You are on page 1of 22

MODUL TRAUMA ABDOMEN

Kode Modul : MBA 069

A. Definisi
Berdasarkan National Pediatric Trauma Registry (NPTR), sekitar 8% - 12% anak yang terkena trauma
tumpul abdomen mengalami cidera organ solid dan saluran cerna. Hepar dan lien merupakan organ yang
tersering terkena pada trauma tumpul abdomen, yaitu sekitar 33% untuk hepar dan 33% untuk lien.
Manajemen non operatif pada trauma hepar dan lien yang tersembunyi telah berkembang dan telah
digunakan di banyak center. Trauma saluran gastrointestinal lebih mudah didiagnosis dan dikelola
dibandingkan dengan cidera organ solid intra abdomen. Trauma intestinal terbanyak pada organ yang
terfiksasi diantaranya adalah duodenum, colon descendens dan colon ascendens.

B. Waktu
1. Tingkat pengayaan mulai semester 1 sampai 3
2. Kegiatan magang diprogram dari semester 4 sampai 6
3. Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 sampai akhir masa pendidikan

Jumlah
Jenis ICD Tahap I Tahap II kasus
Penyakit 10 minimum
PBD Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem
(3bl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 G M
)

Trauma S36.0- K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 2 3


abdomen S36.4

Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan
pengusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna
hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,
vaskularisasi dari organ intra abdomen, menegakkan diagnosis dan pengelolaan, work-up penderita
trauma abdomen dan menentukan tindakan operatif yang sesuai beserta dengan perawatan pasca
operasinya

2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan anatomi, topografi, vaskularisasi dari organ intra abdomen
2. Mampu menjelaskan gambaran klinis dan terapi trauma abdomen
3. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang diagnosisnya
4. Mampu menjelaskan tehnik operasi pada trauma abdomen dan komplikasinya
5. Mampu melakukan work-up penderita pasca operasi trauma abdomen meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
6. Mampu melakukan tindakan operasi pada trauma abdomen
7. Mampu merawat pra, peri dan pasca operasi dan mampu mengatasi komplikasi yang terjadi

1
D. Strategi dan Metoda Pembelajaran
← 1. Pengajaran dan kuliah pengantar ← 50 menit
← 2. Tinjauan Pustaka
✴ Presentasi ilmu dasar 1 kali, telaah kepustakaan
✴ Presentasi kasus trauma abdomen 1 kali
← 3. Diskusi Kelompok ← 2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut
diagnosa, operasi, penyulit
← 4. Bed side teaching 2x ronde
← 5. Bimbingan Operasi
✴ Operasi magang minimal 2 kasus
✴ Operasi mandiri minimal 3 kasus

E. Kompetensi

← Tingka
← Jenis Kompetensi
t
← Mampu menjelaskan anatomi, topografi, vaskularisasi dari organ intra ←
← Kompe
← ←
a abdomen K6
← Mampu menjelaskan gambaran klinis dan terapi trauma abdomen K6 ← ←
←b Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang diagnosisnya ← ← ←
← Mampu menjelaskan tehnik operasi pada trauma abdomen dan ←
d komplikasinya K6 A3
P2
← Mampu melakukan work-up penderita pasca operasi trauma abdomen ← ←
A3
e meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang K6 P2
← Mampu melakukan tindakan operasi pada trauma abdomen K6 ← ←
← Mampu merawat pra, peri dan pasca operasi dan mampu mengatasi ← ← ←
g komplikasi yang terjadi K6 P5 A5

F. Persiapan Sesi
(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi,
mencakup
a. Anatomi organ intra abdomen, etiologi dan biomekanik trauma abdomen
b. Gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis serta terapi yang
akan dilakukan
c. Tehnik operasi pada trauma abdomen dan komplikasinya
d. Merawat pra, peri dan pasca operasi dan mampu mengatasi komplikasi yang terjadi
(2) Presentasi teknik operasi
(3) Peralatan penunjang untuk materi (audio-visual)

G. Referensi
1) Aschraft, K,Holcomb, Murphy . Abdominal and Renal Trauma in Pediatric Surgery 4 th ed.
Elsevier.2005.202-203.

2
2) O’neill , Grosfeld, Fonkalsrud, Coran, Caldamone. Abdominal and Genitourinary Trauma in
Pediatric Surgery 6th ed. Mosby Elsevier.2006. 159-195.
3) American College of Surgeons Committe on Trauma. Trauma Pada Anak Dalam Advance
Trauma Life Support For Doctors. 7th Edition. 2004. 274271-294.
4) Mattox, Feliciano, Moore. Liver and Billiary Tract Trauma in Trauma. International Edition. The
MaGraw-Hill Companies. 2000. 633-674.

