bila menebang pohon meski
tumbuh di halaman rumah sendiri, termasuk jenis pohon yang wajib
ada menurut peraturan pemerintah demi penghijauan kota.
D. Faktual Pencegahan dan Penanggulangan Banjir
Adapun fakta di Lapangan terjadinya Banjir di Bandung Selatan dan
Cirebon Timur terjadi akibat :
a. Intensitas Hujan
Intensitas hujan yang cukup tinggi hampir setiap hari menyebabkan
volume air yang dapat ditampung oleh drainase maupun tanah melebihi
kapasitas, sehingga terjadinya peluapan air hujan kemudian terjadi
genangan yang tinggi yang dinamakan banjir.
b. Pengundulan Lahan
Pengundulan Lahan menyebabkan berkurangnya vegetasi atau
tanaman yang mampu menyerap air, sehingga pada lahan tersebut tidak
dapat menyerap air dengan sempurna maupun banyak.
c. Bangunan yang Tidak Memiliki Prinsip Keberlanjutan
Banyak dan hampir rata – rata rumah yang terkena banjir tidak
memliki perencanaan pencegahan banjir, yang pada prinsipnya bahwa
disetiap lahan yang akan dibangun bangunan presentase antara ruang
terbuka hijau dan bangunan yaitu 30% berbanding 70%, namun pada
kenyataannya banyak bangunan yang tidak menerapkan konsep ini.
Kemudian kurangnya ruang resapan air karena di setiap rumah tidak
memiliki sumur resapan dan sumur biopori, sehingga penyerapan air dan
penyaluran air kurang sempurna.
d. Pembuangan Sampah
Sampah merupakan bahan buangan dari aktivitas manusia yang
biasanya tidak ada nilai gunanya. Sampah menjadi salah satu faktor terjadi
banjir, dikarenakan manusia yang tidak bertanggung jawab dan kurang
adanya kesadaran membuang sampah di tempat yang tidak seharusnya
seperti di Sungai, Drainase, dan Tanah serapan. Terlebih sampah plastik
yang tidak dapat terurai dan juga sering terjadinya tersangkut di saluran
drainase maupun sungai yang membuat peluapan air yaitu banjir.
E. Kesimpulan
Jadi, Banjir yang terjadi di Bandung Selatan dan Cirebon Timur ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya Intensitas hujan, pengundulan
lahan, pembuang sampah, dan bangunan yang tidak berkelanjutan.
Fenomena Banjir ini dapat ditanggulangi dengan Revitalisasi sungai yang
tercemar sampah, membuang sampah pada tempatnya, melakukan reboisasi
di lahan gundul atau di sekitar bantaran sungai, menerapkan sistem
bangunan yang berkelanjutan, dan membuat daerah resapan air seperti
sumur resapan dan sumur biopori di setiap rumah.
Diharapakan sebagai masyarakat dan mahasiswa Teknik Sipil harus
lebih bertanggung jawab dan sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan
terutama guna mencegah terjadinya banjir, Pada Bidang Teknik Sipil juga
harus menerapkan konsep – konsep bangunan yang berwawasan lingkungan
agar meminimalisir terjadinya banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Masri, Rina Marina. 2018. Teknik Penyehatan. Bandung : DPTS, FPTK, UPI.
Ahsan, M. Noor Azasi. 2013. Undang – Undang Pencegahan dan Penanggulangan
Banjir [Online]. Diakses dari pada tanggal 19 Maret 2018
https://news.detik.com/opini/2166300/undang-undang-pencegahan-dan-
penanggulangan-banjir#main
Aryani, Ani Nunung. 2018. Terparah, Ribuan Rumah Tenggelam Akibat Banjir di
Cirebon [Online]. Diakses dari pada tanggal 19 Maret 2018
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/02/23/terparah-ribuan-
rumah-tenggelam-akibat-banjir-di-cirebon-420043
Yudiawan, Deni. 2018. Banjir Bandung Selatan Ujian Untuk Keseriusan
Pemerintah [Online]. Diakses dari pada tanggal 19 Maret 2018
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/25/banjir-bandung-
selatan-ujian-untuk-keseriusan-pemerintah-420123

You might also like