You are on page 1of 70

ARTI IMAN DALAM ALKITAB

Iman di dalam bahasa Ibrani artinya “ha emin “ yang berarti “mengamini “. Di dalam
Perjanjian Lama IMAN adalah “mermpercayai semua pernyataan Allah sebagai kebenaran “.
Kata iman menunjuk pada sikap yang benar terhadap Allah .Orang yang beriman hanya
mengandalkan Allah dalam kehidupan nya , bukan kepada yang lain [Mazmur 37:3 ;Amsal
3:5 ;Yeremia 17:5]

Dalam hal ini ,Abraham dapat di jadikansebagai salah satu contohnya . Seluruh hidup
Abraham membuktikan bahwa ia sungguh –sungguh percaya kepada Allah . “percayalah ia
[Abraham ]kepada TUHAN , maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran “[Kejadian 15 : 6 ] . Ayat ini sering digunakan oleh penulis- penulis Perjanjian
Baru sebagai rujukan .

Dalam perjanjian Baru ,kata iman di tuliskan dengan kata benda “pistis “dan kata kerja
“pisteuo” dalam bahasa Yunani . Disini , iman dilihat dengan latar belakang karya
penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus . Pusat dari iman adalah karya penyelematan Allah
untuk mendamaikan dunia dengan diri- NYA melalui pengorbanan Yesus Kristus . Dengan
demikian dapat dikatakan , iman ialah sikap hidup seseorang yang melepaskan andalan
kepada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan , entah itu melalui kebajikan ,
kebaikan susila atau apa saja ,untuk kemudian sepenuhnya ` hanya mengandalkan Yesus
Kristus untuk memperoleh keselamatan. [Kisah 16: 30 ; Yoh 3: 16 ; 5:24]

Dalam kekristenan ,orang yang beriman di sebut orang percaya . Penggunaan istilah ini
tersebar di Perjanjian Baru , tidak terbatas pada satu orang penulis saja. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa iman merupakan dasar kekristenan dan merupakan salah satu konsep
yang sangat penting . Iman membuang segala kepercayaan pada sumber – sumber kekuatan
sendiri .Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah .
Iman berarti memegang teguh janji Allah di dalam Kristus Yesus dengan memuatkan seluruh
kepercayaan kepada karya Kristus seutuhnya demi keselamatan . Iman juga percaya kepada
kekuasaan Roh Kudus demi kekuataan sehari – hari . Iman mencakup kepercayaan yang utuh
dan ketaatan mutlak pada kehendak Allah

IMAN YANG TUMBUH

Di dalam Roma 10:10 , Rasul Paulus berkata : “ karena dengan hati orang percaya dan di
benarkan , dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan “. Paulus ingin menekankan
bahwa iman membutuhkan tempat , yaitu HATI KITA .

Seperti halnya sebuah tanaman membutuhkan tempat untuk bertumbuh dengan baik ,
demikian pula halnya dengan iman .Ia membutuhkan tempat di dalam hati kita Ini berarti
bahwa iman kita bukanlah iman yang statis atau diam saja . Iman kita adalah iman yang
dinamis , yang dinyatakan melalui perubahan dalam sikap dan tindakan . Orang yang benar –
benar percaya akan berubah karena apa ayang di percayainya . Sebaliknya , orang yang hanya
menerima kebenaran dengan pikirannya belum tentu berubah karena kebenaran tersebut .

Untuk menumbuhkan iman , kebenaran harus di olah melalui pikiran kemudian masuk
kedalam hati . Hati manusia adalah sumber “mata air” yang memancarkan kehidupan
.Kebenaran yang hanya di terima dengan akal pikiran [logika ]tidak mempunyai dampak apa
– apa Tetapi , kebenaran yang di terima dengan iman dan masuk kedalam hati akan bekerja
dan menghasilkan perubahan. Iman timbul dari pendengaran Kristus [Roma 10:17]. Apa yang
di maksud dengar pendengaran itu ? Bagaimana caranya kita dapat mendengarkan apa yang
dikatakan Alkitab kepada kita ? Amsal 4:20-21 dapat membantu kita .

PERTAMA , adalah dengan memperhatikan . Itu berarti , kita harus berkonsentrasi . pikiran
kita
tidak boleh bercabang dengan memikirkan hal lain .

KEDUA , dengan mengarahkan telinga .Itu artinya , kita harus memiliki sikap rendah hati
dan bersedia mendengkan .

KETIGA , dengan menyimpan firman itu di lubuk hati . Artinya , sekalipun firman itu tidak
lagi ada di hadapan kita atau di depan mata kita , kita harus tetap merenungkannya di dalam
hati kita , firman itu tetap memoengaruhi segala bidang kehidupan kita .

Menentukan iman tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan menyimpannya di dalam
hati , tetapi juga harus di ucapkan . Harus ada pengakuan yang menekankan hubungan yang
erat antara mulut dan hati manusia Apa yang keluar dari mulut manusia . itu pulalah
gambaraan hatinya . Yesus berjata : “Karena apa yang di ucapkan mulut meluap dari hati “ [
Matius 12 :34 ] . Dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari – hari dikatakan “ melimpah dari
hati “ Dengan kata lain , mulut berfungsi sebagai saluran atau katup pembuangan bagi hati
yang penuh berisi . Ap ayang keluar dari katup pembuangan itu menunjukan apa memenuhi
hati . Itulah sebabnya orang Kristen perlu menjaga hatinya , karena hati akan dapat
mempengaruhi kata –kata yang di ucapkannya .Rasul Paulus menekankan pentingnya untuk
percaya dalam hati dan mengucapkan kepercayaantersebut dengan mulut [Roma 10:8-10 ]

IMAN HARUS DINYATAKAN DENGAN PERBUATAN

Kita sudah mempelajari bahwa iman harus di ucapkan melalui mulut . Banyak orang yang
mengaku beriman , tetapi sering tidak menyertainya dengan tindakan nyata . Alkitab
menjelaskan bahwa iman yang dinyatakan dengan mulut harus diikuti dengan langkah –
langkah tindakan yang benar Iman tanpa perbuatan , atau tanpa tindakan yang nyata
sesungguhnya mati . Yakobus menulis dengan kata –kata yang keras “ hai manusia yang
bebal , maukah engkau mengakui sekarang , bahwa iman tanpa perbuatan iman yang kosong
? “[Yakobus 2:20 ] Rupanya hal ini cukup penting , sehingga dia mengulangi lagi dalam ayat
26 ;sebab seperti tubuh tanpa roh adakah mati , demikianlah iman tanpa perbuatan –perbuatan
adalah mati .” Tindakan – tindakan iman merupakan tindakan - tindakan yang mencerminkan
kasih , kesetiaan , dan ketaatan kepada Allah dan juga terhadap sesama.@

Dasar-Dasar Iman (Fundamentals of Faith)


Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling
kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6).
Sebagai orang percaya, iman kita dibangun di atas fondasi keberadaaan Allah, dan
perlakuanNya terhadap orang yang mencariNya berbeda dengan perlakuanNya terhadap
orang yang tidak mencariNya. Segera setelah benar-benar mempercayai kedua hal itu, kita
mulai menyenangkan Allah, karena kita segera mencariNya. Makna dari mencari Allah
adalah (1) mempelajari kehendakNya, (2) menaatiNya, dan (3) percaya janji-janjiNya. Ketiga
makna itu hendaknya menjadi komponen perjalanan kita sehari-hari.

Bab ini berfokus pada perjalanan iman kita. Tetapi, banyak orang hanya mengutamakan iman
pada titik ekstrim yang tidak Alkitabiah, terutama mengutamakan kemakmuran materi.
Karena itulah, sebagian orang ingin sekali melakukan pendekatan kepada pokok masalah itu.
Hanya karena beberapa orang tenggelam di sungai bukanlah alasan kita untuk berhenti
minum air. Kita bisa tetap bersikap seimbang dan mengutamakan Alkitab. Alkitab memiliki
banyak hal untuk diajarkan mengenai pokok persoalan di atas, dan Allah ingin kita untuk
menguji iman kita dalam banyak janjiNya.

Yesus memberi contoh orang yang beriman kepada Allah, dan Ia mengharapkan murid-
muridNya untuk meneladaniNya. Demikian juga, pelayan pemuridan harus berupaya untuk
menjadi teladan kesetiaan dalam Tuhan, dan mengajarkan murid-muridnya untuk percaya
kepada janji-janji Tuhan. Hal ini sangat penting. Kita mustahil menyenangkan Allah tanpa
iman, dan juga mustahil menerima jawaban doa-doa tanpa iman (lihat Matius 21:22; Yakobus
1:5-8). Alkitab jelas mengajarkan bahwa orang yang ragu-ragu takkan mendapat berkat-
berkat yang diterima oleh orang percaya. Yesus berkata, “Tidak ada yang mustahil bagi orang
yang percaya” (Markus 9:23).

Definisi Iman (Faith Defined)

Definisi iman menurut Alkitab terdapat dalam Ibrani 11:1:

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat.

Dari definisi itu, kita pelajari beberapa karakter iman. Pertama, orang beriman mendapatkan
jaminan atau kepercayaan diri. Iman berbeda dengan pengharapan, karena iman adalah “dasar
dari segala sesuatu yang kita harapkan.” Pengharapan selalu memberi peluang kepada
keraguan. Pengharapan selalu berkata “semoga.” Misalnya, saya dapat berkata, “Saya harap
hari ini hujan sehingga kebunku akan terairi.” Saya ingin hujan turun, tetapi saya tidak yakin
apakah hari ini hujan akan turun. Di lain pihak, iman selalu yakin, “dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan.”

Hal yang disebut sebagai iman atau keyakinan sering bukanlah iman menurut definisi
Alkitab. Misalnya, orang mungkin memperhatikan awan gelap di langit, dan berkata, “Saya
percaya hari ini hujan akan turun.” Tetapi, ia tidak yakin pasti bahwa hujan akan turun —ia
hanya berpikir ada peluang besar hujan mungkin akan turun. Ini bukanlah iman menurut
Alkitab. Iman menurut Alkitab tidak mengandung unsur keraguan. Iman tak memberikan
ruang bagi hasil apapun selain hal yang Tuhan sudah janjikan.
Iman adalah Bukti dari Segala Sesuatu yang Tidak Kita Lihat (Faith is the Conviction of
Things Not Seen)

Definisi dalam Ibrani 11:1 juga menyatakan bahwa iman adalah “bukti dari segala sesuatu
yang tidak kita lihat.” Dengan demikian jika kita bisa lihat sesuatu atau rasakan dengan panca
indera kita, maka iman tidak diperlukan.

Jika seseorang berkata, “Karena beberapa alasan yang tak dapat saya jelaskan, saya beriman
bahwa ada buku di tangan anda.” Anda tentu berpikir ada sesuatu yang tak beres dengan
orang itu. Anda katakan, “Anda tak perlu percaya bahwa saya memegang buku di tangan
saya, karena anda dapat melihat saya yang sedang memegang buku.”

Iman bukanlah wilayah yang tak terlihat. Misalnya, ketika saya menulis kata-kata ini, saya
percaya ada malaikat di dekat saya. Nyatanya, saya yakin akan hal itu. Bagaimana saya bisa
begitu yakin? Apakah saya telah melihat malaikat? Tidak. Apakah saya telah merasakan atau
mendengar malaikat terbang melintas? Tidak. Jika saya telah melihat, mendengar atau
merasakan ada malaikat, maka saya tak harus percaya ada malaikat di dekat saya —saya tahu
hal itu.

Jadi apa yang membuat saya sangat yakin akan kehadiran malaikat? Keyakinanku berasal
dari salah satu janji Allah. Dalam Mazmur 34:8, Ia berjanji, “Malaikat TUHAN berkemah di
sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Saya tidak punya bukti
untuk kepercayaan saya selain Firman Tuhan. Inilah iman sejati menurut Alkitab —“bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Orang-orang di dunia sering memakai ungkapan,
“Lihat dulu baru percaya.” Tetapi dalam kerajaan Allah, berlaku hal sebaliknya: “Percaya
dulu baru melihat.”

Saat kita imani salah satu janji Allah, seringkali muncul keadaan yang menggoda kita untuk
merasa ragu, atau kita melewati waktu ketika keadaan tampak seolah-olah Allah tak
memenuhi janjiNya karena keadaan kita tak berubah. Dalam keadaan demikian, kita perlu
melawan rasa ragu, menjaga dengan iman, dan tetap yakin di dalam hati bahwa Allah selalu
memenuhi janjiNya. Tak mungkin Allah berdusta (lihat Titus 1:2).

Cara Kita Mendapatkan Iman (How Do We Acquire Faith?)

Karena iman didasarkan pada janji-janji Allah, hanya ada satu sumber untuk iman yang
Alkitabiah --Firman Tuhan. Roma 10:17 berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17, tambahkan penekanan). Firman Tuhan
mengungkapkan kehendakNya. Hanya dengan mengetahui kehendak Tuhan, kita dapat
mempercayainya.

Jadi, jika anda ingin memiliki iman, dengarkan (atau bacalah) janji-janji Allah. Iman tidak
datang hanya dengan berdoa dan berpuasa untuk mendapatkannya, atau menyuruh orang
menumpangkan tangan bagi anda untuk memindahkan iman itu. Iman hanya datang dari
pendengaran akan Firman Tuhan, dan di saat anda mendengarnya, anda masih harus
membuat keputusan untuk mempercayainya.

Di luar konteks mendapatkan iman, iman kita dapat juga tumbuh makin kuat. Alkitab
menyebutkan berbagai tingkatan iman —dari iman yang kecil kepada iman sebesar
memindahkan gunung. Iman bertumbuh makin kuat ketika dipupuk dan diterapkan, seperti
halnya otot manusia. Kita harus terus memupuk iman kita dengan merenungkan Firman
Tuhan. Kita harus terapkan iman dengan bertindak dan bereaksi terhadap segala sesuatu
sesuai Firman Tuhan. Ini termasuk saat-saat ketika kita menghadapi berbagai masalah,
kekuatiran dan kegelisahan. Allah tidak ingin anak-anakNya kuatir tentang apapun, tetapi
sebaliknya mempercayakanNya dalam setiap situasi (lihat Matius 6:25-34; Filipi 4:6-8; 1
Petrus 5:7). Tidak kuatir adalah satu cara agar kita dapat menerapkan iman kita.

Jika kita benar-benar percaya perkataan Allah, kita akan bertindak dan berbicara seolah-olah
perkataan itu benar. Jika anda percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, maka anda akan
bertindak dan berbicara seperti itu. Jika anda percaya bahwa Allah akan menyediakan semua
keperluan anda, anda akan bertindak dan berbicara seperti itu. Jika anda percaya bahwa Allah
mau anda tetap sehat, anda akan bertindak dan berbicara seperti itu. Alkitab berisi banyak
contoh orang yang, di tengah keadaan tak menyenangkan, bertindak dengan imannya kepada
Allah dan akibatnya mereka mengalami mujizat. Kita perhatikan beberapa contoh dalam bab
ini dan bab tentang kesembuhan ilahi. (Untuk beberapa contoh, lihat 2 Raja-Raja 4:1-7;
Markus 5:25-34; Lukas 19:1-10; dan Kisah Para Rasul 14:7-10).

Iman berasal dari Dalam Hati (Faith is of the Heart)

Iman menurut Alkitab tak berfungi di dalam pikiran kita, tetapi di dalam hati kita. Paulus
menuliskan, “Karena dengan hati orang percaya” (Roma 10:10a). Yesus berkata,

Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke


dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu
akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. (Markus 11:23, tambahkan penekanan).

Sangat mungkin anda merasa ragu tetapi masih beriman di dalam hati dan menerima janji-
janji Allah. Ternyata, sebagian besar waktu ketika kita berupaya mempercayai janji-janji
Allah, maka pikiran kita akan diserang rasa ragu, dengan pengaruh panca-indera kita dan
kebohongan Setan. Selama melewati waktu itu kita perlu mengganti pikiran yang meragukan
janji-janji Allah dan beriman teguh tanpa pikiran yang terombang-ambing.

Kekeliruan Iman yang Lazim Terjadi (Common Faith Mistakes)

Kadang-kadang ketika kita mencoba menerapkan iman kepada Allah, kita gagal menerima
apa yang kita inginkan karena kita tidak memfungsikan iman menurut Firman Tuhan. Salah
satu kekeliruan yang paling lazim muncul terjadi ketika kita mencoba mempercayai sesuatu
yang Allah belum janjikan kepada kita.

Misalnya, tindakan suami-istri yang percaya kepada Allah yang sanggup memberi anak
adalah sesuai Alkitab, karena Firman Tuhan berisi janji yang olehnya mereka dapat tetap
bertahan. Saya kenal pasangan suami-istri yang, menurut dokter, tak akan bisa punya anak.
Tetapi, mereka memilih percaya kepada Allah, dan berdiri atas dua janji yang disebutkan di
bawah ini, dan kini keduanya memiliki anak-anak yang sehat:

Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti
makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu.
Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan
menggenapkan tahun umurmu. (Keluaran 23:25-26).

Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan
yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu. (Ulangan 7:14).

Janji-janji itu pasti memberi dorongan kepada pasangan yang belum punya anak! Tetapi,
mencoba percaya secara khusus akan mendapatkan anak adalah kisah lainnya. Dalam Alkitab
tidak ada janji khusus yang menyatakan kepada kita sehingga kita dapat menentukan jenis
kelamin anak nanti. Kita harus tetap di dalam batas-batas Alkitab jika kita mau iman kita
dapat berfungsi. Kita hanya mempercayai Allah untuk mendapatkan janjiNya kepada kita.

Perhatikan janji Firman Tuhan, lalu tentukan keyakinan kita berdasarkan janji itu:

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala
Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit. (1 Tesalonika 4:16)

Berdasarkan ayat itu, kita percaya bahwa Yesus akan kembali.

Tetapi, dapatkah kita berdoa, meyakini bahwa Yesus akan kembali besok hari? Tidak, karena
penegasan ayat Alkitab di atas dan tak ada janji lain dalam Alkitab bagi kita. Nyatanya,
Yesus berkata bahwa tak seorangpun tahu hari dan jam kedatanganNya.

Sudah tentu, kita dapat berdoa sambil berharap Yesus akan kembali besok, tetapi tak ada
jaminan hal itu akan terwujud. Ketika berdoa dengan iman, yakinlah apa yang kita doakan
akan terjadi karena kita memiliki janji Allah atas iman kita.

Berdasarkan ayat Alkitab yang sama, kita percaya bahwa tubuh setiap orang percaya yang
telah meninggal akan dibangkitkan kembali ketika Yesus datang. Tetapi bisakah kita beriman
sehingga kita, yang masih hidup ketika Kristus kembali, akan menerima tubuh yang
dibangkitkan kembali di saat yang sama dengan yang diterima oleh “orang-orang yang mati
dalam Kristus”, atau mungkin bahkan sebelum mereka terima? Tidak, karena ayat Alkitab itu
menjanjikan hal berbeda: “orang-orang yang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dulu.”
Nyatanya, ayat berikut berkata, “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan
diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.” (1
Tesalonika 4:17). Jadi, “orang-orang yang mati dalam Kristus” akan menjadi yang pertama
yang menerima tubuh yang dibangkitkan kembali ketika Yesus kembali. Firman Tuhan
menjanjikan demikian.

Jika kita percaya Allah untuk mendapatkan sesuatu, kita harus yakin kehendak Tuhan bagi
kita untuk menerima apa yang kita mau. Kehendak Tuhan hanya dapat ditentukan dengan
menguji janji-janjiNya yang terdapat dalam Alkitab.

Iman bekerja dengan cara yang sama dalam ranah alami. Anda akan dianggap bodoh bila
percaya bahwa saya akan berkunjung ke rumah anda besok siang jika saya belum berjanji
untuk melakukan kunjungan itu.

Iman, tanpa janji sebagai panutan, bukanlah iman —itu kebodohan. Jadi, sebelum anda minta
sesuatu dari Allah, tanya diri anda dahulu —ayat mana dalam Alkitab yang memberikan janji
kepada saya tentang apa yang saya inginkan? Jika anda tidak memiliki janji, maka anda tak
punya dasar atas iman anda.

Kesalahan Umum Kedua (A Second Common Mistake)

Banyak kali orang Kristen mencoba mempercayai salah satu janji Allah agar menjadi nyata
dalam kehidupannya tanpa memenuhi semua syarat yang menyertai janji itu. Misalnya, saya
mendengar ada orang Kristen yang mengutip Mazmur 37 dan berkata: “Alkitab berkata
bahwa Allah akan memberikan kepadaku apa yang diinginkan hatiku. Itulah yang
kupercayai.”

Tetapi, Alkitab tidak hanya berkata bahwa Allah akan memenuhi keinginan hati kita. Berikut
ini perkataan sebenarnya:

Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang
berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan
hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan
berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu
apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-
Nya, dan Ia akan bertindak. (Mazmur 37:1-5).

Beberapa syarat harus dipenuhi jika kita percaya bahwa Allah akan memenuhi keinginan hati
kita. Faktanya, saya hitung ada delapan syarat dalam janji di atas. Jika tidak memenuhi
syarat-syarat itu, kita tak berhak menerima berkat yang dijanjikan. Iman kita tak memiliki
dasar.

Orang Kristen juga suka mengutip janji dalam Filipi 4:19: “Allahku akan memenuhi segala
keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Tetapi, apakah
ada persyaratan terhadap janji itu? Sudah pasti.

Jika anda periksa konteks janji dalam Filipi 4:19, anda akan temukan bahwa bukanlah janji
yang diberikan kepada semua orang Kristen. Sebaliknya, janji itulah yang disampaikan
kepada orang Kristen yang adalah pemberi itu sendiri. Paulus tahu Allah akan memenuhi
semua kebutuhan jemaat Filipi karena mereka baru saja mengirimkannya persembahan.
Karena mereka mencari lebih dahulu Kerajaan Allah seperti perintah Yesus, Allah akan
memenuhi semua kebutuhan mereka, seperti janji Yesus (lihat Matt 6:33). Banyak janji
dalam Alkitab, terkait dengan tindakan Allah dalam memenuhi kebutuhan materi kita,
memberikan syarat agar kita lebih dulu menjadi orang yang suka memberi.

Tidaklah patut kita berpikir bahwa kita mempercayai Allah demi memenuhi kebutuhan kita
jika kita tidak menaati perintah-perintahNya dalam hal uang kita. Sesuai perjanjian lama itu,
Allah berkata kepada umatNya bahwa mereka dikutuk karena menahan perpuluhan, tetapi Ia
berjanji kepada mereka jika mereka taat memberi perpuluhan dan persembahan (lihat
Maleakhi 3:8-12).

Banyak berkat yang dijanjikan bagi kita dalam Alkitab tergantung pada ketaatan kita kepada
Allah. Karena itu, sebelum kita mempercayai Allah untuk mendapatkan sesuatu, kita lebih
dulu harus bertanya: “Apakah saya memenuhi syarat yang menyertai janji itu?”
Kesalahan Umum Ketiga (A Third Common Mistake)

Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan syarat yang berlaku setiap kali kita berdoa dan
memohonkan sesuatu:

Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal
tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka
hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta
dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu. (Markus 11:22-24, tambahkan penekanan).

Syarat yang Yesus nyatakan adalah keyakinan bahwa kita telah menerima ketika kita berdoa.
Banyak orang Kristen keliru mencoba menerapkan imannya dengan meyakini bahwa mereka
telah menerima ketika mereka melihat jawaban atas doa mereka. Mereka percaya akan
menerima dan bukannya mereka telah menerima.

Ketika kita meminta sesuatu dari Allah yang telah dijanjikanNya kepada kita, kita harus
percaya kita menerima jawaban ketika kita berdoa dan mulai mengucap syukur kepada Tuhan
atas jawaban doa nanti. Kita harus percaya bahwa kita telah mendapat jawaban sebelum kita
melihatnya dan bukan setelah kita melihatnya. Kita harus memohon kepada Allah dengan
ucapan syukur, seperti yang ditulis oleh Paulus:

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6).

Seperti saya sebutkan sebelumnya, jika kita beriman di dalam hati, biasanya kata-kata dan
tindakan kita akan selaras dengan keyakinan kita. Yesus berkata, “…. yang diucapkan mulut
meluap dari hati.” (Matius 12:34).

