Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perasaan sedih pada narapidana setelah menerima hukuman dan hal lain
seperti rasa bersalah, hilang kebebasan, perasaan malu, sanksi ekonomi dan
sosial serta kehidupan dalam penjara yang penuh dengan tekanan psikologis
dapat memperburuk stresor yang dialami narapidana (Hidayat, 2006). Semua
tekanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan menjadi penyebab utama stres
1
2
Stres diibaratkan seperti penyakit flu, sebab stres dapat terjadi di semua
kalangan. Stres dapat dipicu oleh kejadian kejadian yang seringkali
berhubungan dengan masalah dan konflik keluarga. Kejadian kejadian yang
menimbulkan stres dan kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya dan
keluarga juga dapat memicu munculnya kondisi stres pada narapidana
(Nevid, Rathus, & Greene, 2005).
3
Strategi pencegahan stres yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pada
pencegahan tersier dengan menangani dampak stres yang terlanjur ada,
meminta bantuan dukungan sosial (social-network) atau bantuan profesional,
keluarga berperan sebagai jaringan suporti (Gunarya, 2008). Dukungan
keluarga berarti bagi narapidana, yaitu agar tetap semangat menjalani hidup
dan terhindar dari stres. Namun terkadang narapidana tidak mendapatkan
dukungan keluarga dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi narapidana, dikarenakan keluarga sudah terlanjur kesal dengan
perbuatannya yang melanggar hukum yang berkaitan dengan dukungan
penilaian. Keluarga tidak memberikan saran yang baik dan semakin
menjatuhkan semangat narapidana yang berhubungan dengan dukungan
informasional. Keluarga berpikir bahwa di Lapas narapidana sudah terpenuhi
kebutuhan pangan dan sandang, sehingga terkadang keluarga meminta
narapidana memenuhi kebutuhannya sendiri yang berkaitan dengan dukungan
instrumental. Keluarga membenci narapidana dengan tindakan yang telah
dilakukan sehingga membuat keluarga tidak peduli lagi dengan narapidana
yang berkaitan dengan dukungan emosional. Semakin tinggi dukungan
keluarga maka semakin tinggi kesehatan mental narapidana. Sebaliknya
semakin rendah kebermaknaan hidup dan dukungan keluarga, maka semakin
rendah kesehatan mental narapidana (Isnaini, 2011).
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian yang berbeda terhadap masalah yang berhubungan
dengan tingkat stress.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Narapidana
2.1.1 Pengertian narapidana
Warga binaan pemasyarakatan atau narapidana adalah orang yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap. Sedangkan yang dimaksud
dengan Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan narapidana atau warga binaan (Dephum, 1995).
2.1.2 Hak-Hak Narapidana
Hak-hak warga binaan diatur dalam Pasal 14 ayat Nomor Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang isinya :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan.
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya
yang tidak terlarang.
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.
h. Menerima kunjungan keluarga penasehat hukum atau orang tertentu
lainnya.
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
7
menekan (stres) dapat berupa berbagai aspek atau level, meliputi aspek
fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Gangguan sakit (fisik) dapat ditandai oleh adanya masalah fisik yang
sesungguhnya, tetapi dapat pula disebabkan dan diperparah oleh adanya
faktor-faktor emosional termasuk di dalamnya stres. Seringkali gangguan
psikologis akan menyebabkan dan diikuti oleh keluhan-keluhan, secara
fisik juga akan makin parah jika disertai oleh adanya gangguan
psikologis. Pada level fisiologis, keluhan yang paling menonjol dialami
responden adalah keluhan badan pegal-pegal, sakit kepala, dan fatique
atau rasa lelah yang amat sangat. Untuk emosi negatif yang prevalensi
kejadiannya cukup sering dialami oleh responden yang tertinggi adalah
perasaan khawatir, perasaan sedih, perasaan takut tanpa alasan jelas dan
mudah marah.
Gangguan psikologis pada level fisik, emosi dan kognitif akan dapat
terlihat pada level individu. Pada level perilaku, gangguan psikologis
dapat termanivestasi dalam bentuk perilaku sulit tidur atau bahkan tidur
berlebihan, tidak bersemangat, keinginan untuk menyendiri, bahkan
keinginan untuk melukai sampai keinginan untuk mengakhiri hidup yang
dapat mengarahkan seseorang pada tindakan perilaku sulit tidur. Pada
aspek ini, perilaku sulit tidur atau terjaga dari tidur di malam hari
memiliki persentase tertinggi, kemudian perilaku berikutnya adalah ingin
9
melukai diri sendiri dan 5,5% responden menyatakan sering dan selalu
ingin mengakhiri hidupnya (Tanti, 2007).
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan
papan (Setiawati, 2008).
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahan,
keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang di milikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenui peerasaannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
13
c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari
masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat
menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi
yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari
masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari
keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi
ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman,
merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga.Pada dukungan emosional ini
keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
14
2.5 Hipotesa
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai (p value = 0,000 <α 0,05). Ha
diterima jika hasil p value < α 0,05.
Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai (p value = 0,000 >α 0,05). Ha
ditolak p value > α 0,05.
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Analitik Corelasi dengan
menggunakan desain Cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan.
3.2 Popoulasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara
Medan yang berjumlah 824 orang pria (Data Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan per Mei 2017).
