You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari–hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan


dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat pisau dan
sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga selalu ada reaksi untuk
menghentikannya. Apabila tidak diatasi, ada kemungkinan akan menyebabkan kehilangan
darah dan terjadinya infeksi. Tetapi untuk luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita
sadari, jarang sekali dilakukan upaya untuk menegndalikan luka itu. Misalnya pada kasus
luka kecil di saluran cerna akibat memakan sesuatu yang keras dan runcing, misalnya tertelan
duri ikan. Bisa saja hal ini akan menimbulkan infeksi bila tidak ada kesadaran dari individu
itu sendiri untuk mengatasinya. Untunglah di dalam tubuh setiap manusia mempunyai suatu
mekanisme pengendalian pendarahan atau hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin
pada tempat cedera.
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana sejumlah besar
cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Emboli cairan ketuban adalah masuknya
cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud
komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin
yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat
menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua
tempat utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang
dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan
masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding pembuluh
darah dan dapat terjadi pada wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom janin mati,
Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi,
Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus yang kuat. Dua puluh lima persen
wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Gangguan Pembekuan Darah ?


2. Bagaimana Diagnosis kelainan pembekuan darah ?
3. Bagaimana Penatalaksanaan kelainan pembekuan darah ?
4. Apa pengertian emboli cairan ketuban ?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui Pengertian dari Gangguan Pembekuan Darah


2. untuk mengetahui Bagaimana Diagnosis kelainan pembekuan darah ?
3. untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan kelainan pembekuan darah ?
4. untuk mengetahui pengertian emboli cairan ketuban ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Gangguan Pembekuan Darah


Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap
mengalir.
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Jilid I, 2001 terhentinya /
penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang terluka disebut hemostatis.
Ada 3 faktor dalam proses pembekuan darah, yaitu :
1. Faktor vaskuler yaitu faktor jaringan seperti kulit, otot, subkulis dan jaringan lain
2. Faktor vaskuler yaitu dinding pembuluh darah
3. Faktor intravaskuler yaitu subtansi yang terdapat dalam pembuluh darah : trombosit,
fibrinogen dan sebagainya.
Sehingga proses pembekuan darah ada 3 tingkat, yaitu :
1. Pembentukan trombolpastin
2. Pembentukan trombin
3. Pembentukan fibrin
Dalam proses pembekuan darah, saat ini dikenal 13 faktor yang berperan, (faktor 1
sampai XIII). Faktor pembekuan darah tersebut yang sangat berperan, diantaranya yaitu
faktor XIII : fibrinase.
Suatu proses penghancuran fibrin yang gunanya supaya pembekuan darah tidak
berlebihan. Secara alamiah dan dalam keadaan normal sebenarnya selalu terjadi
pembekuan darah dan fibrinolisis dalam perbandingan tertentu. Disatu pihak supaya
jangan terjadi trombosis yang dapat merugikan, dipihak lain supaya jangan terjadi
perdarahan, proses ini dinamakan / disebut Fibrinolisis.
 Faktor pembekuan darah yang mempermudah terjadinya pembekuan disebut pro
koagulan
 Zat yang mempengaruhi pembekuan darah yang bersifat menghambat pembekuan
darah disebut anti koagulan
 Obat/kemasan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah disebut antikoagulansia
 Suatu keadaan dimana terjadi kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen
disebut a-hipfibrinogenemia.
A-Hipofibrinogenemia
Suatu keadaan kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen ini, sangat
sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan a-hipofibrinogen dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, contohnya adalah:

3
1. Solutio plasenta
2. Kematian janin dalam rahim
3. Emboli air ketuban
4. Eklampsia
5. Missed abortion
6. Abortus septik dan sepsis peurpuralis
7. Perdarahan yang banyak
Kegagalan / kelainan pembekuan darah (koagulopati) dapat menjadi penyebab dan
akibat dari perdarahan yang hebat. Gambaran klinis dari kelainan pembekuan darah
bervariasi, mulai dari perdarahan yang hebat, dengan atau tanpa komplikasi trombosis dan
fibrinase, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh laboratorium.
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, perkembangan menuju kegagalan
kelainan pembekuan darah dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera dengan
cairan infus (NaCl/RL)
B. Diagnosis kelainan pembekuan darah :
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Jilid I, 2001
1. Dalam obstetri harus dikenal kemungkinan sebab-sebab tersebut di atas
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Yang paling sederhana adalah uji observasi pembekuan (clot observation tets)
b. Bila ada fasilitas pemeriksaan, periksalah : jumlah trombosit, masalah perdarahan,
masa pembekuan, masa protombrin, masa koalinsefalin dan kadar fibrinogen
darah.
c. Bila terjadi perdarahan, dapat dilihat dari keadaan darah yang keluar, membeku
atau cair dan tidak mau membeku
d. Pemeriksaan dengan fibrindex dapat memberikan hasil yang cepat.

