You are on page 1of 80

UJI KARAKTERISTIK SOLAR CELL 20 DAN 50 WATT PEAK

DENGAN DAN TANPA TRACKING SISTEM SATU SUMBU


DAN DUA SUMBU
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Strata Satu (S-1) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas HKBP Nommensen

Oleh :
Swardi Leonardo Sibarani
Npm : 13320001

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2017
ABSTRAK

Solar cell (sel surya) adalah alat yang merubah sinar matahari menjadi listrik melalui
proses aliran - aliran elektron negatif dan positif didalam sel modul karena perbedaan elektron. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian karakteristik solar cell dilakukan dengan cara membandingkan
arus listrik yang dihasilkan antara solar cell 50 WP dan 20 WP (Watt Peak) dengan posisi
diam/statis dan juga dilengkapi dengan Tracking System satu sumbu dan dua sumbu. Panel surya
yang menggunakan tracking system dikendalikan dengan menggunakan LDR (Light Dependent
Resistor) yang berfunsi untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya
(Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap. Panel surya yang digunakan
adalah 20 WP dan 50 WP. Data nilai arus (ampere) dan tegangan (volt) yang dihasilkan diolah
dengan Microsoft Office Excel guna memperoleh data grafik dan selanjutnya bisa dilihat
perbandingan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya diam dan panel surya yang
menggunakan Tracking System. Dari hasil pengujian selama enam hari diketahui Tegangan
tertinggi pada pengujian dua panel solar cell 20 WP dengan menggunakan tracking system selama
enam hari pengujian sebesar 20,10 Volt dan tegangan tertinggi pada pengujian solar cell 50 WP
dengan menggunakan tracking system selama enam hari pengujian sebesar 25,90 Volt.
Kata Kunci : Solar sel, Tracking system, Energi terbarukan
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Adapun tugas akhir ini merupakan tugas wajib bagi mahasiswa Program Studi Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen Medan untuk menyelesaikan program studi Strata Satu

(S1).

Pada penulisan tugas akhir ini, penulis mengambil judul :

“ UJI KARAKTERISTIK SOLAR CELL 20 DAN 50 WP (WATT PEAK) DENGAN DAN TANPA

TRACKING SISTEM SATU SUMBU DAN DUA SUMBU”

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

 Bapak Dr. Richard A.M Napitupulu, ST.,MT sebagai Dosen Pembimbing I.


 Bapak Charles S.P Manurung, ST.,MT sebagai Dosen Pembimbing II.
 Bapak Ir. Sibuk Ginting, MSME sebagai Dosen Penguji I dan selaku Ketua Prodi Teknik Mesin
Universitas HKBP Nommensen Medan.
 Bapak Ir. Suryady Sihombing, MT sebagai Dosen Penguji II
 Ayahanda S. Sibarani dan Ibunda R. Hasibuan yang telah memberikan bimbingan baik secara materi
maupun moral dari awal hingga penyelesaian proposal tugas akhir ini.
 Abang, kakak dan adik saya (Keluarga besar Sibarani) yang telah banyak memberikan dorongan dan
semangat mulai penulis masuk kuliah hingga saat ini.
 Buat orang yang selalu memberi semangat dan menemani dalam pengerjaan skripsi Melati Sinurat
beserta keluarga besar.
 Teman – teman mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Universitas HKBP Nommensen yang
memberikan dukungan dan masukkan dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penting untuk penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih.


Medan, 22 Agustus 2017

Penulis,

Swardi Leonardo Sibarani

13320001
DAFTAR ISI

JUDUL TUGAS AKHIR i


PERSETUJUAN JUDUL ii
SIDANG SARJANA iii
SURAT PENUGASAN iv
TUGAS SARJANA v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR SIMBOL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan Penelitian 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Diagram Alir Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Energi Terbarukan 5
2.2 Matahari 8
2.3 Radiasi Sinar Matahari 9
2.4 Posisi Matahari 12
2.5 Panel Surya 12
2.6 Karakteristik Sel Surya (Photovoltaic) 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21


3.1. Metode Penelitian 21
3.2. Rancangan Sel Surya 21
3.3. Peralatan Pengujian 27
3.4. Rancangan Bahan Pengujian 29
3.5. Prosedur Pengambilan Data (Cara Kerja) 30
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 33

4.1 Metode Pengujian 33


4.2 Pengujian Posisi Statis 33
4.3 Pengujian dengan Tracking System Satu Sumbu 41
4.4 Pengujian dengan Tracking System Dua Sumbu 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1 Kesimpulan 54
5.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 56
RIAWAT HIDUP 57
LAMPIRAN 58
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan


A Luas Permukaan m2
0
T Temperatur Solar Cell C
Q Kalor KJ
0
T∞ Temperatur Lingkungan C
∆t Waktu pengamatan s
 Effisinsi %
Qin Radiasi matahari MJ
It Intensitas cahaya W/m2
V Tegangan Volt
I Arus Amper
P Daya Watt

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


Gbr 1.1 Diagran Alir Pengujian 3
Gbr 2.1 Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Energi Terbarukan 4
Gbr 2.2 Sketsa Pemanfaatan Energi Surya 8
Gbr 2.3 Radiasi sorotan setiap jam pada permukaan miring 9
Gbr 2.4 Komponen radiasi pada permukaan miring 10
Gbr 2.5 Posisi sudut matahari 10
Gbr 2.6 Modul surya biasanya yang dirangkai seri 12
Gbr 2.7 Struktur dari sel surya yang menggunakan material silikon 12
Gbr 2.8 Junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n 15
Gbr 2.9 Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction 16
Gbr 2.10 Panel Surya Monocristalline silicon 16
Gbr 2.11 Panel Surya Polycristalline silicon 17
Gbr 2.12 Panel Surya Amorphous/ Thin Film 17
Gbr 2.13 Panel Surya Thin Film Photovoltaic 18
Gbr 3.1 Light Dependent Resistor (LDR) 21
Gbr 3.2 Rangkaian Microcontroller 22
Gbr 3.3 Motor 22
Gbr 3.4 Anemometer Digital 26
Gbr 3.5 Solar Power Meter Digital 27
Gbr 3.6 Multitester Digital 27
Gbr 3.7 Charger Control 28
Gbr 3.8 Skema Perangkat Uji Solar Cell 30
Gbr 3.9 Perangkat Sel Surya Dengan Tracking System 31
Gbr 4.1 Radiasi sorotan setiap jam pada permukaan miring 33
Gbr 4.2 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan
energi/daya yang masuk ke panel surya dalam keadaan statis
dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari pertama 38
Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan
Gbr 4.3 daya yang keluar dari panel surya dalam keadaan statis
dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari pertama 39
Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi
Gbr 4.4 panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat
arah timur pada hari pertama 39
Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan
Gbr 4.5 energi/daya yang masuk ke panel surya dengan
menggunakan tracking system satu sumbu pada hari pertama 44
Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan
Gbr 4.6 daya yang keluar dari panel surya dengan menggunakan
tracking system satu sumbu pada hari pertama 45
Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi
Gbr 4.7 panel surya dengan menggunakan tracking system satu pada
hari pertama 45
Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan
Gbr 4.8 energi/daya yang masuk ke panel surya dengan
menggunakan tracking system dua sumbu pada hari pertama 50
Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan
Gbr 4.9 daya yang keluar dari panel surya dengan menggunakan
tracking system dua sumbu pada hari pertama 51
Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi
Gbr 4.10 panel surya dengan menggunakan tracking system dua pada
hari pertama 51

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

Tabel 4.1 Data pengujian hari pertama pada posisi statis


dengan sudut 15 arah Timur 34
Tabel 4.2 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan
tracking sytem satu sumbu 40
Tabel 4.3 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan
tracking sytem dua sumbu 46
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi memicu bertambahnya permintaan terhadap
energi dunia. Dengan persediaan energi konvensional saat ini berarti terjadi penambahan pemakaian
persediaan energi fosil dan meningkatnya emisi dari gas yang dapat membahayakan lingkungan. Jika hal ini
terjadi terus-menerus maka lingkungan dan masa depan kita terancam. Karena kita tahu bahwa sumber
minyak dunia akan habis dan kita tidak mempunyai cara untuk mengisi ulang lagi sumber minyak tersebut.
Dengan demikian perlu menemukan alternatif lain guna mendukung atau mempertahankan kebutuhan saat
ini dan gaya hidup yang menggunakan energi yang dapat diperbaharui.

Di muka bumi ini kita mengenal dua jenis sumber energi, yaitu sumber energi yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Penggunaan energi secara nasional cenderung pada sumber
energi berupa batubara, geotermal dan gas alam. Yang menjadi masalah yaitu, persediaan sumber energi
tersebut semakin menipis dikarenakan sumber energi tersebut tidak dapat diperbaharui. Jika dibiarkan dapat
mengancam kelangsungan kehidup manusia di muka bumi ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan usaha-usaha untuk mencari sumber energi
alternatif seperti energi air, tenaga angin, energi matahari dan sel bahan bakar seperti penggunaan biomassa
dan lain-lain.