Beberapa orang Kristen melakukan kesalahan dengan berkali-kali meminta hal yang sama,
yang mengungkapkan mereka belum percaya bahwa mereka telah menerima. Jika kita
percaya bahwa kita telah menerima ketika kita berdoa, maka tak perlu mengulang-ulang
permohonan yang sama. Meminta berkali-kali untuk hal yang sama adalah wujud keraguan
bahwa Allah mendengarkan kita ketika pertama kali kita meminta.

Tidakkah Yesus Melakukan Permohonan yang Sama Lebih dari Sekali? (Didn’t Jesus
Make the Same Request More Than Once?)

Yesus tentu saja membuat permohonan yang sama tiga kali dalam satu waktu ketika Ia
berdoa di Taman Getsemani (lihat Matius 26:39-44). Ingat bahwa Ia tidak berdoa dalam iman
menurut kehendak Allah. Nyatanya, ketika Ia berdoa tiga kali untuk mendapatkan
kesempatan demi menghindari penyaliban, Ia tahu permohonanNya berbeda dengan
kehendak Tuhan. Itu sebabnya Ia menyerahkan diriNya kepada kehendak BapaNya tiga kali
dalam doa yang sama.

Doa yang sama dari Yesus sering digunakan secara keliru sebagai model bagi semua doa,
seperti diajarkan oleh sebagian orang bahwa kita harus selalu mengakhiri setiap doa dengan
kata-kata, “Jika itu kehendakMu”, atau “Bukan kehendakKu tetapi kehendakMu yang jadi”,
mengikuti teladan Yesus.

Jadi harus diingat bahwa Yesus membuat permohonan yang, Dia tahu, bukan kehendak
Allah. Mengikuti teladanNya itu ketika kita berdoa menurut kehendak Tuhan adalah keliru
dan menunjukkan kurangnya iman. Misalnya, untuk berdoa, “Tuhan, saya mengaku dosa
kepadaMu dan memohon Engkau mengampuni saya jika itu kehendakMu”, berarti bahwa hal
itu bisa saja bukan kehendak Tuhan untuk mengampuni dosa saya. Sudah tentu, kita tahu
bahwa Alkitab berjanji bahwa Allah akan mengampuni jika kita mengaku dosa-dosa kita
(lihat 1 Yohanes 1:9). Jadi, dosa itu mengungkapkan kurangnya iman seseorang kepada
kehendak Allah.

Yesus tidak mengakhiri setiap doa dengan kata-kata, “Tetapi bukan kehendakKu, tetapi
kehendakMu yang jadi.” Hanya ada satu contoh doaNya dengan cara itu, dan ketika Ia
Sendiri berkomitmen untuk melakukan kehendak BapaNya, dan tahu penderitaan yang Ia
jalani oleh karena itu.

Di lain pihak, bila kita tidak tahu kehendak Tuhan dalam situasi tertentu karena Ia belum
mengungkapkannya, maka kata-kata yang layak untuk mengakhiri doa kita, “Jika itu
kehendakMu.” Yakobus menulis,

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan
di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak
tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang
sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan
menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu
memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
(Yakobus 4:13-16).

Apa yang harus kita lakukan ketika kita buat permohonan sesuai janji Tuhan dan memenuhi
semua syarat? Kita harus terus bersyukur kepada Tuhan atas jawaban yang kita yakin telah
kita terima sampai hal itu terwujud. Melalui iman dan kesabaran kita mewarisi janji-janji
Allah (Ibrani 6:12). Setan tentunya coba mengalahkan kita dengan mengirimkan keraguan,
dan kita harus sadari bahwa pikiran kita adalah medan perang. Ketika perasaan ragu
menyerang pikiran kita, kita perlu menggantinya dengan pikiran berdasarkan janji-janji Allah
dan menyebut Firman Tuhan dengan iman. Ketika kita lakukan, Setan pasti lari (lihat
Yakobus 4:7; 1 Petrus 5:8-9).

Contoh Iman yang Bekerja (An Example of Faith in Action)

Contoh klasik dalam Alkitab tentang iman yang bekerja adalah kisah Petrus berjalan di atas
air. Kita baca kisahnya dan pahami pelajaran apa yang didapa dari kisah itu.

Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-
Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak
itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri . Ketika hari
sudah malam, Ia sendiri an di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari
pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam
datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia
berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena
takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu
Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-
Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan
berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan
mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-
Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau
bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di
perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Matius 14:22-33).

Perlu dicatat, suatu waktu murid-murid Yesus dalam perahu terjebak oleh badai angin di
Danau Galilea (lihat Matius 8:23-27). Selama kejadian itu, Yesus sudah bersama-sama
dengan mereka, dan setelah Ia menenangkan badai angin dengan hardikanNya, Ia lalu
menegur murid-muridNya karena tidak punya iman. Sebelum mereka memulai perjalanan, Ia
telah berkata bahwa Ia mau mereka untuk menyeberang ke sisi lain di danau itu (lihat Markus
4:35). Tetapi, ketika angin ribut muncul, mereka lebih yakin akan keadaan-keadaan sekitar,
dan pada satu titik mereka yakin mereka akan segera mati. Paling kurang, Yesus
mengharapkan mereka untuk tidak kuatir.

Tetapi, kali ini Yesus mengutus mereka melintasi Danau Galilea. Tentu Ia dipimpin oleh Roh
untuk melakukan demikian, dan pasti Allah tahu bahwa malam itu akan muncul angin yang
menghadang perahu mereka. Jadi Tuhan izinkan mereka menghadapi tantangan kecil bagi
iman mereka. Karena hadangan angin itu, perjalanan yang biasanya ditempuh dalam
beberapa jam memakan waktu semalam penuh. Kita harus akui daya-tahan murid-murid,
tetapi kita heran jika salah seorang dari mereka memiliki iman untuk meredakan angin ribut,
satu hal yang telah mereka lihat ketika Yesus melakukannya beberapa hari sebelumnya. Yang
menarik, Injil Markus menulis bahwa ketika Yesus datang berjalan di atas air ke arah mereka,
“Ia hendak melewati mereka” (Markus 6:48). Ia hampir meninggalkan mereka sehingga
mereka menghadapi masalah sendiri ketika secara ajaib Ia mengikuti mereka! Dengan begitu,
tampaknya mereka tidak berdoa atau mencari Allah. Saya heran berapa kali Sang Pembuat-
Mujizat mengikuti kita ketika kita bersusah payah mengayuh dayung kehidupan melawan
angin kesukaran.

Prinsip-prinsip Iman (Principles of Faith)

Yesus menjawab tantangan Petrus dengan satu kata: “Kemarilah.” Jika Petrus berusaha
berjalan di atas air sebelum perkataan itu, ia pasti langsung tenggelam, karena ia tak punya
janji sebagai dasar imannya. Ia mungkin melangkah dengan praduga bukannya dengan iman.
Demikian juga, bahkan setelah Yesus melontarkan ucapanNya, bila murid lainnya mungkin
mencoba berjalan di atas air, ia juga pasti segera tenggelam, ketika Yesus memberikan
janjiNya hanya kepada Petrus. Tak satupun dari mereka bisa memenuhi syarat dari janji
tersebut, karena tak satupun dari mereka adalah Petrus. Demikian juga, sebelum kita
mempercayai salah satu janji Allah, yakinlah bahwa janji itu berlaku bagi kita dan kita
memenuhi syarat janji itu.

Petrus keluar dari perahu dan berjalan di atas air. Saat itulah ia percaya, walaupun dia
berteriak karena takut melihat hantu beberapa detik sebelumnya, juga dia ragu-ragu ketika ia
mengambil langkah pertama. Tetapi untuk menerima mujizat, ia harus bertindak dengan
imannya. Seandainya ia memegang tiang perahu dan menurunkan ujung kakinya ke samping
perahu untuk mengetahui apakah air dapat menahan berat tubuhnya, ia tak akan pernah
mengalami mujizat. Demikian juga, sebelum kita menerima mujizat, kita harus benar-benar
percaya kepada janji Allah pada satu saat, lalu bertindak atas apa yang kita yakini. Ada
saatnya iman kita diuji. Terkadang waktu itu singkat; terkadang lama. Tetapi akan ada
saatnya ketika kita harus mengesampingkan akal pikiran kita dan bertindak dengan Firman
Tuhan.

Petrus mulanya berjalan maju dengan baik. Tetapi ketika ia berpikir kemustahilan dari apa
yang sedang dilakukannya, dengan melihat angin dan ombak, ia jadi takut. Mungkin ia
berhenti berjalan, takut membuat langkah berikut. Dan barangsiapa yang telah mengalami
mujizat mendapati dirinya sedang tenggelam. Kita harus tetap teguh dalam iman ketika kita
sudah memulainya, dengan bertindak di atas iman kita. Tetaplah maju.

Petrus tenggelam karena ia ragu. Seseorang sering tak suka menyalahkan dirinya sendiri
karena kurangnya iman. Sebaliknya ia menyalahkan Tuhan. Tetapi bagaimana, menurut
anggapan anda, reaksi Yesus jika Ia mendengarkan Petrus, ketika ia kembali dengan aman ke
dalam perahu, dengan berkata kepada murid-murid lain, “Sungguh hanya oleh kehendak
Tuhan bagiku untuk menempuh setengah jarak ke arah Yesus”?

Petrus gagal karena ia menjadi takut dan kehilangan imannya. Itu faktanya. Yesus tidak
mengecamnya, tetapi segera mengulurkan tanganNya untuk memberi pegangan yang teguh.
Dan Ia segera bertanya kepada Petrus mengapa ia ragu. Petrus tak punya alasan untuk ragu,
karena Firman dari Anak Tuhan lebih pasti dari apapun. Kita tak pernah punya alasan yang
tepat untuk meragukan Firman Tuhan, merasa takut atau kuatir.

Alkitab penuh dengan contoh kemenangan sebagai hasil dari iman dan kegagalan sebagai
hasil dari keraguan. Yosua dan Kaleb menduduki Tanah Perjanjian oleh karena iman mereka
selagi sebagian besar orang sezaman mereka mati di padang belantara oleh karena keraguan
mereka (lihat Bilangan 14:26-30). Murid-murid Yesus mendapat pasokan kebutuhan ketika
mereka pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil (lihat Lukas 22:35), namun mereka
pernah gagal mengusir roh jahat karena tak yakin (lihat Matius 17:19-20). Banyak orang
menerima mujizat kesembuhan melalui pelayanan Kristus sedangkan orang-orang sakit di
kotaNya Nazareth tidak sembuh karena tidak percaya (lihat Markus 6:5-6).

Seperti mereka semua, saya pribadi mengalami keberhasilan dan kegagalan menurut iman
atau keraguan saya. Tetapi saya tidak akan bersedih atas kegagalan saya atau menyalahkan
Allah. Saya tak akan membenarkan diri saya dengan mengecamNya. Saya tak akan mencari
penjelasan teologis yang rumit untuk menemukan kembali ungkapan kehendak Allah. Saya
tahu, mustahil kalau Allah berdusta. Sehingga ketika saya gagal, saya bertobat dari
ketidakpercayaan saya dan mulai berjalan di atas air sekali lagi. Saya perhatikan, Yesus
selalu mengampuni saya dan menyelamatkan saya agar tidak tenggelam!

Keputusan diambil: orang percaya diberkati; orang ragu tidak diberkati! Pelayan pemuridan
mengikuti teladan Yesus. Ia sendiri memiliki iman penuh, dan ia mengingatkan murid-
muridnya, “Percayalah kepada Allah!” (Markus 11:22).
IMAN DAN PERCAYA
PERCAYA adalah verba (kata kerja), menurut kamus besar bahasa Indonesia:

(1) mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata:
(2) menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada
(3) menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur
(4) yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau
sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dsb.

Kata PERCAYA dalam bahasa Ibrani adalah ‫ אָ מַ ן‬- 'AMAN, verb yang merupakan kata
dasar.

Dalam bahasa Yunani kata PERCAYA adalah: πιστευω - PISTEUÔ, verba, kata ini berasal
dari πεiθω – PEITÔ, verba.

Kepercayaan/ keyakinan adalah nomina, dalam istilah religius sering disebut dengan
istilah: "IMAN", kata benda/ noun. Kata IMAN menurut kamus besar bahasa Indonesia,
adalah :
(1) kepercayaan (yg berkenaan dng agama); keyakinan dan kepercayaan kpd Allah,
nabi, kitab, dsb.
(2) ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin;

Kosa kata bahasa Indonesia "IMAN" adalah serapan kata dari bahasa arab "AMANU" yang
artinya kepercayaan atau keyakinan. Bandingkan dengan nomina kata Ibrani ‫ אֵ מּון‬- 'EMUN,
masculine noun, dan ‫ אֱ מּונָה‬- 'EMUNAH, feminine noun. Kedua nomina ini berasal dari
kata yang sama, yaitu verba: ‫ אָ מַ ן‬- 'AMAN.
Dalam bahasa Yunani kata IMAN (KEPERCAYAAN) ini adalah: πιστις - PISTIS, nomina,
kata ini berasal dari πεiθω – PEITÔ, verba.

Kata benda/ nominaIMAN dan kata kerjanya/ verbaPERCAYA sering muncul dalam
Alkitab, dan memang merupakan istilah penting yang menggambarkan hubungan antara umat
atau seseorang dengan Allah. Di bawah ini akan ditinjau secara singkat makna istilah itu
dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru.

Kata yang berhubungan dengan IMAN dan PERCAYA adalah: YAKIN, adjective, menurut
kamus besar bahasa Indonesia:
(1) percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi):
(2) sungguh; sungguh-sungguh.
"Meyakini" adalah sinonim dengan verba: "PERCAYA"
Kata adjektiva YAKIN, dalam bahasa Ibrani: ‫ אֱ מֶ ת‬- 'EMET.
YAKIN dalam bahasa Yunani adalah: πιστος - PISTOS, adjective, kata ini berasal dari verba
πεiθω – PEITÔ.

Kata Ibrani: ‫ אָ מַ ן‬- 'AMAN (PERCAYA), adalah kata dasar yang mendasari kata-kata yang
terkait dengannya, yaitu: ‫ אֵ מּון‬- 'EMUN atau ‫ אֱ מּונָה‬- 'EMUNAH (IMAN/
KEPERCAYAAN), dan ‫ אֱ מֶ ת‬- 'EMET (YAKIN).

Demikian juga kata Yunani: πιστις - PISTIS (IMAN) dan πιστευω - PISTEUÔ (PERCAYA),
dan πιστος - PISTOS (YAKIN) berasal dari kata Yunani yang sama, yaitu: πεiθω – PEITÔ,
verba, to trust, have confidence, be confident, to obey, percaya, yakin, setia, tunduk,.

Contoh ayat yang menggunakan verba πεiθω – PEITÔ (yang merupakan kata dasar dari
"PISTIS" dan "PISTEUÔ") adalah :

* Matius 27:43
LAI TB, Ia menaruh harapan (PEITÔ)-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan
Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak
Allah."
KJV, He trusted in God; let him deliver him now, if he will have him: for he said, I
am the Son of God.
TR, πεποιθεν επι τον θεον ρυσασθω νυν αυτον ει θελει αυτον ειπεν γαρ οτι θεου ειμι
υιος
Translit, pepoithen {Ia telah & masih percaya/yakin / setia/ tunduk, [u]verb - second
perfect active indicative - third person singular} epi ton theon rusasthô nun auton ei
thelei auton eipen gar hoti theou eimi huios

Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) dalam
bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ‫ אָ מַ ן‬- 'AMAN, yang berarti keadaan yang
benar dan dapat dipercayai/diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab
Ibrani sering digunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada
firman-Nya. Percaya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat
diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-Nya. Percaya pada
firman-Nya berarti percaya dan menerima apa yang sudah difirmankan-Nya itu.

Dan dapat kita lihat disini, bahwa baik dalam bahasa Ibrani dan Yunani: kata-kata
PERCAYA - IMAN - YAKIN, itu sangat berhubungan, karena berasa dari kata dasar yang
sama:‫ אָ מַ ן‬- 'AMAN dan πεiθω – PEITÔ.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah IMAN dan PERCAYA dan YAKIN
dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna sebagai berikut:
1. percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar,
2. mengandalkan/mempercayakan diri
3. setia, dan
4. taat.

Kata Yunani πιστις - PISTIS sering mempunyai komponen-komponen makna seperti tersebut
di atas, baik dalam Septuaginta maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam konteks tertentu hanya
satu atau dua komponen makna yang difokuskan, dan komponen lainnya tidak ditekankan,
atau malahan tidak berlaku.

Dalam Perjanjian Baru, "IMAN" terutama ditujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-
Nya dan perkataan-Nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan mempercayakan diri
kepada-Nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil.
Berikut ini, kita akan memeriksa arti πιστις - PISTIS dan πιστευω - PISTEUÔ dalam
terjemahan Perjanjian Baru bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru (TB).

a. IMAN pada ayat dibawah ini berarti suatu kepercayaan kepada perkataan Yesus dan
mempercayakan diri kepada-Nya. Bandingkan terjemahan dalam Alkitab Bahasa Indonesia
Sehari-hari (BIS): "Karena engkau percaya kepada-Ku, engkau sembuh!"

* Matius 9:22
LAI Terjemahan Baru (TB), Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta
berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu (PISTIS) telah menyelamatkan
engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
LAI Bahasa Ina Sehari-hari (BIS), Saat itu Yesus menoleh dan melihat wanita itu lalu
berkata kepadanya, "Tabahlah, anak-Ku! Karena engkau percaya kepada-Ku, engkau
sembuh!" Pada saat itu juga wanita itu sembuh.
King James Version (KJV), But Jesus turned him about, and when he saw her, he
said, Daughter, be of good comfort; thy faith hath made thee whole. And the woman
was made whole from that hour.
TR, ο δε ιησους επιστραφεις και ιδων αυτην ειπεν θαρσει θυγατερ η πιστις σου
σεσωκεν σε και εσωθη η γυνη απο της ωρας εκεινης
Translit, ho de iêsous epistrapheis kai idôn autên eipen tharsei thugater hê pistis
{iman, noun - nominative singular feminine} sou sesôken se kai esôthê hê gunê apo
tês hôras ekeinês

b. Kata PERCAYA pada ayat dibawah ini menekankan komponen makna pertama, yakni
bahwa Injil itu benar dan dapat dipercaya, sehingga dapat juga diterjemahkan, "Percayalah
dan terimalah Injil!"

* Markus 1:15
LAI TB, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah
dan percayalah (PISTEUÔ) kepada Injil!"
KJV, And saying, The time is fulfilled, and the kingdom of God is at hand: repent ye,
and believe the gospel.
TR, και λεγων οτι πεπληρωται ο καιρος και ηγγικεν η βασιλεια του θεου μετανοειτε
και πιστευετε εν τω ευαγγελιω
Translit, kai legôn hoti peplêrôtai ho kairos kai êggiken hê basileia tou theou
metanoeite kai pisteuete {percayalah, verb - present active imperative - second
person} en tô euaggeliô

c. Dalam ayat ini "PERCAYA" dan "IMAN", kedua-duanya memiliki seluruh komponen
maknanya. "Iman/ kepercayaan dalam Kristus" berarti percaya bahwa Injil tentang Yesus itu
benar, dan mempercayakan diri kepada Yesus dengan komitmen akan setia dan taat kepada-
Nya :

* Galatia 2:16
LAI TB, Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman (PISTIS) dalam Kristus
Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya (PISTEUÔ) kepada Kristus Yesus, supaya
kami dibenarkan oleh karena iman (PISTIS) dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh
karena melakukan hukum Taurat.
KJV, Knowing that a man is not justified by the works of the law, but by the faith of
Jesus Christ, even we have believed in Jesus Christ, that we might be justified by the
faith of Christ, and not by the works of the law: for by the works of the law shall no
flesh be justified.
TR, ειδοτες οτι ου δικαιουται ανθρωπος εξ εργων νομου εαν μη δια πιστεως ιησου
χριστου και ημεις εις χριστον ιησουν επιστευσαμεν ινα δικαιωθωμεν εκ πιστεως
χριστου και ουκ εξ εργων νομου διοτι ου δικαιωθησεται εξ εργων νομου πασα σαρξ
Translit, eidotes hoti ou dikaioutai anthrôpos ex ergôn nomou ean mê dia pisteôs
{iman, noun - genitive singular feminine} iêsou khristou kai hêmeis eis khriston
iêsoun episteusamen {percaya, verb - aorist active indicative - first person} hina
dikaiôthômen ek pisteôs {iman, noun - genitive singular feminine} khristou kai ouk
ex ergôn nomou dioti ou dikaiôthêsetai ex ergôn nomou

d. PERCAYA di sini adalah percaya akan berita tentang kebangkitan-Nya, dan menerimanya
dengan segala konsekuensinya. Kata paralel "mengaku menunjukkan bahwa PERCAYA itu
bermuara dalam perbuatan pengakuan. Ungkapan "percaya dalam hati" menandakan bahwa
PERCAYA itu harus kuat dan teguh :

* Roma 10:9
LAI TB, Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya (PISTEUÔ) dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
KJV, That if thou shalt confess with thy mouth the Lord Jesus, and shalt believe in
thine heart that God hath raised him from the dead, thou shalt be saved.
TR, οτι εαν ομολογησης εν τω στοματι σου κυριον ιησουν και πιστευσης εν τη
καρδια σου οτι ο θεος αυτον ηγειρεν εκ νεκρων σωθηση
Translit, hoti ean homologêsês en tô stomati sou kurion iêsoun kai pisteusês {percaya,
verb - aorist active subjunctive - second person singular} en tê kardia sou hoti ho
theos auton êgeiren ek nekrôn sôthêsê

e. TB menekankan komponen makna yang kedua dalam konteks ini, yakni komponen
"mempercayakan diri." Begitu juga BIS menerjemahkannya: "Tetapi Yesus sendiri tidak
percaya mereka."

* Yohanes 2:24
LAI TB, Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan (OUK EPISTEUEN) diri-Nya
kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua,
BIS, Tetapi Yesus sendiri tidak percaya mereka, sebab Ia mengenal semua orang.
KJV, But Jesus did not commit himself unto them, because he knew all men,
TR, αυτος δε ο ιησους ουκ επιστευεν εαυτον αυτοις δια το αυτον γινωσκειν παντας
Translit, autos de ho iêsous ouk episteuen {tidak mempercayakan, verb - imperfect
active indicative - third person singular } auton heauton autois dia to auton ginôskein
pantas
Selain arti yang pokok seperti diuraikan dengan beberapa contoh di atas, "IMAN" dalam PB
menurut konteksnya kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, yaitu:
1. kemampuan atau sifat baik orang Kristen, atau
2. Kekristenan , atau juga
3. ajaran atau doktrin Kristen.

Umpamanya:

f. Kata "IMAN" menunjukkan sifat atau kesanggupan, sehingga BIS menerjemahkannya,


"Orang yang mempunyai karunia untuk mengabarkan berita dari Allah, harus mengabarkan
berita dari Allah itu menurut kemampuan yang ada padanya."

* Roma 12:6
LAI TB, Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih
karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat
baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman (PISTIS) kita.
BIS, Kita masing-masing mempunyai karunia-karunia pelayanan yang berlainan.
Karunia-karunia itu diberikan oleh Allah kepada kita menurut rahmat-Nya. Sebab itu
kita harus memakai karunia-karunia itu. Orang yang mempunyai karunia untuk
mengabarkan berita dari Allah, harus mengabarkan berita dari Allah itu menurut
kemampuan yang ada padanya.
KJV, Having then gifts differing according to the grace that is given to us, whether
prophecy, let us prophesy according to the proportion of faith;
TR, εχοντες δε χαρισματα κατα την χαριν την δοθεισαν ημιν διαφορα ειτε προφητειαν
κατα την αναλογιαν της πιστεως
Translit, ekhontes de kharismata kata tên kharin tên dotheisan hêmin diaphora eite
prophêteian kata tên analogian tês pisteôs {iman, noun - genitive singular feminine}

g. Kata "IMAN" dapat diartikan sebagai suatu "keyakinan":

* Efesus 4:5
LAI TB, satu Tuhan, satu iman (MIA PISTIS), satu baptisan,
KJV, One Lord, one faith, one baptism,
TR, εις κυριος μια πιστις εν βαπτισμα
Translit, eis kurios mia pistis {satu iman, noun - nominative singular feminine} hen
baptisma

h. Kata yang diterjemahkan dengan "disampaikan" berarti "diteruskan", dan yang


dimaksudkan ialah doktrin atau ajaran yang telah diteruskan dari satu generasi ke generasi
lainnya. Jadi "IMAN" di sini menunjuk pada seluruh ajaran/doktrin Kristen.