C. Penatalaksanaan kelainan pembekuan darah


Menurut buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neo, Sarwono
Prawirohardjo 2002, A atau hipofibrinogenemia dalam keguguran ataupun juga persalinan
akan menimbulkan perdarahan yang banyak dan sulit dihentikan.
Penanganan harus diperhatikan keadaan yang menyebabkan obstetri :
1. Perbaiki booster umum penderita pemberian cairan, bstetric, dll
2. Pemberian fibrinogen perinfus atau pemberian darah segera untuk mengontrol
perdarahan
a. Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor
pembekuan darah sel darah merah
b. Jika darah lengkap tidak ada, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan
ketersediaannya :
1. Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/kg BB)
2. Sel darah merah packed ( atau tersedimentasi) untuk penggantian sel darah
merah

4
c. Untuk mencegah fibrinolisis yang berlebihan dapat diberikan transinum, episilon-
aminmokopropik dan trasylol
d. Penanganan khusus dari sudut indikasi obstetri bergantung pada keadaan
penderita dan penyebabnya. Misalnya melakukan cara penanganan perdarahan
postpartum tahap demi tahap : uterus tonika, massage rahim, kompresi bimanual,
tomponade, metode henkel dan kalau perlu demi untuk menyelamatkan jiwa ibu
sumber perdarahan diangkat (histerektomi)

D. Emboli Cairan Ketuban


Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu
1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak
terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post partum atau edema
pulmoner akut. (Menurut HARRY OXORN Ilmu Kebidanan Patologis dan Fisio
Persalinan,1996)

Etiologi
 Faktor predisposisi
1. Multiparitas
2. Usia lebih dari 30 tahun
3. Janin besar intrauteri
4. Kematian janin intrauteri
5. Menconium dalam cairan ketuban
6. Kontraksi uterus yang kuat
7. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi tiba-tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinannya sulit atau baru saja menyelesaikan yang sulit. Khususnya kalau wanita itu
multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar, mungkin sudah meninggal dan
dengan mekonium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan kepada
kemungkinan ini (emboli cairan ketuban). Jika shock juga didahului dengan gejala
menggigil, yang diikuti oleh dypnea, cyanosis, vamitis, gelisah, dan lain-lain dan. Dan
disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat maka
gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi. Jika seorang dengan cepat timbul edema
pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung, diagnosis emboli cairan
ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Diagnosis
Gambarannya mencakup gejala-gejala berikut :
1. Gambaran respirasi
2. Cyanosis
3. Kolaps kardiovaskuler

5
4. Kegagalan koagulasi dan perdarahan
5. Koma
6. Kematian
7. Pada kasus yang tidak fatal, pemeriksaan scanning paru-paru menggunakan “macro
aggregate I 131 albumin” dapat mengungkapkan adanya embolisasi dan menegakkan
diagnosis
Diagnosis diferensial
1. Emboli trombolitik pulmoner
2. Emboli udara
3. Emboli lemak
4. Aspirasi muntah
5. Eklampsia
6. Reaksi obat anastesi
7. Cerebrovasculer accident
8. Keagagalan jantung kongestif
9. Shock hemoragik
10. Ruptura uteri
11. Inversio uteri
Hasil-hasil pemeriksaan klinikopatologis
A. Cara masuknya cairan ketuban
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal
adalah vena yang dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri
meningkatkan kemampuan masuknya cairan ketuban. Abruptio placenta merupakan
peristiwa yang sering dijumpai; keajaiban ini mendahului/bersamaan dengan emboli.
B. Patogenesis
Mekanisme yang tepat tidak diketahui. Dikemukakan dalam dua teori :
1. Adanya blokade mekanis yang amat besar pada pembuluh-pembuluh darah
pulmonalis oleh emboli partikel bahan dalam cairan ketuban, khususnya
meconium.
2. Adanya reaksi analphilatik terhadap partikel bahan tesebut, tiga aspek utama pada
sindrom ini:
a. Penurunan mendadak jumlah darah yang kembali ke jantung kiri dan
berkurangnya output ventrikal kiri yang menimbulkan kolaps pembuluh darah
tepi.
b. Hipertensi pulmoner yang kuat
c. Aliran darah yang tidak teratur dengan kekacauan ratio vertilasi / perfusi
membawa anokseima dan hipoksia jaringan. Hal ini menyebabkan cyanosis,
kegelisahan dan koma