H. Gambaran Umum
Trauma liver merupakan cedera liver yang dapat bermanifestasi mulai dari kontusio sampai dengan
laserasi liver akibat suatu trauma tumpul abdomen.Riwayat penyakit adanya riwayat nyeri pada abdomen
kanan atas akibat trauma tumpul abdomen. Pemeriksaan fisik ditemukan jejas pada abdomen, adanya
nyeri pada abdomen kanan atas, tanda – tanda perdarahan intra abdomen hingga syok.
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah rutin, USG FAST, dan CT Scan abdomen sebagai
gold standar.
Laparotomi eksplorasi dengan hepatorraphy dan atau reseksi non anatomical atau anatomical
dilakukan bila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil, sedangkan bila hemodinamik stabil dilakukan
observasi tanda – tanda perdarahan selama 48 jam sejak trauma terjadi.
Suatu trauma yang merupakan cedera lien yang mengenai mulai dari kapsular,parenkim dan hilus
lien baik berupa kontusio, laserasi, devaskularisasi maupun avulsi pembuluh darah.
Lien merupakan organ yang sering terkena pada pasien anak – anak dengan trauma tumpul abdomen
yang mengeluh nyeri pada kuadran kiri atas, fraktur tulang iga bawah kiri dan adanya bukti trauma
maupun kontusio pada paru kiri. Indikasi operasi adalah Trauma Lien AAST grade III atau lebih dan
pada pasien anak dengan hemodinamik tidak stabil dengan trauma multiple organ yang
signifikan dan waktu tidak memungkinkan untuk splenorrhaphy..
Penderita yang dilakukan splenektomi atau reseksi lien lebih dari 50% akan mempunyai resiko
sepsis postsplenektomi. Oleh karena itu haruslah diberikan imunisasi aktif berupa imunisasi untuk
pneumokokkus, meningokokkus dan H influenza.
Trauma pankreas sedikit lebih sering dibandingkan dengan trauma duodenum yaitu berkisar antara
3%-12% dari anak yang terkena trauma tumpul abdomen. Curiga trauma pancreas apabila menemukan
tanda-tanda
1. Adanya trauma abdominal bagian atas yang jelas/signifikan
2. Adanya tanda-tanda peritoneal tanpa adanya bukti perdarahan abdominal
3. Adanya kadar amylase yang tinggi pada cairan lavase peritoneal
Trauma pancreas seringnya akibat handlebars injuri, trauma tumpul pada kecelakaan bersepeda, atau
kekerasan pada anak. Kebanyakan gejala klinisnya adalah nyeri perut dan tanda-tanda iritasi peritoneal.
kenaikan kadar amylase terdapat tiga perempat pasien. Jika pasien mengalami trauma pancreas dua hari
atau lebih maka kadar amylase dapat normal. Dengan pemeriksaan CT scan akan terdapat gambaran
perdarahan, edema retroperitoneal, gambaran lusen pada daerah transeksi. Hal ini akan terdapat pada
sebagian besar kasus trauma pancreas. Tiga belas persen terdapat gambaran normal dari CT scan. MRCP
digunakan pada injuri pada duktus pankreatikus.
Kebanyakan trauma abdominal atau gastrointestinal pada anak adalah oleh karena mekanisme trauma
tumpul. Karena mobilitasnya intestinal lebih jarang terkena trauma dibandingkan organ padat. Trauma
intestinal terbanyak pada organ yang terfiksasi diantaranya adalah duodenum, colon descendens dan
colon ascendens. Berbeda dengan dewasa, pada anak-anak terbnyak oleh karena trauma tumpul abdomen
dibandingkan dengan trauma penetrans. Patofisiologi trauma gastrointestinal adalah melalui tiga
mekanisme yaitu hematoma, perforasi, dan devaskularisasi. Hematoma menyebabkan suatu obstruksi,
jika suplai darah terjaga hematom akan berangsur-angsur diserap dan obstruksi akan hilang. Perforasi
saluran cerna bagian atas, cairan bersifat kimiawi dan gejala akan cepat timbul. Sedangkan
devaskularisasi pada mesenteric akan mnyebabkan infark segmental injuri. Diagnosis didapatkan dengan
pemeriksaan penunjang diantaranya dengan radiolodi foto polos dengan melihat adanya udara bebas
yang menandakan adanya perforasi. Pemeriksaan penunjang lain dengan CT Scan untuk melihat
hematom dan atau disruption of the intestine. Indikasi untuk dilakukan operasi adalah adanya perforasi,
infark dan adanya obstruksi. Tindakan operasinya adalah reseksi anastomosis dan atau pembuatan stoma.

3
I. Contoh Kasus
Seorang anak datang dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan atas. Beberapa jam sebelum rumah
sakit ketika os sedang berjalan tiba-tiba tertabrak motor dari arah samping kanan. Riwayat pingsan ,
muntah tidak ada. Os langsung dibawa ke rumah sakit.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok, pada abdomen kanan atas terdapat jejas, nyeri tekan
(+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 7,5g%, Ht: 23%. Pada pemeriksaan USG FAST
didapatkan koleksi cairan di hepatorenal.
Pertanyaan :
1. Apa kemungkina diagnosis pada penderita tersebut?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita tersebut?