* Yudas 1:3
LAI TB, Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh
berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa
terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap
berjuang untuk mempertahankan iman (PISTIS) yang telah disampaikan kepada
orang-orang kudus.
KJV, Beloved, when I gave all diligence to write unto you of the common salvation, it
was needful for me to write unto you, and exhort you that ye should earnestly contend
for the faith which was once delivered unto the saints.
TR, αγαπητοι πασαν σπουδην ποιουμενος γραφειν υμιν περι της κοινης σωτηριας
αναγκην εσχον γραψαι υμιν παρακαλων επαγωνιζεσθαι τη απαξ παραδοθειση τοις
αγιοις πιστει
Translit, agapêtoi pasan spoudên poioumenos graphein humin peri tês koinês sôtêrias
anagkên eskhon grapsai humin parakalôn epagônizesthai tê apax paradotheisê tois
hagiois pistei {iman, noun - dative singular feminine}

Note:
Ada sebagian orang menganggap kata IMAN memiliki nilai yang lebih tinggi
daripada PERCAYA, benarkah demikian?
Kalau seandainya IMAN itu dianggap lebih tinggi dari PERCAYA. Aneh tapi nyata...
Rasul Yohanes tidak pernah menggunakan kata "IMAN" dalam INJIL YOHANES
yang membahas tentang keselamatan dan kehidupan kekal. Dia bahkah hanya
menggunakan 1 kali saja kata "IMAN (PISTIS)" dalam 1 Yohanes 5:4 saja. Dan
Rasul Yohanes menggunakan kata "PERCAYA (PISTEUÔ)" lebih banyak daripada
rasul-rasul yang lain yg menulis di Alkitab PB.
Bahasan di bawah ini akan menjawabnya.
Topik : Iman/Keyakinan
Berterima Kasih kepada Peragu

Nats : Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu (Matius
28:17)
Bacaan : Lukas 24:10-16,36-43

Murid-murid Yesus tidak mudah percaya. Saat mendengar kesaksian beberapa perempuan
yang baru saja melihat kubur yang kosong, "mereka tidak percaya kepada perempuan-
perempuan itu" (Lukas 24:11). Dan ketika sore itu Yesus tiba-tiba menampakkan diri kepada
mereka, "mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran" (ayat 41). Mereka begitu
girang dan terkejut melihat Tuhan mereka telah bangkit sehingga mereka mempertanyakan
penglihatan mereka sendiri.

Bahkan beberapa saat kemudian, ketika Yesus memperlihatkan diri kepada murid-murid-Nya
di Galilea, "beberapa orang ragu-ragu" (Matius 28:17). Padahal di antara mereka ini termasuk
beberapa pengikut Yesus yang menyaksikan Juruselamat yang bangkit untuk pertama kalinya
(1 Korintus 15:6). Sebelum menyembah-Nya, mereka harus meyakinkan diri bahwa mereka
tidak sedang melihat hantu.

Saya senang Alkitab mencatat tentang para murid yang ragu-ragu. Hal ini membuktikan
bahwa mereka tidak mudah dibodohi. Karena itulah kesaksian mereka lebih berbobot.
Keinginan mereka yang besar untuk mendapatkan bukti yang kuat meyakinkan kita bahwa
Yesus benar-benar bangkit dari kematian. Hal ini juga meyakinkan kita bahwa Allah tidak
ingin kita mudah tertipu. Jadi, melalui keragu-raguan Dia hendak menumbuhkan iman yang
kuat. Bahkan teguran halus-Nya kepada Tomas membuat ia mengucapkan pengakuan yang
mantap: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Saya berterima kasih kepada orang-
orang yang dulunya ragu-ragu. Bagaimana dengan Anda?- Herb Vander Lugt

KERAGU-RAGUAN YANG JUJUR


DAPAT MENJADI LANGKAH PERTAMA MENUJU IMAN YANG KUAT

Jalan Orang Saleh

Nats : Tunggu, di kota ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat (1Samuel 9:6)
Bacaan : 1Samuel 9:1-6

Beberapa tahun yang lalu saya dan istri saya berjalan-jalan menyusuri kota London. Setelah
beberapa saat lamanya, sampailah kami di Godliman Street (Jalan Orang Saleh). Menurut
cerita, dulunya ada seorang pria yang hidupnya benar-benar kudus tinggal di sana. Karena itu,
dahulu jalan itu dikenal sebagai "jalan menuju ke rumah orang saleh". Nama jalan itu
mengingatkan saya pada cerita dalam kitab Perjanjian Lama.

Ayah Saul mengirim anaknya bersama seorang bujang untuk mencari keledai-keledai yang
hilang. Mereka mencari keledai-keledai itu selama berhari-hari, tetapi ternak-ternak itu tidak
juga ditemukan..

Saul mulai menyerah dan ingin kembali ke rumah. Namun, bujangnya menunjuk ke arah
Rama, desa tempat tinggal Nabi Samuel, dan berkata, "Tunggu, di kota ini ada seorang abdi
Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakannya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke
sana sekarang juga, mungkin ia dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang
kita tempuh ini" (1 Samuel 9:6).

Di sepanjang hidupnya sampai ia tua, Samuel telah menjalin persahabatan dan persekutuan
dengan Allah, sehingga perkataannya memiliki kuasa kebenaran. Orang-orang mengenalnya
sebagai nabi Tuhan. Maka "pergilah mereka [Saul dan bujangnya] ke kota, ke tempat abdi
Allah itu" (ayat10).

Oh, jika saja hidup kita begitu mencerminkan Yesus, kita akan meninggalkan kenangan indah
di sekitar kita. Dan kesalehan kita itu akan selalu dikenang! —David Roper

HIDUP KITA YANG KUDUS


MERUPAKAN KESAKSIAN YANG PALING KUAT

Iman Seorang Anak Kecil

Nats : Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 18:3)
Bacaan : Matius 18:1-5

Pada suatu hari Minggu, saya mendengar Mike bercerita tentang hubungannya dengan kedua
ayahnya, yaitu ayah yang membesarkannya sejak kecil, dan Bapanya di surga.

Pertama, ia menggambarkan bahwa pada masa kanak-kanak ia percaya kepada ayah


duniawinya secara "sederhana dan tidak berbelit-belit". Ia mengharapkan ayahnya
membetulkan barang-barang yang rusak dan memberinya nasihat. Ia takut mengecewakan
ayahnya. Padahal kasih sayang dan pengampunan sang ayah selalu tersedia baginya.

Mike melanjutkan, "Beberapa tahun yang lalu saya berbuat kesalahan yang menyakiti banyak
orang. Karena merasa bersalah, saya memutuskan hubungan yang menyenangkan dengan
Bapa surgawi. Saya lupa kalau saya dapat memintanya untuk memperbaiki apa yang telah
saya rusakkan dan meminta nasihat-Nya."

Tahun-tahun berlalu. Mike sangat merindukan Allah, tetapi ia tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Pendetanya hanya berkata, "Mohon ampunlah kepada Allah dengan sungguh-
sungguh!"

Namun, Mike malah mengajukan pertanyaan yang berbelit-belit, seperti "Apakah ini akan
berhasil?" dan "Bagaimana jika ...?"

Akhirnya pendetanya berdoa, "Allah, berilah Mike iman seorang anak kecil!" Tak lama
kemudian Mike bersaksi dengan penuh sukacita, "Aku telah menerimanya!"

Hari itu juga Mike kembali menemukan kedekatannya dengan Bapa surgawi. Kuncinya
adalah dengan mempraktikkan iman seorang anak kecil yang sederhana dan tidak berbelit-
belit -Joanie Yoder

IMAN SEPERTI ANAK KECIL MEMANCARKAN SINAR PALING TERANG


Perayaan Tahun Baru

Nats : Kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN .... Masa hidupku ada dalam tangan-Mu
(Mazmur 31:15,16)
Bacaan : Mazmur 31:15-25

Saya tidak tahu apa yang biasa dilakukan keluarga Anda untuk merayakan Tahun Baru. Yang
pasti Tahun Baru dirayakan dengan berbagai cara yang berbeda di seluruh dunia.

o Di Jepang, masyarakat mengenakan baju baru dan menghiasi rumah mereka dengan
ranting-ranting pohon bambu dan pinus yang melambangkan umur panjang.

o Di Skotlandia, Tahun Baru dirayakan bersama teman-teman atau keluarga dengan bersantap
malam dan bertukar hadiah, tak lama setelah tengah malam.

o Di Yunani, anak-anak menaruh sepatu di dekat perapian dan berharap St. Basil akan
mengisi sepatu mereka dengan hadiah.

Selama bertahun-tahun, saya dan istri saya melewatkan malam Tahun Baru bersama teman-
teman dengan makan malam bersama, melakukan berbagai permainan, dan menikmati
perbincangan yang menyenangkan. Menjelang tengah malam, kami membaca Alkitab dan
berdoa. Kami bersyukur kepada Allah atas tahun yang telah berlalu, dan memohon kepada-
Nya agar Dia memakai kami untuk menyatakan kehendak-Nya di dalam dunia yang penuh
derita dan masalah ini pada tahun mendatang.

Masa, musim, dan tahun, termasuk tahun baru ini, berada dalam tangan Allah (Mazmur
31:16). Sebagai orang kristiani tak ada yang perlu kita takutkan, karena kebaikan Allah
berlimpah (ayat 20). Kita dapat berjalan bersama Kristus setiap hari dan berkata seperti
pemazmur, "Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: 'Engkaulah
Allahku!'" (ayat 15) --Dave Egner

MASA DEPAN SECERAH JANJI-JANJI ALLAH

Dalam Tangan Allah yang Aman

Nats : Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu" (Lukas 1:38)
Bacaan : Lukas 1:26-38

Pada usia 16 tahun, Jeanne Guyon (1648-1717) dipaksa menikah dengan pria cacat berusia 22
tahun. Namun dalam pernikahannya itu ia merasa sangat direndahkan. Suaminya kerap
marah-marah dan bersikap melankolis. Ibu mertuanya seorang pengkritik yang kejam.
Bahkan pembantunya pun merendahkan dia. Meski telah berusaha keras membaktikan diri
kepada suami dan keluarganya, ia tetap dikecam dengan kejam.

Karena dilarang ke gereja oleh suaminya, ia mencari Allah melalui Alkitab dan beribadah
secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar bahwa di tengah keadaannya yang suram sekalipun, ia
"berada dalam kondisi sangat baik, dalam tangan Allah yang aman". Dalam bukunya
Experiencing The Depths Of Jesus Christ (Mengalami Kedekatan yang Dalam Dengan Yesus
Kristus), ia menulis, "Sikap berserah penuh [kepada Kristus] merupakan kunci untuk
mendapat pemahaman yang sulit dimengerti. Sikap berserah adalah suatu kunci dalam
kehidupan rohani."

Bagaimana kita menanggapi berbagai keadaan sulit dengan sikap yang mau menerima dan
berserah? Tanggapan Maria kepada malaikat dalam Lukas 1:38 merupakan teladan bagi kita.
Satu-satunya cara agar kita memiliki sikap yang sama seperti Maria adalah dengan
mempercayai bahwa kehendak Allah itu "baik, ... berkenan kepada Allah, ... sempurna"
(Roma 12:2), mengesampingkan kehendak kita sendiri, serta dengan sabar berserah kepada-
Nya setiap hari.

Kita pun dapat berdoa demikian: Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu --David Roper

ORANG YANG BERSERAH KEPADA ALLAH


TAKKAN PERNAH DITINGGALKAN OLEH ALLAH

29 Januari 2003

Siapakah Yabes?

Nats : Yabes lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya (1Tawarikh 4:9)


Bacaan : 1Tawarikh 4:9,10

Perayaan Tahun Baru Tiongkok sangat menyenangkan bagi anak-anak. Ketika kaum kerabat
dan teman-teman berkumpul, orang dewasa biasanya memberi anak-anak sebuah amplop
merah kecil berisi sejumlah uang. Anak-anak itu akan segera merobek amplop itu untuk
mengambil uangnya, sampai orangtua mereka harus mengingatkan bahwa sang pemberi lebih
penting daripada pemberiannya.

Serupa dengan hal itu, tatkala mempelajari doa Yabes dalam 1 Tawarikh 4:9,10, kita harus
ingat bahwa Sang Pemberi, yaitu Tuhan, lebih penting daripada pemberian itu sendiri. Jika
kita hanya terpaku pada permintaan Yabes, kita akan mudah salah mengerti dan menjadikan
doa Yabes sebagai rumus untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari Allah.

Kita tidak tahu banyak tentang Yabes, kecuali bahwa sang ibu memberinya sebuah nama
yang pengucapannya mirip dengan sebuah kata Ibrani yang berarti "tekanan" atau
"kesakitan". Namun dikatakan bahwa ketika ia tumbuh dewasa, "Yabes lebih dimuliakan
daripada saudara- saudaranya."

Alasan apa yang membuat Yabes "lebih dimuliakan"? Berdasarkan doanya, kita dapat
menyimpulkan bahwa ia menganggap serius hubungannya dengan Allah. Tidak ada kata-kata
yang bertuah dalam doanya. Namun ia tahu bahwa Allah adalah pemberi dari segalanya. Saya
yakin Yabes dimuliakan karena ia memuliakan Tuhan.

Dalam doa kita hari ini, mari kita teladani sifat Yabes yang hidup untuk menyenangkan hati
Allah --Albert Lee
TUJUAN DOA BUKAN UNTUK MENDAPAT APA YANG KITA INGINKAN
TETAPI UNTUK MENJADI APA YANG ALLAH INGINKAN.

6 Februari 2003

Sisingkan Lengan Baju

Nats : Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (Yakobus 2:18)
Bacaan : Yakobus 2:14-26

Saat Dave Thomas meninggal di awal tahun 2002, ia tidak hanya mewariskan ribuan restoran
Wendy's-nya, tetapi juga mewariskan pengalaman dan kerja keras yang dihargai karena nilai-
nilainya yang membumi.

Di antara nasihat-nasihat bijak yang ia jalani semasa hidupnya, wiraswastawan yang murah
senyum ini memberi pandangan bagaimana seharusnya orang kristiani mengisi hidupnya.
Thomas, yang di masa mudanya banyak dipengaruhi neneknya untuk mengenal Kristus,
mengatakan bahwa umat percaya harus menjadi orang-orang kristiani yang mau
"menyingsingkan lengan baju".

Dalam bukunya yang berjudul Well Done (Bagus Sekali!), Thomas berkata, "Orang kristiani
yang mau menyingsingkan lengan bajunya adalah orang yang melihat kekristenan sebagai
iman dan perbuatan. Mereka meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah melalui
doa, mempelajari Kitab Suci dengan khidmat, aktif di gereja, dan melayani sesamanya untuk
mewartakan Kabar Baik." Ia lalu menyebut mereka sebagai "orang tak dikenal yang
melakukan lebih banyak kebaikan daripada semua orang kristiani termasyhur".

Pernyataan itu lebih berisi daripada burger Wendy's yang berlapis tiga. Thomas tidak hanya
sadar bahwa kerja keras diperlukan untuk menjalankan bisnis restorannya, tetapi juga penting
untuk kehidupan rohani.

Dalam Yakobus 2:17, dapat kita baca bahwa iman tanpa perbuatan akan membuat iman kita
mati. Marilah kita singsingkan lengan baju kita dan mulai bekerja. Ada banyak hal yang
harus dikerjakan --Dave Branon

IMAN YANG HIDUP


ADALAH IMAN YANG MAU BEKERJA KERAS

12 Februari 2003

Jadilah Realistis

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 27

Hanya sebagian kecil dari kita yang akan ke surga tanpa merasa takut. Siapakah di antara
Anda yang mau mengakui dengan jujur bahwa Anda selalu mempraktikkan ayat ini: "kepada
Allah aku percaya, aku tidak takut" (Mazmur 56:12). Meskipun kita benar-benar percaya
kepada Allah, tetapi terkadang kita merasa cemas karena digerogoti oleh rasa takut. Biasanya,
kepercayaan kita kepada Allah bercampur dengan kekhawatiran.

Bahkan Rasul Paulus yang telah menulis banyak surat dalam Perjanjian Baru pun kadang
kala memiliki rasa khawatir. Ia mengakuinya di hadapan jemaat Korintus, "Aku juga telah
datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar" (1 Korintus 2:3).

Jadi, jangan cemas jika Anda pun punya rasa khawatir! Anda tidak perlu berpura-pura tidak
merasa khawatir. Jika Anda terganggu oleh kekhawatiran Anda, akuilah perasaan itu. Lalu
bagikan kekhawatiran yang muncul dengan seorang kawan yang dapat Anda percayai. Dan
yang terpenting, bicarakanlah kekhawatiran Anda dengan Sahabat yang penuh kasih, yaitu
Yesus Kristus. Dia mengetahui setiap pikiran dan perasaan Anda (Mazmur 139:4). Dengan
penuh kasih Dia akan berkata kepada Anda, "Janganlah takut" (Lukas 12:32). Mintalah kasih
karunia-Nya untuk menolong Anda mengatasi segala ketakutan dan kekhawatiran. Kemudian
"nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (Mazmur 27:14).

Jika dalam mengarungi perjalanan hidup Anda merasa takut, percayalah kepada TUHAN
(Mazmur 56:4) --Vernon Grounds

DENGAN MEMPERCAYAI KESETIAAN ALLAH


KETAKUTAN KITA AKAN SIRNA

20 Februari 2003

Sesudah Mukjizat

Nats : Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau [Laut Merah], lalu mereka
pergi ke padang gurun Syur (Keluaran 15:22)
Bacaan : Keluaran 15:19-27

Di balik setiap campur tangan Allah yang ajaib bagi kita, selalu ada jalan iman yang harus
dijalani. Saat kuasa Allah menjamah kesehatan, keuangan, atau hubungan di dalam keluarga
kita, kita seharusnya tidak hanya memuji dan bersyukur kepada Tuhan, tetapi juga menaati-
Nya.

Setelah Allah membelah Laut Merah bagi umat-Nya, kemudian menenggelamkan tentara
Firaun yang mengejar mereka, maka mereka pun mengadakan perayaan besar-besaran untuk
memuji Tuhan (Keluaran 15:1- 21). Namun mereka masih harus meneruskan perjalanan
menuju tanah perjanjian. "Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu
mereka pergi ke padang gurun Syur" (ayat 22). Dari sana mereka harus berjalan selama tiga
hari berturu-turut tanpa mendapat air, sehingga mereka pun mulai bersungut-sungut.

Dalam rencana ilahi, campur tangan adikodrati memiliki makna yang lebih dalam. Mukjizat
merupakan sarana untuk mengajarkan kepada kita bahwa kita dapat selalu mempercayai dan
menaati pimpinan Allah yang Mahabesar. Akankah kita mendengarkan suara-Nya dan
menaati firman-Nya? Jika Dia telah memimpin kita menyeberangi laut yang luas, tidakkah
Dia juga akan memimpin kita menuju sumber mata air?

Berbagai kejadian menakjubkan yang tertulis dalam kitab Keluaran menunjukkan bahwa kita
sebenarnya mampu mengalami kekuasaan Allah tanpa iman kita menjadi goyah. Supaya kita
terus mengalaminya, ingatlah pengalaman akan mukjizat Allah di masa lalu untuk
memperkuat iman kita saat ini --David McCasland

ALLAH YANG MEMIMPIN KITA DI MASA LALU


LAYAK MENDAPATKAN KETAATAN KITA SAAT INI

7 Maret 2003

Doa Tidak Efektif

Nats : Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya
dan supaya kita saling mengasihi (1Yohanes 3:23)
Bacaan : 1Yohanes 3:21-24

Dalam kotak perkakas tua ayah saya, saya menemukan bor tangan yang setidaknya telah
berumur 60 tahun. Rodanya tidak dapat berputar lagi. Gigi-giginya macet karena kotor. Dan
bagian-bagian yang menahan pemotong bor itu agar tetap pada tempatnya pun sudah hilang.
Namun, saya ingin melihat apakah alat itu masih dapat digunakan.

Saya mulai membersihkan kotoran dan debu yang menumpuk pada gigi bor, dan
melumasinya. Mulanya alat itu berputar dengan berat dan pelan, tetapi saya terus
menjalankannya. Tak lama, gigi-giginya mulai berputar dengan lancar. Saya lalu
mengalihkan perhatian ke tutup di atas pegangan bor itu. Setelah membuka sekrupnya,
barulah saya mengetahui bagian-bagian mana yang hilang, bagian yang seharusnya menahan
alat pemotong agar tetap pada tempatnya. Lalu saya memasangnya kembali dan memasukkan
alat pemotong. Dengan mudah saya dapat melubangi sepotong kayu.

Pengalaman memperbaiki bor tua itu mengingatkan saya akan doa. Yesus berfirman, kita
akan menerima apa saja yang kita minta dari Allah (Matius 7:7,8). Namun, ada
persyaratannya. Misalnya, Yohanes meminta kita untuk menaati Allah dan melakukan apa
yang menyenangkan-Nya (1 Yohanes 3:22). Ini termasuk mempercayai Putra-Nya dan saling
mengasihi (ayat 23). Jika kita tidak memenuhi persyaratan Allah itu, doa kita menjadi tidak
efektif, sama seperti bor tua itu.

Jika doa Anda tidak berfungsi dengan baik, pastikan bahwa Anda memenuhi persyaratan di
atas. Jika sudah, percayalah, doa Anda pasti membuahkan hasil --Dave Egner

IMAN DAN KASIH PENTING UNTUK MEMBUAT DOA ANDA BERHASIL

12 April 2003

Dalam Kekuatan-Nya

Nats : Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah (Mazmur 71:16)


Bacaan : Mazmur 71:1-16

Dalam lukisannya yang terkenal berjudul A Helping Hand (Tangan yang Menolong), Emile
Renouf melukis seorang nelayan tua yang sedang duduk dalam perahu bersama seorang gadis
kecil yang duduk di sampingnya. Keduanya sama-sama menggenggam dayung yang sangat
besar. Nelayan tua itu menatap si gadis kecil dengan pandangan penuh rasa sayang dan
kekaguman.

Tampaknya lelaki itu mengatakan kepada si gadis kecil bahwa ia boleh membantu
mendayung perahu. Gadis itu begitu bersemangat untuk membantu sehingga ia merasa
seolah-olah telah banyak membantu melakukan tugas besar. Padahal, jelas terlihat bahwa
yang menggerakkan dayung berat itu adalah lengan nelayan yang berotot itu.

Saya dapat melihat suatu perumpamaan dalam lukisan itu. Kristus telah menganugerahi kita
hak istimewa untuk berpartisipasi dalam menjalankan pekerjaan-Nya di dunia ini. Namun
jangan lupa, kita tidak dapat melaksanakan semua tugas kita jika hanya mengandalkan
kemampuan kita sendiri. Hanya karena Allah bekerja di dalam dan bersama kita, maka tugas-
tugas itu dapat dilaksanakan. Sementara Dia meminta kita untuk menggenggam dayung, kita
harus selalu sadar akan sumber kekuatan kita. Dia adalah sumber kekuatan kita! Takkan ada
kemajuan rohani yang sejati bila kuasa Roh Kudus tidak mendukung hidup dan segala
pekerjaan yang kita lakukan.

Mari kita sadari kelemahan kita dan mari kita gemakan seruan pemazmur, “Aku datang
dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah” (71:16). Maka kita takkan lemah dan gagal --
Henry Bosch

KELEMAHAN TERBESAR KITA BARANGKALI ADALAH


KEGAGALAN KITA UNTUK BERGANTUNG PADA KEKUATAN ALLAH

21 April 2003

Anda Pun Bisa Percaya

Nats : Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia
membuktikan, bahwa Ia hidup (Kisah Para Rasul 1:3)
Bacaan : Kisah Para Rasul 1:1-11

Pada tahun 1957, Letnan David Steeves berjalan keluar dari Pegunungan Sierra di Nevada,
Kalifornia, setelah 54 hari pesawat jet pelatih Air Force-nya menghilang. Ia menceritakan
kisah yang tak masuk akal tentang bagaimana ia bertahan hidup di belantara bersalju setelah
terjun dengan parasut dari pesawatnya yang mati mesin. Sebelum ia menunjukkan bahwa
dirinya masih hidup, sebenarnya secara resmi ia dinyatakan telah mati. Saat penyelidikan
selanjutnya gagal menemukan bangkai pesawat, Steeves dianggap berbohong dan ia dipaksa
mengundurkan diri karena ceritanya diragukan. Lebih dari 20 tahun kemudian, kisahnya
terbukti dengan ditemukannya bangkai pesawat oleh sebuah regu Pramuka.