C. Paru-paru
a. Edema
b. Perdarahan alveolar

6
c. Emboli yang tersusun dari partikel bahan dalam cairan ketuban
d. Pembuluh darah pulmonalis yang berdilatasi

D. Jantung
Jantung sisi kanan acapkali berdilatasi. Daerah yang diaspirasi dari sisi kanan
jantung memperlihatkan adanya elemen-elemen cairan ketuban
E. Gangguan koagulasi
Perdarahan yang terjadi adalah akibat kegagalan koagulasi dan menurunnya tonus
uterus. Faktor yang mungkin menyebabkan gagalnya proses koagulasi adalah
pekepasan thromboplasltin kedalam sirkulasi darah yang menimbulkan “disseminated
intravasculer coagulation” serta diikuti oleh hipofibrinogenemia dan menghasilkan
produk degredasi fibrin. Umumnys dijumpai atonia uteri tetapi sebab yang tepat tidak
diketahui.
Penatalaksanaan
Sementara pada kasus-kasus yang berat tidak ada sesuatu yang memperbaiki keadaan,
tujuan yang dilakukan pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi
pulmoler, peningkatan perfusi jaringan, pengendalian perdarahan dan tindakan suportif
umum:
Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan oksigenisasi
Antispasmodik dan vasodilator seperti papoverin, aminophylin dan trinitrogen dengan
monolog. Isoproterenol meningkatkan ventilasi pulmoner dan mengurangi bronehospasme.
Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen
Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah
Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
Eksplorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri / retentio
placenta
Hidrokortion diberikan baik untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu
maupun khasiat inotropiknya.
Mortalitas
Sekalipun nortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap
kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat
perdarahan yang tidak terkendali. Mortalitas feral tinggi dan 50% kematian terjadi inutera.

7
KASUS
Pada tanggal 12 juni 2017 Seorang ibu Ny. S usia 40 tahun datang ke Rumah Bersalin
Handayani ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah, ibu mengatakan ini kehamilan
yang ke empat dan tidak pernah keguguran, ibu mengeluh mules dan sakit pada bagian bawah
perut sampai ke pinggang. Dari hasil pemeriksaan fisik TD ibu 120/80 mmHg, R 20x/menit,
N 84x/menit, S 38 ⁰C pada wajah ibu tampak ada cloasma gravidarum. Palpasi abdomen
TFU 35 cm, presentasi kepala, penurunan di Hodge III, DJJ 130x/menit. Pemeriksaan dalam
pembukaan 3 cm, konsistensi lunak ketuban (+)

ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH VARNEY PADA IBU BERSALIN DENGAN


EMBOLI CAIRAN KETUBAN TERHADAP Ny. “S” DI RB HANDAYANI KEC.
LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR TAHUN 2017

I. PENGUMPULAN DATA DASAR

A. Anamnese Tanggal 12 Juni 2017, pukul 11.00 WIB


1. Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. Z
Umur : 40 Tahun Umur : 45 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Seminung Alamat : Jl. Seminung

2. Keluhan utama
Ibu hamil G1P0A0 40 minggu, ibu mengeluh sakit pada daerah pinggang dan
menjalar keperut bagian bawah. Mengeluarkan lendir bercampur darah dan sudah
mengeluarkan air sejak pukul 09.00 WIB.