Keunggulan dari energi matahari ini dibandingkan dengan sumber energi alternatif lainnya adalah
tidak bersifat polutif, berlimpah, bersifat terbarukan, tidak pernah habis dan dapat dimanfaatkan baik
secara langsung maupun tidak langsung dan merupakan energi sepanjang masa. Energi matahari ini dapat
dimanfaatkan dengan menggunakan alat yang mampu menerima dan mengkonversikannya menjadi energi
listrik. Salah satu alat tersebut adalah panel surya/solar cell.

Solar cell dengan kemajuan teknologi menjadi sangat umum sekarang ini. Seperti yang kita ketahui solar
cell adalah alat yang mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik dan keuntungannya sinar matahari
dapat diperoleh setiap hari secara bebas. Penggunaan solar cell sangatlah luas didunia, sebagai contoh:
penggunaan yang paling umum di kalkulator yang menggantikan fungsi baterai. Selama tersedianya sinar,
kalkulator dapat berfungsi selamanya. Panel
solar yang lebih besar juga digunakan untuk menyediakan tenaga untuk lampu lalu
lintas, telephone, lampu jalan, rumah, kapal, mobil elektrik tenaga surya yang dapat

beroperasi tanpa minyak, dan lain-lain.

Permasalahan yang ada sekarang ini adalah solar cell yang terpasang masih bersifat statis,
sedangkan posisi lintasan matahari jika ditinjau dari arah bibuat suatu sistem yang dapat membuat solar cell
selalu mengikuti arah pergerakan matahari baik dari arah bujur maupun lintang.

1.2. Tujuan Penelitian


Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk merancang dan membuat Solar Cell Tracking System Dua sumbu
2. Untuk mengetahui karakteritik solar sel 20 dan 50 WP dengan dan tanpa tracking system.
3. Untuk mengetahui nilai kalor harian energi surya dan nilai kalor harian energi yang
dihasilkan oleh solar cell.
4. Untuk mengetahui efisiensi solar cell 20 dan 50 WP dengan dan tanpa tracking system.

1.3. Batasan masalah


Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu:

1. Tracking System dua sumbu yaitu rotasi searah pergerakan matahari dari timur ke barat
dan rotasi pada arah lintang.
2. Material solar sel yang digunakan adalah polikristal.
3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kolektor surya dengan kapasitas 20 dan 50
WP
4. Menggunakan Solar Tracking System dan Statis System

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Membuat peralatan yang dapat digunakan sebagai alat praktikum dan tugas akhir bagi
mahasiswa.
2. Mengurangi penggunaan energi listrik yang bersumber dari mesin pembangkit sehingga
mengurangi konsumsi bahan bakar minyak yang tidak dapat diperbaharui.
3. Memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan teknologi energi terbarukan.
4. Ikut berpartisipasi dalam mengurangi efek pemanasan global dengan menggunakan
sumber energi yang bersih.
1.5. Diagram Alir Pengujian

START

STUDI LITERATUR

DISAIN ALAT

 Panel Solar Cell


 Charger Control
 Battery/Aki
 Tracking System

PENGUJIAN DAN ANALISA

SOLAR CELL DENGAN DAN TANPA TRACKING


SYSTEM

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 1.1. Diagram Alir Pengujian


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Energi Terbarukan

Gambar 2.1 Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Energi Terbarukan

Pasca isu kenaikan BBM yang membuat masyarakat Indonesia cemas, sebenarnya ada alternatif
lain yang patut untuk kita coba untuk menggantikan sumber energi yang kita gunakan selama ini, yaitu
sumber energi terbarukan. Kita semua tahu, bahan bakar fosil adalah sumber daya yang terbatas. Akhirnya,
dunia akan kehabisan bahan bakar fosil, atau menjadi terlalu mahal. Celakanya bahan bakar fosil juga
menyebabkan polusi udara, air dan tanah, dan menghasilkan gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap
pemanasan global.

Sumber daya energi terbarukan, seperti angin, matahari dan tenaga air, menawarkan alternatif
pengganti untuk bahan bakar fosil. Mereka menghasilkan sedikit atau bahkan tidak ada pencemaran atau
gas rumah kaca. Dan kabar baiknya, sumber energi ini tidak akan pernah habis.

1. Energi surya (Solar Energy)

Matahari adalah sumber kita yang paling kuat energi. Sinar matahari, atau energi surya, dapat
digunakan untuk pemanasan rumah, pencahayaan dan pendinginan dan bangunan lainnya, pembangkit
listrik, pemanas air, dan berbagai proses industri. Sebagian besar bentuk energi terbarukan berasal baik
secara langsung atau tidak langsung dari matahari. Sebagai contoh, panas dari matahari menyebabkan angin
bertiup, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pohon dan tanaman lain yang digunakan untuk
energi biomassa, dan memainkan peran penting dalam siklus penguapan dan curah hujan yang menjadi
sumber energi air.

2.Energi Angin

Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika naik udara hangat dan udara dingin di bergegas
untuk menggantinya.Energi angin telah digunakan selama berabad-abad untuk kapal layar dan kincir angin
untuk menggiling gandum.Hari ini, energi angin ditangkap oleh turbin angin dan digunakan untuk
menghasilkan listrik.

3. Hydropower

Air yang mengalir ke hilir merupakan kekuatan.Air adalah sumber daya terbarukan, terus diisi
oleh siklus global penguapan dan curah hujan.Panas matahari menyebabkan air di danau dan lautan
menguap dan membentuk awan.Air kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai hujan atau salju, dan mengalir
ke sungai dan sungai yang mengalir kembali ke laut. Air yang mengalir dapat digunakan untuk memutar
turbin yang mendorong proses mekanis untuk memutar generator. Energi air mengalir dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik.

4. Energi Biomass

Biomass telah menjadi sumber energi penting sejak orang pertama mulai membakar kayu untuk
memasak makanan dan menghangatkan diri melawan dinginnya musim dingin. Kayu masih merupakan
sumber yang paling umum dari energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi
tanaman pangan, rumput dan tanaman lain, limbah pertanian dan kehutanan dan residu, komponen organik
dari limbah kota dan industri, bahkan gas metana dari tempat pembuangan sampah dipanen masyarakat.
Biomass dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar untuk transportasi, atau untuk
memproduksi produk yang tidak akan membutuhkan penggunaan bahan bakar fosil.

5. Hidrogen

Hidrogen memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber bahan bakar dan energi, tetapi
teknologi yang dibutuhkan untuk mewujudkan potensi ini masih dalam tahap awal. Hidrogen adalah elemen
paling umum di Bumi. Air adalah dua-pertiganya hidrogen, tapi hidrogen di alam selalu ditemukan dalam
kombinasi dengan unsur lainnya. Setelah dipisahkan dari unsur-unsur lain, hidrogen dapat digunakan untuk
menggerakkkan kendaraan, menggantikan gas alam untuk pemanasan dan memasak, dan untuk
menghasilkan listrik.

6. Energi Panas Bumi

Panas di dalam bumi menghasilkan uap dan air panas yang dapat digunakan untuk pembangkit
listrik dan menghasilkan listrik, atau untuk aplikasi lain seperti pemanasan rumah dan pembangkit listrik
untuk industri. Energi panas bumi dapat ditarik dari waduk bawah tanah dengan pengeboran, atau dari
reservoir panas bumi yang terletak lebih dekat ke permukaan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber energi panas bumi terbesar di dunia.
Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki potensi energi panas
bumi 27.000 megawatt yang tersebar di 253 lokasi atau mencapai 40 persen dari cadangan panas bumi
dunia.

7. Energi Samudera

Lautan menyediakan beberapa bentuk energi terbarukan, dan masing-masing didorong oleh
kekuatan yang berbeda. Energi dari gelombang laut dan pasang surut dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik, dan energi termal laut-dari panas yang tersimpan dalam air laut-dapat juga diubah
menjadi listrik.Meskipun pada masa sekarang, energi laut memerlukan teknologi yang mahal dibandingkan
dengan sumber energi terbarukan lainnya, tapi laut tetap penting sebagai sumber energi potensial untuk
masa depan.

