You are on page 1of 8

Definisi Memorandum of Understanding (M.O.

U) Menurut Para Ahli

Istilah lain yang sering juga dipakai untuk M.O.U ini, terutama oleh negara-negara Eropa
adalah apa yang disebut dengan Head Agreement, Cooperation Agreement, dan Gentlement
Agreement yang sebenarnya mempunyai arti yang sama saja dengan arti yang dikandung oleh
istilah M.O.U. Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat, PT. Citra Aditya
Bakti Bandung 2002, (Selanjutnya disebut Munir Fuadi III), hal. 90.

Dalam perbendaharaan kata-kata Indonesia, istilah M.O.U diterjemahkan ke dalam berbagai


istilah yang bervariasi, yang tampak belum begitu baku. Sebut saja misalnya istilah seperti
“Nota Kesepakatan atau Nota Kesepahaman”.

Sebenarnya M.O.U itu sama saja dengan kesepahaman-kesepahaman lainnya. Bidangnya


juga bermacam-macam, bisa mengenai perdagangan, jual-beli, perjanjian antar negara,
penanaman modal, ataupun bidang-bidang lainnya. Bahkan paling tidak secara teoritis,
M.O.U dapat dibuat dalam bidang apapun. Ibid

Ada beberapa alasan mengapa dibuat M.O.U terhadap suatu transaksi bisnis, yaitu : Ibid

1. Karena prospek bisnisnya belum jelas benar, sehingga belum bisa dipastikan apakah
deal kerja sama tersebut akan ditindaklanjuti atau tidak.
2. Karena dianggap penandatanganan kontrak masih lama dengan negosiasi yang alot.
Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatanganinya kontrak
tersebut, dibuatlah M.O.U yang akan berlaku untuk sementara waktu.
3. Karena masing-masing pihak dalam perjanjian masih ragu-ragu dan masih perlu
waktu untuk pikir-pikir dalam hal menandatangani suatu kontrak, sehingga untuk
pedoman awal dibuatlah M.O.U.
4. M.O.U dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif (direktur) dari suatu
perusahaan tanpa memperhatikan hal detail terlebih dahulu dan tidak dirancang dan
dinegoisasi khusus oleh staf-stafnya yang lebih rendah tetapi lebih menguasai teknis.

Ciri - Ciri Memorandum of Understanding

Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu M.O.U adalah sebagai berikut : Ibid., hal. 92

1. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman saja


2. Berisikan hal yang pokok saja
3. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih
rinci.
4. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun.

Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan


suatu perjanjian yang lebih rinci, maka M.O.U tersebut akan batal, kecuali
diperpanjang dengan para pihak.

5. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai.
6. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk
membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan M.O.U

Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian M.O.U secara
umum merupakan suatu nota dimana masing-masing pihak melakukan penandatanganan
M.O.U sebagai suatu pedoman awal tanda adanya suatu kesepahaman diantara mereka.
M.O.U sengaja dibuat dan tidak formal karena biasanya hanya dilakukan di bawah tangan
saja. M.O.U sengaja dibuat ringkas karena pihak yang menandatangani M.O.U tersebut
merupakan pihak-pihak masih dalam negosiasi awal, akan tetapi daripada tidak ada ikatan
apa-apa maka dibuatlah M.O.U.

M.O.U sebenarnya tidak dikenal dalam hukum konvensional kita, sehingga banyak yang
mempertanyakan bagaimana sesungguhnya kedudukan dari M.O.U itu sendiri, apakah itu
merupakan suatu kontrak atau hanya suatu dokumen sederhana mengenai kesepahaman-
kesepahaman yang terjadi antar pihak.

Kedudukan M.O.U

Sebelum membahas lebih detail mengenai kedudukan M.O.U. dapat dikatakan sebagai
kontrak atau bukan, maka disini akan dikemukakan terlebih dahulu mengenai asas-asas yang
berlaku dalam hukum kontrak. Asas-asas tersebut antara lain : Munir Fuady I, Op.Cit.,hal 29-32.

1. Hukum kontrak bersifat mengatur

Sebagaimana diketahui bahwa hukum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

o Hukum memaksa (dwingend recht, mandatory law)


o Hukum mengatur (aanvullen recht, optional law)

Hukum tentang kontrak pada prinsipnya tergolong kepada hukum yang


mengatur. Artinya bahwa hukum tersebut baru berlaku sepanjang para pihak
tidak mengaturnya lain. Jika para pihak dalam kontrak mengaturnya
secara lain dari yang diatur dalam hukum kontrak, maka yang berlaku adalah
apa yang diatur sendiri oleh para pihak tersebut kecuali undang-undang
menentukan lain.