3. Keluhan sejak kunjungan terakhir


Ibu mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya

4. Tanda-tanda persalinan
a. His : ada, lamanya 20 detik kuat
b. Frekuensi : 2 x/10 menit
c. Lamanya : 20 detik
d. Lokasi, ketidaknyamanan : daerah abdomen

5. Pengeluaran pervaginam
Lendir bercampur darah

6. Masalah khusus
Ibu tidak merasakan kelainan pada kehamilannya, Keadaan umum ibu baik

7. Riwayat imunisasi

8
Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi 2 kali
a. TT I pada kehamilan 20 minggu di RB Handayani
b. TT II pada kehamilan 24 minggu di RB Handayani

8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Tidak ada

9. Pergerakan janin dalam rahim


Gerakan fetu sangat kuat, frekuensi > 10 x/menit

10. Makan, munim terakhir


Ibu makan teratur tadi pagi, tapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang
sejak adanya his.

11. Eliminasi terakhir


BAB : 1 x/hari
BAK : 6-7 x/hari

12. Istirahat dan tidur


Setiap hari ibu tidur ± 8 jam, tetapi semenjak timbul his ibu tidurnya berkurang

13. Psychologis
Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi persalinan

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. Tanda-tanda vital :
1. TD : 120/80 mmHg
2. RR : 20 x/menit
3. Nadi : 84 x/menit
4. Suhu : 38 °C
5. BB : 61 kg
6. TB : 159 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inpeksi
1. Rambut : Bersih, berwarna hitam, keadaan bersih, tidak mudah dicabut
2. Muka : Terdapat cloasma gravidarum
3. Mata : Simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak pucat
4. Hidung : Bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada pembesaran polip
5. Mulut : Bersih, gigi terdapat caries, pada geraham bawah tidak ada
stomatitis
6. Telinga : Normal, fungsi pendengaran baik, sekret tidak ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran tyroid dan vena jugularis
8. Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur, tidak ada whezzing, tidak
terdengar bunyi ronchi
9. Mamae : Simetris kanan/kiri, tidak ada benjolan yang abnormal, puting susu
menonjol, hyperpigmentasi pada aerola mamae, kolostrum keluar

9
10. Perut : Tidak ada bekas operasi
11. Genetalia : Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices
12. Punggung : Lordosis
13. Ekstremitas
a. Atas : Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, jari
lengkap
b. Bawah : Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, jari
lengkap

b. Palpasi
1. Pemeriksaan abdomen
Leopold I : TFU ½ jari bawah Px
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
Mc. Donald : 35 cm
T BJ : (35 – 12) x 155 = 3565 gram
2. Auskultasi : DJJ (+), frekwensi 130 x/menit
3. PD : Pukul 11.00 WIB
a. Perdataran : 30%
b. Arah serviks : kedepan
c. Pembukaan : 3 cm
d. Konsistensi : lunak
e. Bagian terendah : Hodge III
f. Turunnya kepala : 2/5

KALA III
I. PENGKAJIAN DATA
Terlampir pada format
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny.S G4P3A0 usia 40 tahun inpartu kala III (Pengeluaran Plasenta)

DS :
 Ibu mengatakan perutnya terasa sangat mules
 Ibu mengatakan sesak dalam bernafas dan badan terasa lemah

DO :

K/U : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 90/70 mmHg N : 91x/menit

10
R : 28x/ menit S : 37 ⁰C

Abdomen : tidak ada janin kedua, TFU sepusat, kontraksi uterus lembek

tanda-tanda pelepasan plasenta

 uterus menjadi globular


 Tali pusat memanjang
 Adanya semburan darah

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


1. Emboli air ketuban

IV. TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter SpoG
Melakukan rujukan

V. PERENCANAAN
1. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD 90/70, R 28x/ menit. N 91x/menit, S 37
⁰C
2. Beritahu pada ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 unit secara IM pada bagian
luar paha kanan 1/3 atas
3. Lakukan jepit potong tali pusat dengan cara klem tali pusat berjarak 3 cm dari pusar
bayi lalu urut sepanjang 2 cm dan klem tali pusat berjarak 2 cm dari klem pertama,
lalu lakukang pemotongan tali pusat
4. Letakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan kontak kuli ibu-bayi dan
menyelimuti bayi dengan kain yang bersih agar kehangatan bayi tetap terjaga dan
melakukan IMD selama 1 jam
5. Lakukan tes pelepasan plasentan dengan teknik kutsner
6. Lakukan manajemen aktif kala III
 Pindahkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva
 Pada saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan lainnya mendorong uterus kearah belakan-atas (dorso cranial) secara
bersamaan