2.2. Matahari

Matahari adalah suatu bola dari awan gas dengan suhu yang sangat panas. Diameter bola matahari
adalah 1,39 x 109 km, sedangkan jauh rata-rata dengan bumi adalah 1,5 x 1011 km. Matahari berputar pada
sumbunya dengan kecepatan sekali putar dalam empat minggu. Karena matahari terdiri dari kumpulan awan
gas dan tidak solid maka bagian ekuatorialnya berputar sekali dalam 27 hari sedangkan kutub-kutubnya
berputar sekali dalam 30 hari. Suhu efektif pada permukaan besarnya 5760 K. sedang pada inti
temperaturnya dapat mencapai lebih kurang 8 x 106 sampai dengan 40 x 106 K. (Pudjanarsa Astu, Djati
Nursuhud Mesin Konversi Energi, edisi pertama, Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta 2006.)
Suatu teori yang akhir-akhir ini dapat diterima para ahli mengatakan bahwa radiasi gelombang
elektromagnetik merupakan kombinasi dari gelombang elektrik arus bolak-balik berkecepatan tinggi
dengan gelombang medan magnet yang menumbuhkan partikel-partikel energi dalam bentuk foton.
Gelombang energi yang memancar melalui ruangan angkasa memberikan pancaran radiasi dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Radiasi gelombang elektromagnetik dikelompokkan pada panjang
gelombang yang memberikan rangsangan energi yang lebih besar dimana semakin pendek panjang
gelombang nya semakin besar energinya. Radiasi yang dipancarkan melalui permukaan matahari
mempunyai variasi panjang gelombang dari yang paling panjang (gelombang radiasi) sampai yang paling
pendek (gelombang sinar X dan sinar gamma).

Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi tersebut hanya
sekitar 50% yang dapat diserap oleh bumi. Menurut pengukuran yang dilakukan oleh badan luar angkasa
Amerika Serikat NASA (National Aeronautics and Space Administration) melalui misi ruang angkasanya
pada tahun 1971, diperoleh data tentang besaran konstanta matahari yang harganya sama dengan 1353
Watt/m2. Dari besaran tersebut 7,85% atau 105,8 Watt/m2 dipancarkan melalui sinar ultraviolet, 47,33%
atau 640.4 Watt/m2 dipancarkan oleh sinar yang dapat dilihat oleh manusia dan 44,85% atau 606,8 Watt/m2
dipancarkan oleh sinar infra merah.

Pada dasarnya energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar matahari mempunyai besaran yang tetap
(konstan), tetapi karena peredaran bumi mengelilingi matahari dalam bentuk elips maka besaran konstanta
matahari bervariasi antara 1308 Watt/m2 dan 1398 Watt/m2. Dengan berpedoman pada luas penampang
bumi yang menghadap matahari dan yang berputar sepanjang tahun, maka energi yang dapat diserap oleh
bumi besarnya adalah 751 x 10 kW/-jam.

Sumber energi berjumlah besar dan kontinu terbesar yang tersedia bagi umat manusia adalah
energi surya dan energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari.
Gambar 2.2 Sketsa Pemanfaatan Energi Surya

2.3. Radiasi Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari yang tersedia diluar atmosfer bumi seperti yang diungkapkan oleh
konstanta surya adalah sebesar 1,353 kJ/(cm2), dikurangi intensitasnya oleh penyerapan dan pemantulan
atmosfer sebelum mencapai pemukaan bumi. Ada tiga jenis radiasi matahari pada bidang permukaan, yaitu:

 Radiasi langsung (direct radiation)


Intensitas radiasi lansung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal dari persamaan berikut
ini,

Ib
I bn  ………………………….……………....………………(Lit 1, hal 30)
cos z
Dimana :
Ibn = Radiasi sorotan matahari pada suatu permukaan horizontal

cosz = Sudut zenit.

Ib = Radiasi sorotan pada suatu permukaan horizontal


Gambar 2.3 Radiasi sorotan setiap jam pada permukaan miring dari pengukuran
Ib...............................................(Lit 1, hal 31)

Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang dimiringkan dengan sudut  terhadap bidang
horisontal, intensitas dari komponen sorotan adalah,

cos T
I bT  Ibn cos T  I b ………………………………………...(Lit 1, hal 31 )
cos Z
Dimana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah sorotan pada sudut
masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada permukaan bidang miring.
 Radiasi Sebaran (diffuse radiation)
Radiasi sebaran yang disebut juga radiasi langit (sky radiation), adalah radiasi yang
dipancarkan ke permukaan penerima oleh atmosfer, dan karena itu berasal dai seluruh bagian
hemisfer langit. Radiasi sebaran (langit) didistribusikan merata pada hemisfer (disebut distribusi
isotropik), maka radiasi sebaran pada permukaan miring dinyatakan dengan,
1  cos  
I dT  I d  ……………………………………………….…(Lit 1, hal 34)
 2 
Dimana :
= Sudut miring dari permukaan miring
Id = Menunjukan besarnya radiasi sebaran per jam pada suatu permukaan
horizontal.
 Radiasi Pantulan
Selain komponen radiasi lansung dan sebaran, permukaan penerima juga mendapatkan
radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan, jumlah radiasi yang dipantulkan
tergantung dari daerah permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang
menerima. Radiasi yang dipantulkan per jam, juga disebut radiasi pantulan. Radiasi pantulan
dirumuskan sebagai,
1  cos  
I rT   ( I b  I d )  …………….………………….……..…(Lit 1, hal 37)
 2 
Dimana reflektansi  dianggap 0,20 – 0,25 untuk permukaan tanpa salju dan 0,7 untuk lapisan
salju yang baru turun, kecuali jika tersedia data yang lain.

Gambar 2.4 Komponen radiasi pada permukaan miring

2.4. Posisi Matahari

Besarnya jumlah radiasi matahari yang diterima oleh suatu tempat dipengaruhi oleh posisi sudut
matahari yang masuk ke tempat tersebut.Dalam perencanaan suatu kolektor surya, posisi sudut matahari
sangat perlu diketahui untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan perancangan.
Gambar 2.5. Posisi Sudut matahari

Sudut zenith z adalah sudut yang dibentuk oleh garis vertikal ke arah zenith dengan garis ke arah
titik pusat matahari. Sudut zenith menyatakan seberapa tinggi objek yang diamati (matahari). Sudut azimuth
A adalah sudut yang dibuat oleh garis bidang horizontal antara garis selatan dengan proyeksi garis normal
pada bidang horizontal. Sudut azimuth positif jika normal adalah sebelah timur dari selatan dan negatif jika
normal pada sebelah barat dan selatan.Sudut altitude adalah sudut yang dibuat oleh garis titik pusat matahari
dengan garis proyeksinya pada bidang horizontal.

2.5 . Panel Surya

Sel surya atau juga sering disebut photovoltaic adalah perangkat yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun selain
dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya
melalui sistem solar thermal.

Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau sambungan, dimana saat kondisi
gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat
menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc
sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus
ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri
membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan
tegangan DC sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar. Modul surya tersebut bisa digabungkan secara
paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan
untuk aplikasi tertentu. Gambar 2.6 dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Gambar 2.6 Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk memperbesar
total daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)

2.5.1 Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun berkembang dengan
berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-
bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan dibahas di tulisan “Sel Surya :
Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum
berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur
dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Gambar 2.7
Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)
Gambar 2.7 diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri dari :

1. Substrat/Metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga harus
mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya,
sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel
surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya
cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium
tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).

2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal sampai
beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya
lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk
kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di
industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan
dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride),
dan amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang
dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material semikonduktor yaitu
semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang
membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja
sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya dilapiskan material
metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.

4.Lapisan anti reflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh semikonduktor. Oleh
karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis
material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya
dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

5.Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau kotoran.

2.5.2 Cara Kerja Sel Surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor
tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai
penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi
kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai
contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan
junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 2.8 Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron).
(Gambar : eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa
diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n
terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk
kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat
dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai
susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif,
yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar 2.9 dibawah.

Gambar 2.9 Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)

2.5.3. Jenis-Jenis Solar Panel atau Panel Surya

A. Panel Surya Monocristalline silicon (mono-silicon atau single silicon)

Gambar 2.10 Panel Surya Monocristalline silicon (mono-silicon atau single silicon)
Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi.
Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik
ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan

B. Panel Surya Polycristalline silicon (multicrystalline, multi-silicon, ribbon)

Gambar 2.11 Panel Surya Polycristalline silicon (multicrystalline, multi-silicon, ribbon)

Panel ini memiliki level silikon yang lebih rendah dari panel monocrystalline. Maka panel ini
sedikit lebih murah dan sedikit lebih rendah efisiensinya dari panel monocrystalline. Panel Polycristalline
merupakan panel surya / solar cell yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang
sama, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada saat mendung.