“Kisah bertahan hidup” lain yang terjadi berabad-abad lalu juga masih kontroversial sampai
saat ini. Seorang lelaki bernama Yesus Kristus yang berjalan keluar dari padang gurun Yudea
membuat banyak pernyataan yang sulit dipercaya banyak orang. Lalu Dia dihukum mati dan
dinyatakan mati. Namun, tiga hari kemudian Dia muncul dan menunjukkan bahwa diri-Nya
hidup. Sejak itu muncul berbagai pandangan skeptis.

Namun, renungkanlah kenyataan tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus.


Integritasnya tidak diragukan lagi. Para nabi telah menubuatkan kedatangan-Nya. Mukjizat
menjadi bukti keilahian- Nya. Para saksi mata membenarkan kebangkitan-Nya. Dan kini,
kepada semua orang yang mencari kebenaran, Roh Kudus menegaskan bahwa Yesus hidup.

Ya, Anda pun bisa percaya! Percayakah Anda? --Mart De Haan II

KEBANGKITAN YESUS ADALAH FAKTA SEJARAH


YANG HARUS DITANGGAPI DENGAN IMAN

25 Agustus 2003

Iman Pada Kristus

Nats : Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap
di dalam Dia (Kolose 2:6)
Bacaan : Kolose 2:1-10

Sebagian orang kristiani berusaha untuk terus mempertahankan kehidupan rohani mereka
berada "di puncak". Hubungan mereka dengan Tuhan didasarkan pada perasaan mereka saat
"di puncak". Untuk itulah mereka mengikuti konferensi, seminar, dan pemahaman Alkitab,
demi mempertahankan perasaan mereka itu.

Mengacu pada kehidupannya mula-mula sebagai orang kristiani, penulis Creath Davis
berkata, "Saya merasa iman saya menjadi lemah jika sesuatu yang mengagumkan tidak
terjadi. Akibatnya, saya kehilangan banyak pengalaman indah, karena saya berada di lembah,
dan harus menanti untuk kembali berada di puncak."

Apakah obat penawar yang efektif bagi iman yang berpusat pada perasaan belaka? Menurut
Rasul Paulus di dalam Kolose 2, berpusat pada Kristus adalah jawabannya. Setelah menerima
Kristus Yesus dengan iman, kita diperintahkan untuk terus "hidup tetap di dalam Dia" dengan
iman (ayat 6) melalui naik-turunnya kehidupan. Dengan hidup di dalam persekutuan yang
erat dengan Dia setiap hari, kita akan "berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia," dan
"bertambah teguh dalam iman" (ayat 7). Kita bertumbuh dengan mantap menuju kedewasaan
saat kita berpusat pada Kristus serta apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita, dan bukan pada
perasaan kita.

Berada di puncak kehidupan rohani bisa jadi bermanfaat. Namun sesungguhnya tidak ada
yang lebih menguntungkan daripada kehidupan iman yang terus menerus berpusat pada
Kristus -Joanie Yoder

IMAN YANG SEJATI TIDAK MENGANDALKAN PERASAAN

30 Agustus 2003

Masa Depan yang Abadi

Nats : Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan . . . sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup
(Yohanes 5:24)
Bacaan : Yohanes 5:24-29
Beberapa negara memiliki sejarah yang sangat tua. Negara-negara lainnya terbilang baru
dalam peta dunia. Namun, sementara segala bangsa ditakdirkan untuk lenyap, setiap jiwa
manusia ditakdirkan untuk hidup kekal.

Hal ini mendorong C.S. Lewis untuk mengatakan, "Jika kita pernah memiliki pengharapan
yang bodoh di luar iman kristiani tentang kebudayaan manusia, sekarang semua itu telah
pupus. Jika kita pernah berpikir bahwa kita sedang membangun surga di atas bumi, jika kita
pernah mencari sesuatu yang dapat mengubah dunia dari tempat persinggahan menjadi kota
permanen yang dapat memuaskan jiwa manusia, cepat atau lambat kita akan kecewa."

Peradaban manusia akan runtuh, tetapi jiwa manusia hidup selamanya. Dan karena suatu hari
nanti setiap pribadi akan menghadapi penghakiman Allah (Ibrani 9:27), pertanyaan yang
terpenting adalah bagaimana kita akan menjalani zaman tak berkesudahan yang terbentang di
hadapan kita. Akankah kita hidup bersama Allah dalam kemuliaan dan sukacita yang tak
terlukiskan? Atau akankah kita diasingkan dari Allah, dan hilang selamanya dalam kondisi
yang terlalu menakutkan untuk diungkap dengan kata-kata?

Betapa besarnya tanggung jawab orang-orang percaya! Kita harus memberitakan kepada
orang-orang bahwa satu-satunya cara untuk menjalani kekekalan dalam hadirat Allah ialah
dengan menerima tawaran-Nya untuk memperoleh pengampunan dan perdamaian dengan
Allah (Yohanes 5:24). Oleh anugerah-Nya, kita dapat mulai bersukacita dalam hidup yang
kekal bersama Allah saat ini juga! --Vernon Grounds

SAAT ANDA MEMBUKA HATI BAGI YESUS


SURGA TERBUKA BAGI ANDA

30 September 2003

Dia Dapat Dipercaya

Nats : Ya Tuhan semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! (Mazmur
84:13)
Bacaan : Mazmur 84

Saya sedang duduk melamun di dekat jendela, sambil melayangkan pandangan ke


pegunungan yang jauh di sela-sela hutan cemara. Saat menoleh ke bawah, saya melihat
seekor anak rubah berdiri mematung sambil menatap wajah saya.

Beberapa hari yang lalu, saya melihatnya berdiri di pinggir hutan. Ia memandang saya
dengan takut. Saya mengambil telur dari dapur, lalu menggelindingkannya ke tempat terakhir
kali saya melihatnya. Setiap hari saya menaruh sebutir telur di rumput, dan setiap hari pula ia
memberanikan diri keluar dari antara pepohonan dalam jarak yang cukup untuk mengambil
telur itu. Lalu ia akan melesat masuk lagi ke dalam hutan.

Sekarang rubah itu datang atas kemauannya sendiri ke depan pintu rumah saya untuk
mengambil telur. Saya rasa ia yakin bahwa saya tak bermaksud menyakitinya.

Kejadian ini mengingatkan istri saya pada ajakan Daud, "Kecaplah dan lihatlah, betapa
baiknya Tuhan itu!" (Mazmur 34:9). Bagaimana kita mulai dapat melakukannya? Dengan
membaca firman-Nya. Dengan membaca dan merenungkan belas kasih dan kebaikan-Nya,
kita belajar bahwa Dia dapat dipercaya (84:13). Rasa takut untuk mendekat kepada-Nya
hilang, berganti dengan rasa hormat dan pengagungan kepada-Nya.

Pada saat-saat tertentu mungkin Anda tidak mempercayai Allah, seperti rubah yang waspada
saat pertama kali bertemu saya. Beri Dia kesempatan untuk membuktikan kasih-Nya. Bacalah
kisah Yesus dalam Injil. Bacalah kidung pujian bagi Allah dalam kitab Mazmur. Kecaplah
dan lihatlah betapa baiknya Tuhan! --David Roper

TAK SEORANG PUN BERADA DI LUAR JANGKAUAN KASIH ALLAH

4 Oktober 2003

Ketidakpastian Hidup

Nats : Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok (Yakobus 4:14)
Bacaan : Yakobus 4:13-17

Satu-satunya kepastian dalam hidup sesungguhnya adalah ketidakpastian belaka.


Sebagaimana Kitab Suci mengingatkan, kita "tidak tahu apa yang akan terjadi besok"
(Yakobus 4:14). Pengembang real estat Larry Silverstein dapat memberikan kesaksian
tentang kebenaran ayat itu. Meski memiliki tanah yang menjanjikan di New York, menurut
kesaksiannya, ia terobsesi untuk menjadikan Menara Kembar World Trade Center sebagai
property yang dikelolanya juga. Keinginannya menjadi kenyataan. Enam minggu sebelum
kedua gedung pencakar langit yang menakjubkan itu dihancurkan para teroris, ia telah
mendapatkan kontrak sewa pusat perdagangan yang mewah itu selama 99 tahun seharga 3,2
miliar dolar.

Yang menyedihkan, upaya pemuasan mimpi kita kadang kala dapat berubah menjadi mimpi
buruk. Hal ini mengingatkan kita tidak hanya tentang ketidakpastian hidup, tetapi juga
tentang perlunya menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah. Pengalaman
mengajarkan bahwa jika kita membiarkan kesombongan mengendalikan hidup kita, maka
upaya pemuasan impian yang dipaksakan akan berubah menjadi debu dan abu.

Memiliki keinginan adalah sah-sah saja, tetapi kitab Yakobus memberi tahu kita bagaimana
melakukan pendekatan terhadap keinginan itu. Daripada menganggap bahwa rencana dan
impian kita akan terwujud, lebih baik kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan
hidup dan berbuat ini dan itu" (4:15).

Bila kita menyerahkan rencana kita pada kehendak Allah, kita bisa menikmati damai
sejahtera-Nya di tengah ketidakpastian hidup ini --Vernon Grounds

TULISKAN RENCANA ANDA DENGAN PENSIL


LALU BERIKAN PENGHAPUSNYA KEPADA ALLAH

13 November 2003
Tempat Pengungsian

Nats : Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu
(Mazmur 57:2)
Bacaan : Mazmur 57

Diyakini bahwa Daud menulis Mazmur 57 ketika sedang melarikan diri dari kejaran Raja
Saul yang menyimpan kebencian di dalam hatinya kepada anak bekas penggembala itu. Daud
bersembunyi di gua dan nyaris tidak dapat lolos dari kejaran orang-orang yang memburunya.
Untuk sementara waktu ia merasa aman, tetapi ia sadar bahwa ancaman masih menunggu di
luar gua.

Kita semua pernah mengalami hal serupa. Mungkin tidak bersembunyi di dalam gua, tetapi
sama-sama dikejar sesuatu yang membuat hati kita takut. Mungkin itu kesedihan yang
mendalam akibat kematian orang yang kita kasihi. Mungkin itu ketakutan akan masa depan
yang tidak jelas. Atau mungkin itu deraan penyakit yang tak kunjung sembuh.

Dalam keadaan seperti itu, Allah tidak selalu menghilangkan kesulitan yang ada, tetapi Dia
hadir untuk menolong kita. Kita berharap Dia akan mengangkat dan membawa kita ke tempat
yang aman, sama seperti Daud yang mengharapkan pengejaran Saul segera berakhir. Kita
memohon kepada Allah untuk menghentikan penderitaan dan membuat jalan menuju hari
esok menjadi mulus dan lurus. Kita memohon kepada-Nya untuk menghilangkan pergumulan
kita. Namun, kesulitan itu tetap ada. Saat inilah kita harus mencari perlindungan di dalam
Allah, sebagaimana yang dilakukan Daud. Saat bersembunyi di dalam gua Daud berkata,
"Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu" (Mazmur
57:2).

Apakah Anda sedang berada di tengah-tengah permasalahan? Carilah perlindungan di dalam


Allah Yang Mahatinggi --Dave Branon

KITA BELAJAR PERCAYA


DI SEKOLAH PENCOBAAN

8 Desember 2003

Mengapa Saya Takut?

Nats : Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita daripada yang menyertai mereka
(2Raja-raja 6:16)
Bacaan : 2 Raja-raja 6:8-17

Kolumnis George Cantor menceritakan bagaimana ia mengatasi rasa takut sewaktu ia masih
kecil. Hampir setiap malam ia terbangun dalam kegelapan dan membayangkan makhluk-
makhluk mengerikan sedang berkeliaran di luar kamarnya. Kerap kali ia begitu ketakutan
sehingga tidak dapat memejamkan matanya kembali. Terkadang ia keluar dari kamarnya dan
tidur di dekat pintu kamar orangtuanya. Ia berpikir bahwa selama ia dekat dengan mereka, tak
ada sesuatu pun yang akan melukainya.

Kebutuhan seorang anak akan bukti fisik kehadiran orangtua di dekatnya mengingatkan saya
akan bujang yang melayani Elisa. Suatu hari, ia terbangun pagi-pagi dan melihat balatentara
Aram ada di sekeliling kota itu. Dengan terkejut dan ketakutan ia berseru kepada Elisa,
"Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2Raja-raja 6:15). Setelah Elisa berdoa,
Tuhan membuka mata bujang itu. Apa yang dilihat oleh bujang itu sudah tentu membuatnya
tercengang dan takjub. Alkitab mengatakan bahwa "gunung itu penuh dengan kuda dan
kereta berapi sekeliling Elisa" (ayat 17). Balatentara Tuhan ada di sana untuk melindungi
mereka.

Kita pun terkadang rindu agar Tuhan memberikan suatu peneguhan kepada kita bahwa Dia
berada di dekat kita, dan kadang kala Dia memang memberikan peneguhan itu. Namun, itu
adalah suatu kekecualian. Dia mengharapkan agar kita percaya akan janji-Nya, yaitu bahwa
Dia menyertai kita. Tak peduli betapa menakutkannya suatu keadaan kita, umat Allah selalu
mempunyai lebih banyak balatentara di sisi mereka daripada yang dimiliki oleh musuh kita --
Mart De Haan

IMAN PERCAYA BAHWA ALLAH SEDANG BEKERJA


DI BALIK LAYAR

1 Maret 2004

Kekuatan untuk Hari Ini

Nats : Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4:13)
Bacaan : Filipi 4:8-13

Kebanyakan orang memiliki kalender atau buku agenda untuk mencatat detail pekerjaan yang
akan dilakukan. Seorang kawan kristiani saya menggunakan agendanya dengan cara berbeda.
Ia hanya mencatat kegiatan-kegiatan utama setelah semuanya dilaksanakan.

Inilah yang dilakukannya: Setiap pagi ia berdoa, “Tuhan, aku akan melakukan segalanya
dengan kekuatan-Mu semata. Pakailah diriku sesuai kehendak-Mu.” Kemudian, setiap kali ia
berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang luar biasa atau sulit, malamnya ia mencatat di
dalam buku hariannya.

Contohnya, ia menulis, “Hari ini saya dimampukan untuk membagikan kesaksian dengan
seorang kawan.” “Hari ini Allah memampukan saya untuk mengatasi ketakutan saya melalui
iman.” “Hari ini saya dimampukan untuk menolong dan menyemangati seseorang yang
sedang dirundung masalah.”

Kawan saya menggunakan istilah dimampukan karena ia menyadari bahwa ia tidak dapat
melakukan semua itu tanpa pertolongan Allah. Dengan setiap kali menulis kata
“dimampukan”, ia memberikan segala kemuliaan bagi Allah. Dengan terus-menerus
bersandar pada kekuatan Allah, ia dapat bersaksi bersama Rasul Paulus, “Segala perkara
dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

Saat Anda memasuki setiap hari baru, mohonlah supaya Allah menguatkan dan memakai
Anda. Anda dapat merasa yakin bahwa saat menengok ke belakang, Anda akan memuji dan
memuliakan Tuhan karena menyadari bahwa Dialah yang telah memampukan Anda untuk
mengerjakan itu semua —Joanie Yoder
ALLAH SELALU MEMBERIKAN KEKUATAN YANG CUKUP
UNTUK LANGKAH SELANJUTNYA

4 Maret 2004

Selamat Menderita?

Nats : Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan (Yakobus 1:2)
Bacaan : Yakobus 1:1-12

Di belakang kartu ucapan ulang tahun [anniversary] pernikahan, ada beberapa garis lekak-
lekuk yang digambar cucu kami, Trevor, 3 tahun. Di sampingnya tertulis catatan putri kami
yang menjelaskan bahwa Trevor menceritakan kepadanya apa yang telah ia tulis: “Saya
mengucapkan selamat atas cinta kalian dan selamat menderita [Happy adversity].”

“Kesalahan” Trevor menjadi semboyan kami, karena “selamat menderita” mengandung


prinsip alkitabiah untuk menghadapi kesulitan dengan sukacita: “Anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu,
bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yakobus 1:2,3).

Dari sudut pandang kita, kemalangan bukanlah kebahagiaan. Kita berpikir hidup orang
kristiani seharusnya bebas dari masalah, dan kita tak melihat banyak makna dalam
penderitaan. Namun, Allah memandangnya dengan berbeda.

J.B. Phillips menerjemahkan Yakobus 1:2,3 demikian: “Ketika segala jenis ujian dan cobaan
menyesakkan hidupmu, Saudaraku, jangan membenci mereka sebagai pengacau, tetapi
sambutlah mereka sebagai kawan! Sadarilah bahwa cobaan-cobaan itu datang untuk menguji
imanmu dan menghasilkan daya tahan bagimu.”

Penderitaan tidak datang sebagai pencuri yang mencuri kebahagiaan, tetapi sebagai kawan
yang membawa karunia agar kita tetap kuat. Melalui penderitaan, Allah menjanjikan hikmat
dan kekuatan-Nya bagi kita.

Jadi, jangan tersinggung jika hari ini saya mengucapkan, “Selamat Menderita” kepada Anda
—David McCasland

BEBAN KEHIDUPAN TIDAK DIRANCANG UNTUK MENGHANCURKAN KITA


TETAPI UNTUK MENDEKATKAN DIRI KITA KEPADA ALLAH

17 Maret 2004

Masa Dalam Kehidupan

Nats : Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan .... Engkau yang selalu kupuji-puji
(Mazmur 71:6)
Bacaan : Mazmur 71:1-21

Waktu muda, kita tak sabar menjadi dewasa. Setelah tua, kita mengenang kembali masa
muda kita dengan penuh kerinduan. Namun, Allah ingin agar kita dapat sungguh-sungguh
menikmati datangnya setiap masa kehidupan. Berapa pun usia kita, Dia memberi apa yang
kita butuhkan untuk meraih apa pun yang dapat kita capai. Dia meminta kita
mempertanggungjawabkan hidup kita kepada-Nya, serta menerima perjuangan hidup yang
Dia izinkan terjadi dan kekuatan yang Dia sediakan.

Seorang wanita yang menghadapi masalah penuaan bertanya kepada seorang guru Alkitab J.
Robertson McQuilkin, “Mengapa Allah membiarkan kita menjadi tua dan lemah?”
McQuilkin menjawab, “Saya rasa Allah telah merencanakan bahwa kekuatan dan kecantikan
masa muda bersifat fisik, tetapi kekuatan dan kecantikan masa tua bersifat rohani. Lambat
laun kita mulai kehilangan kekuatan dan kecantikan yang fana. Lalu kita akan berkonsentrasi
pada kekuatan dan kecantikan yang kekal. Kita menjadi sangat ingin meninggalkan kefanaan,
mematikan sebagian diri kita, dan merindukan rumah kekal kita. Jika kita tetap muda, kuat,
dan cantik, mungkin kita tak mau meninggalkan dunia ini.”

Apakah saat ini Anda menjalani masa muda? Percayalah pada pengaturan waktu Allah dalam
memenuhi impian Anda. Apakah saat ini Anda menjalani masa setengah tua atau masa tua?
Hadapilah tantangan hidup Anda setiap hari. Dan apabila Anda merasa tawar hati,
mendekatlah kepada Tuhan. Kehadiran-Nya dapat membuat setiap masa kehidupan ini
menjadi masa yang penuh kekuatan dan keindahan —Dennis De Haan

MASA APA PUN DALAM KEHIDUPAN


SEGALANYA DITENTUKAN OLEH SIKAP

3 April 2004

Master Catur

Nats : Ia mengeluarkan air dari gunung batu bagi mereka; Ia membelah gunung batu, maka
memancarlah air (Yesaya 48:21)
Bacaan : Yesaya 48:17-22

Sebuah lukisan yang memikat dipajang di Museum Louvre, Paris. Lukisan itu
menggambarkan Faust (tukang sihir Jerman legendaris yang menukar jiwanya dengan iblis)
sedang duduk berhadapan dengan Setan di depan papan catur. Wajah si Setan tampak senang
melihat Faust yang akan segera mengalami skak mat. Si tukang sihir pun menunjukkan
ekspresi seperti orang yang kalah.

Menurut cerita yang sering dikisahkan orang, suatu hari seorang master catur yang ternama
mengunjungi galeri tersebut dan mempelajari lukisan itu dengan saksama. Tiba-tiba ia
mengejutkan semua orang di sekelilingnya dengan teriakan yang penuh kegembiraan, “Ini
tipuan! Ini tipuan! Raja dan kuda masih bisa melangkah.”

Yesaya meyakinkan orang-orang Yudea bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar bagi
mereka. Meskipun mereka dibuang ke Babel karena dosa-dosa mereka, Yesaya menubuatkan
bahwa saat pembebasan akan tiba yakni ketika mereka harus meninggalkan wilayah itu
dengan tergesa-gesa. Tetapi mereka tidak perlu merasa khawatir. Sama seperti Allah telah
menyediakan air bagi bangsa Israel di gurun pasir, Dia juga akan menyediakan segala
sesuatunya ketika mereka menempuh perjalanan yang panjang untuk pulang ke tanah air
mereka.
Banyak di antara kita telah mengalami berbagai situasi yang kelihatannya tidak ada harapan.
Kita tidak melihat adanya jalan keluar. Namun jika kita berdoa, Allah akan membukakan
jalan. Dia mampu membuat langkah “yang mustahil”. Kita dapat memercayai Dia. Dia tidak
pernah terkena skak mat —Herb Vander Lugt

ALLAH ADALAH SATU-SATUNYA RAJA


YANG TAK TERKALAHKAN

20 April 2004

Tersesat Dalam Kabut

Nats : Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri (Amsal 3:5)
Bacaan : Amsal 3:1-6

Saat itu kabut sangat tebal seperti uap sup kacang polong. Jarak pandang hanya sebatas
beberapa meter, dan permukaan air danau tampak sebening kaca. Satu-satunya bunyi yang
memecah keheningan adalah teriakan burung loon dari seberang danau.

Saya mendayung selama satu jam menyusuri pantai, berusaha memancing ikan di beberapa
tempat yang berbeda. Namun tidak seekor ikan pun menggigit umpan kail saya! Maka saya
memutuskan kembali ke pondok untuk minum segelas kopi. Saya sedang berada di mulut
sebuah teluk kecil, yang saya tahu berada tepat di seberang pondok tersebut. Maka saya mulai
mendayung lurus menyeberangi danau ke arah (yang saya kira) dermaga.

Menit-menit pun berlalu. Setelah mendayung selama satu jam, saya terkejut saat menyadari
bahwa saya telah kembali berada di mulut teluk kecil tempat saya tadi mulai mendayung.
Ternyata saya telah mendayung perahu memutar dalam kabut. Saya begitu yakin akan arah
yang saya tuju, namun setelah satu jam mendayung, ternyata saya tidak mengarah ke mana
pun! Seharusnya saya menggunakan kompas, bukannya mengandalkan kepekaan saya sendiri
untuk menemukan arah.

Tiba-tiba terbersitlah Amsal 3:5 dalam benak saya, “Janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri.” Tanpa Tuhan yang memimpin Anda menerobos kabut kehidupan, dan
tanpa firman-Nya sebagai kompas, Anda hanya akan berputar-putar tanpa tujuan.

Maka, pastikanlah Amsal 3:6 menjadi semboyan hidup Anda: “Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” —M.R. De Haan, M.D.

UNTUK MENGHINDARI SALAH JALAN, IKUTI PIMPINAN ALLAH

6 Mei 2004

Gunung Dapat Berpindah!

Nats : Yesus menjawab mereka, “Percayalah kepada Allah!” (Markus 11:22)


Bacaan : Markus 11:20-24
Sebuah slogan populer tentang doa berbunyi, “Doa mengubah segala sesuatu”. Namun,
sebenarnya bukan doa yang melakukannya, melainkan Allah. Sebagian orang berpikir bahwa
doa merupakan sumber kuasa, sehingga mereka “mencoba berdoa”, dan berharap bahwa “doa
mereka akan dijawab”. Dalam Markus 11, Yesus mengungkapkan salah satu rahasia di balik
doa yang benar: “Percayalah kepada Allah”. Bukan percaya pada iman, bukan percaya pada
doa, namun “percaya kepada Allah” (ayat 22).

Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa mereka dapat memerintahkan gunung untuk
berpindah ke laut, dan jika mereka percaya bahwa itu akan terjadi, maka itu akan terjadi. Lalu
Yesus menjelaskan maksud di balik janji-Nya yang mengagumkan itu. Dia berkata, “Apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan
diberikan kepadamu” (ayat 24). Yesus berbicara tentang doa yang dijawab. Kita dapat
meminta dan menerima jawaban hanya jika permintaan kita ditujukan kepada Allah di dalam
iman dan sesuai dengan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).