11
 Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat khusus
7. Ajarkan pada ibu untuk melakukan massase uterus selama 15 detik secara sirkuler
8. Lakukan pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang akan
gawat
9. Lakukan persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi bidan, alat
kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang (baksoku)
10. Rujuk pasien ke tempat pelayanan penanganan kegawatdaruratan

VI. PELAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD 90/70, R 28x/ menit. N 91x/menit,
S 37 ⁰C
2. Memberitahu pada ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 unit secara IM pada
bagian luar paha kanan 1/3 atas
3. Melakukan jepit potong tali pusat dengan cara klem tali pusat berjarak 3 cm dari
pusar bayi lalu urut sepanjang 2 cm dan klem tali pusat berjarak 2 cm dari klem
pertama, lalu lakukang pemotongan tali pusat
4. Meletakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan kontak kuli ibu-bayi dan
menyelimuti bayi dengan kain yang bersih agar kehangatan bayi tetap terjaga dan
melakukan IMD selama 1 jam
5. Melakukan tes pelepasan plasentan dengan teknik kutsner
6. Melakukan manajemen aktif kala III
 Pindahkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva
 Pada saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan lainnya mendorong uterus kearah belakan-atas (dorso cranial) secara
bersamaan
 Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat khusus
7. Mengajarkan pada ibu untuk melakukan massase uterus selama 15 detik secara
sirkuler

12
8. Melakukan pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang
akan gawat
9. Melakukan persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi
bidan, alat kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang (baksoku)
10. Merujuk pasien ke tempat pelayanan penanganan kegawatdaruratan

VII. EVALUASI
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Oksitosin telah disuntikkan, jepit potong tali pusat telah dilakukan, bayi terhindar
dari hipotermi dan IMD telah dilakukan, plasenta sudah lepas dari dinding rahim,
plasenta lahir pukul 16.30 WIB, ibu bisa melakukan massase dengan benar,
pemberian hidrocortion telah dilakukan, pasien bersedia untuk dilakukan rujukan

KALA IV

I. PENGKAJIAN DATA

Terlampir pada format

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan
Ny.S P4A0 usia 40 tahun Kala IV (Pengawasan)

DS :
 Ibu mengatakan perut masih terasa mules, nafas terasa sesak dan
badan terasa lemah

DO :

K/U : Lemah

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 90/70 mmHg N : 90x/menit

13
R : 28x/ menit S : 37 ⁰C

TFU : sepusat, kontraksi uterus teraba lembek, perdarahan ±750cc mengalir

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Dapat menyebabkan terjadinya perdarahan yang hebat akibat darah sukar
membeku karena terjadinya emboli air ketuban

IV. TINDAKAN SEGERA


 Pasang infus
 Pemantauan TTV
 Pemantauan kontraksi uterus
 Pemantauan perdarahan pervaginam
 Persiapan rujukan

V. PERENCANAAN

1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan saat ini
harus dirujuk
2. Lakukan pemasangan infus
3. Lakukan informat consent pada ibu, suami dan keluarga
4. Berikan support pada ibu dengan melibatkan suami dan keluarga
5. Lakukan rujukan

VI. PELAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan saat
ini harus dirujuk
2. Melakukan pemasangan infus
3. Melakukan informat consent pada ibu, suami dan keluarga
4. Memberikan support pada ibu dengan melibatkan suami dan keluarga
5. Melakukan rujukan

VII. EVALUASI
1. Ibu, suami dan keluarga bersedia untuk dilakukan rujukan, pemasangan infus
telah dilakukan, informat consent telah dilakukan, suami dan keluarga
bersedia memberikan dukungan pada ibu, dan rujukan telah dilakukan

14
ASUHAN KEBIDANAN S O A P PADA IBU BERSALIN DENGAN EMBOLI
CAIRAN KETUBAN TERHADAP Ny. “S” DI RB HANDAYANI KEC. LABUHAN
MARINGGAI LAMPUNG TIMUR TAHUN 2017

Kala III (Pengeluaran Plasenta)

S :