C. Panel Surya Amorphous/ Thin Film (amorphous silicon, cadmium telluride, copper indium

gallium diselenide)
Gambar 2.12 Panel Surya Amorphous/ Thin Film (amorphous silicon, cadmium
telluride, copper indium gallium diselenide)

Disebut Thin Film karena panel ini sangat murah untuk dibuat. Teknologi Amorphous ini sering
terdapat pada solar panel yang kecil, seperti pada kalkulator atau lampu taman.
D. Panel Surya Thin Film Photovoltaic

Gambar 2.13 Panel Surya Thin Film Photovoltaic

Merupakan panel surya ( dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis mikrokristal-silicon dan
amorphous dengan efisiensi modul hingga 8.5% sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per
watt daya yang dihasilkan lebih besar daripada monokristal & polykristal. Inovasi terbaru adalah Thin
Film Triple Junction PV (dengan tiga lapisan) dapat berfungsi sangat efisien dalam udara yang sangat
berawan dan dapat menghasilkan daya listrik sampai 45% lebih tinggi dari panel jenis lain dengan daya
yang ditera setara.

Solar cells panel, terdiri dari silikon, silikon mengubah intensitas sinar matahari menjadi energi
listrik, saat intensitas cahaya berkurang (berawan, hujan, mendung) energi listrik yang dihasilkan juga akan
berkurang. Dengan menambah solar cells panel (memperluas) berarti menambah konversi tenaga surya.

Sel silikon di dalam solar cells panel yang disinari matahari/ surya, membuat photon bergerak
menuju electron dan menghasilkan arus dan tegangan listrik. Sebuah sel silikon menghasilkan kurang lebih
tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel surya (untuk
menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun).

Solar cells panel module memiliki kapasitas output: watt hour. Solar cell 50 WP 12 V,
memberikan output daya sebesar 50 watt per hour dan tegangan adalah 12 Volt. Untuk perhitungan daya
yang dihasilkan per hari adalah 50 watt x 5 jam (maximun peak intensitas matahari).

2.6 Karakteristik Sel Surya (Photovoltaic)


Kapasitas daya dari sel atau modul surya dilambangkan dalam watt peak (Wp) dan diukur
berdasarkan standar pengujian Internasional yaitu Standard Test Condition (STC).

Standar ini mengacu pada intensitas radiasi sinar matahari sebesar 1000 W/m² yang tegak lurus sel surya
pada suhu 25°C. Modul photovoltaic memiliki hubungan antara arus dan tegangan. Pada saat tahanan
variabel bernilai tak terhingga (open circuit) maka arus bernilai minimum (nol) dan tegangan pada sel
berada pada nilai maksimum, yang dikenal sebagai tegangan open circuit (Voc).

Pada keadaan yang lain, ketika tahanan variable bernilai nol (short circuit) maka arus bernilai maksimum,
yang dikenal sebagai arus short circuit (Isc). Jika tahanan variabel memiliki nilai yang bervariasi antara nol
dan tak terhingga maka arus (I) dan tegangan (V) akan diperoleh nilai yang bervariasi.

Besar energy yang masuk pada sel surya adalah linear dengan besar intensitas radiasi matahari pada saat
itu dan luas permukaan tangkap sel surya :

Pin = I x A

Besar daya (P) yang dihasilkan oleh sel surya setara dengan kuadrat besar tegangan (V) yang dihasilkan
dibagi dengan hambatan (R) yang dilalui, yaitu :

P = V2/R....................................................( Lit 2, hal 572)

Sehingga karakteristik akhir dari sel surya dinyatakan dengan tingkat efisiensi dari sel surya dalam
mengkonversi intensitas radiasi matahari menjadi energy listrik yaitu

% = Pin/P
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan membuat peralatan dan


melakukan serangkaian pengujian serta pengambilan data-data. Penelitian ini di lakukan di Gedung L
lantai 5 dan laboratorium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik Prodi Mesin Universitas HKBP
Nommensen Medan.

3.2. Rancangan Sel Surya


Sistem sel surya yang dibuat bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan energi matahari oleh sel
surya. Optimalisasi terjadi karena adanya solar tracking system dua sumbu merupakan rangkaian analog
yang selanjutnya dinamakan rangkaian solar tracker.

3.2.1. Solar Tracker


Solar tracker merupakan rangkaian kontrol untuk mengatur gerakan motor supaya supaya
intensitas cahaya matahari yang diterima oleh solar cell optimal. Hal tersebut terjadi jika papan
solar cell mengikuti terus arah matahari. Pada pagi hari, motor akan bergerak dari timur ke barat
dan berotasi pada sumbu vertikal mengikuti arah matahari berdasarkan 4 buah LDR yang berada
pada posisi timur, barat dan juga pada kedua sisi lainnya. Pergerakan papan solar cell dari timur ke
barat atau sebaliknya dibatasi oleh limit switch west dan east. Pada sore hari, papan solar cell akan
kembali ke posisi awal dengan arah putaran dari barat ke timur. Papan solar cell akan berhenti jika
east limit switch tersentuh.
3.2.2. Perancangan Rangkaian Kendali
Rancangan rangkaian yaitu pengendali alat penjejak matahari untuk keperluan pembangkit listrik
tenaga matahari adalah rancangan rangkaian eletronik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Sensor
Sensor yang digunakan pada rancangan ini adalah sensor peka cahaya atau disebut tahan
peka cahaya (LDR). Komponen tersebut adalah sebuah komponen yang bersifat tahanan
variabel dimana besar tahanan komponen tersebut tergantung pada kuat intensitas cahaya.
Pada umumnya makin kuat cahaya infra merah makin kecil tahanan dari resistor tersebut
dan sebaliknya makin sedikit intensitas cahaya makin besar tahanan resistornya. Pada
rancangan ini sensor LDR digunakan untuk membedakan kuat cahaya pada dua arah mata
angin yaitu timur dengan barat. Dengan menggunakan dua buah sensor cahaya tersebut dapat
dibandingkan sudut pancaran cahaya. Output sensor dihubungkan pada masukan controller,
dimana tahanan peka cahaya (LDR) digandengkan dengan satu tahanan tetap sehingga
membentuk resistor pembagi tegangan. Dengan demikian output rangkaian berupa besaran
tegangan yang bergantung pada intensitas cahaya. Controller membaca tegangan kedua
sensor dan membandingkannya. Untuk mencari R yang berguna untuk pergerakan motor.

Gambar 3.1 Light Dependent Resistor (LDR)

2. Controller
Controller yang digunakan adalah salah satu tipe AVR dengan tiga buah volt I/O.
Controller diprogram dengan bahasa c yaitu versi 2.049. Controller berfungsi
mengendalikan motor searah pancaran sinar matahari yaitu dengan membaca sensor cahaya
kemudian membandingkannya untuk mendapat selisih atau error dan digunakan untuk
menggerakkan motor atau panel. Output controller adalah penguat arus L293D, controller
membaca sensor pada port C yaitu masukan analog controller sedangkan output untuk
menggerakkan motor diprogam pada port B yaitu port B.0 dan B.1. Pada saat tegangan
sensor bagian timur lebih kecil dari bagian barat controller akan menggerakkan motor dan
panel kearah barat hingga posisi seimbang yaitu sensor timur sama dengan sensor barat.
Selain menggerakkan motor, controller juga akan menampilkan tegangan dari panel surya.
Gambar 3.2 Rangkaian Microcontroller
3. Penguat arus (Driver)
Merupakan sebuah rangkaian yang berfungsi menguatkan arus dan menggerakkan motor.
Penguat yang digunakan adalah jenis penguat jembatan H yaitu IC L293D. Keunggulan
penguat jembatan H adalah dapat membalikkan arus motor sehingga motor dapat berbalik
arah. Penguat tersebut mampu menguatkan arus 200 mA. Arah gerak dan arah ditentukan oleh
microcontroller. Terdapat 2 masukan dari penguat ke motor untuk pengaturan on/off dan arah
putaran.

4. Motor
Motor merupakan sebuah komponen yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Tipe motor yang digunakan adalah gear motor magnet permanent. Fungsi motor
adalah untuk menggerakan panel ke posisi ke arah pancaran matahari, motor dikendalikan
oleh controller melalui penguat arus.