Saya sering berharap dapat memindahkan gunung dengan iman. Karena pernah tinggal di
Switzerland, saya ingin Allah memindahkan pegunungan Alpen ke halaman belakang rumah
saya di Inggris. Namun, Dia telah melakukan sesuatu yang jauh lebih penting: Dia telah
memindahkan gunung kekhawatiran, ketakutan, dan kepahitan dari hati saya serta
memusnahkannya melalui iman saya di dalam Dia. Dia masih memindahkan gunung!
Percayalah kepada Allah dan berdoalah! —Joanie Yoder

IMAN MERUPAKAN KUNCI BAGI DOA YANG DIJAWAB

8 Mei 2004

Kombinasi yang Berhasil

Nats : Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah
iman mereka (1 Timotius 1:19)
Bacaan : 1 Timotius 1:18-20

Seorang yang baru percaya jatuh ke jalan hidupnya yang lama dengan ikut berpesta dan
mabuk-mabukan. Setibanya di rumah, sang istri tidak mengizinkannya masuk tetapi justru
memanggil pendeta mereka, yang kemudian menemukan pria itu tertidur di dalam mobil.

Sang pendeta membawanya ke sebuah motel agar ia bisa tidur dan pulih dari kemabukannya.
Sang pendeta begitu mengenal pria itu dan yakin bahwa ia tidak perlu ditegur dengan keras.
Sebaliknya, ia minta kepada Allah agar menyadarkan pria itu dan membawanya pada
pertobatan. Dalam hal ini sang pendeta mengambil langkah yang tepat. Di kemudian hari,
pria muda itu mengatakan bahwa ia telah memperoleh pelajaran berharga melalui
pengalaman ini dan bahwa Tuhan telah “membuang semua kesenangan atas dosa”.

“Hati nurani yang murni” akan menggelisahkan kita saat kita melakukan sesuatu yang kita
ketahui salah. Kita menjaganya tetap “murni” dengan menurutinya dan berbalik dari dosa.
Paulus mengatakan bahwa iman Himeneus dan Aleksander “kandas” karena mereka menolak
suara nurani mereka yang murni (1 Timotius 1:19,20). Dengan demikian, mereka telah
memadamkan hati nurani mereka dan secara terang-terangan memutarbalikkan kebenaran
untuk membenarkan perbuatan mereka.
Iman yang sejati dan hati nurani yang peka akan membuang segala kesenangan atas dosa dan
keinginan untuk memutarbalikkan kebenaran untuk membenarkan apa yang salah. Iman dan
hati nurani yang murni merupakan kombinasi yang berhasil. Marilah kita menjaganya agar
tetap kuat —Herb Vander Lugt

HATI NURANI MERUPAKAN PENUNTUN YANG AMAN


JIKA DITUNTUN OLEH FIRMAN ALLAH

14 Mei 2004

Sang Api

Nats : Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang
menghanguskan (Ibrani 12:28,29)
Bacaan : Ibrani 12:25-29

Pada tanggal 5 Desember 2002 judul berita utama surat kabar berbunyi:

LINGKARAN API MENGELILINGI SYDNEY

Kobaran api berkecamuk di luar kota di Australia tersebut. Banyak orang takut bila
kebakaran hutan ini akan menjadi kebakaran terburuk yang menimpa Sydney selama
beberapa puluh tahun ini. Karena terkena tiupan angin kencang, temperatur tinggi, dan
kelembaban udara yang rendah, api tersebut melintasi jalan dan sungai, menghanguskan
segala sesuatu yang dilaluinya.

Saat kita membayangkan kekuatan yang menghancurkan dari api semacam itu, kita
memperoleh pengertian yang lebih dalam akan kata-kata yang mengejutkan dalam Ibrani
12:29: “Allah kita adalah api yang menghanguskan”.

Mengapa penulis kitab Ibrani menggunakan perumpamaan demikian untuk menggambarkan


Tuhan? Dalam suratnya ia berhadapan dengan masalah hidup-dan-mati secara rohani, yaitu
apa yang dipercayai oleh para pembacanya dan apa yang menjadi kenyataan dari iman
mereka. Respons mereka akan mengungkapkan apakah mereka menginvestasikan hidup
mereka di dalam kerajaan abadi, ataukah dalam kerajaan yang ditetapkan untuk hancur.

Kita pun perlu mengingat bahwa dunia ini dan segala yang kita miliki adalah fana. Jika iman
dan pengharapan kita ada di dalam Yesus Kristus, kita adalah bagian dari kerajaan yang tidak
dapat dihancurkan (ayat 28). Dengan menyadari bahwa hari-hari kita di bumi ini semakin
sedikit dan bahwa “Allah kita adalah api yang menghanguskan”, marilah kita melayani Dia
dan berinvestasi dalam hal yang tak dapat binasa —Albert Lee
PEGANGLAH HAL YANG KEKAL ERAT-ERAT
DAN LEPASKANLAH HAL YANG FANA

24 Mei 2004
Terlalu Banyak Pekerjaan?

Nats : Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, ... diam di rumah Tuhan seumur hidupku
(Mazmur 27:4)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Pada dasarnya saya seorang periang. Hampir sepanjang waktu saya dapat melakukan
sebanyak mungkin pekerjaan yang diberikan kepada saya. Namun, ada hari-hari yang
dipadati oleh begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Jadwal saya penuh dengan
rapat, janji-janji, dan tenggat waktu, sampai serasa tiada lagi kesempatan untuk bernapas.
Kehidupan ini kerap diisi dengan banyak pekerjaan, kegiatan mengurus keluarga, perbaikan
rumah, dan masih banyak tanggung jawab lainnya yang harus diatasi oleh satu orang.

Bila hal itu terjadi pada saya, sebagaimana dapat pula terjadi pada Anda, saya memiliki
beberapa pilihan. Saya dapat menarik diri dengan tidak mengerjakan apa pun dan
menelantarkan setiap orang yang bergantung kepada saya. Saya dapat terus bekerja keras,
sembari mengeluh dan membuat semua orang berharap saya memilih pilihan yang pertama.
Atau saya dapat memohon agar cara pandang saya diluruskan kembali dengan cara
mengingatkan diri sendiri akan perkataan Yesus kepada Marta (Lukas 10:38-42).

Yesus menegur Marta karena ia “sibuk sekali melayani” (ayat 40). Dia mengingatkan Marta
bahwa saudaranya, Maria, telah memilih bagian yang takkan diambil dari padanya (ayat 42).
Seperti kebanyakan kita, Marta begitu sibuk melayani sehingga melupakan hal yang
terpenting, yakni bersekutu dengan Tuhan.

Apakah Anda begitu sibuk saat ini? Jangan pernah melupakan prioritas Anda. Luangkanlah
waktu bersama Tuhan. Dia akan mengangkat beban Anda dan memberi Anda cara pandang
yang benar —Dave Branon

UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN DALAM HIDUP ANDA


BERSANDARLAH KEPADA TUHAN

14 Juni 2004

Terangkat

Nats : Terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan (2 Korintus 5:8)
Bacaan : 2 Korintus 5:1-8

Joseph Parker (1830-1902) adalah seorang pengkhotbah berkebangsaan Inggris yang terkasih.
Ketika istrinya meninggal, ia tidak membuat tulisan yang umum dipakai pada batu nisan
makam istrinya. Ia tidak mencantumkan kata meninggal yang diikuti dengan tanggal
kematian istrinya, tetapi ia lebih memilih kata terangkat.

Parker menemukan penghiburan luar biasa setiap kali teringat bahwa meski tubuh istrinya
telah dikuburkan, Bu Parker yang “sesungguhnya” telah berpindah ke surga dan masuk dalam
hadirat Juruselamatnya. Ketika Parker sendiri meninggal, para sahabatnya memastikan bahwa
di batu nisannya tertulis:

Terangkat 28 November 1902


Apabila orang percaya yang terkasih meninggal, atau kita sendiri mengalami proses
kematian, ada penghiburan luar biasa saat mengetahui fakta bahwa kita “beralih dari tubuh ini
untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8).

Bagi kita, kematian bukanlah perjalanan gelap tanpa tujuan yang jelas. Kematian juga bukan
perjalanan sunyi menuju tempat yang asing dan tanpa teman. Kematian adalah sebuah transisi
yang penuh kemuliaan dari berbagai pencobaan di bumi menuju sukacita surgawi, tempat kita
akan dipersatukan kembali dengan orang yang kita kasihi di dalam Kristus yang telah
meninggal sebelumnya. Dan yang paling indah, kita akan menikmati hadirat Tuhan kita
selamanya.

Ya, manakala seorang percaya meninggal dunia, tubuhnya memang dikuburkan, tetapi
jiwanya tidak. Jiwanya terangkat! —Richard De Haan

BAGI ORANG KRISTIANI


KEMATIAN ADALAH GERBANG MENUJU KEMULIAAN

26 Juni 2004

Pencari Tanda

Nats : Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi
kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus (Lukas 11:29)
Bacaan : Lukas 11:29-32

Suatu kali seorang skeptis berkata kepada saya, “Saya akan percaya kepada Yesus jika Dia
turun ke dunia ini dan menampakkan diri di atas rumah saya.” Hal itu tidak perlu!

Para pemuka agama yang menolak Yesus dan yang meminta tanda dari-Nya sebenarnya
punya banyak bukti untuk percaya. Mereka tentu telah mendengar, jika tidak sempat melihat,
berbagai mukjizat Yesus berupa kesembuhan, pengusiran setan, dan orang mati yang
dibangkitkan. Apa lagi yang mereka butuhkan?

Karena itu Yesus menyebut mereka sebagai “angkatan yang jahat” (Lukas 11:29). Satu-
satunya tanda yang diberikan bagi mereka adalah tanda Nabi Yunus, yang telah dilemparkan
ke dalam laut yang bergelora (Yunus 1:2,3). Ketika orang-orang Niniwe mendengar pesan
pertobatan dari Yunus, yang selama tiga hari di dalam perut ikan, mereka percaya bahwa
Allah-lah yang mengirim Yunus, lalu mereka pun bertobat.

Demikian juga para pemuka agama yang telah mengetahui perkataan dan perbuatan Yesus,
akhirnya menyaksikan Dia disalib dan dimakamkan dalam kubur yang ditutup rapat. Dan
minggu-minggu berikutnya mereka mendengar kesaksian orang-orang yang telah melihat-
Nya hidup dan telah menyentuh-Nya, tetapi mereka tetap tidak mau percaya.

Kini, di dalam Injil kita dapat membaca tentang perkataan dan perbuatan Yesus yang ditulis
oleh orang-orang yang mengenal-Nya. Jika kita mau menerima kebenaran, kita mendapatkan
semua bukti yang dapat membuat kita percaya. Kita tidak perlu menjadi seorang pencari
tanda —Herb Vander Lugt
TANDA DARI IMAN SEJATI
ADALAH IMAN YANG TIDAK MEMERLUKAN SUATU TANDA

20 September 2004

Jika Ragu, Jangan!

Nats : Tetapi barang siapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak
melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah
dosa (Roma 14:23)
Bacaan : Roma 14:14-23

Dalam bukunya Illustrations of Bible Truth, H.A. Ironside bercerita tentang seorang pria
yang hendak menghadiri jamuan makan. Ia ingin mengenakan kemeja putih yang telah
dipakainya pada acara sebelumnya. Lalu ia mengamati kemeja itu dengan cermat apakah
kemeja itu terlalu kotor untuk dipakai. Istrinya memerhatikan apa yang dilakukan suaminya,
lalu berkata, "Ingat, Sayang, jika kamu ragu, jangan dipakai." Masalah selesai. Pria itu lalu
melemparkan kemejanya ke keranjang cucian.

Nasihat sang istri mengingatkan saya pada ayat dalam bacaan Alkitab hari ini. Prinsip itu
dapat diterapkan untuk hal-hal yang menimbulkan pertanyaan di dalam hati nurani. Jika ragu,
jangan.

Hal-hal meragukan yang ditulis oleh Rasul Paulus di dalam Roma 14 itu berkenaan dengan
daging dan anggur yang dianggap "najis" oleh sebagian orang, tetapi tidak bagi yang lain
(ayat 14,21). Ia menunjukkan bahwa apabila kita ragu apakah tindakan kita benar atau salah,
tetapi tetap melakukannya, maka tindakan kita itu tidak berdasarkan iman, sehingga
merupakan suatu dosa (ayat 23). Ia juga menjelaskan bahwa tidaklah benar melakukan
sesuatu yang membuat saudara kita di dalam Kristus tersandung, tersinggung, atau menjadi
lemah imannya (ayat 21). Kita tidak boleh memberikan dalih kepada orang-orang kristiani
untuk melanggar hati nurani mereka.

Saat dihadapkan pada berbagai tindakan yang menimbulkan pertanyaan dan masalah di
dalam hati nurani, kita dapat menghadapinya dengan baik dengan menerapkan petunjuk ini:
Jika ragu, jangan! --Richard De Haan

SATU KALIMAT SEDERHANA


DAPAT MENGHINDARKAN KITA DARI BANYAK KESULITAN

4 Oktober 2004

Tetapi Seandainya Tidak ...

Nats : Kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu (Daniel 3:18)
Bacaan : Daniel 3:1-18

Saya ingat pelajaran Sekolah Minggu yang disampaikan kira-kira 40 tahun lalu. Kami diajar
untuk mengasihi Allah bagaimanapun keadaan kita. Kita akan mudah mengasihi Allah
apabila Dia mengabulkan permintaan kita dan menyediakan apa yang kita inginkan.
Mengasihi Dia di tengah keadaan sulit adalah ujian bagi iman kita.

Dalam Daniel 3, kita membaca keputusan hidup-dan-mati yang harus diambil Sadrakh,
Mesakh, dan Abednego. Jika mereka memilih menyembah patung emas raja, mereka akan
hidup; jika mereka menolak, hukuman mati menanti. Mereka menjawab Raja Nebukadnezar,
"Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami ... dari perapian yang menyala-nyala
itu ... tetapi seandainya tidak, ... kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan
menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" (ayat 17,18).

Apakah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kurang beriman dengan berkata "tetapi seandainya
tidak"? Tidak. Mereka tahu bahwa Allah sepenuhnya sanggup melepaskan mereka dari
perapian yang menyala-nyala itu.

Kita semua dapat belajar dari hal ini. Apakah Allah benar-benar berkuasa? Ya. Apakah Dia
sanggup melepaskan kita dari permasalahan-permasalahan kita? Ya. Apakah Allah selalu
melepaskan kita dari kesulitan-kesulitan kita? Tidak.

Kita mungkin tak dapat benar-benar memahami maksud Allah di dalam kesulitan dan
penderitaan kita. Namun, kita tak boleh berhenti mengasihi Dia. Kita harus percaya dan
berharap kepada-Nya meski berbagai pencobaan yang mengancam menghancurkan kita --
Albert Lee

IMAN YANG SEJATI TETAP KUAT


SAAT PEMBEBASAN TAMPAK JAUH

7 Oktober 2004

Menjadi Diri yang Sebenarnya

Nats : Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan
(2Korintus 3:17)
Bacaan : Filipi 3:1-11

Di sebuah universitas di Inggris, sekelompok mahasiswa mengajukan pertanyaan berikut,


"Kamu ingin menjadi apa?" Mereka melontarkan berbagai jawaban yang berbeda-beda, yakni
atlet berprestasi, politisi yang berpengaruh, cendekiawan terkenal. Dengan malu-malu,
namun pasti, seorang mahasiswa mengatakan sesuatu sehingga timbul keheningan yang
dalam, "Kalian boleh menertawakan saya, tapi saya ingin menjadi orang kudus."

Bayangkan, orang kudus! Apa pun konsep mahasiswa itu tentang orang kudus, banyak orang
di masyarakat sekuler kita yang akan memandang aneh ambisi tersebut. Namun sebagai
orang kristiani, hal itu sepatutnya menjadi prioritas tertinggi dalam hidup kita. Inti dari
kekudusan adalah menyerupai Yesus. Paulus berkata bahwa tujuan utama Allah Bapa adalah
menjadikan kita serupa dengan Anak-Nya (Roma 8:29).

Tentu saja, setiap orang percaya memiliki jaminan keserupaan yang sempurna dengan Kristus
di dunia yang akan datang nanti. Namun, Allah tidak ingin kita menanti dengan pasif hingga
kita memasuki surga, di mana perubahan adikodrati itu terjadi (1 Yohanes 3:2). Kita harus
bekerja sama dengan Roh Kudus untuk tumbuh menjadi lebih dan semakin lebih menyerupai
Kristus "di dalam dunia ini" (4:17).

Ya, kita sudah menjadi orang-orang kudus karena kita beriman di dalam Kristus Yesus (Filipi
1:1). Namun, setiap hari kita menghadapi tantangan untuk menjadi diri kita yang sebenarnya,
yakni keserupaan dengan Kristus di setiap bidang kehidupan kita --Vernon Grounds

MENJADI MILIK KRISTUS BERARTI MENJADI ORANG KUDUS


HIDUP SEPERTI ORANG KUDUS BERARTI MENJADI SEPERTI KRISTUS

19 Oktober 2004

Hari Baik untuk Mati?

Nats : Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku (1Raja-raja 19:4)


Bacaan : 1Raja-raja 19:1-18

Keputusasaan dan kemarahan menyebabkan kematian seorang pemuda di lingkungan saya.


Seseorang telah memukul dia karena ucapannya. Untuk membalas dendam, pemuda itu
kembali sambil membawa senjata. Saat polisi tiba di tempat kejadian, ia lari sambil
menembaki mereka. Untuk melindungi semua orang, polisi menembak pria tersebut. Ia
kehilangan nyawanya pada usia 21 tahun. Setelah itu ada laporan bahwa pada pagi harinya,
pemuda tersebut berkata kepada seorang anggota keluarganya, "Hari ini adalah hari yang baik
untuk mati." Saya bertanya-tanya apakah yang membuat ia begitu putus asa.

Suatu hari Nabi Elia pun merasa putus asa dan ingin mati. Ia baru saja mengalami
kemenangan besar atas nabi-nabi Baal, namun kini nyawanya diancam oleh Izebel istri raja.
Di dalam ketakutan, ia melarikan diri ke padang gurun (1 Raja-raja 19:4). Di sana ia "ingin
mati, katanya: 'Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku!'"

Kita mungkin berpikir bahwa Elia bersikap terlalu berlebihan, namun perasaan putus asa itu
nyata. Ia dengan bijaksana mencari pertolongan ke sumber yang benar, ia berseru kepada
Allah. Karena Tuhan tahu bahwa Elia membutuhkan pemulihan, maka Dia mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya (ayat 5-7). Dia menyatakan diri kepada Elia (ayat 9-13) dan
memperbarui panggilan Elia dengan memberinya tugas untuk dikerjakan (ayat 15-17). Allah
mendatangkan pengharapan baginya dengan mengingatkan bahwa ia tidak sendirian (ayat
18).

Pandanglah Allah. Dia adalah sumber pengharapan Anda --Anne Cetas

ORANG YANG BERHARAP KEPADA ALLAH


SELALU BERPENGHARAPAN

31 Oktober 2004

Menanggapi Halloween

Nats : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi
busuk (Amsal 10:7)
Bacaan : Ibrani 11:32-12:3
Kata Halloween berasal dari kata All Hallows' Eve. Itu merupakan malam sebelum sebuah
hari libur keagamaan di negara Inggris pada Abad Pertengahan, yang kemudian dikenal
sebagai hari para orang kudus. Hari itu merupakan hari yang dikhususkan oleh gereja untuk
mengenang orang-orang kudusnya.

Namun, perayaan Halloween pada zaman sekarang ini lebih mirip dengan kebiasaan-
kebiasaan kafir yang berasal dari Eropa Kuno. Orang-orang terpandang pada zaman itu
percaya bahwa roh-roh orang mati gentayangan pada malam tanggal 31 Oktober, sehingga
mereka menyalakan obor dan meletakkan makanan bagi pengunjung yang tidak diharapkan
ini. Mereka melakukan hal itu karena merasa takut. Mereka berpikir bahwa mereka akan
dilukai jika tidak melakukannya.

Alkitab memperingatkan kita untuk tidak bermain-main dengan hal gaib ataupun terobsesi
oleh penyihir dan roh orang mati. Lalu apakah yang dapat dilakukan oleh orang-orang
kristiani? Seorang pendeta yang kreatif mengadakan pertemuan khusus. Ia meminta beberapa
jemaat gereja untuk datang dengan mengenakan kostum pahlawan Alkitab dan orang kudus
besar di dalam sejarah gereja. Dengan cara yang dramatis mereka mengingat kecukupan
anugerah Allah di dalam hidup umat-Nya.

Ya, teladan para saksi yang seperti awan yang mengelilingi kita, seperti yang disebutkan di
dalam Ibrani 12:1, telah menguatkan iman kita. Mengingat mereka di hari Halloween dapat
mengingatkan kita akan kemenangan karena memercayai Tuhan --Herb Vander Lugt

HADIAH TERBESAR YANG DAPAT DIBERIKAN SESEORANG BAGI KITA


ADALAH TELADAN YANG SALEH

1 Januari 2005

Melihat ke Dua Arah

Nats : Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang (Yosua 1:2)
Bacaan : Yosua 1:1-9

Selama kebaktian Perjamuan Kudus pada Malam Tahun Baru di gereja, kami mengucapkan
doa bersama-sama: “Bapa, kami serahkan tahun yang telah berlalu ini kepada-Mu. Kami
menyerahkan kegagalan, penyesalan, dan kekecewaan kami kepada-Mu, karena semuanya itu
tidak lagi berguna bagi kami. Sekarang, jadikan kami manusia baru, melupakan yang ada di
belakang dan memusatkan pada apa yang di depan kami.

“Kami serahkan kepada-Mu semua harapan dan impian kami akan masa depan. Murnikan
semuanya itu dengan Roh-Mu supaya kehendak kami benar-benar mencerminkan kehendak-
Mu untuk kami.

“Saat kami berdiri di ambang tahun baru, doronglah kami dengan keberhasilan-keberhasilan
masa lampau, tantanglah kami dengan kuasa firman-Mu, dan bimbing kami dengan hadirat
Roh Kudus-Mu.”

Melihat ke dua arah pada setiap masa peralihan adalah sesuatu yang baik. Ketika Yosua
memimpin Israel, Allah berfirman kepadanya supaya mempertimbangkan masa lampau dan
masa depan: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah
Sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan
kepada mereka, kepada orang Israel itu” (Yosua 1:2). Kemudian Dia berjanji, “Seperti Aku
menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau …. Janganlah kecut dan tawar
hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (ayat 5,9).

Dengan percaya kepada Allah, kita dapat menoleh ke belakang dan menatap ke depan, lalu
melangkah dengan berani memasuki tahun baru —David McCasland

KEMENANGAN-KEMENANGAN MASA LALU


MEMBERI KEBERANIAN UNTUK MENGHADAPI MASA DEPAN

2 Januari 2005

Sifat Dasar Binatang

Nats : Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada
sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa
yang baik (Roma 7:18)
Bacaan : Galatia 5:16-26

Seberapa tahun yang lalu kami memelihara seekor rakun. Rakun itu kami beri nama Jason.
Satu menit ia akan merapat di pangkuan Anda seperti malai-kat yang sempurna, tetapi menit
berikutnya ia akan bergerak seperti iblis yang jahat. Jika tidak dicegah, ia akan menyerbu
tong sampah atau merusak taman bunga. Meskipun ia seekor binatang peliharaan yang
menyenangkan, kami semakin sadar bahwa tindakan-tindakannya yang merusak tersebut
dikendalikan oleh nalurinya yang liar. Jason akan selalu memiliki sifat alami seekor rakun,
dan kami harus mengawasinya dengan ketat walaupun ia tampak jinak.

Acap kali, ketika saya mengamati perilaku Jason, saya menjadi teringat sifat dosa yang tetap
kita miliki sebagai orang kristiani, meskipun Roh Kudus sudah tinggal di dalam diri kita.
Paulus menyebut hal ini sebagai “daging” yang di dalamnya “tidak ada sesuatu yang baik”
(Roma 7: 18). Hal tersebut memang dapat kita kekang, tetapi tetap ada di dalam diri kita.
Apabila kita tidak dikendalikan oleh Tuhan setiap hari, maka “diri” kita yang lama akan
memperagakan kapasitasnya sebagai pencari kesenangan yang menghancurkan dalam
berbagai cara.