 Ibu mengatakan perutnya terasa sangat mules


 Ibu mengatakan sesak dalam bernafas dan badan terasa lemah

O :

K/U : lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 90/70 mmHg N : 91 x/ menit
R : 28x/menit S : 37 ⁰C
TFU : Sepusat, kontraksi uterus (+)

A :

Ny.S G4P3A0 usia 40 tahun inpartu kala III (Pengeluaran Plasenta)


Masalah : Emboli air ketuban
Kebutuhan : terjadinya perdarahan pervaginam yang sukar dan lambat membeku
kontraksi (+)

P :

1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD 90/70, R 28x/ menit. N 91x/menit,


S 37 ⁰C
E : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu pada ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 unit secara IM pada
bagian luar paha kanan 1/3 atas
E : Oksitosin telah disuntikkan
3. Melakukan jepit potong tali pusat dengan cara klem tali pusat berjarak 3 cm dari
pusar bayi lalu urut sepanjang 2 cm dan klem tali pusat berjarak 2 cm dari klem
pertama, lalu lakukang pemotongan tali pusat
E : Jepit potong tali pusat telah dilakukan
4. Meletakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan kontak kuli ibu-bayi dan
menyelimuti bayi dengan kain yang bersih agar kehangatan bayi tetap terjaga dan
melakukan IMD selama 1 jam
E : Kehangatan bayi terjaga dan IMD telah dilakukan
5. Melakukan tes pelepasan plasentan dengan teknik kutsner

15
E : Plasenta sudah lepas dari dinding rahim
6. Melakukan manajemen aktif kala III
 Pindahkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva
 Pada saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan lainnya mendorong uterus kearah belakan-atas (dorso cranial) secara
bersamaan
 Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat khusus
E : Plasenta lahir sudah lahir pukul 16.30 WIB
7. Mengajarkan pada ibu untuk melakukan massase uterus selama 15 detik secara
sirkuler
E : ibu bisamelakukan massase dengan benar
8. Melakukan pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang
akan gawat
E : hidrocortion telah diberikan
9. Melakukan persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi
bidan, alat kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang (baksoku)
E : persiapan rujukan telah dilakukan
10. Merujuk pasien ke tempat pelayanan penanganan kegawatdaruratan
E : pasien telah dirujuk

Kala IV (Pengawasan)

S :

 Ibu mengatakan perut masih terasa mules, nafas terasa sesak dan badan terasa
lemah

O :

K/U : lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 90/70 mmHg N : 90X/menit
R : 28x/menit S : 37 ⁰C
TFU : sepusat kontraksi uterus teraba lembek perdarahan ±750 cc mengalir

A :

Ny.S P4A0 usia 40 tahun kala IV


Dasar : ibu melahirkan pukul 15.30 spontan pervaginam
Masalah :

16
- Terjadinya perdarahan yang hebat akibat darah sukar membeku karena
terjadinya emboli air ketuban

Kebutuhan :
 Pasang infus
 Pemantauan TTV
 Pemantauan kontraksi uterus
 Pemantauan perdarahan pervaginam
 Persiapan rujukan

P :

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan saat ini
harus dirujuk
E : keluarga dan suami bersedia melakukan rujukan
2. Melakukan pemasangan infus
E : infus telah terpasang
3. Melakukan informed consent pada ibu, suami dan keluarga
E : Informed consent sudah dilakukan
4. Memberikan support pada ibu dengan melibatkan suami dan keluarga
E : keluarga dan suami memberikan dukungan
5. Melakukan rujukan
E : rujukan telah dilakukan

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban
kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek
sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat
kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang
sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih
dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan
ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah
ibu, lama-kelamaan akan mengalami penyumbatan diparu, bila meluas akan terjadi
penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di
jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien akan
mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien
dapat mengalami syok.

B. SARAN

Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori
beserta asuhan kebidanan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang
ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli cairan
ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu dan bayi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
https://www.scribd.com/document/319542268/Makalah-Pembekuan-Darah
http://tyaraciiwyna.blogspot.in/p/pdf-persalinan-dengan-penyulit-kala-iii.html?m=1
http://maphiablack.blogspot.co.id/2011/02/asuhan-kebidanan-kelainan-pembekuan.html?m=1

19

You might also like