2. Asas kebebasan berkontrak

Salah satu asas dalam hukum kontrak adalah asas kebebasan berkontrak (freedom of
contract). Artinya adalah bahwa para pihak bebas membuat kontrak dan mengaturnya
sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut :

o Memenuhi syarat sebagai suatu kontrak


o Tidak dilarang oleh undang-undang
o Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
o Adanya suatu itikad baik
Asas kebebasan berkontrak ini merupakan refleksi dari sistem terbuka (open
system) dari hukum kontrak tersebut.

3. Asas pacta sun servanda

Asas pacta sun servada (janji itu mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak
yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh. KUH Perdata kita juga
menganut prinsip dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku seperti undang-
undang bagi para pihak.

4. Asas konsensual dari suatu kontrak

Hukum kita juga menganut asas konsensual. Maksudnya asas konsensual ini adalah
bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kesepakatan, tentunya
selama syarat sahnya kontrak lainnya sudah terpenuhi. Jadi, dengan adanya kata
sepakat, kontrak tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah punya akibat
hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban di antara para
pihak.

5. Asas obligator dari suatu kontrak

Menurut hukum kontrak, suatu kontrak bersifat obligator. Maksudnya adalah setelah
sahnya suatu kontrak, maka kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas
menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Tetapi pada taraf tersebut hak
milik belum berpindah ke pihak lain. Untuk dapat memindahkan hak milik,
dipergunakan kontrak lain yang disebut dengan kontrak kebendaan. Perjanjian
kebendaan inilah yang sering disebut dengan “penyerahan” (levering).

Mengenai sifat kontrak yang berkaitan dengan saat mengikatnya suatu kontrak dan
saat peralihan hak milik ini, berbeda-beda dari masing-masing sistem hukum yang ada,
yang terpadu ke dalam 2 (dua) teori sebagai berikut :

1. Kontrak bersifat riil

Teori yang mengatakan bahwa suatu kontrak bersifat mengajarkan dimana suatu
kontrak baru dianggap sah jika telah dilakukan secara riil. Artinya, kontrak tersebut
mengikat jika telah dilakukan kesepakatan kehendak dan telah dilakukan levering
sekaligus. Kata sepakat saja belum punya arti apa-apa menurut teori ini. Prinsip
transaksi yang bersifat “terang” dan “tunai” dalam hukum adat Indonesia merupakan
perwujudan dari prinsip kontrak riil ini.

2. Kontrak bersifat final

Teori yang menganggap suatu kontrak bersifat final ini mengajarkan bahwa jika suatu
kata sepakat telah terbentuk, maka kontrak telah mengikat dan milik sudah berpindah
tanpa perlu kontrak khusus.
Untuk mengetahui apakah suatu M.O.U bisa dikatakan kontrak atau bukan ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu antara lain mengenai:

1. Materi/ substansi dalam M.O.U

Mengetahui materi atau substansi apa saja yang diatur dalam pasal- pasal M.O.U
sangat penting, karena apakah dalam materi yang termaktub dalam M.O.U tersebut
terdapat unsur-unsur yang akan membuat salah satu pihak dirugikan apabila ada salah
satu materi dalam M.O.U tersebut yang diingkari. Misalkan dalam M.O.U disebutkan
mengenai kerjasama untuk membangun suatu proyek, dimana kedua belah pihak
menyetujui untuk saling
bekerja sama dalam pembangunan proyek tersebut. Tetapi di tengah
perjalanan salah satu pihak ingin membatalkan kerja sama tersebut dengan dalil
proyek tersebut tidak berprospek bagus. Dengan adanya pembatalan sepihak tersebut
jelas merugikan pihak lain yang bersangkutan, karena salah satu pihak tersebut
merasa telah menyiapkan segalanya termasuk anggaran- anggaran yang dibutuhkan.
Maka dalam hal ini berdasarkan teori mengenai wanprestasi yaitu tentang hilangnya
keuntungan yang diharapkan, dimana salah satu pihak merasa rugi dan merasa
kehilangan suatu keuntungan yang besar dari pembatalan M.O.U tersebut, maka
M.O.U yang telah dibuat tersebut dapat dikategorikan suatu kontrak atau setingkat
dengan perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUHPerdata. Dalam Teori kepercayaan
merugi (Injurious Reliance Theori) juga telah dinyatakan dengan jelas bahwa kontrak
sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan
kepercayaan bagi pihak terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang
menerima janji tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika
janji itu tidak terlaksana. Ibid., hal. 92Akan tetapi lain halnya jika dalam materi M.O.U
tersebut hanya mengatur mengenai ulasan-ulasan pokok saja dimana dalam pasal
M.O.U disebutkan bahwa kerjasama mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan antar pihak akan ditentukan dalam perjanjian pelaksanaan yang akan
ditentukan oleh masing-masing pihak. Dan jika ditentukan pula dalam salah satu pasal
lain bahwa untuk pembiayaan akan diatur pula dalam perjanjian lain yang lebih detil.
Apabila substansi dalam M.O.U mengatur hal-hal yang demikian, maka berdasarkan
asas hukum kontrak bahwa dapat disebut kontrak apabila suatu perjanjian itu bersifat
final, maka M.O.U semacam ini berdasarkan asas obligator tidak bisa dikatakan suatu
kontrak, karena belum final dalam pembuatannya. Ibid., hal. 32