Gambar 3.3 Motor


5. Panel Surya
Panel surya merupakan komponen yang mengubah energi cahaya menjadi listrik energi.
Energi listrik yang dihasilkan oleh sebuah panel bergantung pada kuat intensitas cahaya yang
dihasilkan oleh sebuah panel surya yang digunakan adalah 6 volt per cell atau panel.
Sedangkan daya keluaran maksimum adalah 20 watt per panel.
3.2.3. Pemrograman Tracking System
Software yang digunakan untuk memprogram mikrokontroller ialah CodeVision AVR.
Ada banyak jenis software yang dapat digunakan sebagai editor yang sekaligus
menyediakan compiler untuk mikrokontroler Atmel AVR dengan menggunakan bahasa C,
diantaranya MikroC for AVR, WinAVR, Image Craft ICC AVR, IAR Embedded Workbench
for AVR, dan CodeVision AVR.
CodeVision AVR yang digunakan adalah CodeVisionAVR versi evaluasi. Pada versi evaluasi
terdapat batasan untuk penggunaan fasilitas yang disediakan, namun lebih dari cukup untuk
memprogram mikrokontroler Atmel AVR. CodeVisionAVR menyediakan sebuah editor yang
didesain untuk menghasilkan program C secara otomatis untuk mikrokontroler AVR. Program C
yang akan diimplementasikan menggunakan standar ANSI C yang sesuai dengan arsitektur AVR.
CodeVisionAVR adalah sebuah compiler C yang telah dilengkapi dengan fasilitas Integrated
Development Environment (IDE) dan didesain agar dapat menghasilkan kode program secara
otomatis untuk mikrokontroler Atmel AVR. Program ini dapat berjalan dengan menggunakan
sistem operasi Windows® XP, Vista, Windows 7, dan Windows 8, 32-bit dan 64-bit.
CodeVisionAVR dapat menghasilkan kode program secara otomatis melalui fasilitas
CodeWizardAVR Automatic Program Generator. Dengan adanya fasilitas ini maka penulisan
program dapat dilakukan dengan cepat dan lebih efisien. Seluruh kode dapat diimplementasikan
dengan berbagai fungsi.

Code Program:

#include <mega8.h>

#include <delay.h>

#include <stdio.h>

#define ADC_VREF_TYPE 0x00


// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}
unsigned int LDR_Timur,LDR_Barat,LDR_Utara,LDR_Selatan ,Data,i;

void main(void)
{

// Input/Output Ports initialization


// Port B initialization
PORTB=0x00;
DDRB=0x0F;

// Port C initialization
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

// Port D initialization
PORTD=0x00;
DDRD=0xFF;
// USART initialization
// Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity
// USART Baud Rate: 9600
UCSRA=0x00;
UCSRB=0x18;
UCSRC=0x86;
UBRRH=0x00;
UBRRL=0xCF;

// ADC initialization
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x82;
while (1)
{

for(i=0;i<10;i++){
LDR_Utara = read_adc(5);
LDR_Selatan = read_adc(3);

while (LDR_Utara != LDR_Selatan){


LDR_Utara = read_adc(5);
LDR_Selatan = read_adc(3);

if (LDR_Utara > (LDR_Selatan+10)) {PORTD.5 = 1;delay_ms(2);PORTD.5 = 0;delay_ms(10);}


if (LDR_Utara < (LDR_Selatan)) {PORTD.6 = 1;delay_ms(2);PORTD.6 = 0;delay_ms(10);}
}
}
delay_ms(2000);

}
}

3.3 Peralatan Pengujian

Alat ukur yang digunakan saat pengukuran pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Anemometer
Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin yang banyak di pakai dalam
bidang metrologi dan geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Nama alat ini berasal dari kata
Yunani anemos yang berarti angin. Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista
Alberti pada tahun 1450. Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur
besarnya tekanan angin dimana saat pengukuran tekanan angin posisi anemometer di
arahkan pada tekanan angin.

Gambar 3.4. Anemometer Digital


2. Solar Power Meter
Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menguji, mengukur intensitas energi surya.
Energi surya sendiri merupakan energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya
(matahari) melalui perangkat lain menjadi sumber daya energi dalam bentuk lain. Energi
surya sendiri menjadi salah satu sumber daya energi selain air, uap,angin, biogas, batu bara,
dan minyak bumi.
Solar power meter atau perangkat yang menguji tenaga surya, dimana sumber tenaga
matahari ini dikonversi dari sinar matahari menjadi listrik, baik secara langsung dengan
menggunakan photovoltaic (PV), atau langsung menggunakan concentrated solar power
(CSP) atau tenaga surya terkonsentrasi.
Solar power meter dapat di aplikasikan untuk berbagai kebutuhan terkait dengan
aplikasi solar cell yang dimiliki seperti mengukur tingkat radiasi matahari, untuk penelitian
tenaga surya, aplikasi pada bidang fisika maupun laboratorium, dan masih banyak yang
lainnya.

Gambar 3.5. Solar Power Meter Digital

3. Multitester Digital
Alat ini berfungsi sebagai alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik,
dan tahanan (resistansi). sedangkan pada perkembangannya Multitester masih bisa digunakan
untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada
juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, yang maksudnya A (ampere),
V(volt), dan O (ohm).

Gambar 3.6. Multitester Digital

4. Komputer
Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapat dari pengujian solar cell.
3.4 Rancangan Bahan Pengujian
Adapun bahan – bahan yang akan diadakan dalam perancangan ini adalah :
1. Panel Solar cell Surya ( photovoltaik )
Modul sel surya atau biasa juga disebut photovoltaic (panel PV ) merupakan komponen
utama yang menghasilkan arus listrik yang kemudian akan disimpan ke battery atau aki.
Panel surya yang digunakan jenis monocrysrallin dan polycristallin 20 wp dan 50 wp
berfungsi mengubah intensitas cahaya matahari menjadi energi listrik.
2. Charger Control
Solar charger control digunakan sebagai pengatur arus listrik ( Curent Regulator ) baik
terhadap arus yang masuk dari panel Solar Cell surya maupun arus yang masuk ke battery
atau aki. Charger Control ini juga bekerja menjaga batrery dari pengisian yang berlebihan (
Over Charger ), ini mengatur tegangan dan arus yang masuk ke baterai.

Gambar 3.7. Charger Control

3. Battery / Aki
Battery atau Aki adalah alat yang berfungsi sebagai penyimpan arus sementara. Arus yang
disimpan di battery hasil dari energi matahari yang dirubah menjadi energi listrik pada panel
solar cell. Arus tersebut akan digunakan sebagai penggerak tracking sistem atau
microcontroler yang digunakan.
4. Tracking system
Dalam pengujian ini digunakan microcontroler Atmega 8 yang berfungsi untuk
mengoptimalisasikan intensitas cahaya pada solar cell surya dengan mengatur arah
pergerakan solar cell surya mengikuti pergerakan matahari dalam dua arah.
3.5 Prosedur Pengambilan Data ( Cara Kerja )

1. Lokasi pengujian telah ditentukan yaitu di gedung L lantai 5 Universitas HKBP Nommensen Medan.

2. Perangkat pengujian di letakkan di lantai gedung L lantai 5 Universitas HKBP Nommensen Medan.
3. Pada pengujian ini menggunakan 2 buah alat ukur Termometer digital yang di letakkan di atas panel
solar cell surya untuk mengukur suhu pada solar cell dan diletakkan disamping perangkat pengujian
untuk mengukur suhu lingkungan.

4. Solar power meter diletakkan disamping panel sell surya, untuk mengukur intensitas cahaya matahari.

5. Tiga buah Multitester Digital dipasang pada bagian output solar cell, battery, dan inverter untuk
mengukur tegangan yang keluar.

6. Anemometer Digital diletakkan 2 meter dari panel solar cell surya untuk mengukur kecepatan angin
sekitar.

7. Pengambilan data pada alat ukur dilakukan 10 menit sekali, pengujian dimulai dari jam 08 : 00 – 16
: 00 WIB selama 15 hari pengujian.
Gambar 3.8. Skema Perangkat Uji Solar Cell
Gambar 3.9 Perangkat Sel Surya Dengan Tracking System

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1. Metode Pengujian


Pada pengujian ini ada beberapa keadaan pengujian yang dilakukan yaitu :

1. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur
2. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 30 derajat arah timur
3. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 45 derajat arah timur
4. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 60 derajat arah timur
5. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 90 derajat arah timur
6. Panel surya dalam keadaan dinamis dengan Tracking System Satu Sumbu
7. Panel surya dalam keadaan dinamis dengan Tracking System Dua Sumbu
Data dan hasil perhitungan yang memperlihatkan karakterisktik sel surya dari ketujuh pengujian
ini secara keseluruhan dilampirkan pada lampiran. Untuk memperlihatkan proses pengujian dan
analisa terhadap karakteristik dari sel surya maka ditampilkan contoh pengujian dalam keadaan
statis pada arah 15 derajat bujur timur, pengujian dinamis dengan tracking system satu sumbu dan
pengujian dinamis dengan tracking system dua sumbu, sebagaimana data, perhitungan dan analisa
berikut.