Meskipun kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), kita masih memiliki
kecenderungan untuk berbuat dosa. Tetapi kita tidak perlu dikendalikan olehnya, karena kita
dipersatukan de- ngan Kristus dan Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Dengan menaati
firman Allah dan berserah kepada Roh Kudus (Roma 8:11), kita dapat menang atas daging—
sifat alami seekor binatang yang ada di dalam diri kita —Mart De Haan

ORANG KRISTIANI MEMPEROLEH KEMENANGAN


DENGAN MENINGGALKAN SIFAT LAMANYA DAN MEMELIHARA SIFAT BARU

16 Januari 2005
Ditakuti Anjing Boxer

Nats : Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini
Allahmu (Yesaya 41:10)
Bacaan : Mazmur 91:1-11

Pada suatu hari Minggu pagi yang cerah, salah satu anak laki-laki saya yang masih kecil pergi
bersama saya ke gereja. Pemandangan dan suara-suara hari baru segera mengundangnya
untuk berjalan mendahului saya. Tiba-tiba kebebasan dalam perjalanannya sirna. Beberapa
meter di depannya, berdirilah seekor anjing boxer sedang menatapnya. Ia berhenti mendadak,
berbalik, dan lari ke samping saya. Ketika tangannya aman dalam genggaman tangan saya
dan ia tahu bahwa saya berada tepat di sampingnya, ia dapat berjalan tenang melewati anjing
boxer tersebut.

Betapa hal itu menjadi gambaran pengembaraan kita di dunia ini! Dari waktu ke waktu
berbagai rintangan berwajah ganas berupa penyakit, masalah keuangan, atau konflik pribadi
muncul di depan kita, menimbulkan ketakutan di dalam hati kita. Pada mulanya kita akan
bingung dan hidup tampaknya menemui jalan buntu. Namun, dengan iman kita menemukan
jalan kepada Juruselamat, karena kita sadar bahwa kita tidak berani melangkah maju tanpa
merasa yakin akan hadirat- Nya. Ketika kita sepenuhnya percaya kepada-Nya, Dia akan
menolong kita menghadapi masa depan dengan mendampingi setiap langkah kita.

Jika kekhawatiran dan ketakutan mengintai di perbatasan masa depan Anda, ingatlah pada
janji Allah yang luar biasa, yang ada di dalam kitab Yesaya 41:10, “Janganlah takut, sebab
Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,
bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang
membawa kemenangan” —Dennis De Haan

JIKA ANDA TAK DAPAT MENEMUKAN JALAN KELUAR, MENENGADAHLAH

28 Februari 2005

Permainan Anak-anak

Nats : Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Surga (Matius 18:3)
Bacaan : Matius 18:1-11

Sesudah badai yang mengejutkan menyelimuti Timur Tengah dengan salju, sebuah foto pada
surat kabar memperlihatkan empat orang laki- laki bersenjata sedang tersenyum.
Digambarkan mereka sedang membuat manusia salju di sisi luar dinding markas militer yang
sudah rusak. Cuaca musim dingin juga menyebabkan dibatalkannya aksi protes dan
ditundanya perdebatan mengenai persoalan-persoalan parlementer yang sangat penting. Para
laki-laki yang mengenakan jubah panjang dan para wanita yang mengenakan gaun hitam
tradisional dengan penutup kepala tampak sedang bermain-main di salju. Ada sesuatu di
dalam salju yang membuat sifat kanak-kanak dalam diri kita menyeruak keluar.

Dan ada bagian Injil yang menganjurkan kita untuk menanggalkan sikap permusuhan,
perasaan mementingkan diri sendiri, serta untuk memiliki sikap rendah hati dan iman seperti
seorang anak kecil. Pada saat Yesus ditanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan
Surga?” (Matius 18:1), Dia kemudian memanggil seorang anak kecil dan berkata, “Jika kamu
tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Surga” (ayat 3).

Ada yang mengatakan bahwa usia menghilangkan imajinasi, harapan, dan berbagai
kemungkinan yang dapat kita lakukan. Dengan bertambahnya usia, kita menjadi semakin
mudah berkata, “Itu tidak mungkin terjadi.” Tetapi dalam alam pikiran seorang anak, Allah
bisa melakukan apa pun. Iman seperti anak kecil yang dipenuhi oleh kekaguman dan
kepercayaan akan Allah membuka kunci pintu ke dalam Kerajaan Surga —David McCasland

IMAN BERSINAR PALING TERANG


DI DALAM DIRI MEREKA YANG BERHATI KANAK-KANAK

3 Maret 2005

Arah Pandangan

Nats : Marilah kita ... berlomba ... dengan mata yang tertuju kepada Yesus (Ibrani 12:1,2)
Bacaan : Roma 8:35-39

Coba perhatikan: krisis apa yang sedang hangat dibicarakan? Itu bisa terorisme dan
ancamannya yang bersifat acak. Bisa juga kesulitan ekonomi dan ketakutan kehabisan uang
sebelum waktunya. Mungkin juga krisis pribadi tanpa ada jalan keluar yang dapat
diramalkan—tragedi atau kegagalan yang terlalu berat untuk ditanggung.

Sebelum kita terpuruk di bawah beban ketakutan yang menumpuk, sebaiknya kita simak
kehidupan seorang wanita di abad 20. Ia menanggung kesedihan, penderitaan, dan sakit hati
dengan tabah.

Corrie ten Boom harus menjalani kehidupan seperti di neraka saat tinggal di kamp
konsentrasi Nazi—sebuah tempat tanpa harapan bagi kebanyakan orang. Namun ia dapat
bertahan untuk menceritakan imannya yang tidak goyah dan pengharapannya yang teguh
kepada Allah.

Ia telah melihat wajah si jahat. Ia menyaksikan berbagai tindakan paling tidak manusiawi
yang dilakukan manusia kepada sesamanya. Dan ketika keluar dari kamp konsentrasi, ia
berkata, "Jika Anda melihat dunia ini, Anda akan sedih. Jika Anda melihat ke dalam diri
Anda, Anda akan tertekan. Namun jika Anda memandang Kristus, Anda akan tenang."

Ke mana Anda mengarahkan pandangan? Apakah Anda memusatkan perhatian pada dunia
dan bahaya di dalamnya? Apakah Anda sedang memandang diri Anda dan berharap
mendapat jawaban bagi diri sendiri? Atau apakah Anda sedang memandang Yesus, Sang
Pencipta dan Penyempurna iman Anda? (Ibrani 12:1,2). Dalam dunia yang serba tak pasti ini,
kita harus tetap memandang Yesus —JDB

APABILA DUNIA ANDA HANCUR


PERCAYAKAN PADA YESUS UNTUK MENYATUKANNYA

4 Maret 2005
"kasihanilah Saya"

Nats : Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa ... (Filipi 4:6)
Bacaan : Filipi 4:1-7

Anda mungkin pernah memainkan permainan ini sewaktu masih kecil. Anda menjalin jari
Anda dengan jari seorang teman, lalu berusaha menekuk jarinya sampai Anda atau dia
berteriak, "Kasihanilah saya!" Pemenangnya adalah yang berhasil membuat lawannya
menyerah.

Terkadang kita mencoba memainkan permainan "Kasihanilah saya!" dengan Allah saat
berdoa. Kita memiliki sebuah permohonan dan kita sangat berharap permintaan itu dijawab
dengan cara tertentu. Lalu kita mulai "menekuk jari Tuhan" dan berusaha membuat-Nya
menyerah. Namun, ketika tampaknya kita tidak mungkin menang, kita mencoba lebih keras
lagi untuk meyakinkan Dia dengan merengek atau menawar. Mungkin akhirnya kita terpaksa
menyerah sambil berkata, "Tuhan, Engkau selalu menang! Ini tidak adil!"

Allah betul-betul mendambakan kejujuran. Namun, kerap kali dalam kejujuran, jiwa peminta-
minta kita muncul. Dalam hati kecil kita, kita sadar doa bukanlah pertandingan dengan Allah
di mana kita selalu berupaya untuk menang. Alangkah baiknya jika kita mengutarakan
permohonan kepada Tuhan, menyerahkan semuanya kepada-Nya, bersandar pada kasih
karunia-Nya, dan menantikan jawaban-Nya (Filipi 4:6,7). Seorang pengarang, Hannah
Whitall Smith, berkata, "Bersukacitalah dan rindukanlah untuk berpasrah tanpa syarat ke
dalam tangan-Nya yang penuh kasih, serta menyerahkan seluruh wewenang kepada-Nya."

Daripada berdoa dengan pernyataan yang tidak tulus, "Tuhan, Engkau selalu menang", lebih
baik berserah kepada-Nya. Katakanlah, "Kasihanilah saya!" —AMC

DOA BUKANLAH SAAT UNTUK MEMBERI PERINTAH


MELAINKAN MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PEKERJAAN

26 April 2005

Dari Cacing Hingga Perang

Nats : Berfirmanlah Tuhan kepada [Gideon]: "Selamatlah engkau! Jangan takut" (Hakim-
hakim 6:23)
Bacaan : Hakim-hakim 6:11-16,33-40

Cleotis, 10 tahun, baru pertama kali memancing. Sewaktu melongok ke dalam kaleng umpan,
ia tampak enggan untuk memulai. Akhirnya ia berkata kepada suami saya, "Tolong, S-T-C!"
Saat suami saya bertanya apa masalahnya, Cleotis menjawab, "S-T-C! Saya Takut Cacing!"
Ketakutan telah membuatnya tidak mampu bertindak.

Ketakutan pun dapat melumpuhkan orang dewasa. Gideon pasti takut saat malaikat Tuhan
datang kepadanya ketika ia sedang mengirik gandum secara diam-diam, bersembunyi dari
musuhnya, yaitu orang Midian (Hakim-hakim 6:11). Sang malaikat berkata bahwa ia telah
dipilih oleh Allah untuk memimpin umat-Nya di dalam peperangan (ayat 12-14).
Bagaimana tanggapan Gideon? "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang
Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun
seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku" (ayat 15). Setelah Tuhan meyakinkan
bahwa Dia akan menyertainya, Gideon masih tampak takut dan meminta tanda bahwa Dia
benar-benar akan memakai dirinya untuk menyelamatkan orang Israel seperti yang
dijanjikan-Nya (ayat 36-40). Dan Allah menanggapi permintaan Gideon. Bangsa Israel
berhasil dalam peperangan dan kemudian menikmati keamanan selama empat puluh tahun.

Kita semua memiliki berbagai macam ketakutan, mulai dari ketakutan terhadap cacing hingga
ketakutan akan peperangan. Kisah Gideon mengajar kita untuk meyakini satu hal: Jika Allah
meminta kita untuk melakukan sesuatu, Dia akan memberi kita kekuatan dan kuasa untuk
melakukannya —AMC

UNTUK MENGUSIR KETAKUTAN DARI HIDUP ANDA


PERCAYALAH KEPADA ALLAH YANG HIDUP

10 Mei 2005

Jawabannya Tidak

Nats : Lalu Daud bangun dari lantai, ... masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah
(2Samuel 12:20)
Bacaan : 2Samuel 12:13-23

Anak-anak memang menyenangkan dan lugu—sebelum orangtua mereka mengatakan tidak


kepada permintaan mereka. Ketika hal itu terjadi, sebagian anak akan berteriak tak terkendali,
mendesakkan apa yang mereka inginkan.

Ketika anak-anak kami masih kecil, saya dan istri saya berpikir bahwa mereka perlu belajar
menerima kata tidak sebagai sebuah jawaban atas permintaan mereka. Kami merasa hal ini
akan membantu mereka menangani kekecewaan hidup secara lebih efektif. Kami berdoa
kiranya hal itu juga akan membantu mereka berserah pada kehendak Allah.

Bacaan Alkitab hari ini mencatat pengakuan Daud mengenai kesalahannya di depan Natan.
Daud diampuni, tetapi Allah membiarkan konsekuensi dosanya ditanggung oleh bayi yang
dikandung di luar ikatan pernikahan. Daud berpuasa dan berdoa siang malam bagi
kesembuhan anaknya. Meskipun permohonannya tulus, bayinya mati.

Bukannya bersikap seperti anak-anak yang merengek-rengek dan marah kepada Allah, Daud
justru bangun dari lantai, mandi, berganti pakaian, serta "masuk ke dalam rumah Tuhan dan
sujud menyembah" (2 Samuel 12:20). Tindakannya mengajarkan satu hal penting kepada
kita: Kadang-kadang kita harus menerima kata tidak dari Allah sebagai jawaban atas
permohonan kita.

Di masa-masa sulit atau kehilangan, kita harus mencari bantuan dan pembebasan dari Allah.
Tetapi kita harus tetap memercayai-Nya meskipun Dia tidak menjawab doa seturut kehendak
kita.

Sudahkah kita belajar menerima tidak sebagai sebuah jawaban? —AL


DALAM KEHENDAK-NYA ADA KEDAMAIAN —Dante

1 Juli 2005

Sukacita Dalam Kemiskinan

Nats : Sekalipun ... hasil pohon zaitun mengecewakan, ... namun aku akan bersorak-sorak di
dalam Tuhan (Habakuk 3:17,18)
Bacaan : Habakuk 3:14-19

Dalam buku 450 Stories for Life, Gust Anderson menceritakan kunjungannya ke sebuah
gereja di suatu daerah pertanian, di sebelah timur Alberta, Kanada. Di daerah itu telah
berlangsung kekeringan selama delapan tahun. Kondisi ekonomi petani di tempat itu
tampaknya tak ada harapan lagi. Meskipun dalam kemiskinan, namun banyak di antara
mereka yang terus berkumpul untuk memuji dan menyembah Allah.

Anderson sangat terkesan dengan kesaksian seorang petani yang berdiri dan mengutip
Habakuk 3:17,18. Dengan sungguh-sungguh petani itu berkata, Sekalipun pohon ara tidak
berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-
ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan
tidak ada lembu sapi di kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku. Anderson berpikir, orang suci itu telah menemukan
rahasia sukacita sejati.

Mendapatkan kesenangan dari barang-barang yang dapat dibeli memang bukan suatu
kekeliruan. Akan tetapi, jangan sampai kita mengandalkan barang-barang tersebut untuk
mendapatkan kebahagiaan. Apabila kepuasan kita ditentukan oleh kepemilikan atas barang-
barang, kita akan hancur pada saat kehilangan barang-barang tersebut. Tetapi jika sukacita
kita berada di dalam Allah, tidak ada sesuatu pun yang dapat merusakkannya, bahkan
kesulitan ekonomi pun tidak.

Ya, orang-orang yang mengenal dan memercayai Tuhan akan bersukacitabahkan dalam
kemiskinan! RWD

KEGEMBIRAAN ITU TERGANTUNG PADA APA YANG TERJADI


TETAPI SUKACITA TERGANTUNG PADA YESUS

18 Juli 2005

Ide Cemerlang

Nats : Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar
(2Tawarikh 14:11)
Bacaan : 2Tawarikh 16:1-13

Sebuah dongeng kuno dari Indonesia menceritakan tentang seekor kura-kura yang dapat
terbang. Ia menggigit sebatang kayu yang dibawa oleh dua ekor angsa. Pada saat kura-kura
itu mendengar orang-orang dari darat yang melihatnya berkata, Wah, cemerlang sekali ide
angsa-angsa itu! harga dirinya sangat terluka sehingga ia berteriak, Itu ideku! Tentu saja ia
jadi kehilangan pegangan. Harga dirinya telah menjadi kehancuran bagi dirinya.
Selama empat puluh satu tahun, Asa menjadi raja yang kuat dan rendah hati. Ia membawa
kedamaian dan kemakmuran bagi kerajaan Yehuda. Dan pada tahun-tahun awal
pemerintahannya, Asa menaikkan doa demikian, Ya Tuhan, selain daripada Engkau, tidak
ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat. Tolonglah kami ya Tuhan, Allah
kami, karena kepada-Mulah kami bersandar (2Tawarikh 14:11).

Namun pada akhir pemerintahannya, ketika pasukan kerajaan Israel bagian utara
menyerangnya, Asa mencari pertolongan dari raja Siria dan bukannya dari Allah. Karena
kebodohannya, pemerintahannya melemah dan bangsanya mengalami peperangan. Apa yang
salah dalam hal ini? Karena bangga dengan keberhasilan masa lalu, Asa telah lupa bahwa
seharusnya ia bergantung pada Tuhan, sehingga Tuhan tak lagi menunjukkan diri-Nya kuat
demi kepentingan Asa (2Tawarikh 16:9).

Allah masih mencari orang-orang yang mengizinkan Dia untuk menunjukkan kekuatan-Nya
dalam hidup mereka. Hidup dengan rendah hati dan bergantung pada Allah merupakan ide
yang benar-benar cemerlang! AL

TAK SEORANG PUN LEBIH KUAT


DARIPADA SESEORANG YANG BERGANTUNG PADA ALLAH

1 Agustus 2005

Sesuai Aturan Pakai

Nats : Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya;


firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku (Yeremia 15:16)
Bacaan : Mazmur 119:33-48

Dr. Smiley Blanton adalah seorang ahli jiwa kota New York yang sibuk. Ia menyimpan
sebuah Alkitab di atas mejanya. Karena agak terkejut melihat hal tersebut, seorang klien
bertanya kepadanya, Apakah Anda, sebagai seorang ahli jiwa, membaca Alkitab?

Saya tidak hanya membacanya, tetapi juga mempelajarinya, kata Dr. Blanton yang adalah
seorang kristiani yang saleh. Lalu ia menambahkan, Jika orang-orang bersedia menyerap
pesannya, maka banyak ahli jiwa yang akan kehilangan pekerjaan.

Untuk memperjelas maksudnya, Dr. Blanton mengatakan bahwa jika para klien yang
terganggu oleh perasaan bersalah bersedia membaca perumpamaan tentang anak yang hilang
dan bapanya yang mau mengampuni (Lukas 15:11-32), maka mereka dapat menemukan
kunci kesembuhan.

Apakah kita mencari kesembuhan di dalam firman Allah yang penuh kuasa? Kita mungkin
membaca Alkitab, namun apakah kita benar-benar meyakini, mempelajari, dan menerapkan
ajaran-ajarannya? Kebenaran Kitab Suci yang menyelamatkan merupakan obat Allah yang
manjur untuk membebaskan kita dari penyakit dosa.

Nabi Yeremia, di tengah kesulitan dan penderitaan, menemukan sukacita di dalam firman
Tuhan (Yeremia 15:16). Sang pemazmur yang mencintai perintah-perintah Allah (Mazmur
119:48) berkata kepada-Nya, Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu .... Aku
hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu (ayat 47,48).
Seperti layaknya obat, firman Allah pun harus digunakan sesuai dengan aturan pakai. Apakah
Anda telah menyerap kebenarannya? VCG

ALKITAB MENGANDUNG BERBAGAI VITAMIN


YANG BERGUNA BAGI KESEHATAN JIWA

7 Agustus 2005

Tidak Berubah

Nats : Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah
oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 5:1)
Bacaan : Roma 4:1-12

Kehidupan yang ada di sekitar kita berubah dengan sangat cepat. Bahkan di gereja,
perubahan terjadi begitu cepat sehingga kita sulit mengikutinya.

Sebagai contoh, dengan alasan agar dapat berkomunikasi secara lebih efektif, orang-orang
kristiani telah mengubah cara gereja dilangsungkan. Sekarang banyak orang percaya yang
sudah terbiasa dengan gereja tanpa bangku panjang. Mereka terbiasa dengan ruang kebaktian
tanpa buku kidung pujian, dan ringkasan khotbah serta lagu yang diproyeksikan ke layar
lebar.

Orang-orang kristiani pun telah menyadari kebutuhan untuk mengubah metode penjangkauan
kepada orang-orang nonkristiani dengan Injil Yesus. Gereja menggunakan liga olahraga
untuk membawakan Injil kepada orang-orang di lingkungan mereka. Mereka membuka
lumbung makanan untuk menjangkau orang-orang yang kurang berada. Mereka mengadakan
pertemuan kelompok khusus bagi orang-orang yang bergumul dengan dukacita atau
kecanduan.

Akan tetapi, tidak semuanya berubah. Dr. M.R. De Haan menulis di dalam edisi pertama Our
Daily Bread di tahun 1956: Jika ada satu hal yang ditekankan oleh Paulus, maka hal itu
adalah bahwa usaha kita tidak dapat digunakan untuk memperoleh atau mempertahankan
keselamatan kita. Kita dibenarkan oleh iman, dan iman semata (Roma 4:5; 5:1).

Jenis dan metode penyembahan mungkin saja telah berubah. Akan tetapi, keselamatan hanya
dapat diperoleh melalui iman kepada Yesus semata. Hal itu tidak akan pernah
berubahselamanya JDB

DI DALAM DUNIA YANG SELALU BERUBAH


ANDA DAPAT MEMERCAYAI FIRMAN ALLAH
YANG TIDAK BERUBAH

3 Oktober 2005

Waspadalah!

Nats : Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak
mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh (2 Petrus 3:17)
Bacaan : 2Petrus 3:10-18
Kehidupan sehari-hari dapat membahayakan kesehatan Anda. Demikian tesis buku Laura Lee
100 Most Dangerous Things In Everyday Life And What You Can Do About Them. Ini
merupakan sindiran terhadap hal-hal yang membahayakan dalam hidup yang kurang disadari
banyak orang, seperti kereta belanja (yang setiap tahunnya menyebabkan 27.600 kasus cedera
di AS) serta mesin pencuci piring (yang membahayakan lebih dari 7.000 warga Amerika dan
1.300 warga Inggris setiap tahunnya). Salah satu alasan yang dikemukakan penulis dalam
menyusun buku ini adalah “untuk mengolok-olok budaya takut”.

Sebaliknya, Yesus Kristus memanggil para pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh
keberanian dalam iman. Di situ tujuan kita tidak untuk menghindari bahaya, tetapi untuk
menggenapi misi Allah dalam hidup kita di dunia.

Rasul Petrus dengan jelas menggambarkan hari Tuhan, yang merupakan akhir dari dunia,
seperti yang kita ketahui (2 Petrus 3:10). Tetapi bukannya dilemahkan oleh kecemasan,
Petrus justru mengajak kita untuk melakukan persiapan sebaik-baiknya (ayat 14). Kemudian
ia memperingatkan akan adanya orang yang memutarbalikkan Kitab Suci, katanya,
“Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak
mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh” (ayat 17).

Kecemasan dengan kadar yang tepat akan membantu melindungi kita, tetapi kalau berlebihan
justru dapat membuat kita tidak berdaya. Yang paling harus kita takutkan adalah jika kita
tidak dapat memercayakan hidup sepenuhnya kepada Allah -DCM

KEKUATAN KRISTUS DI DALAM DIRI ANDA JAUH LEBIH BESAR


DARIPADA KEKUATAN JAHAT DI SEKITAR ANDA

7 November 2005

Tuhan, Bukit Batuku

Nats : Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung
batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! (Mazmur
18:3)
Bacaan : Mazmur 18:2-4

Ternyata kita, manusia, melakukan penalaran terutama berdasarkan hati, dan bukan
berdasarkan pikiran. Seorang matematikawan dan ahli teologi Perancis, Blaise Pascal, dahulu
berkata, “Hati mempunyai kemampuan berpikir yang tidak diketahui oleh pikiran.”

Para penyair, penyanyi, pengarang cerita, dan seniman sejak dulu mengetahui hal ini. Mereka
menggunakan berbagai simbol dan perumpamaan yang lebih berbicara kepada hati daripada
kepada pikiran kita. Karena itulah gagasan-gagasan mereka menembus ke tempat yang tidak
dapat dicapai oleh gagasan lainnya. Dan karena itulah kita berkata, “Sebuah gambar berharga
seribu kata.” Gambaran tetap tinggal di pikiran kita saat semua hal-lain telah terlupakan.

Daud menulis, “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku, … perisaiku, tanduk
keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3). Pada saat itu ia memikirkan unsur-unsur
fisik yang mencerminkan kenyataan rohani. Setiap gambar dalam pernyataan itu
mengekspresikan pemikiran yang lebih dalam, menghubungkan dunia nyata dengan alam
maya Roh. Daud tidak melantur pada definisi dan penjelasan, karena penjelasan dapat
mengaburkan imajinasi. Setiap gambar tetap tinggal dalam pikiran kita. Itu adalah gambar-
gambar yang membangkitkan misteri, menggugah imajinasi, dan memperdalam pengertian
kita.