J. Rangkuman
Trauma liver merupakan cedera liver yang dapat bermanifestasi mulai dari kontusio sampai dengan
laserasi liver akibat suatu trauma tumpul abdomen
Riwayat penyakit adanya riwayat nyeri pada abdomen kanan atas akibat trauma tumpul abdomen.
Pemeriksaan fisikditemukan jejas pada abdomen, adanya nyeri pada abdomen kanan atas, tanda – tanda
perdarahan intra abdomen hingga syok.
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah rutin, USG FAST, dan CT Scan abdomen sebagai
gold standar.
Laparotomi eksplorasi dengan hepatorraphy dan atau reseksi non anatomical atau anatomical
dilakukan bila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil, sedangkan bila hemodinamik stabil dilakukan
observasi tanda – tanda perdarahan selama 48 jam sejak trauma terjadi.
Suatu trauma yang merupakan cedera lien yang mengenai mulai dari kapsular,parenkim dan hilus
lien baik berupa kontusio, laserasi, devaskularisasi maupun avulsi pembuluh darah.
Lien merupakan organ yang sering terkena pada pasien anak – anak dengan trauma tumpul abdomen
yang mengeluh nyeri pada kuadran kiri atas, fraktur tulang iga bawah kiri dan adanya bukti trauma
maupun kontusio pada paru kiri. Indikasi operasi adalah Trauma Lien AAST grade III atau lebih dan
pada pasien anak dengan hemodinamik tidak stabil dengan trauma multiple organ yang
signifikan dan waktu tidak memungkinkan untuk splenorrhaphy..
Penderita yang dilakukan splenektomi atau reseksi lien lebih dari 50% akan mempunyai resiko
sepsis postsplenektomi. Oleh karena itu haruslah diberikan imunisasi aktif berupa imunisasi untuk
pneumokokkus, meningokokkus dan H influenza.
Trauma pankreas sedikit lebih sering dibandingkan dengan trauma duodenum yaitu berkisar antara
3%-12% dari anak yang terkena trauma tumpul abdomen. Curiga trauma pancreas apabila menemukan
tanda-tanda
1. Adanya trauma abdominal bagian atas yang jelas/signifikan
2. Adanya tanda-tanda peritoneal tanpa adanya bukti perdarahan abdominal
3. Adanya kadar amylase yang tinggi pada cairan lavase peritoneal
Trauma pancreas seringnya akibat handlebars injury, trauma tumpul pada kecelakaan bersepeda, atau
kekerasan pada anak. Kebanyakan gejala klinisnya adalah nyeri perut dan tanda-tanda iritasi peritoneal.
kenaikan kadar amylase terdapat tiga perempat pasien. Jika pasien mengalami trauma pancreas dua hari
atau lebih maka kadar amylase dapat normal. Dengan pemeriksaan CT scan akan terdapat gambaran
perdarahan, edema retroperitoneal, gambaran lusen pada daerah transeksi. Hal ini akan terdapat pada
sebagian besar kasus trauma pancreas. Tiga belas persen terdapat gambaran normal dari CT scan. MRCP
digunakan pada injuri pada duktus pankreatikus.
Kebanyakan trauma abdominal atau gastrointestinal pada anak adalah oleh karena mekanisme trauma
tumpul. Karena mobilitasnya intestinal lebih jarang terkena trauma dibandingkan organ padat. Trauma
intestinal terbanyak pada organ yang terfiksasi diantaranya adalah duodenum, colon descendens dan
colon ascendens. Berbeda dengan dewasa, pada anak-anak terbnyak oleh karena trauma tumpul abdomen
dibandingkan dengan trauma penetrans. Patofisiologi trauma gastrointestinal adalah melalui tiga
mekanisme yaitu hematoma, perforasi, dan devaskularisasi. Hematoma menyebabkan suatu obstruksi,
jika suplai darah terjaga hematom akan berangsur-angsur diserap dan obstruksi akan hilang. Perforasi
saluran cerna bagian atas, cairan bersifat kimiawi dan gejala akan cepat timbul. Sedangkan
devaskularisasi pada mesenteric akan menyebabkan infark segmental injuri. Diagnosis didapatkan
dengan pemeriksaan penunjang diantaranya dengan radiolodi foto polos dengan melihat adanya udara
bebas yang menandakan adanya perforasi. Pemeriksaan penunjang lain dengan CT Scan untuk melihat

4
hematom dan atau disruption of the intestine. Indikasi untuk dilakukan operasi adalah adanya perforasi,
infark dan adanya obstruksi. Tindakan operasinya adalah reseksi anastomosis dan atau pembuatan stoma.

K. Evaluasi

Tujuan Pembelajaran Metode Penilaian


Mampu menjelaskan anatomi, topografi,
Ujian lisan dan tulis
vaskularisasi dari organ intra abdomen
Mampu menjelaskan gambaran klinis dan
Ujian lisan dan tulis
terapinya
Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang
Ujian lisan dan tulis
diagnosis
Mampu menjelaskan tehnik operasi pada
Ujian lisan dan tulis dan diskusi kasus
trauma abdomen dan komplikasinya
Mampu melakukan work-up penderita pasca
Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi,
opearsi trauma abdomen meliputi anamnesis,
dan penilaian buku log
pemeriksaan fisik
Mampu melakukan tindakan operasi trauma Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi,
abdomen dan penilaian buku log
Mampu merawat pra, peri dan pasca operasi Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi,
dan mampu mengatasi komplikasi yang terjadi dan penilaian buku log

L. Instrumen Penilaian
1. Ujian Pretest
Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada
pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang
diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.