2. Ada tidaknya sanksi

Untuk menentukan suatu M.O.U itu suatu kontrak atau bukan maka harus dilihat
apakah M.O.U tersebut telah memuat sanksi atau tidak. Kalau dalam M.O.U tidak
memuat suatu sanksi yang tegas maka M.O.U tersebut tidak dapat dikatakan suatu
kontrak. Dan kalau hanya memuat sanksi moral maka M.O.U tidak bisa dikatakan
suatu kontrak berdasarkan Teori Holmes yang menyatakan bahwa tidak ada sanksi
moral dalam suatu kontrak. Ibid., hal. 11

Karena adanya bermacam-macam pendapat mengenai kedudukan dari M.O.U, maka dikenal
dua macam pendapat sebagai berikut : Munir Fuady III, Op.Cit., hal. 92-94.
1. Gentlemen Agreement
Pendapat ini mengajarkan bahwa M.O.U hanyalah merupakan suatu gentlement agreement
saja. Maksudnya kekuatan mengikatnya suatu M.O.U tidak sama dengan perjanjian biasa,
sungguh pun M.O.U dibuat dalam bentuk yang paling kuat seperti
dengan akta notaris sekalipun (tetapi dalam praktek jarang M.O.U dibuat secara notarial).
Bahkan menurut pendapat golongan ini menyatakan bahwa M.O.U mengikat sebatas pada
pengakuan moral belaka, dalam arti tidak punya daya ikat secara hukum.

2. Agreement is Agreement
Ada juga pihak yang berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat, apapun bentuknya.
Lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap/ detil ataupun hanya diatur pokok-pokoknya
saja, tetap saja merupakan suatu perjanjian, dan karenanya mempunyai kekuatan hukum
mengikat layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum
perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya. Dan menurut pendapat ini untuk mencari alas
yuridis yang tepat bagi penggunaan M.O.U adalah terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH
Perdata yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan
hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah pihak tersebut. Selain itu
menurut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa saja asalkan halal
menurut hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku suatu perjanjian atau jika
diterapkan secara tertulis maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai kontrak.

Pijakan lain dari pendapat diatas adalah dengan menggunakan suatu teori yang disebut teori
promissory estopel. Teori promissory estoppel atau disebut juga dengan detrimental reliance
mangajarkan bahwa dianggap ada kesesuaian kehendak di antara para pihak jika pihak lawan
telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakan-tindakan pihak lainnya yang
dianggap merupakan tawaran untuk ikatan suatu kontrak. Munir Fuady I,Op.Cit., hal. 8.

Doktrin lainnya adalah Teori kontrak quasi (quasi contract atau implied in law). Teori ini
mengajarkan bahwa dalam hal-hal tertentu, apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka
hukum dapat menganggap adanya kontrak di antara para pihak dengan berbagai
konsekuensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada. Ibid

Suatu perjanjian jika yang diatur hanya hal-hal pokok saja, maka mengikatnya
hanya pun hanya terhadap hal-hal pokok tersebut. Sama halnya jika suatu perjanjian hanya
berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu, maka mengikatnya pun hanya untuk jangka waktu
tertentu tersebut. Sungguh pun para pihak tidak dapat dipaksakan untuk membuat perjanjian
yang lebih rinci sebagai tindak lanjut dari M.O.U, paling tidak, selama jangka waktu
perjanjian itu masih berlangsung, para pihak tidak boleh membuat perjanjian yang sama
dengan pihak lain. Ini tentu jika dengan tegas disebutkan untuk itu dalam M.O.U tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui
kedudukan dari M.O.U diperlukan suatu pengamatan yang jeli terhadap substansi yang
terdapat dalam M.O.U tersebut, apakah materinya mengandung unsur kerugian non moral
atau kerugian secara finansial apabila tidak dilakukannya pemenuhan prestasi dan apakah
dalam M.O.U mengandung sanksi atau tidak. Apabila menimbulkan suatu kerugian non
moral yaitu material dan mengandung suatu sanksi yang jelas bagi para pihak yang
mengingkarinya, maka M.O.U tersebut sudah berkedudukan sebagai kontrak dan dianggap
sudah setingkat dengan perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata mengenai kebebasan
berkontrak. Walaupun M.O.U tidak pernah disebutkan dengan tegas bahwa itu merupakan
suatu kontrak, akan tetapi kenyataannya kesepakatan semacam M.O.U ini memang ada
seperti yang ditegaskan dalam teori kontrak de facto (implied in-
fact), yakni sudah disebut sebagai kontrak, walaupun tidak pernah disebutkan dengan
tegas tetapi ada kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang
sempurna.Ibid M.O.U dalam hal ini apabila dikaitkan dengan teori ini maka dapat disebut
sebagai suatu kontrak dengan segala macam konsekuensinya.