Daud membangunkan sesuatu yang tersembunyi di dalam diri kita. Memikirkan sesuatu
secara mendalam adalah hal yang baik. Lalu apakah arti kalimat Allah adalah bukit batuku,
kubu pertahananku, perisaiku bagi Anda? -DHR

IMAN MENJEMBATANI JURANG


YANG KEDALAMANNYA TIDAK DAPAT DIUKUR NALAR

1 Desember 2005

Waktu Saya Takut

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 56

Saat dikejar Saul, Daud kabur dari rumah imam di Nob. Ia sampai ke Gat, tempat musuh-
musuhnya tinggal. Di sana ia langsung dikenali dan dibawa ke hadapan Raja Akhis.

Berbagai kisah dan lagu merayakan kemasyhuran Daud. Ia telah membinasakan ribuan orang
Filistin (1 Samuel 21:11). Kemasyhuran itu dicapainya dengan mengorbankan para wanita
dan anak-anak Filistin yang kehilangan suami dan ayah mereka. Karena itu, ini adalah
kesempatan bagi orang Filistin untuk membalas dendam.

Daud kehilangan keberaniannya. Di dalam ketakutan yang dalam, ia pura-pura “sakit ingatan
…, menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya” (ayat
13). Akhis mengusirnya dengan pandangan rendah, “Patutkah orang yang demikian masuk ke
rumahku?” (ayat 15). Dengan hati hancur dan merasa sangat terhina, Daud melarikan diri ke
Adulam di Yudea. Di dekat situ terdapat sebuah bukit dengan banyak gua. Ia merangkak
masuk ke dalam salah satu gua itu-sendirian.

Ketika ia menjalani kesendirian di gua itu, pada titik terendah di hidupnya dan dikelilingi
musuh-musuhnya, Daud mulai merenungkan kasih Allah yang lembut dan setia. “Waktu aku
takut, aku ini percaya kepada-Mu,” tulisnya (Mazmur 56:4). “Sengsaraku Engkaulah yang
menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu” (ayat 9).

Mungkin saat ini Anda berada “di dalam sebuah gua”. Anda pun dapat berkata, “Kepada
Allah aku percaya, aku tidak takut” (ayat 12) -DHR

KESEPIAN ADALAH SUATU KETIDAKSADARAN


AKAN KEBERADAAN PRIBADI
YANG MENYERTAI KITA DI MANA SAJA

8 Desember 2005
Gunakan Senjata Anda

Nats : Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan
dapat memadamkan semua panah api dari si jahat (Efesus 6:16)
Bacaan : Efesus 6:10-20

Pada saat mengunjungi sebuah museum, saya terpesona oleh sebuah catatan yang
memberikan uraian tentang sekelompok gladiator Romawi-orang Retiarii-yang bertarung,
kerap kali sampai mati, hanya dengan menggunakan sebuah jaring dan trisula. Dari antara
semua senjata menakutkan dan mematikan yang tersedia, orang-orang ini hanya diberi dua
benda, yaitu sebuah jaring dan trisula. Saat memasuki arena, kelangsungan hidup mereka
bergantung pada seberapa baik mereka menggunakan senjata.

Dalam peperangan rohani kita sebagai orang kristiani, Allah telah memilihkan perlengkapan
senjata bagi kita. Hal ini dijelaskan demikian: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi
kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata
duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk
meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:3,4).

Kita perlu berhenti sejenak dan memandang diri kita di dalam “cermin” Efesus 6:10-18 agar
dapat melihat apakah kita diperlengkapi dengan baik dengan “seluruh perlengkapan senjata
Allah”. Mulai dari ketopong keselamatan hingga kasut kerelaan, kita hendaknya dilindungi
dan dipersenjatai untuk sebuah peperangan yang tidak bergantung pada kekuatan manusia,
namun tergantung pada kuasa Allah.

Apabila kita menyadari sifat peperangan itu dan kuasa yang melawan kita, alangkah
bodohnya jika kita memasuki pertarungan dengan hal-hal yang lain kecuali senjata yang
diberikan oleh Allah -DCM

ORANG-ORANG YANG MENANTI-NANTIKAN TUHAN


MENDAPAT KEKUATAN BARU -Yesaya 40:31

27 Desember 2005

Hari Esok yang Tak Tampak

Nats : Hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7)
Bacaan : Matius 6:25-34

Kita kerap kali berharap dapat melihat apa yang akan kita alami, sehingga kita dapat bersiap-
siap, mengendalikan, atau menghindarinya.

Seorang yang bijaksana pernah berkata, “Walaupun kita tidak dapat melihat apa yang ada di
hadapan kita, Allah dapat melihatnya.” Alangkah lebih baik dan menghiburnya kenyataan
itu!

Suatu hari cucu perempuan saya yang berusia 10 tahun, Emily, dan saya merebus telur untuk
sarapan. Ketika kami menatap air yang sedang mendidih dan bertanya-tanya berapa lama
waktu yang dibutuhkan agar telur itu dapat matang dengan tepat, Emily berkata, “Sayangnya,
kita tidak dapat membuka telur-telur itu untuk melihat bagaimana kondisi mereka.” Saya
setuju dengan ucapannya. Karena cara itu akan merusak telur-telur tersebut, kita harus
mengandalkan tebakan, tanpa adanya jaminan hasil.

Kita pun mulai membicarakan hal-hal lain yang ingin kita lihat, namun tidak dapat-seperti
hari esok. Kita mengatakan bahwa sayang kita tidak dapat membuka hari esok untuk melihat
apakah hal itu seperti yang kita inginkan. Namun, mencampuri hari esok sebelum waktunya
adalah seperti membuka telur yang setengah matang, akan merusak baik hari ini dan esok.

Karena Yesus telah berjanji untuk memelihara kita setiap hari-termasuk hari esok-kita dapat
hidup dengan iman setiap hari (Matius 6:33,34).

Saya dan Emily pun memutuskan untuk menyerahkan hari esok dengan aman di dalam
tangan Allah. Sudahkah Anda melakukan hal yang sama? -JEY

ANDA HANYA MEMBUAT MASALAH


JIKA MENGKHAWATIRKAN HARI ESOK

20 Januari 2006

Perbedaan Karena Iman

Nats : Orang bebal berkata dalam hatinya, "Tidak ada Allah" (Mazmur 14:1)
Bacaan : Mazmur 14

Bagaimana jika seandainya kita tidak beriman kepada Allah dan justru menerima teori
evolusi yang menolak Allah? Coba bayangkan, seandainya saja kita memiliki pandangan
hidup yang ateistis. Seorang ahli biologi Universitas Cornell, William Provine, menyatakan
di dalam sebuah debat publik, bahwa jika Anda adalah seorang pendukung setia teori Darwin,
maka Anda akan menyadari bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian, tidak ada dasar
yang fundamental dari etika, tidak ada tujuan akhir dari keberadaan kita, tidak ada kehendak
bebas. Hidup akan menjadi kosong.

Daripada memegang ketidakpercayaan yang suram itu, kita dapat membuka hati dan pikiran
kita untuk beriman kepada Allah sebagaimana Dia telah menyatakan diri melalui Putra-Nya,
Yesus Kristus. Dosa kita dapat diampuni berkat kematian-Nya di atas kayu salib. Hal ini
tidak hanya memberi kita jaminan akan kekekalan yang penuh berkat, tetapi juga membuat
kehidupan kita kini dan di sini memiliki arti dan pengharapan yang tidak terukur. Berkat Roh
Kudus yang ada di dalam diri kita, kita dapat mengetahui bahwa perkataan Yesus di dalam
Yohanes 8:12 adalah benar: "Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan."

Saat kita menjalani perziarahan duniawi ini, jangan sampai kita tersandung dalam kegelapan
rasa tidak percaya. Sebaliknya, kita dapat berjalan dengan penuh keyakinan di dalam terang
menuju kesucian kekal yang tak pernah berakhir. Itulah perbedaan yang tercipta karena iman
di dalam Yesus Kristus --VCG

ATEISME ADALAH KEGELAPAN MENAKUTKAN


YANG HANYA DAPAT DILENYAPKAN OLEH
TERANG KESELAMATAN
25 Januari 2006

Dan Jadilah Demikian

Nats : Berfirmanlah Allah:... Dan jadilah demikian (Kejadian 1:9)


Bacaan : Kejadian 1:1-13

Kata-kata berikut diulang beberapa kali dalam Kejadian 1, kisah penciptaan: "Dan jadilah
demikian."

Apa pun yang difirmankan Allah terjadi. "Jadilah terang.... Jadilah cakrawala.... Hendaklah
tanah menumbuhkan tunas-tunas muda...." Lalu, setiap kali, diikuti perkataan: "Dan jadilah
demikian." Allah berfirman, dan hal itu menjadi kenyataan.

Ketika saya membaca tentang permulaan dunia kita dan kuasa Allah, saya mulai berpikir
tentang hal-hal lain yang telah dikatakan oleh Allah dan Putra-Nya, Yesus hal-hal yang dapat
kita andalkan.

Saat Yesus berbicara tentang para pengikut-Nya, Dia berkata, "Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang
pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yohanes 10:28). Jika kita memercayai-Nya,
kita bisa yakin bahwa kita saat ini memiliki hidup yang kekal dan jaminan untuk hidup
bersama Dia selama-lamanya.

Penulis Kitab Ibrani berkata, "Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena
Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau'"(Ibrani 13:5). Kita dapat yakin bahwa berbagai kebutuhan
kita akan terpenuhi dan tak akan ditinggalkan sendirian.

Salah satu janji Yesus yang paling menghibur adalah "Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempat-Ku" (Yohanes 14:3). Dia telah mengatakannya; kita dapat
memercayainya dan dengan yakin menantikan hari itu.

Andalkan firman Allah. Hal itu akan terjadi --AMC

ALLAH TELAH MENGATAKANNYA. SAYA MEYAKININYA. BERESLAH SUDAH.

27 Januari 2006

Rekan Sekerja

Nats : Kami adalah kawan sekerja untuk Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah
(1Korintus 3:9)
Bacaan : Keluaran 17:1-6

Ketika tiba saatnya bagi Musa untuk memukul batu di padang pasir untuk memperoleh air
bagi orang-orang Israel yang kehausan, ia hanya memiliki peran yang sangat kecil hanya
memukul batu. Siapa pun di antara orang Israel dapat melakukannya. Hal yang utama adalah
apa yang sedang dikerjakan Allah di inti bumi untuk menyediakan aliran air yang melimpah.
Namun, keduanya bekerja bersama: Musa di hadapan orang-orang; Allah di kedalaman bumi
yang tersembunyi. Musa dan Allah merupakan rekan sekerja.

Selalu ada dua pihak dalam setiap pekerjaan yang berbuah banyak: para pekerja yang
memiliki kesediaan hati dan Allah yang setia. Bagian manusia adalah melakukan apa pun
yang diperintahkan Allah kepada kita memukul batu. Tugas Allah adalah mengalirkan air itu.

Apakah Musa dibebani oleh kekhawatiran sewaktu ia mendekati batu itu, berpikir bahwa ia
mungkin gagal? Saya meragukan hal itu. Ia hanya perlu mengikuti Tuhan dalam ketaatan.
Allah telah berjanji untuk melakukan semua hal lainnya. Dan Musa telah melihat Allah
melakukan mukjizat-mukjizat besar sebelumnya.

Apakah Anda mengkhawatirkan tugas yang telah diberikan Allah hari ini? Apakah Anda
percaya bahwa segala sesuatunya bergantung kepada Anda? Pukul saja batu itu. Allah sedang
bekerja secara tersembunyi untuk menumpahkan aliran air bagi setiap pria, wanita, dan anak-
anak. Dan ketika air hidup mulai mengalir, muliakanlah Dia.

Lakukan saja bagian Anda dan Dia akan melakukan bagian-Nya --DHR

"DI LUAR AKU, ENGKAU TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA" Yesus

8 Maret 2006

Pengharapan yang Hidup

Nats : Terpujilah Allah ... yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir
kembali ... kepada hidup yang penuh pengharapan (1Petrus 1:3)
Bacaan : 1Petrus 1:3-9

Hidup ini sulit bagi semua orang, tetapi beberapa orang merasakan kesulitan yang lebih berat
dibanding orang lain. Menaruh kepercayaan kepada Kristus sebagai Juru Selamat tidak
banyak mengubah hal itu. Tak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang menjanjikan bahwa kita
bebas dari kesulitan karena kita adalah pengikut Kristus. Kenyataannya, beberapa penyakit
kita tidak dapat disembuhkan, dan beberapa kekurangan kita tidak dapat diperbaiki sepanjang
hidup kita. Bahkan ada di antaranya yang bertambah parah. Namun, seluruh kekurangan dan
kelemahan kita hanya bersifat sementara.

Kesadaran bahwa Allah menyediakan kebutuhan kita dapat menyunggingkan senyum dalam
hati kita. Pengharapan memberi kita ketenangan dan memampukan kita hidup dengan
kekuatan batiniah, karena kita tahu bahwa suatu saat nanti keadaan kita akan berubah secara
dramatis dari keadaan sekarang.

Jika masa lalu merusak Anda atau Anda merasa dilemahkan oleh dosa, atau jika Anda merasa
begitu tidak berarti dibanding dengan orang lain sehingga Anda merasa rendah diri,
percayalah pada apa yang disediakan Allah bagi Anda. Hiduplah hari ini dengan semangat
yang disediakan Allah bagi Anda. Dapatkanlah sesuatu yang baik dari penderitaan yang Anda
alami. Namun bersukacitalah, karena semua yang menjatuhkan dan membatasi Anda hanya
bersifat sementara. Semua itu akan berlalu -- bahkan ada yang lebih cepat berlalu daripada
yang kita duga.
Jika Anda memiliki pengharapan yang hidup dalam Kristus, Anda dapat membereskan masa
lalu karena memiliki masa depan. Kemuliaan Allah yang terbaik disediakan bagi Anda di
depan --HWR

ORANG KRISTIANI DAPAT MENGATASI MASA LALU


KARENA MEMILIKI PENGHARAPAN AKAN MASA DEPAN

25 April 2006

Hidup Ini Nyata

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 56

Dalam komik Peanuts, tokoh Lucy mengatakan kepada Linus, saudaranya, bahwa anak-anak
tidak bisa tinggal di rumah selamanya. Kelak mereka menjadi dewasa dan meninggalkan
rumah. Lalu ia berkata bahwa bila nanti Linus pergi, ia akan menempati kamar Linus.
Namun, dengan cepat Linus mengingatkan Lucy bahwa nantinya Lucy juga akan
meninggalkan rumah. Menyadari akan hal itu, Lucy pun terkejut, tetapi ia segera menemukan
jalan keluar. Ia mengeraskan suara TV, merangkak ke kursi beanbag-nya [kursi kantong yang
berisi kacang, dipakai dalam permainan tertentu] dengan semangkuk es krim di tangan, dan
menolak memikirkan hal tadi.

Menghindari keadaan yang tidak menyenangkan tidak semudah yang Lucy pikirkan. Realitas
kehidupan tidak dapat dihindari. Kita dapat mencoba lari dan bersembunyi, tetapi
pergumulan dan ujian kehidupan selalu dapat mengikuti langkah kaki kita dan akhirnya
menyusul kita.

Sebaliknya, kita harus menghadapi masalah kita. Pemazmur Daud melakukan hal ini saat
diserang oleh musuh dan teman-teman yang menyesatkan. Ia tidak berusaha mengecilkan
bahaya yang ada; ia menyambut badai yang mengganas di sekelilingnya dan memandang
kepada Tuhan. Ia menulis, "Kepada Allah aku percaya" (Mazmur 56:5).

Marilah kita mengikuti teladan Daud -- bukan Lucy. Menghadapi beragam kesulitan dalam
hidup mungkin merupakan pengalaman yang menakutkan. Namun, ketika kita percaya
kepada Allah dan mendekat kepada-Nya, kita akan mengalami pembebasan yang nyata --
PRV

TATKALA KESULITAN MENGHAMPIRI ANDA, HAMPIRILAH ALLAH

20 Mei 2006

"diledakkan" untuk Berubah

Nats : Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam
Kerajaan Anak-Nya yang terkasih (Kolose 1:13)
Bacaan : Kisah 9:1-9
Ketika seorang redaktur surat kabar mendengar bahwa seseorang bernama Alfred Nobel
meninggal dunia, ia menyangka almarhum adalah Nobel si penemu dinamit. Karena itu, sang
redaktur menerbitkan obituari berjudul "Nobel si pedagang kematian".

Ketika Nobel -- si penemu dinamit -- membaca berita tentang "kematiannya sendiri", ia


bereaksi seperti seorang buta yang tiba-tiba dapat melihat kembali. Sejak hari itu, Nobel
mencurahkan dirinya untuk perkara-perkara kemanusiaan -- terutama perdamaian.

Saulus dari Tarsus mengalami perubahan yang jauh lebih drastis daripada Nobel. Dalam
perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Yesus, Saulus bertemu dengan
Tuhan sendiri. Setelah buta selama beberapa waktu karena pertemuan itu, Saulus
menyerahkan sisa hidupnya untuk melayani Dia yang dulu dikejar-kejarnya. Musuh Yesus itu
akhirnya menjadi rasul yang berbakti kepada-Nya (Kisah 9:15,16).

Pengalaman kita sendiri mungkin tidak begitu menggemparkan. Namun, kita harus bertanya
kepada diri kita sendiri apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juru Selamat, yaitu Dia
yang telah mengubah arah hidup kita.

Apabila Anda belum mengalaminya, bukalah Yohanes 3 dan bacalah perkataan Yesus
mengenai kelahiran kembali. Lalu, dengan doa sederhana yang berisi penyesalan dosa,
bukalah hati Anda kepada-Nya. Komitmen yang jujur kepada Tuhan akan membawa Anda
untuk memasuki hubungan yang baru dengan Dia -- hubungan yang abadi --VCG

KESELAMATAN TAK SEKADAR MEMUTUS KEBIASAAN BURUK


TETAPI JUGA MEMBENTUK KARAKTER YANG BAIK

8 Juni 2006

Baptisan Michael

Nats : Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku (Markus 10:14)


Bacaan : Markus 10:13-16

Michael ingin dibaptis. Pada mulanya ayahnya merasa ragu-ragu karena Michael mengidap
autis. Autisme adalah kelainan yang memengaruhi interaksi sosial dan keterampilan
komunikasi seseorang.

Michael yang berusia 35 tahun itu memang telah memercayai Yesus sebagai Juru Selamat,
dan para pemimpin gereja pun menyetujui pembaptisan ini dengan sangat antusias. Akan
tetapi, pada saat dibaptis, Michael harus berdiri di depan seluruh jemaat. Ini bukan hal yang
mudah bagi seorang pengidap autis seperti Michael.

Karena tahu Michael tidak menyukai kejutan, ayahnya kemudian memberi tahu semua hal
yang akan terjadi selama proses pembaptisan. Namun, pada saat sang pendeta berkata,
"Michael, saya membaptis kamu di dalam nama Bapa," Michael menginterupsi seakan-akan
untuk mengingatkan sang pendeta, "dan Putra!" Para jemaat tersenyum dengan penuh
sukacita. Dan Michael pun dibaptis di dalam ketaatan kepada perintah Kristus.

Kita datang kepada Yesus dengan tingkat pemahaman rohani yang berbeda-beda, dan Yesus
menyambut semua orang yang menanggapi panggilan-Nya. Saat anak-anak kecil
menghampiri Sang Juru Selamat, murid-murid-Nya berusaha mengusir mereka. Namun
Kristus menegur mereka dan berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Markus
10:14). Dan hal itu pun berlaku bagi mereka yang memiliki kelainan.

Injil itu sederhana. Kita semua dapat menghampiri Sang Juru Selamat. Dan undangan yang
Dia berikan terbuka bagi semua orang --HDF

ALLAH MENERIMA SETIAP ORANG YANG MENERIMA PUTRA-NYA

11 Juli 2006

Pemeriksaan Rohani

Nats : Ujilah aku, ya Tuhan (Mazmur 26:2)


Bacaan : Amsal 4:20-27

Jika boleh memilih, kemungkinan besar saya tidak akan ke dokter dengan senang hati untuk
menjalani pemeriksaan fisik. Saya cenderung menganggap bahwa semuanya baik-baik saja
dan tidak mau merepotkan dokter saya tentang itu. Namun, karena istri saya seorang perawat,
saya tidak punya pilihan. Saya menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur.

Jika boleh memilih, kebanyakan dari kita juga agak takut dengan pemeriksaan kesehatan
rohani. Lagi pula, jika memeriksa roh kita dengan sangat cermat, kita mungkin perlu
mengubah satu atau dua kebiasaan. Kita barangkali membutuhkan semacam "pemotongan
perilaku".

Saya menyarankan agar kita mengatasi keengganan. Dengan tuntunan Allah, marilah kita
menjalani pemeriksaan kesehatan rohani. Pakailah Amsal 4:20-27 sebagai daftar
pemeriksaan.

Telinga (ayat 20): Apakah kita mendengar firman Allah dengan jelas dan memahaminya?
Apakah kita menjalankan apa yang dikatakan di dalamnya?

Mata (ayat 21,25): Apakah kita senantiasa memerhatikan ajaran yang akan menuntun kita
menuju kebenaran?

Hati (ayat 23): Apakah kita menjaga hati dari yang jahat?

Lidah (ayat 24): Apakah mulut kita jujur dan murni?

Kaki (ayat 26): Apakah kita sedang berjalan lurus menuju kebenaran Allah tanpa ragu?

Bagaimanakah hasil pemeriksaan rohani Anda? Apakah dari pemeriksaan itu Anda melihat
ada bagian-bagian yang perlu dibenahi? Pemeriksaan rohani yang teratur akan membantu
memulihkan vitalitas rohani Anda --JDB

PEMERIKSAAN KESEHATAN ROHANI

MERUPAKAN KUNCI MENUJU KESEHATAN ROHANI


31 Juli 2006

Air Mata di Surga

Nats : Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi;
tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis (Wahyu 21:4)
Bacaan : Wahyu 21:1-8

Pada tahun 1991, seorang gitaris terkenal asal Inggris, Eric Clapton, sangat berduka ketika
putranya Conor yang berusia empat tahun tewas karena terjatuh dari jendela apartemennya.
Sebagai sarana untuk menyalurkan dukacitanya, Clapton menulis syair lagu dengan nada
kesedihan yang mendalam: "Tears in Heaven". Tampaknya setiap nada dalam lagu itu
mengandung kepedihan dan kehilangan yang hanya dapat dimengerti oleh orangtua yang
pernah kehilangan anak.

Namun yang mengejutkan, beberapa tahun kemudian dalam sebuah wawancara di televisi,
Clapton mengatakan, "Dalam beberapa hal, lagu itu sebenarnya bukanlah lagu yang
mengandung kesedihan, melainkan lagu yang penuh keyakinan. Ketika dikatakan bahwa
tidak akan ada lagi air mata di surga, menurut saya itu adalah lagu optimisme, yaitu tentang
pertemuan kembali."

Pemikiran tentang reuni surgawi sungguh menguatkan. Bagi setiap orang yang telah
memercayai Kristus untuk mendapatkan keselamatan, ada pengharapan bahwa kelak kita
akan dipersatukan kembali selamanya, di tempat "Ia akan menghapus segala air mata dari
mata [kita], dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis
(Wahyu 21:4). Dan yang terpenting, di situlah kita akan "melihat wajah-Nya" dan tinggal
bersama Kristus untuk selamanya (22:4).

Kala kita mengalami kehilangan dan dukacita, ratap tangis dan perkabungan, alangkah
menghibur bila kita mengetahui bahwa Kristus telah membeli sebuah rumah surgawi bagi
kita yang di dalamnya tidak ada lagi ratap tangis! --WEC

KETIKA ALLAH MENGHAPUS AIR MATA KITA

DUKACITA AKAN MENYUARAKAN LAGU KEKEKALAN

12 Agustus 2006

Semua Fakta yang Ada

Nats : Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang
mustahil untuk-Ku? (Yeremia 32:27)
Bacaan : Yeremia 32:6-15

Bala tentara Babilonia telah mengepung Yerusalem. Percuma untuk bertahan. Nabi Yeremia
sudah memperingatkan para pemimpin Yehuda bahwa kota itu akan jatuh. Sekarang ia
merana di dalam penjara karena meramalkan kebenaran.
Ketika serbuan itu semakin dekat, Tuhan memberi tahu Yeremia bahwa salah seorang
sepupunya sedang dalam perjalanan untuk memintanya membeli ladang milik keluarga.
Tuhan menyuruh Yeremia untuk mengabulkan permintaan sepupunya itu (Yeremia 32:7,8).