2. Ujian Post test


Ujian ini dilakukan pada akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian
merupakan pengembangan dari ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya
dibandingkan dengan hasil pretest untuk melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap materi
modul yang diajarkan dalam waktu 3 bulan ini. Setelah ujian post test, dilakukan diskusi antara
pengajar dan peserta didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang kekurangan
dari peserta didik dari hasil ujian tulis.

3. Buku Log
Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara
objektif kompetensi yang didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai
asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang
dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga berisi kegiatan
ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.

M. Materi Baku
1. Menegakkan diagnosa
a. Riwayat penyakit adanya riwayat nyeri pada abdomen kanan atas akibat trauma tumpul abdomen.
b. Pemeriksaan fisik ditemukan jejas pada abdomen, adanya nyeri pada abdomen kanan atas, tanda
– tanda perdarahan intra abdomen hingga syok.

5
c. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah rutin, USG FAST, dan CT Scan abdomen
sebagai gold standar.

2. Pengelolaan Penderita :
a. Terapi conservative (bila hemodinamik stabil)
1. Pasang NGT dan cateter
2. Pasang infus, beri cairan standard (NaCl, RL) dengan tetesan sesuai kebutuhan.
3. Antibiotik prabedah diberikan secara rutin.
4. Observasi ketat dan monitoring di ICU

b. Terapi operative (bila hemodinamik tidak stabil)

c. Tehnik operasi
Hepatorraphy
Setelah penderita narcose dengan endotracheal. Penderita diposisikan supine dilakukan insisi
midline perdalam sampai membuka peritoneum. Identifikasi sumber perdarahan. Dilakukan
resusitasi kompresi bimanual untuk menghentikan perdarahan. Kemudian dilakukan Pringle
maneuver untuk melihat adanya perdarahan yang berasal dari vena porta dan arteri hepatika.
Apabila perdarahan berhenti dilanjutkan dengan finger fracture pada parenkim liver dan individual
ligation. Dilakukan debridemen atau reseksi pada jaringan liver yang mengalami kerusakan. Dan
selanjutnya dilakukan omental pack.

Splenektomi.
Secara singkat tehnik operasi splenektomi dijelaskan sebagai berikut: setelah penderita narcose
dengan endotracheal, posisi Supine . Lakukan irisan midline perdalam sampai membuka
peritoneum. Lakukan pemasangan packing pada 4 kuadran abdomen untuk mengindentifikasi
sumber perdarahan. Eksplorasi secara hati - hati setiap kuadran abdomen untuk menyingkirkan
trauma lain yang signifikan. Eksplorasi di akhiri di kuadran kiri atas. Cara terbaik untuk
mendapatkan akses ke pedikel vaskuler lien didapatkan dengan memotong omentum majus dari
perlekatannya ke kolon dan dengan retraksi gaster dan omentum ke superior. Manuver tersebut
dapat memudahkan mengontrol a & v Lienalis Inspeksi permukaan anterior dan anterolateral lien.
Dilakukan mobilisasi dari lien dengan memotong 3 ligamen avaskuler yaitu ligamentum lateral
pada lien, yaitu lig.splenophrenic dan lig.splenorenal diawali secara tajam lalu lanjutkan dengan
diseksi tumpul. Diseksi yang dilakukan harus sedekat mungkin dengan hiatus esofagus sehingga
dilakukan pemotongan lig.lateral dan superior. Setelah lien dan pankreas termobilisasi, kemudian
identifikasi lakukan ligasi pada short gastric vessel lalu dipisahkan. Kemudian dilakukan
pemotongan lig.splenocolica yang melekatkan lien ke kolon transversum. Ligasi arteri dan vena
lienalis. Bagian yang rusak diangkat dengan memotong parenkim lien dengan menggunakan
haemostat ( parsial splenektomi ) atau mengangkat keseluruhan dari parenkim lien (total
splenektomi ).Kontrol perdarahan dengan cara menekan manual pada hilus atau melakukan
pembungkusan dengan menggunakan mass. Luka operasi ditutup secara mass closure ( bila
memungkinkan ). Bila tidak memungkinkan untuk dilakukan penutupan secara primer, dapat
dilakukan penutupan rongga abdomen sementara sampai keadaaan hemodinamik stabil dan edema
viscera dapat diatasi.