4.2. Pengujian dan Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP pada posisi statis dengan
sudut 15o arah timur.
Untuk memperoleh karakteristik sel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15o arah timur, maka
dilakukan pengujian selama tiga hari mulai pukul 08.00 – 16.00.
4.2.1. Besar radiasi sinar matahari
Besar radiasi sinar matahari diasumsikan adalah Intensitas radiasi lansung atau sorotan per
jam pada sudut masuk normal, dengan persamaan,
Ib
I bn  ………………………….……………....………………(Lit 1, hal 30)
cos z
Dimana :
Ibn = Radiasi sorotan matahari pada suatu permukaan horizontal
cosz = Sudut zenit.
Ib = Radiasi sorotan pada suatu permukaan horizontal

Gambar 4.1. Radiasi sorotan setiap jam pada permukaan miring dari pengukuran
Ib...............................................(Lit 1, hal 31)
Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang dimiringkan dengan sudut  terhadap
bidang horisontal, intensitas dari komponen sorotan adalah,

cos T
I bT  Ibn cos T  I b ………………………………………...(Lit 1, hal 31 )
cos Z
Dimana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah sorotan pada sudut
masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada permukaan bidang miring.
Pada pukul 08.00 pagi, bidang horizontal membentuk sudut 30o dengan arah cahaya matahari
datang, sehingga z = 60o sehingga T = 45o.
Dengan menggunakan rumus diatas, besar intensitas matahari yang benar-benar diterima oleh
panel surya pada pukul 08.00 adalah
Ibt = 288.Cos 45o = 203,58 W/m2.
Dengan cara yang sama, untuk setiap pengamatan per sepuluh menit, maka besar sudut z akan
berkurang sebesar 2,5o begitu juga dengan sudut T sehingga besar intensitas sinar yang masuk
untuk seluruh pengamatan dapat dicari.
Data pengujian pada hari pertama dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut sedangkan data pengujian
dua hari berikutnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.1 Data pengujian hari pertama pada posisi statis dengan sudut 15 arah Timur
I
20 WP 50 WP Kec. sebenar
It Ɵz ƟT nya
Waktu Angin
(W/m2)
V V (m/s)
I (A) I (A)
(Volt) (Volt) derajat derajat (W/m2)
8:00 18.34 0.72 20.21 2.18 0.4 288 60 45 203.59
8:10 18.36 0.73 20.32 2.33 0.2 265 57.5 42.5 195.33
8:20 18.4 0.75 20.38 2.27 0.7 384 55 40 294.09
8:30 18.41 0.75 20.37 2.27 0.4 448 52.5 37.5 355.35
8:40 19.45 0.78 20.21 2.25 0.6 228 50 35 186.74
8:50 19.9 0.82 20.24 2.17 0.8 268 47.5 32.5 226.00
9:00 19.49 0.83 20.23 2.19 0.2 264 45 30 228.60
9:10 19.49 0.87 20.24 2.26 1.15 284 42.5 27.5 251.89
9:20 19.84 0.9 20.23 2.34 0.4 288 40 25 261.00
9:30 19.58 0.92 20.27 2.32 0.6 240 37.5 22.5 221.72
9:40 19.62 0.92 20.28 2.31 1.85 227 35 20 213.30
9:50 19.48 0.94 20.16 2.32 0.3 232 32.5 17.5 221.25
10:00 19.36 0.98 20.19 2.33 0.4 234 30 15 226.02
10:10 19.39 0.98 20.15 2.33 0.9 232 27.5 12.5 226.50
10:20 19.38 0.99 20.12 2.32 0.5 239 25 10 235.37
10:30 19.47 1 20.15 2.36 0.2 401 22.5 7.5 397.57
10:40 19.37 0.97 20.26 2.02 1.55 373 20 5 371.58
10:50 19.21 0.97 20.17 2.51 2.3 356 17.5 2.5 355.66
11:00 19.19 1 20.28 2.36 0.5 737 15 0 737.00
11:10 19.37 0.99 20.19 2.44 1.4 953 12.5 -2.5 952.09
11:20 19.42 0.98 20.14 2.54 1.66 904 10 -5 900.56
11:30 19.14 0.96 20.16 2.66 1.85 1087 7.5 -7.5 1077.69
11:40 19.94 0.95 20.27 2.66 1.27 117 5 -10 115.22
11:50 19.73 0.96 20.27 2.67 2.3 324 2.5 -12.5 316.31
12:00 19.66 0.95 20.28 2.72 1.59 576 0 -15 556.36
12:10 19.26 0.95 20.39 2.26 1.3 1169 -2.5 -17.5 1114.85
12:20 19.52 0.94 20.35 2.45 1.43 112 -5 -20 105.24
12:30 19.21 0.91 20.27 2.36 0.4 324 -7.5 -22.5 299.03
12:40 19.3 0.55 20.16 2.34 0.6 1125 -10 -25 1019.52
12:50 19.47 0.8 20.38 2.37 2.36 1152 -12.5 -27.5 1021.74
13:00 19.34 0.79 20.19 2.74 1.43 927 -15 -30 802.71
13:10 19.1 0.69 20.35 2.36 2.18 268 -17.5 -32.5 226.00
13:20 19.27 0.74 20.14 2.53 2.89 1120 -20 -35 917.30
13:30 17.74 0.19 20.33 2.64 0.4 255 -22.5 -37.5 202.27
13:40 19.26 0.62 20.14 2.37 0 139 -25 -40 106.46
13:50 19.21 0.55 20.35 2.75 0.8 84 -27.5 -42.5 61.92
14:00 19.29 0.52 20.26 2.73 2.36 275 -30 -45 194.40
14:10 19.15 0.51 20.33 2.75 2.42 773 -32.5 -47.5 522.05
14:20 18.5 0.34 20.25 2.37 1.72 520 -35 -50 334.12
14:30 19.59 0.41 20.23 2.74 2.71 232 -37.5 -52.5 141.17
14:40 19.59 0.43 20.27 2.75 3.77 216 -40 -55 123.83
14:50 19.67 0.29 20.25 2.84 1.32 148 -42.5 -57.5 79.47
15:00 19.52 0.25 20.26 2.74 2.68 202 -45 -60 100.93
15:10 19.48 0.24 20.33 2.38 0.42 852 -47.5 -62.5 393.09
15:20 19.36 0.32 20.36 2.84 0.8 894 -50 -65 377.47
15:30 19.34 0.28 20.35 2.64 0.6 344 -52.5 -67.5 131.50
15:40 19.2 0.23 20.28 2.74 0.4 223 -55 -70 76.17
15:50 19.06 0.2 20.39 2.74 0.6 311 -57.5 -72.5 93.38
16:00 19 0.18 20.33 2.36 1.8 327 -60 -75 84.47
4.2.2 Besar energi surya yang datang (Pin)
Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas cahaya
matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :

It = 203,59 W/m2
APanel (20 WP) = 0,315 m2
APanel (50 WP) = 0,357 m2
Sehingga :
Pin (20 WP) = It . APanel
= 203,59 W/m2 . 0,315 m2
= 64,13 Watt
Pin (50 WP) = It . APanel
= 203,59 W/m2 . 0,357 m2
= 72,68 Watt

4.2.3 Besar energi yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)


Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout 20 dan 50 WP adalah sebagai berikut :
Panel 20 WP : V = 18,34 Volt
I = 0,72 A
Panel 50 WP : V = 20,21 Volt
I = 2,18 A
Sehingga :
Pout (20 WP) = V . I
= 18,34 Volt . 0,72 A
= 13,20 Watt

Pout (50 WP) = V . I


= 20,21 Volt . 2,18 A
= 44,05 Watt

4.2.4 Besar Efisiensi

Besar efisiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar ( Pout ), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perbandingan Perhitungan efisiensi penel surya adalah sebagai berikut
:
Panel surya 20 WP :
Pin = 90,72 Watt
Pout = 13,20 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 102,82 Watt
Pout = 44,05 Watt
Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
13,20 Watt
= x 100%
90,72 Watt

= 14,55 %.
Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
44,05 Watt
= x 100%
102,82 Watt

= 42,10 %.
Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan sistem statis 15o, dan dengan menggunakan metode perhitungan diatas,
dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya yang masuk ke panel
surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel surya sebagaimana
gambar dibawah ini.

1400
Intensitas Sinar Matahari (W/m2)

1200

1000

800

600 20 Wp

400 50 Wp

200

0
0 100 200 300 400 500
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur
pada hari pertama.
70

60

Daya Keluar Panel Surya (W)


50

40
20 Wp
30
50 Wp
20

10

0
0 100 200 300 400 500
Energi Masuk (W)
Gambar 4.3 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari
pertama.

100
90
Efisiensi Panel Surya (%)Title

80
70
60
20 Wp
50
50 Wp
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Intensitas Matahari (W/m2)

Gambar 4.4 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dalam
keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari pertama.

4.3 Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP dengan Menggunakan Tracking System
Satu Sumbu
4.3.1 Besar radiasi sinar matahari
Besar radiasi yang diterima panel solar sel jika menggunakan tracking system berbeda
dengan posisi statis, sebab jika menggunakan tracking system maka sudut sorotan radiasi sinar
matahari pada permukan panel akan selalu tegak lurus pada setiap waktu. Sehingga dapat kita
asumsikan bahwa intensitas cahaya matahari yang diukur oleh solar power meter sama dengan
intensitas sebenarnya yang diterima oleh panel solar sel.