Siapa yang mau mengeluarkan keping perak berharga untuk ladang yang sebentar lagi akan
jatuh ke tangan musuh? Semua fakta yang ada menentang pembelian ini. Seperti yang
diingatkan Os Guinness kepada kita: "Semua fakta yang kita ketahui bukanlah seluruh fakta
yang ada."

Meskipun merasa heran (ayat 25), Yeremia percaya kepada Tuhan dan membeli ladang itu
(ayat 9). Tuhan meyakinkannya bahwa meskipun harapan suram, rakyat akan kembali
memiliki "rumah, ladang, dan kebun anggur" mereka di negeri itu (ayat 15).

Kita sering mengalami masa-masa yang sulit. Beberapa orang beriman mengalami
penyiksaan. Orang-orang lain berusaha membangun kembali hidup mereka setelah bencana
alam. Banyak orang yang hidup dengan tubuh lemah dan menderita, dengan sedikit harapan
untuk sembuh. Fakta-fakta yang ada tidak mendukung mereka.

Namun Allah, yang datang melalui diri Yesus, ada di samping kita. Kita mempunyai harapan
yang tidak akan mengecewakan kita. Fakta yang kita ketahui bukanlah seluruh fakta yang ada
-HVL

SEMUA HAL YANG TELAH KITA LIHAT DARI PEMELIHARAAN ALLAH

MENGAJAR KITA MEMERCAYAI-NYA UNTUK HAL YANG TAK TERLIHAT

19 Agustus 2006

"cricket" dan Kekristenan

Nats : Pembenaran oleh Allah telah dinyatakan ... melalui iman dalam Yesus Kristus (Roma
3:21,22)
Bacaan : Roma 3:21-28

Ketika mengunjungi Jamaika dalam sebuah perjalanan misi dengan murid-murid SMA, saya
melihat bahwa penduduk di sana suka bermain cricket.

Karena itu, saya meminta seorang remaja Jamaika menjelaskan tentang cricket kepada saya.
Kami duduk di tanah, dan dengan sebuah batu ia menggambar di pasir untuk membantu saya
memahami permainan itu. Kemudian, saat kelompok kami menikmati masakan daging ayam
yang lezat, beberapa dari kami melihat pertandingan cricket di televisi, sementara seorang
pelatih menerangkan apa yang sedang terjadi. Meskipun sudah 11 hari bersama orang-orang
Jamaika itu, saya belum dapat memahami permainan favorit mereka.

Saya yakin beberapa orang Jamaika juga merasakan hal yang sama terhadap sepak bola
Amerika, dan jutaan orang di seluruh dunia menganggap permainan bisbol sebagai misteri.
Salah satu alasan mengapa kita tidak menyukai olah raga bangsa lain adalah karena kita tidak
memahaminya.
Mungkinkah ini juga Anda alami saat memandang kekristenan? Mungkinkah Anda tidak
menyukainya karena tampak terlalu rumit? Barangkali Anda melihat kekristenan seperti
peraturan-peraturan dan buku tebal besar yang tidak Anda mengerti.

Sebenarnya, kekristenan itu sederhana saja: Kita dapat dibenarkan dalam kemuliaan Allah
melalui iman di dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Dosa-dosa kita akan diampuni
selama-lamanya (lihat Roma 3:24,28; 10:9,10). Coba Anda teliti. Anda akan tahu mengapa
orang-orang beriman mengasihi Yesus, hingga Anda juga akan belajar mengasihi-Nya -JDB

IMAN ADALAH TANGAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH MENERIMA

ANUGERAH KESELAMATAN ALLAH

7 September 2006

Persamaan

Nats : Supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat
(1Korintus 9:21)
Bacaan : Kisah Para Rasul 17:22-31

Pada umumnya, para kaisar Roma tidak dikenang karena kebijaksanaannya, tetapi ada
beberapa pengecualian. Salah satu pemikir besar yang kita miliki adalah Marcus Aurelius,
kaisar Roma yang memerintah pada tahun 161-180M. Ia adalah salah satu penguasa besar
yang cerdas, yang dikaruniai pikiran brilian di peradaban Barat.

Walaupun ia tidak pernah berpindah keyakinan pada keyakinan baru yang kemudian disebut
kekristenan, ia pernah mengutarakan wawasan yang luar biasa. Kebijaksanaannya
mencerminkan hukum Allah yang tertulis di hati orang yang tidak memiliki firman Allah
(Roma 2:14,15). Misalnya:

o Kebahagiaan hidup Anda tergantung pada kualitas pemikiran Anda.

o Andalah yang berkuasa atas pikiran Anda-bukan hal-hal yang terjadi di luar diri Anda.

o Kehidupan Anda dibentuk oleh pemikiran Anda.

Pernyataan ini mirip dengan Amsal 23:7, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan
dalam dirinya sendiri, demikianlah ia." Kita dapat belajar melalui prinsip-prinsip dari
kalangan nonkristiani dan menggunakan kepercayaan mereka sebagai suatu persamaan untuk
membagikan Injil. Ketika Paulus berdiri di atas Areopagus dan berkata kepada para
cendekiawan pada masanya, ia tidak meremehkan kepercayaan dan iman mereka. Akan tetapi
ia justru membangun kesamaan dengan mereka dan kemudian memberitakan Injil (Kisah
Para Rasul 17:26-28).

Marilah kita mencari persamaan yang ada pada diri sesama kita, sehingga kita dapat
membawa mereka kepada Kristus -HDF

IMAN AKAN BERNILAI APABILA KITA MEMBAGIKANNYA


8 Mei 2007

Petualangan

Nats : Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan
sebagai ratu (Ester 4:14)
Bacaan : Ester 4:13-17

Suatu kali, saya yang berusia 7 tahun berada dalam mobil dengan Ibu dan dua saudari saya.
Lalu Ibu menepikan mobil untuk mempelajari peta. "Apakah kita tersesat, Bu?" Saya merasa
khawatir.

"Oh, tidak," Ibu menjawab ceria dan segera melipat peta. "Kita kan sedang berpetualang."
Saya dan kedua saudari saya saling memandang ragu, lalu salah satu dari mereka berkata
lirih, "Kita tersesat."

Petualangan bisa menyenangkan, sekaligus menakutkan. Biasanya ada unsur misteri dalam
petualangan. Saat kita berjalan dalam persekutuan dengan Allah, sepertinya hidup kita akan
mengalami banyak petualangan unik, yaitu berbagai kesempatan melayani-Nya. Bila kita
lengah atau takut hingga mengabaikan kesempatan, maka kita gagal. Apakah Allah masih
ingin menyelesaikan pekerjaan-Nya itu? Tentu saja. Namun, yang menerima berkat adalah
orang lain.

Dalam Ester 4, Mordekhai meneguhkan hati ratu muda Ester untuk membantu
menyelamatkan bangsanya. Ia berkata, "Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri
saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan
engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang
seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu" (ayat 14).

Sebenarnya Ester tak berani mengemban tugas ini. Namun, Allah memakai keberanian dan
imannya demi menyelamatkan bangsanya. Percayalah kepada-Nya yang akan menunjukkan
Anda jalan. Mari berpetualang! --CHK

Untuk mengarungi petualangan hidup, ya Tuhan,


Berilah aku iman dan keberanian;
Hati yang terjaga oleh luhurnya kerinduan,
Nurani yang tersucikan oleh api pemurnian. --McDermand

KEBERANIAN ADALAH KETAKUTAN YANG SUDAH SELESAI DIDOAKAN

18 Mei 2007

Keyakinan Diri yang Keliru

Nats : Kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus (1Petrus 1:18,19)
Bacaan : Roma 4:4-8
Seorang pengusaha sukses membuat suatu pernyataan, "Hampir semua agama berbicara
mengenai kedatangan seorang juru selamat. Ketika Anda berkaca di pagi hari, Anda sedang
melihat juru selamat itu. Tak seorang pun bisa menyelamatkan Anda selain diri Anda
sendiri."

Sebagai orang kristiani, kita tak setuju dengan pandangan tersebut karena sangat bertentangan
dengan Injil. Alkitab mengajarkan hal yang sama sekali berbeda dengan keyakinan diri yang
egois seperti itu. Rasul Petrus berkata demikian mengenai Yesus, "Tidak ada keselamatan di
dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama
lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

Dalam Roma 4, kita mendapat pengajaran yang jelas bahwa hanya karena iman, bukan
karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak
bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya
diperhitungkan sebagai kebenaran" (ayat 5). Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena
kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum
Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik -- yang dapat
membuat Allah menerima diri kita yang berdosa.

Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah,
yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa
kita dan bangkit dari kubur --VCG

Kau tidak bisa membeli jalan menuju surga --


Upah dosa adalah maut.
Yesus rindu menyelamatkanmu dari dosa;
Jangan menunggu sampai maut menjemput. --Hess

YESUS MEMBERIKAN DIRI-NYA UNTUK MEMBERI KITA KESELAMATAN

27 Maret 2008

Doa Anak Bangsa

Nats : Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa
hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit (Nehemia 1:4)
Bacaan : Nehemia 1:1-11

Teks Indonesia Raya karya W.R. Soepratman pertama kali dipublikasikan pada tahun 1928
oleh surat kabar Sin Po. Naskah aslinya terdiri dari tiga bait. Namun, kita biasa menyanyikan
bait pertamanya saja yang menyorakkan kemerdekaan. Padahal bait kedua dan ketiga
memiliki isi yang begitu penting bagi kelanjutan bangsa ini. Yakni mengajak seluruh
masyarakat berdoa bagi Ibu Pertiwi. Berikut adalah cuplikan bait kedua:

Indonesia! Tanah yang mulia,


tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berada
untuk s'lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
pusaka kita semuanya.
Marilah kita berdoa, "Indonesia bahagia!"

Hari ini kita belajar dari Nehemia. Ketika ia mendengar berita tentang bangsanya yang porak
poranda, ia segera berpuasa dan berdoa. Ia berkabung untuk bangsanya yang mengalami
kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Ia pun mengakui dosa diri dan keluarganya,
meski ia bukanlah penyebab kesukaran bangsanya. Nehemia adalah seorang pemimpin yang
selalu berdoa. Ia mengenal Tuhan secara dekat. Pengenalan ini mendorongnya untuk berani
berdoa bagi bangsanya. Ia pun setia menanti jawaban Tuhan.

Mari kita belajar menjadi Nehemia bagi bangsa ini. Bukan terus-menerus mengkritik, tetapi
setia berdoa dan berpuasa bagi negeri ini. Mari kita sehati berdoa bagi Indonesia, karena
negeri ini merdeka bukan karena kebetulan. Kita diselamatkan oleh Tuhan untuk menjadi
para pendoa yang setia bagi Indonesia. Mari kita mulai dari gereja tempat kita beribadah dan
melayani. Mari kita mulai sejak sekarang, tak ada kata tunda -BL

MARILAH KITA BERDOA, "INDONESIA BAHAGIA!"

14 April 2008

Empati Allah

Nats : Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya
saja Ia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15)
Bacaan : Filipi 2:5-8

Suatu malam, seseorang yang sedang kesusahan berdoa, "Bapa, Engkau tahu keadaan saya.
Uang saya sudah menipis, sahabat saya sudah lama tidak peduli kepada saya. Tugas-tugas
menumpuk. Saya kesepian dan gadis yang selama ini saya dekati menolak saya. Bapa,
Alkitab mengatakan bahwa Engkau sangat baik. Namun, rasanya saya tidak mengalami hal
itu. Jika Engkau baik, mengapa Engkau membiarkan saya begini? Sepertinya Engkau tidak
bisa mengerti perasaan saya! Ya, tentu saja. Engkau enak di atas sana, tidak tahu rasanya
menderita sebagai manusia seperti saya!"

Pernahkah kita merasa sendirian dan berpikir seperti orang itu -- bahwa Allah tidak mengerti
penderitaan manusia? Benarkah demikian? Perikop Alkitab yang kita baca hari ini
mengingatkan bahwa Allah kita pernah menjadi manusia hina dalam diri Yesus. Dia bahkan
pernah menjalani berbagai kesusahan yang tidak pernah kita bayangkan. Dia pernah lahir
secara sangat sederhana di sebuah kandang (Lukas 2:7). Dia pernah dihina sebagai anak
haram (Yohanes 8:41). Dia pernah merasa lelah (Yohanes 4:6), juga lapar (Matius 21:18),
dan haus. Dia pernah difitnah dan disalah-mengerti. Dia pernah dikecewakan sahabat-
sahabat-Nya (Markus 14:50) dan ditinggal sendirian di Getsemani. Dia pernah disiksa begitu
hebat sampai mati (Matius 27:26-31, Filipi 2:8).

Dengan pernah mengalami semuanya itu, tentu Tuhan Yesus sangat mampu berempati
dengan semua kesusahan kita! Allah kita sama sekali bukan Allah yang kejam. Sebaliknya,
Dia sangat mengerti bagaimana rasanya menjadi manusia (Filipi 2:7). Mari ceritakan
kesusahan kita kepada-Nya. Dia mengerti! -ALS
TUHAN KITA SUNGGUH MENGERTI RASANYA JADI MANUSIA
KARENA IA PERNAH MENJADI MANUSIA

14 Mei 2008

Kebiasaan Buruk

Nats : Jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu ... mereka akan menyesatkan kamu
(Bilangan 33:55)
Bacaan : Bilangan 33:50-56

Sebuah hasil penelitian dari majalah Time pada Oktober 2006 menjelaskan bahwa kebiasaan
buruk itu menular. Seorang adik yang kakaknya hamil di luar nikah punya kecenderungan 4-6
kali lipat untuk hamil di luar nikah juga, dibandingkan seorang adik yang kakaknya
berperilaku baik. Begitu pula seorang kakak yang memiliki kebiasaan merokok atau mabuk,
dapat menularkan kebiasaan buruk itu kepada adiknya.

Mengingat bahwa kebiasaan buruk dapat menular, kita harus memberantasnya sesegera
mungkin. Itu sebabnya sebelum bangsa Israel tiba di Kanaan, Tuhan meminta Musa mengusir
seluruh penduduk negeri itu (ayat 52). Mengapa? Penduduk Kanaan dikenal sebagai
penyembah dewa-dewi. Mereka memiliki banyak tempat penyembahan berhala, bahkan
bukit-bukit tempat mempersembahkan korban manusia. Supaya kebiasaan buruk mereka
tidak menular pada bangsa Israel, semua itu harus dimusnahkan.

Hal senada diungkapkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose. Orang kristiani
harus menanggalkan manusia lama dengan kebiasaan buruknya, lalu mengenakan manusia
baru (Kolose 3:9,10). Bagaimana mengusir kebiasaan buruk? Gantilah dengan kebiasaan
baik. Dan, penanaman kebiasaan baik ini perlu dilakukan serentak oleh segenap anggota
keluarga. Yosua berkata, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
(Yosua 24:15).

Adakah kebiasaan buruk yang perlu Anda buang? Gantilah segera dengan kebiasaan baik.
Ingatlah: kebiasaan buruk bukan hanya merugikan Anda, melainkan juga merugikan orang-
orang yang dekat dengan Anda, karena ia menular -JTI

KEBIASAAN BURUK IBARAT VIRUS


ANDA TAK PERLU BERBUAT APA PUN UNTUK MENULARKANNYA

20 Juli 2008

Jangan Halangi Mereka

Nats : Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi
mereka (Lukas 18:16)
Bacaan : Lukas 18:15-17

Di banyak gereja, kerap kali ada kelas untuk anak balita. Hal paling unik di kelas balita
adalah tak hanya anak-anak yang hadir di dalam kelas, tetapi orang-orang dewasa juga turut
duduk di situ. Bisa ayah atau ibunya, bisa juga nenek, kakek, atau pengasuhnya. Memang
kelas menjadi padat karenanya, tetapi tak mungkin para pengantar ini dilarang hadir, karena
anak-anak yang masih sangat muda itu tak mungkin berangkat sendiri!

Ketika para murid melarang anak-anak kecil dibawa kepada Yesus (ayat 15), Dia berkata, "...
jangan menghalang-halangi mereka" (ayat 16). Kerap kali kita "menyalahkan dan
menyayangkan" sikap para murid ini. Namun tanpa sadar, ada juga orangtua kristiani yang
"menghalang-halangi" anaknya datang kepada Tuhan. Salah satunya dengan keengganan
untuk mengantar dan menunggui anaknya beribadah di gereja. Padahal sebagai anak,
keputusan mereka untuk datang ke gereja sangat dipengaruhi keputusan orangtuanya. Jika
orangtua sedang merasa sibuk, lelah, atau repot, sehingga lalai mengantar anaknya ke gereja,
maka anak-anak pun bisa absen beribadah.

Tak hanya itu, sebagai orangtua kita juga dapat menghalangi anak-anak bertemu Yesus, jika
kita tak mendampingi mereka secara pribadi untuk mengenal dan mencintai Yesus; lewat doa
bersama di rumah, membacakan Alkitab bagi mereka, berbagi kesaksian tentang pengalaman
bersama Tuhan. Terakhir, kita juga menghalangi anak mengenal Yesus bila tutur kata dan
laku kita tak mencerminkan pribadi yang mengikut teladan Kristus!

Anak-anak kita membutuhkan Yesus. Jangan menghalang-halangi mereka! -AW

YESUS MENCINTAI ANAK-ANAK


SAMA BESAR DENGAN CINTA-NYA KEPADA ANDA DAN SAYA!

20 September 2008

Ketenangan Sejati

Nats : Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah
gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah (Mazmur 62:2-3)
Bacaan : Mazmur 62:1-13

Pada tahun 80-an ada sebuah film berjudul Bodyguard yang dibintangi Kevin Costner dan
Whitney Houston. Film ini bercerita tentang Houston sebagai artis yang hidupnya dikelilingi
oleh para penggemar fanatik yang ingin mencelakai dirinya. Untuk melindungi diri, ia lalu
menggunakan jasa pengawal pribadi, seorang veteran angkatan perang. Dalam film itu
ditunjukkan bagaimana peralatan canggih digunakan di seluruh rumah Houston untuk
membuatnya bisa tidur tenang.

Setiap orang tentunya ingin hidup tenang. Sebab apalah artinya kita memiliki segala sesuatu,
tetapi hidup tidak tenang; selalu gelisah, galau, dan selalu dikejar ketakutan? Sayang orang
kerap salah mencari sumber ketenangan. Misalnya, dengan menggantungkan hidup pada
bodyguard, senjata, uang, atau jabatan.

Ketenangan yang sejati tidak terletak pada semua itu, tetapi pada kedekatan dengan Tuhan.
Sebab Tuhan adalah Pemilik sesungguhnya dari kehidupan ini. Tuhan adalah adalah sumber
pengharapan dan perlindungan. Seperti yang disaksikan oleh Daud dalam Mazmur bacaan
kita. Daud pernah hidup terlunta-lunta sebagai pelarian ketika dikejar-kejar oleh Saul yang
ingin membunuhnya, dan ia merasakan betul bagaimana kasih dan kuasa Tuhan
melindunginya.
Anda mendambakan ketenangan? Kuncinya: jangan jauh-jauh dari Tuhan. Tidak berarti
hidup kita kemudian menjadi lurus dan mulus, juga tidak lantas kita bebas lepas dari segala
masalah. Tidak. Masalah dan rintangan bisa tetap ada, tetapi seberapa pun besarnya masalah
yang mendera dan rintangan yang menghadang, itu tidak akan merenggut ketenangan kita -
AYA

DEKAT DENGAN TUHAN


ITU KUNCI KETENANGAN HIDUP
Iman, Kepercayaan dan Harapan

Iman, Kepercayaan dan Harapan.

Ada tiga kejadian untuk direnungkan ...

Suatu hari disebuah desa para penduduk berdoa bersama untuk meminta hujan , pada hari
yang ditentukan semua orang berkumpul , tetapi hanya satu anak yang datang membawa
payung ... itulah Iman.

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat."

Ketika anak kecil bermain dengan ayahnya dan sang ayah melemparkannya ke udara , maka
anak kecil itu akan tertawa karena dia tahu persis ayahnya pasti akan menangkapnya ... itulah
Kepercayan.

"Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah juga kepercayaan kamu"

Setiap malam ketika kita akan pergi tidur tidak ada jaminan apakah masih akan bisa bangun
esok pagi , tetapi kita tetap saja mengatur alarm untuk membangunkannya besok ... itulah
Harapan.

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa"

Seorang pekerja setelah 20 tahun bekerja di kota, saatnya pensiun dan pulang kampung... lalu
bertemulah dia dengan boss-nya...

Boss bertanya kepada pekerja itu... "Kamu sudah kerja di sini selama 20 tahun dengan baik...
sekarang saya tanya kamu mau uang pensiun 20 tahun... atau 3 nasihat saya... ?"

Si Pekerja berpikir sejenak... lalu memilih meminta *3 Nasihat* boss-nya...

Maka Boss-nya berkata :

*Nasihat pertama* : Jangan pernah mau cari jalan pintas... tidak ada yang mudah dan gratis di dunia
ini... lakukan segala sesuatu langkah demi langkah dengan mantap dan mandiri...

*Nasihat kedua* : Terhadap sesuatu hal yang tidak baik... jangan menaruh rasa ingin tahu yang
mendalam... hal itu bisa merengut nyawamu...

*Nasihat ketiga* : Jangan melakukan putusan apa pun saat sedang emosi... hal tersebut akan
membuat kamu menyesal seumur hidup...

Kemudian si Boss memberi dia sedikit uang jalan, dan 3 buah Roti... serta berpesan... "Roti yang
paling besar dimakan bersama keluarga saat sampai di rumah... !"
Esok harinya si Pekerja pamit dan mulai perjalanan pulang ke kampung halamannya...

Sampai di salah satu kampung... dia bertanya jalan mana paling dekat ke kampungnya...

Si A menjawab... "Jalan kecil lebih dekat..."


Dan si B menjawab... "Jalan besar lebih aman..."

Karena ingin cepat sampai di rumah... maka dia memilih jalan kecil... Baru setengah perjalanan
bertemulah dia dengan orang yang balik arah, dan memberitahu bahwa di jalan ini banyak
perampok... Maka dia pun teringat nasihat boss-nya... dan balik lagi untuk lewat jalan besar... Saking
laparnya, dia pun melahap satu roti yang diberi boss-nya...

Karena sudah malam... maka dia pun menginap di Losmen... Malam harinya dia mendengar suara
seorang wanita menangis... Namun dia teringat nasihat ke 2 dari boss-nya... maka dia pun
mengurungkan niatnya untuk keluar mencari tahu... Dan lalu dia makan roti yang ke 2...

Esok paginya, saat dia bangun... orang-orang heran dan bertanya kepadanya... "Kok kamu masih
hidup... ? Semalam ada seorang wanita gila menangis... memancing tamu keluar... lalu
membunuhnya... syukur kamu tidak keluar..."

Setelah sampai di rumah... hari sudah malam... Dia pun ingin memberikan kejutan kepada Isterinya...
Maka diam-diam dia masuk ke kamar... Alangkah terkejutnya dia melihat seorang lelaki tidur dengan
Isterinya... Emosinya meluap... lalu mengambil parang hendak membunuh lelaki tersebut... Namun
dia teringat akan nasihat ke 3 dari boss-nya... dia pun lalu mengurungkan niatnya... dan tidur di
luar...

Keesokan harinya... Isterinya bangun melihat suaminya tidur di luar... Alangkah senangnya sang
Isteri... dan memanggil pria yang menemaninya tidur selama suaminya tidak ada di rumah... "Cepat
bangun, Nak... mari sini... Ayah kamu pulang..."

Ternyata... lelaki tersebut adalah anak kandungnya sendiri...

Isterinya berkata... "Saat kamu berangkat... saya sudah hamil... Selama ini saya tidak bisa
menghubungimu..."

Lalu dipeluklah anak bujangnya dengan haru... dan meneteskan air mata... karena hampir saja dia
membunuh anaknya sendiri jika tidak mengingat nasihat boss-nya...

Sambil cerita panjang lebar tentang pengalaman dia... dan 3 nasihat boss-nya... dia pun ingat roti
besar untuk makan bersama di rumah... Setelah dipotong... ternyata di dalamnya terselip uang
pensiunnya selama 20 tahun dia bekerja...

Akhir cerita... keluarga ini hidup bahagia...

Pesan yang dapat kita petik dari ceritera ini :

* HATI-HATI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN...*

You might also like