Splenorraphy.
Secara singkat tehnik operasi splenorrhaphy dijelaskan sebagai berikut: setelah penderita narcose
dengan endotracheal, posisi Supine . Lakukan irisan midline perdalam sampai membuka
peritoneum. Lakukan pemasangan packing pada 4 kuadran abdomen untuk mengindentifikasi
sumber perdarahan. Eksplorasi secara hati hati setiap kuadran abdomen untuk menyingkirkan
trauma lain yang signifikan. Eksplorasi di akhiri di kuadran kiri atas. Cara terbaik untuk
mendapatkan akses ke pedikel vaskuler lien didapatkan dengan memotong omentum majus dari
perlekatannya ke kolon dan dengan retraksi gaster dan omentum ke superior. Manuver tersebut
dapat memudahkan mengontrol a & v Lienalis Inspeksi permukaan anterior dan anterolateral lien.
Dilakukan mobilisasi dari lien dengan memotong 3 ligamen avaskuler yaitu ligamentum lateral
pada lien, yaitu lig.splenophrenic dan lig.splenorenal diawali secara tajam lalu lanjutkan dengan
diseksi tumpul. Diseksi yang dilakukan harus sedekat mungkin dengan hiatus esofagus sehingga

6
dilakukan pemotongan lig.lateral dan superior. Laserasi pada kapsul dan parenkim lien dijahit
dengan menggunakan benang absorbable dengan jarum atraumatik secara matras horizontal
dengan menggunakan Teflon pledgets sebagai bantalan. Apabila kerusakan terletak di pool atas
lien, maka area tersebut harus direseksi dan pinggir – pinggirnya dijahit dengan metode matras
horizontal. Omentum dan “absorbable mesh” dapat digunakan untuk menutup defek yang besar
dengan tujuan untuk melindungi daerah luka dan menjadikannya sebagai tamponade. Apabila
kerusakan terletak di pool bawah lien, maka daerah tersebut dilakukan penjahitan matras
horizontal “through- and- through”dengan benang absorbable besar dan jarum atraumatik.
Laserasi ringan dan kecil dapat diatasi dengan penekanan atau pemberian agen hemostatik,
misalkan selulosa oksida,kolagen mikro, trombin dan fibrin.

Kocher Maneuver
Merupakan tindakan operasi dengan menyisihkan doudenum dan head pankreas dari
retroperitonium kearah median/midline, sehingga percabangan arteri mesenterika superior yang
berasal dari aorta dapat terlihat.

Pankreatektomi Distal
Ligamentum gastrokolika dan splenokolika dipisahkan, gaster ditarik ke atas dan kolon kebawah.
Batas inferior dari pankreas dipisahkan dari jaringan retroperitoneal dengan melakukan diseksi
mulai dari arteri mesenterika superior hingga ke hilus lien. Cabang-cabang pembuluh darah
pankreatik dari arteri dan vena splenic diidentifikasi dan dipisahkan. Pankreas dipisahkan
proksimal dari bagian yang trauma dan duktus pankreatikus utama diligasi dengan benang yang
tidak dapat diserap. Parenkim ditutup dengan jahitan matras dan drain eksterna dipasang.

Roux en y pancreaticojejunostomy
Proksimal dari duktus pankreatikus yang cedera diidentifikasi dan diikat dengan benang
nonabsorbable. Proksimal dari parenkim dijahit oversewn dengan jahitan matras.A roux loop dari
jejunum dibuat. Ujung bawah dari jejunum yang terbuka ditutup. Anastomosis end to side
pankreatikojejunostomi dilakukan dengan benang silk 3-0 dengan mendekatkan kapsul pakreas
dengan serosa jejunum. Dinding posterior duktus di anastomosiskan dengan mukosa jejunum
secara interupted dengan benang prolene 5-0 dan dipasang stent dengan NGT no 5-french pada
anastomosis, kemudian dijahitkan ke mukosa jejunum dengan menggunakan benang absorbable.
Jahitan Lembert digunakan untuk menanam pankreas ke jejunum dan pembuatan loop Roux
selesai.

Reseksi Anastomosis Intestinal


Penderita narcose dengan endotracheal, posisi supine . Lakukan irisan midline perdalam sampai
membuka peritoneum Sebelum melakukan reseksi anastomosis, pastikan bahwa kontraindikasi
untuk anastomosis tidak ada. Setelah usus direseksi, dilakukan penilaian terhadap usus. Tanda usus
yang sehat adalah tampak basah, warna merah segar, kontraksi masih ada, keluar darah dari tepi-
tepi luka, tidak ada bagian seromuskuler yang terkelupas.
Lakukan anastomosis antara usus bagian proximal dan distal dengan menggunakan benang
multifilament sintetik long absorbable Setelah itu evaluasi kembali viabilitas saluran cerna,
pastikan lumen tidak terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu jari
operator pada lokasi anastomosis.

3. Pasca Bedah

Observasi ketat tanda vital, antibiotik dan analgetik.


Komplikasi pasca operasi
 Perdarahan ulang
 Hemofilia
 Abses intraabdominal
 Leakage anastomosis

7
N. Algoritme

8
9
O. Penuntun Belajar Dan Daftar Tilik
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR OPERASI HEPATORRAPHY

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan
a. Memahami keluhan dan gejala pasien
b. Memahami pemeriksaan fisik
c. Memahami pemeriksaan penunjang
II. Melakukan tindakan Hepatorraphy
a. Dilakukan narkose umum
b. Penderita diposisikan supine dilakukan insisi midline perdalam sampai membuka
peritoneum
c. Identifikasi sumber perdarahan
d. Dilakukan resusitasi kompresi bimanual untuk menghentikan perdarahan. Kemudian
dilakukan Pringle maneuver untuk melihat adanya perdarahan yang berasal dari vena
porta dan arteri hepatika
e. Apabila perdarahan berhenti dilanjutkan dengan finger fracture pada parenkim liver
f. Dilakukan debridemen pada jaringan liver yang mengalami kerusakkan .Dan selanjutnya
dilakukan omental pack.