Tabel 4.2 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan tracking sytem satu sumbu

20 WP 50 WP
Waktu Kec. Angin (m/s) It (W/m2)
V (Volt) I (Amper) V(Volt) I (Amper)
08:00 19.75 0.41 20.27 2.73 0.20 220
08:10 19.76 0.38 20.27 2.75 0 223
08:20 19.81 0.37 20.28 2.37 0.20 236
08:30 19.75 0.35 20.28 2.74 0.40 228
08:40 19.69 0.34 20.16 2.75 0.40 234
08:50 19.67 0.34 20.19 2.84 0.40 233
09:00 19.70 0.33 20.15 2.74 0.20 234
09:10 19.74 0.34 20.12 2.38 0.60 352
09:20 19.78 0.34 20.28 2.84 1.29 318
09:30 19.99 0.41 20.16 2.64 0.40 452
09:40 19.99 0.44 20.19 2.74 0.80 176
09:50 19.90 0.44 20.15 2.74 1.43 411
10:00 19.06 0.22 20.12 2.72 0 227
10:10 19.34 0.27 20.15 2.26 0.60 269
10:20 19.32 0.25 20.26 2.72 0.40 260
10:30 19.38 0.27 20.17 2.26 0.40 284
10:40 19.93 0.43 20.28 2.45 0.60 442
10:50 19.95 0.45 20.27 2.73 2.71 435
11:00 19.94 0.44 20.27 2.75 0.40 448
11:10 19.88 0.44 20.28 2.37 0.20 427
11:20 19.74 0.56 20.28 2.74 0.40 573
11:30 19.68 0.50 20.16 2.75 0.40 671
11:40 19.92 0.56 20.19 2.84 0.60 716
11:50 19.85 0.56 20.15 2.74 2.00 781
12:00 19.88 0.62 20.12 2.38 0.40 284
12:10 19.64 0.43 20.28 2.84 0.40 267
12:20 19.83 0.36 20.16 2.64 1.29 384
12:30 19.90 0.44 20.19 2.74 1.43 411
12:40 19.06 0.22 20.15 2.74 0 227
12:50 19.34 0.27 20.12 2.72 0.60 269
13:00 19.32 0.25 20.15 2.26 0.40 260
13:10 19.38 0.27 20.26 2.72 0.40 284
13:20 19.87 0.46 20.17 2.26 0.80 284
13:30 19.79 0.38 20.28 2.45 1.72 240
13:40 19.71 0.33 20.19 2.36 1.29 226
13:50 19.65 0.31 20.14 2.34 1.72 235
14:00 19.61 0.31 20.27 2.73 1.43 234
14:10 19.72 0.32 20.27 2.75 0.20 232
14:20 19.74 0.32 20.28 2.37 0.60 233
14:30 19.88 0.40 20.28 2.74 1.29 401
14:40 19.89 0.43 20.16 2.75 1.15 419
14:50 19.60 0.33 20.19 2.84 3.27 330
15:00 19.57 0.31 20.15 2.74 1.29 338
15:10 19.57 0.33 20.12 2.38 1.00 329
15:20 19.48 0.31 20.28 2.84 2.38 294
15:30 19.75 0.35 20.16 2.64 1.00 338
15:40 19.85 0.41 20.19 2.74 1.72 357
15:50 19.68 0.34 20.15 2.74 1.86 344
16:00 19.45 0.34 20.12 2.72 1.57 316

4.3.2 Besar Energi Surya Yang Datang (Pin)


Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas
cahaya matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :
It = 220 W/m2
APanel 20 WP = 0,315 m2
APanel 50 WP = 0,357 m2
Sehingga :
Pin 20 WP = It . APanel
= 220 W/m2 . 0,315 m2
= 69,3 Watt
Pin 50 WP = It . APanel
= 220 W/m2 . 0,357 m2
= 78,54 Watt
4.3.3 Besar Energi Yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)
Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout adalah sebagai berikut :
Pout 20 WP = V . I
= 19,75 V . 0,41 A
= 8,12 Watt

Pout 50 WP = V . I
= 20,27 V . 2,73 A
= 55,34 Watt

4.3.3 Besar Efisiensi


Besar effesiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar (Pout), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :
Panel surya 20 WP :
Pin = 69,30 Watt
Pout = 8,12 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 78,54 Watt
Pout = 55,34 Watt

Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
8,12 Watt
= x 100%
69,30 Watt

= 11,71 %.

Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
55,34 Watt
= x 100%
78,54 Watt

= 70,46 %.
Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan menggunakan tracking system satu sumbu, dan dengan menggunakan
metode perhitungan diatas, dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya
yang masuk ke panel surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel
surya sebagaimana gambar dibawah ini.

1200
Intensitas Sinar Matahari (W/m2)

1000

800

20 Wp
600
50 Wp
400

200

0
0 100 200 300 400
Energi Masuk (Watt)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dengan menggunakan tracking system satu sumbu pada hari
pertama

70

60
Daya Keluar Panel Surya (W)

50

40 20 Wp

30 50 Wp

20

10

0
0 50 100 150 200 250 300
Energi Masuk (W)

Gambar 4.6 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dengan menggunakan tracking system satu sumbu pada hari pertama.

70
Efisiensi Panel Surya (%)Title

60

50

40
Series1
30
Series2
20

10

0
0 200 400 600 800 1000
Intensitas Matahari (W/m2)
Gambar 4.7 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dengan
menggunakan tracking system satu pada hari pertama.

4.4 Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP dengan Menggunakan Tracking System
Dua Sumbu
4.4.1 Besar radiasi sinar matahari
Sama halnya dengan menggunakan tracking system satu sumbu sudut sorotan radiasi sinar
matahari pada permukan panel akan selalu tegak lurus pada setiap waktu. Bahkan pelacakan
radiasi dengan tracking system dua sumbu masih lebih teliti jika dibandingkan dengan tracking
system satu sumbu. Sehingga dapat kita asumsikan bahwa intensitas cahaya matahari yang diukur
solar power meter sama dengan intensitas sebenarnya yang diterima panel solar sel.

Tabel 4.3 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan tracking sytem dua sumbu

20 WP 50 WP Kec. Angin
Waktu It (W/m2)
V (Volt) I (Amper) V(Volt) I (Amper) (m/s)
08:00 19.02 1.04 20.2 1.08 0.10 806
08:10 18.61 0.93 20.3 0.98 0.20 748
08:20 18.94 0.88 20.3 1.01 1.57 620
08:30 18.94 1.11 20.2 1.04 0.40 827
08:40 18.89 1.10 20.3 1.04 1.53 835
08:50 18.91 1.13 20.3 0.84 0.20 836
09:00 18.77 1.07 20.3 0.83 0.80 809
09:10 17.93 0.46 20.2 0.85 1.00 328
09:20 18.11 0.45 20.2 0.85 0.60 288
09:30 18.10 0.43 20.2 0.86 0.40 287
09:40 18.53 0.48 20.2 0.98 0.40 337
09:50 18.38 0.47 20.3 0.98 0.00 307
10:00 18.06 0.30 20.3 1.01 0.40 267
10:10 18.45 0.32 20.2 1.04 0.20 296
10:20 18.51 0.36 20.3 1.04 0.40 309
10:30 18.50 0.36 20.3 0.84 1.86 303
10:40 18.50 0.36 20.3 0.83 0.60 289
10:50 18.54 0.36 20.2 0.85 0.20 292
11:00 18.55 0.39 20.2 0.85 0.00 312
11:10 18.69 0.41 20.2 0.86 0.40 337
11:20 19.49 1.20 20.2 0.90 1.43 952
11:30 19.32 1.21 20.2 0.95 1.29 1011
11:40 19.01 1.71 20.2 0.97 0.60 979
11:50 18.88 0.99 20.2 0.98 1.43 807
12:00 18.80 0.91 20.3 0.98 1.00 840
12:10 18.81 1.04 20.2 0.98 1.57 833
12:20 18.67 0.97 20.3 0.98 1.72 774
12:30 18.89 0.78 20.3 1.01 1.15 618
12:40 19.03 0.97 20.2 0.98 0.60 858
12:50 19.05 1.18 20.3 0.98 0.20 940
13:00 18.57 1.25 20.3 1.01 0.40 858
13:10 18.61 0.92 20.2 1.04 0.60 882
13:20 19.32 1.21 20.3 1.04 1.29 1011
13:30 19.01 1.71 20.3 0.84 0.60 979
13:40 18.88 0.99 20.3 0.83 1.43 807
13:50 18.80 0.91 20.2 0.85 1.00 840
14:00 18.10 0.43 20.2 0.85 0.40 287
14:10 18.53 0.48 20.2 0.86 0.40 337
14:20 18.38 0.47 20.2 0.90 0.00 307
14:30 18.06 0.30 20.2 0.95 0.40 267
14:40 18.45 0.32 20.2 0.97 0.20 296
14:50 18.51 0.36 20.2 0.98 0.40 309
15:00 18.77 1.07 20.3 0.98 0.80 809
15:10 17.93 0.46 20.2 0.98 1.00 328
15:20 18.11 0.45 20.3 0.98 0.60 288
15:30 18.10 0.43 20.3 1.01 0.40 287
15:40 18.53 0.48 20.2 1.04 0.40 337
15:50 18.38 0.47 20.3 1.04 0.00 307
16:00 18.06 0.30 20.3 0.84 0.40 267

