You are on page 1of 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Os datang ke IGD RSUD


Palembang Bari dengan keluhan benjolan di lipat paha kiri yang terasa nyeri
sejak 3 jam yang SMRS. Benjolan tersebut menetap dan tidak dapat masuk
kembali. Keluhan mual muntah (+), perut kembung (+) demam disangkal,
BAB dan BAK biasa. Sejak 2 tahun ini, os mengeluh adanya benjolan di lipat
paha kiri. Benjolan muncul saat aktivitas atau berdiri dan benjolan dapat
hilang kembali ketika pasien berbaring. Pasien tidak mengeluh nyeri pada
saat benjolan tersebut keluar. Keluhan mual, muntah, dan demam disangkal.
BAB dan BAK biasa.
Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal dan pada status
lokalis regio inguinalis sinistra. Inspeksi : Tanpa mengedan atau batuk,
tampak massa dengan ukuran sebesar 10x5x3 cm di daerah inguinal sinistra,
berbentuk lonjong, warnanya seperti kulit disekitarnya, jejas (-). Palpasi:
Teraba massa di regio inguinal sinistra, permukaan rata, nyeri tekan (+),
massa teraba kenyal dan tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam cavum
abdominalis. Auskultasi Bising usus (-), Transluminasi: Negatif (-).
Sedangkan dari hasil pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan leukosit
yaitu 19.700 mm³ , dihubungkan karena adanya obstruksi usus akibat
penjepitan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat didiagnosis
sebagai hernia inguinalis sinistra inkarserata. Hernia inkarserata atau hernia
obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Hal ini terjadi bila isinya
terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Secara klinis, hernia inkarserata dimaksudkan
untuk hernia ireponibel disertai dengan gangguan pasase.
Faktor risiko yang mungkin menyebabkan pada kasus ini adalah
mengangkat beban berat dilihat dari riwayat pekerjaan 6 tahun yang lalu
sebagai buruh bangunan. Hal ini sesuai teori bahwa pada orang sehat, apabila

34
pada mekanisme diantara struktur m. obliqus internus abdominis yang
menutup annulus iguinalis internus ketika berkontraksi, kanalis inguinalis
yang berjalan miring, dan fasia transversa yang kuat menutupi trigonum
mengalami gangguan maka dapat menyebabkan hernia inguinalis. Selain itu,
faktor lain yang berperan adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan didalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.1
Pada pasien ini dilakukan tindakan operasi berupa hernioraphy. Dimana
tindakan ini merupakan tindakan mengembalikan isi kantong kedalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transverses internus dan muskulus obliqus internus abdominis ke ligament
inguinal.

35
Daftar Pustaka

1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta.
2002. Hal 876
3. Martini, H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Upper Saddle River :
Prentice Hall. 2001. Hal 96-9
4. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
5. Grace, PA., Neil, RB. at a Glance Ilmu Bedah. Erlangga. Jakarta. 2005.
Hal 78-9
6. Sabiston DC. Sabiston Buku Ajar Bedah bagian 2. EGC. Jakarta. 1995.
Hal 678-90
7. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Sumardi R, dkk. Kumpulan kuliah ilmu
bedah Universitas Indonesia. Binarupa Aksara. Jakarta. 2002. Hal 70-1
8. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII.
Penerbit Hodder Arnold. 2006. Hal 156-9
9. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood
Academic Publishers. Amsterdam. 1997. Hal 67-9

36

You might also like