III. Penyelesaian
a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
b. Membuat laporan operasi

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA

10
PROSEDUR OPERASI HEPATORRAPHY
(diisi oleh pengajar)

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada
saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama
proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
I. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
II. TEHNIK TINDAKAN HEPATORRAPHY
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien
7. Melakukan insisi midline
8. Melakukan identifikasi perdarahan
9. Melakukan kompresi bimanual
10. Melakukan pringle maneuveur
11. Melakukan finger fracture pada parenkhim liver
12. Melakukan omental pack
III. PENYELESAIAN
13. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
14. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

PENUNTUN BELAJAR

11
PROSEDUR OPERASI SPLENEKTOMI

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi
di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

III. Penyelesaian
I. a. Memahami data-data
Memberitahukan preoperasi yang
dan menjelaskan diperlukan
keadaan pasien kepada keluarganya
b. a.Membuat
Memahami keluhan
laporan dan gejala pasien
operasi
b. Memahami pemeriksaan fisik
c. Memahami pemeriksaan penunjang (USG FAST & CT-scan )

II. Melakukan tindakan Splenektomi


a. Dilakukan narkose umum
b. Posisi pasien secara supine.
c. Lakukan tindakan a dan antiseptik di daerah operasi.
d. Lakukan irisan midline perdalam sampai membuka peritoneum. Lakukan pemasangan
packing pada 4 kuadran abdomen untuk mengindentifikasi sumber perdarahan.
e. Eksplorasi secara hati hati setiap kuadran abdomen untuk menyingkirkan trauma lain
yang signifikan.
f. Eksplorasi di akhiri di kuadran kiri atas. Cara terbaik untuk mendapatkan akses ke
pedikel vaskuler lien didapatkan dengan memotong omentum majus dari perlekatannya
ke kolon dan dengan retraksi gaster dan omentum ke superior. Manuver tersebut dapat
memudahkan mengontrol a & v Lienalis Inspeksi permukaan anterior dan anterolateral
lien.
g. Dilakukan mobilisasi dari lien dengan memotong 3 ligamen avaskuler yaitu ligamentum
lateral pada lien, yaitu lig.splenophrenic dan lig.splenorenal diawali secara tajam lalu
lanjutkan dengan diseksi tumpul.
h. Diseksi yang dilakukan harus sedekat mungkin dengan hiatus esofagus sehingga
dilakukan pemotongan lig.lateral dan superior. Setelah lien dan pankreas termobilisasi,
kemudian identifikasi lakukan ligasi pada short gastric vessel lalu dipisahkan.
i. Kemudian dilakukan pemotongan lig.splenocolica yang melekatkan lien ke kolon
transversum. Ligasi arteri dan vena lienalis.
a. Bagian yang rusak diangkat dengan memotong parenkim lien dengan menggunakan
haemostat ( parsial splenektomi ) atau mengangkat keseluruhan dari parenkim lien (total
splenektomi )
b. Kontrol perdarahan dengan cara menekan manual pada hilus atau melakukan
pembungkusan dengan menggunakan mash.
c. Luka operasi ditutup secara mass closure ( bila memungkinkan ).
j. Bila tidak memungkinkan untuk dilakukan penutupan secara primer, dapat dilakukan
penutupan rongga abdomen sementara sampai keadaaan hemodinamik stabil dan edema
viscera dapat diatasi.
← ←

12

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


← PROSEDUR OPERASI SPLENEKTOMI
← (Diisi oleh Pengajar )

13
PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI
I. penilaian
Berikan PENDAHULUAN
tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada
saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
: Tidak 2. memuaskan:
Menetapkan indikasi
Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan
3. standar
Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama
pemeriksaan penunjang
proses evaluasi oleh pelatih
II. TEHNIK TINDAKAN SPLENEKTOMI DAN SPLENORRHAPHY
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien
7. Melakukan insisi di abdomen sampai menembus peritoneum
8. Melakukan pemasangan packing & identifikasi sumber perdarahan
9. Malakukan mobilisasi dari lien.
10. Melakukan pelepasan splenektomi/ splenorrhaphy
11. Luka operasi ditutup lapis demi lapis bila memungkinkan
12. Dilakukan pemasangan silicon drain
13. Luka operasi ditutup dengan kassa
III. PENYELESAIAN
14. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
15. Membuat laporan operasi

Komentar / Ringkasan :
Rekomendasi :