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua narapidana remaja di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan sampel
sebanyak 264 narapidana yang telah menjalani 1/3 dari tahap pembinaan
yang menjadi responden sesuai kriteria yang diinginkan peneliti.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Narapidana yang sudah mengikuti 1/3 dari tahap pembinaan
b. Narapidana yang bisa membaca dan menulis
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Dapat dilakukan pengukuran tingkat stress
16
N.
n=
1+ N . d 2
264
n=
1+ 264( 0,1 )2
n=72
informasional,
penilaian,
instrumental
maupun
dukungan
emosional
2 Variabel Warga binaan Kuisioner a. Berat >42 Ordinal
Dependen : pemasyarakatan DASS 42 b. Sedang = 28 –
Tingkat yang sudah 42
Stres menjalani 1/3 c. Ringan < 28
Narapidana dari tahap
pembinaan dan
yang mengalami
gangguan
kesehatan mental
seperti stres
karena adanya
sesuatu yang
berpengaruh
terhadap
pemikirannya.
Rumus :
R
p=
BK
64−14
p=
2
50
p=
2
p=25
Keterangan :
p : Panjang Kelas
R : Rentang (Skor tertinggi – Skor terendah)
BK : Banyak Kelas
Dukungan keluarga:
a. Dukungan keluarga Tinggi jika responden memiliki skor ≥ 39
b. Dukungan keluarga Rendah jika responden memiliki skor < 39
Rumus :
R
p=
BK
19
64−14
p=
3
50
p=
3
p=16,6
p=17
Keterangan :
p : Panjang Kelas
R : Rentang (Skor tertinggi – Skor terendah)
BK : Banyak Kelas
Maka panjang kelas = 17 sehingga Tingkat Stres dapat dikategorikan
sebagai berikut :
a. Tingkat Stres berat jika responden memiliki skor > 42
b. Tingkat Stres sedang jika responden memiliki skor 28 – 42
c. Tingkat Stres ringan jika responden memiliki skor < 28
3.7 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan etika penelitian
untuk melindungi responden. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian
dari institusi pendidikan (Program Studi Ners Sari Mutiara Indonesia)
serta mendapatkan ijin penelitian dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan, maka peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan pertimbangan etik (Polit & Beck, 2012)
yang meliputi;
1. Informed consent
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
and confidentiality)
3. Memperhitungkan keadilan dan inklutivitas (respect for justice and
inclusive ness)
3.8 Pengolahan Data
Seluruh data yang telah terkumpul kemudian diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi menurut Notoatmojo (2010) pengolahan
dengan menggunakan :
20
3.8.1 Editing
3.8.2 Coding
3.8.3 Entry data
3.8.4 Tabulating
3.9 Analisa Data
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini adalah mencari distribusi
frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dari penelitian ini adalah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan yang berjumlah 824 orang pria (Data
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan per
Mei 2017) serta Sampel dalam penelitian ini adalah semua narapidana remaja di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provinsi Sumatera Utara Medan
sampel sebanyak 264 narapidana yang telah menjalani 1/3 dari tahap pembinaan
yang menjadi responden sesuai kriteria yang diinginkan peneliti.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo,
2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Narapidana yang sudah mengikuti 1/3 dari tahap pembinaan
b. Narapidana yang bisa membaca dan menulis
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Dapat dilakukan pengukuran tingkat stress
Perhitungan besar sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu :
N.
n=
1+ N . d 2
264
n=
1+ 264( 0,1 )2
n=72
Sampel pada penelitian ini adalah narapidana di Lapas Kelas II A Binjai Provinsi
Sumatera Utara Medan, sebanyak 72 orang.
Sedangkan untuk mengukur dukungan keluarga dengan memberikan kuesioner
kepada responden sebanyak 14 pernyataan Pada pernyataan positif nilai untuk
jawaban selalu = 4 sering = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1. Pada pernyataan
22
64−14
p=
2
50
p=
2
p=25
Keterangan :
p : Panjang Kelas
R : Rentang (Skor tertinggi – Skor terendah)
BK : Banyak Kelas
Dukungan keluarga:
a. Dukungan keluarga Tinggi jika responden memiliki skor ≥ 39
b. Dukungan keluarga Rendah jika responden memiliki skor < 39
Rumus :
R
p=
BK
64−14
p=
3
50
p=
3
p=16,6
p=17
Keterangan :
p : Panjang Kelas
R : Rentang (Skor tertinggi – Skor terendah)
BK : Banyak Kelas
Maka panjang kelas = 17 sehingga Tingkat Stres dapat dikategorikan
sebagai berikut :
c. Tingkat Stres berat jika responden memiliki skor > 42
d. Tingkat Stres sedang jika responden memiliki skor 28 – 42
e. Tingkat Stres ringan jika responden memiliki skor < 28
Uji spearman rank digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel.
Hasil analisa data menggunakan uji speamran rank diperoleh nilai p sebesar 0,000.
Nilai p menunjukkan < α (0,05) yang berarti ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat stres narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Binjai Provsu.Medan tahun 2017 dengan tingkat korelasi sedang (koefisien
korelasi sebesar -0,541). Sumber koping bagi narapidana untuk mengatasi stres
bisa berasal dari keluarga dengan memberikan dukungan keluarga bagi
narapidana.
24
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat stres narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Binjai Provsu.Medan tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Provsu.Medan
meningkatkan frekuensi kunjungan keluarga dan memberikan psikoedukasi
pada keluarga narapidana tentang pentingnya dukungan keluarga bagi
narapidana, sehingga keluarga bisa memberikan dukungan yang dapat
mengurangi stres yang dialami narapidana.
5.2 Saran