Tetapi apabila dalam M.O.U tersebut hanya mengenai suatu hal belum final dan
masih membutuhkan perjanjian lain sebagai pendukungnya dan dalam M.O.U tersebut
tidak terdapat sanksi yang jelas terhadap pihak yang mengingkarinya, maka M.O.U tersebut
hanya berkedudukan hanya sebagai “say hello” dalam hal kesepakatan mengenai suatu
proyek-proyek besar. Dan hal ini tentunya tidak mempunyai efek apapun terhadap kekuatan
hukum suatu M.O.U. Munir Fuady III.,Op.Cit., hal. 90.

Daftar Pustaka Makalah Memorandum of Understanding (M.O.U)

BAGIKAN ke Social Mediamu:

Facebook Google+ Twitter

Related Articles :

 Putusnya Perkawinan Akibat Menurut Hukum Islam dan Undang


Undang Perdata Putusnya Perkawinan dan Akibat Hukumnya - Seperti yang sudah
disinggung sebelumnya, bahwa pembagian harta gono-gini kerap menjadi pe ...

 Pengertian Pelayanan Kesehatan Pasien Tujuan Bentuk Jenis Syarat Serta


Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Dalam Pemberian Pelayanan Pengertian Pelayanan
Kesehatan Pasien - Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pe ...

 Hak Kewajiban Para Pihak dalam Kontrak Leasing dan


Berakhirnya Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Kontrak Leasing Apabila terjadi
kesepakatan antara pihak lessor, lessee dan supplier telah tercap ...
 Pengangkutan Hewan Melalui Udara Pengiriman Mekanisme dan
Persyaratan serta Pengawasan Pelaksanaan Pengangkutan Hewan Melalui Udara
adalah Dalam penyelenggaraan kegiatan pengangkutan hewan agar dapat berjalan
dengan lancar dan dapat ...

 Pengertian Lagu Musik Definisi Pengaturan Menurut Para Ahli dan


Hukum Undang Undang Pengertian Lagu dan Musik adalah - Apakah lagu dan
musik? Samakah pengertian lagu dan musik? Dalam pengertian sehari-hari kedua istil
...

2 comments:

1.

Maajid Jati

menurut saya tips and trik diwebsite ini sangat menarik apabila anda ingin menjadi
mempelajari tentang finnace (Berinvestasi dengan baik)
silahkan kunjungi website di bawah ini
http://gi.gunadarma.ac.id/

Reply

2.

TINTIN RAHMAYANTI

Saya TINTIN RAHMAYANTI Saya ingin menyaksikan karya bagus ALLAH dalam
hidup saya untuk semua yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara
di seluruh dunia.
Saat ini saya tinggal di Indonesia. Saya seorang wanita Bisnis dengan tiga anak dan
saya terjebak dalam berbicara keuangan di bulan DESEMBER 2017 dan saya perlu
membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
Saya adalah korban kredit memberikan kredit 4-kredit, saya Melepaskan uang karena
saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses
karena saya Dipanggil oleh orang-orang yang saya berutang, saya dibebaskan dan
saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan saya dan kemudian saya
memperkenalkan perusahaan ke ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM yang andal.
Bagi orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena
banyak perusahaan di internet, tetapi mereka masih sangat nyata di perusahaan
pinjaman palsu.
Saya mendapat pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar
Rp800.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam yang saya terapkan,
sehingga saya memutuskan untuk membagikan karya terbaik ALLAH melalui
ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya
yakinkan jika Anda membutuhkan pinjaman silakan hubungi ALEXANDER
ROBERT LOAN FIRM. Hubungi mereka melalui email :.
(alexanderrobertloan@gmail.com)
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email saya di (tinrahma222@gmail.com)
jika Anda merasa sulit untuk mendapatkan pinjaman.

Reply

You might also like