Tanda Tangan Pelatih Tanggal

PENUNTUN BELAJAR

14
PROSEDUR OPERASI SPLENORRHAPHY

III. kinerja
Nilailah Penyelesaian
setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
1. Perlu
Berikan perbaikan:
penilaian langkah
tentang kinerja tidak dikerjakan
psikomotorik atau tidak yang
atau keterampilan sesuaidiperagakan
dengan yangoleh seharusnya
peserta padaatau
b. Membuat
urutannya tidak laporan
sesuai (jikaoperasi
harus berurutan)
saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: 2. Memuaskan:
Mampu: langkah dikerjakan
Langkah sesuai diperagakan
atau kegiatan dengan yang sesuai
seharusnya
dengan danprosedur
urutannya (jika
atau harus standar
panduan berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
3. panduan
Mahir:standar
langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/T: Langkah
T/D Tidak Ditampilkan:
tidak diamati Langkah, kegiatan atau
(penilai menganggap keterampilan
langkah tertentu tidak diperagakan
tidak perlu oleh peserta selama
diperagakan)
proses evaluasi oleh pelatih


I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan


a. Memahami keluhan dan gejala pasien
b. Memahami pemeriksaan fisik
c. Memahami pemeriksaan penunjang (USG FAST & CT-scan )
II. Melakukan tindakan Splenorrhaphy.
a. Dilakukan narkose umum atau
b. Posisi pasien secara supine.
c. Lakukan tindakan a dan antiseptik di daerah operasi.
d. Lakukan irisan midline perdalam sampai membuka peritoneum .
e. Lakukan pemasangan packing pada 4 kuadran abdomen untuk mengindentifikasi sumber
perdarahan. Eksplorasi secara hati - hati setiap kuadran abdomen untuk menyingkirkan
trauma lain yang signifikan. Eksplorasi di akhiri di kuadran kiri atas..
f. Cara terbaik untuk mendapatkan akses ke pedikel vaskuler lien didapatkan dengan
memotong omentum majus dari perlekatannya ke kolon dan dengan retraksi gaster dan
omentum ke superior. Manuver tersebut dapat memudahkan mengontrol a & v Lienalis
Inspeksi permukaan anterior dan anterolateral lien.
g. Laserasi pada kapsul dan parenkim lien dijahit dengan menggunakan benang absorbable
dengan jarum atraumatik secara matras horizontal dengan menggunakan Teflon pledgets
sebagai bantalan.
h. Apabila kerusakan terletak di pool atas lien, maka area tersebut harus direseksi dan
pinggir – pinggirnya dijahit dengan metode matras horizontal
i. Omentum dan “absorbable mesh” dapat digunakan untuk menutup defek yang besar
dengan tujuan untuk melindungi daerah luka dan menjadikannya sebagai tamponade.
j. Apabila kerusakan terletak di pool bawah lien, maka daerah tersebut dilakukan
penjahitan matras horizontal “through- and- through”dengan benang absorbable besar
dan jarum atraumatik.
k. Laserasi ringan dan kecil dapat diatasi dengan penekanan atau pemberian agen
hemostatik, misalkan seslulosa oksida,kolagen mikro, trombin dan fibrin.
← DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA
← PROSEDUR OPERASI SPLENORRHAPHY
← (Diisi oleh Pengajar )
PESERTA : TANGGAL :

15
KEGIATAN NILAI
IV. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
V. TEHNIK TINDAKAN SPLENORRHAPHY
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien
7. Melakukan insisi di abdomen sampai menembus peritoneum
8. Melakukan pemasangan packing & identifikasi sumber perdarahan
9. Malakukan penjahitan partenkim lien
10. Luka operasi ditutup lapis demi lapis bila memungkinkan
11. Dilakukan pemasangan silicon drain
VI. PENYELESAIAN
12. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
13. Membuat laporan operasi
Komentar / Ringkasan :
Rekomendasi :

Tanda Tangan Pelatih Tanggal

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR OPERASI PANKREATEKTOMI DISTAL

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
4. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
5. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
6. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

16
KEGIATAN
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan
a. Memahami
Berikan penilaian keluhanpsikomotorik
tentang kinerja dan gejala pasien
atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada
b. Memahami pemeriksaan fisik trauma
saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, denganPankreas
ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
c. Memahami pemeriksaan penunjang
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
II. Melalukan tindakan Pankreatektomi Distal
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
a. standar
panduan Dilakukan narkose umum
b. Posisi pasien secara supine
T/T: Tidak c.Ditampilkan: Langkah,
Lakukan tindakan kegiatan
a dan ataudiketerampilan
antiseptik tidak diperagakan oleh peserta selama
daerah operasi.
prosesd.evaluasi oleh pelatih
Abdomen diinsisi
e. Ligamentum gastrokolika dan splenokolika dipisahkan, gaster ditarik ke atas dan kolon
kebawah.
f. Batas inferior dari pankreas dipisahkan dari jaringan retroperitoneal dengan melakukan
diseksi mulai dari arteri mesenterika superior hingga ke hilus lien.
g. Cabang-cabang pembuluh darah pankreatik dari arteri dan vena splenic diidentifikasi dan
dipisahkan.
h. Pankreas dipisahkan proksimal dari bagian yang trauma dan duktus pankreatikus utama
diligasi dengan benang yang tidak dapat diserap.
i. Parenkim ditutup dengan jahitan matras dan drain eksterna dipasang.
j. Abdomen ditutup

III. Penyelesaian
c. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
d. Membuat laporan operasi

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR OPERASI PANKREATEKTOMI DISTAL
(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
I. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang

17
KEGIATAN NILAI
II. MELAKUKAN PANKREATEKTOMI DISTAL
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien
7. Melakukan insisi abdomen
8. Melakukan pemisahan ligamentum gastrokolika dan splenokolika
9. Melakukan pemisahan pankreas dari jaringan retroperitoneal
10. Melakukan pemisahan pankreas proksimal dari bagian yang trauma
11. Melakukan penjahitan parenkim
12. Melakukan penutupan abdomen
III. PENYELESAIAN
13. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
14. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR OPERASI ROUX EN Y PANKREATICOJEJUNOSTOMY

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan
a. Memahami keluhan dan gejala pasien
b. Memahami pemeriksaan fisik trauma Pankreas
c. Memahami pemeriksaan penunjang

18
KEGIATAN
II. Melalukan tindakan Roux enY pancreaticojejunostomy
a. Dilakukan narkose umum
b. Posisi
Berikan penilaian pasien
tentang secara
kinerja supine
psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada
c. Lakukan tindakan a dan antiseptik
saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, di daerah
dengan operasi.
ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
d. Abdomen diinsisi
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
: Tidak e. Proksimal Langkah
memuaskan: dari duktus pankreatikus
atau yangdapat
kegiatan tidak cederaditampilkan
diidentifikasi dan dengan
sesuai diikat dengan benang
prosedur atau
nonabsorbable.
panduan standar
f. Proksimal dari parenkim dijahit oversewn dengan jahitan matras.A roux loop dari
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama
jejunum dibuat. Ujung bawah dari jejunum yang terbuka ditutup.
proses evaluasi oleh pelatih
g. Anastomosis end to side pankreatikojejunostomi dilakukan dengan benang silk 3-0
dengan mendekatkan kapsul pakreas dengan serosa jejunum.
h. Dinding posterior duktus di anastomosiskan dengan mukosa jejunum secara interupted
dengan benang prolene 5-0 dan dipasang stent dengan NGT no 5-french pada
anastomosis, kemudian dijahitkan ke mukosa jejunum dengan menggunakan benang
absorbable.
i. Jahitan Lembert digunakan untuk menanam pankreas ke jejunum dan pembuatan loop
Roux selesai.

III. Penyelesaian
e. Memberitahukan dan menjelaskan keadaann pasien kepada keluarganya
f. Membuat laporan operasi

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR OPERASI ROUX EN Y PANKREATICOJEJUNOSTOMY
(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
IV. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
V. MELAKUKAN ROUX EN Y PANKREATICOJEJUNOSTOMY
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien

19
KEGIATAN NILAI
7. Melakukan insisi abdomen
8. Melakukan identifikasi proksimal dari duktus pankreatikus yang cedera
9. Melakukan jahitan oversewn pada proksimal parenkim
10. Melakukan anastomosis end to side pankreatikojejun
11. Memasang NGT stent
12. Melakukan pembuatan loop Roux
13. Melakukan penutupan abdomen
VI. PENYELESAIAN
14. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
15. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR OPERASI RESEKSI ANASTOMOSIS

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan
a. Memahami keluhan dan gejala pasien
b. Memahami pemeriksaan fisik
c. Memahami pemeriksaan penunjang

20
KEGIATAN
II. Melakukan tindakan Reseksi anastomosis
a. Dilakukan narkose umum
b. Posisi pasien secara supine
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada
c. Lakukan
saat melaksanakan tindakanatau
statu kegiatan a dan antiseptik
prosedur, di daerah
dengan operasi.
ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
d. Dilakukan tindakan reseki dari usus
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
e. Lakukan anastomosis antara usus bagian proximal dan distal dengan menggunakan
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan
benang multifilament tidakabsorbable
sintetik long dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
f. Setelah itu evaluasi kembali viabilitas saluran cerna, pastikan lumen tidak terlalu sempit
T/T: Tidak Ditampilkan:
dengan caraLangkah, kegiatan atau keterampilan
mempertemukan tidak diperagakan
ujung jari dengan oleh peserta
ibu jari operator selama
pada lokasi
proses evaluasi oleh pelatih
anastomosis.
III. Penyelesaian
a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
b. Membuat laporan operasi

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR OPERASI RESEKSI ANASTOMOSIS
(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
I. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
II. TEHNIK TINDAKAN RESEKSI ANASTOMOSIS
4. Pasien diposisikan supine
5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
6. Melakukan drapping pada pasien

21
KEGIATAN NILAI
7. Melakukan insisi di abdomen
8. Melakuakan eksplorasi dan identifikasi rongga abdomen
9. Melakuakan reseksi usus
10. Melakukan anatomosis usus
11. Rongga abdomen ditutup
III. PENYELESAIAN
12. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya
13. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

P. Kata Kunci : Trauma abdomen, Laparotomi eksplorasi, hepatorraphy, splenorraphy, splenektomi, dis
tal pancreatectomy, Kocher maneuver, reseksi anastomosis



22

You might also like