4.4.2 Besar Energi Surya Yang Datang (Pin)


Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas
cahaya matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :
It = 806 W/m2
APanel 20 WP = 0,315 m2
APanel 50 WP = 0,357 m2
Sehingga :
Pin 20 WP = It . APanel
= 806 W/m2 . 0,315 m2
= 253,8 Watt
Pin 50 WP = It . APanel
= 806 W/m2 . 0,357 m2
= 287,7 Watt
4.4.3 Besar Energi Yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)
Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout adalah sebagai berikut :
Pout 20 WP = V . I
= 19,02 V . 1,04 A
= 19,78 Watt

Pout 50 WP = V . I
= 20,20 V . 1,08 A
= 21,81 Watt

4.4.3 Besar Efisiensi


Besar efisiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar (Pout), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :
Panel surya 20 WP :
Pin = 253,8 Watt
Pout = 19,78 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 287,7 Watt
Pout = 21,81 Watt

Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
253,8 Watt
= x 100%
19,78 Watt

= 7,79 %.

Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
21,81 Watt
= x 100%
287,7 Watt

= 7,58 %.

Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan menggunakan tracking system dua sumbu, dan dengan menggunakan
metode perhitungan diatas, dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya
yang masuk ke panel surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel
surya sebagaimana gambar dibawah ini.
1200

Intensitas Sinar Matahari (W/m2)


1000

800

600
20 Wp
400 50 Wp

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dengan menggunakan tracking system dua sumbu pada hari
pertama

25
Daya Keluar Panel Surya (W)

20

15

20 Wp
10
50 Wp

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.9 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dengan menggunakan tracking system dua sumbu pada hari pertama.
25

Efisiensi Panel Surya (%)Title


20

15

20 Wp
10
50 Wp

0
0 200 400 600 800 1000 1200

Intensitas Matahari (W/m2)

Gambar 4.10 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dengan
menggunakan tracking system dua pada hari pertama.

Dengan cara perhitungan yang sama baik tanpa dan menggunakan tracking system
dapat dilihat pada tabel perhitungan yang tercantum pada lampiran.

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1. Metode Pengujian


Pada pengujian ini ada beberapa keadaan pengujian yang dilakukan yaitu :

8. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur
9. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 30 derajat arah timur
10. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 45 derajat arah timur
11. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 60 derajat arah timur
12. Panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 90 derajat arah timur
13. Panel surya dalam keadaan dinamis dengan Tracking System Satu Sumbu
14. Panel surya dalam keadaan dinamis dengan Tracking System Dua Sumbu

Data dan hasil perhitungan yang memperlihatkan karakterisktik sel surya dari ketujuh pengujian
ini secara keseluruhan dilampirkan pada lampiran. Untuk memperlihatkan proses pengujian dan
analisa terhadap karakteristik dari sel surya maka ditampilkan contoh pengujian dalam keadaan
statis pada arah 15 derajat bujur timur, pengujian dinamis dengan tracking system satu sumbu dan
pengujian dinamis dengan tracking system dua sumbu, sebagaimana data, perhitungan dan analisa
berikut.

4.3. Pengujian dan Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP pada posisi statis dengan
sudut 15o arah timur.
Untuk memperoleh karakteristik sel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15o arah timur, maka
dilakukan pengujian selama tiga hari mulai pukul 08.00 – 16.00.
4.3.1. Besar radiasi sinar matahari
Besar radiasi sinar matahari diasumsikan adalah Intensitas radiasi lansung atau sorotan per
jam pada sudut masuk normal, dengan persamaan,
Ib
I bn  ………………………….……………....………………(Lit 1, hal 30)
cos z
Dimana :
Ibn = Radiasi sorotan matahari pada suatu permukaan horizontal
cosz = Sudut zenit.
Ib = Radiasi sorotan pada suatu permukaan horizontal
Gambar 4.1. Radiasi sorotan setiap jam pada permukaan miring dari pengukuran
Ib...............................................(Lit 1, hal 31)

Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang dimiringkan dengan sudut  terhadap
bidang horisontal, intensitas dari komponen sorotan adalah,

cos T
I bT  Ibn cos T  I b ………………………………………...(Lit 1, hal 31 )
cos Z
Dimana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah sorotan pada sudut
masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada permukaan bidang miring.
Pada pukul 08.00 pagi, bidang horizontal membentuk sudut 30o dengan arah cahaya matahari
datang, sehingga z = 60o sehingga T = 45o.
Dengan menggunakan rumus diatas, besar intensitas matahari yang benar-benar diterima oleh
panel surya pada pukul 08.00 adalah
Ibt = 288.Cos 45o = 203,58 W/m2.
Dengan cara yang sama, untuk setiap pengamatan per sepuluh menit, maka besar sudut z akan
berkurang sebesar 2,5o begitu juga dengan sudut T sehingga besar intensitas sinar yang masuk
untuk seluruh pengamatan dapat dicari.
Data pengujian pada hari pertama dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut sedangkan data pengujian
dua hari berikutnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.1 Data pengujian hari pertama pada posisi statis dengan sudut 15 arah Timur
I
20 WP 50 WP Kec. sebenar
It Ɵz ƟT nya
Waktu Angin
(W/m2)
V V (m/s)
I (A) I (A)
(Volt) (Volt) derajat derajat (W/m2)
8:00 18.34 0.72 20.21 2.18 0.4 288 60 45 203.59
8:10 18.36 0.73 20.32 2.33 0.2 265 57.5 42.5 195.33
8:20 18.4 0.75 20.38 2.27 0.7 384 55 40 294.09
8:30 18.41 0.75 20.37 2.27 0.4 448 52.5 37.5 355.35
8:40 19.45 0.78 20.21 2.25 0.6 228 50 35 186.74
8:50 19.9 0.82 20.24 2.17 0.8 268 47.5 32.5 226.00
9:00 19.49 0.83 20.23 2.19 0.2 264 45 30 228.60
9:10 19.49 0.87 20.24 2.26 1.15 284 42.5 27.5 251.89
9:20 19.84 0.9 20.23 2.34 0.4 288 40 25 261.00
9:30 19.58 0.92 20.27 2.32 0.6 240 37.5 22.5 221.72
9:40 19.62 0.92 20.28 2.31 1.85 227 35 20 213.30
9:50 19.48 0.94 20.16 2.32 0.3 232 32.5 17.5 221.25
10:00 19.36 0.98 20.19 2.33 0.4 234 30 15 226.02
10:10 19.39 0.98 20.15 2.33 0.9 232 27.5 12.5 226.50
10:20 19.38 0.99 20.12 2.32 0.5 239 25 10 235.37
10:30 19.47 1 20.15 2.36 0.2 401 22.5 7.5 397.57
10:40 19.37 0.97 20.26 2.02 1.55 373 20 5 371.58
10:50 19.21 0.97 20.17 2.51 2.3 356 17.5 2.5 355.66
11:00 19.19 1 20.28 2.36 0.5 737 15 0 737.00
11:10 19.37 0.99 20.19 2.44 1.4 953 12.5 -2.5 952.09
11:20 19.42 0.98 20.14 2.54 1.66 904 10 -5 900.56
11:30 19.14 0.96 20.16 2.66 1.85 1087 7.5 -7.5 1077.69
11:40 19.94 0.95 20.27 2.66 1.27 117 5 -10 115.22
11:50 19.73 0.96 20.27 2.67 2.3 324 2.5 -12.5 316.31
12:00 19.66 0.95 20.28 2.72 1.59 576 0 -15 556.36
12:10 19.26 0.95 20.39 2.26 1.3 1169 -2.5 -17.5 1114.85
12:20 19.52 0.94 20.35 2.45 1.43 112 -5 -20 105.24
12:30 19.21 0.91 20.27 2.36 0.4 324 -7.5 -22.5 299.03
12:40 19.3 0.55 20.16 2.34 0.6 1125 -10 -25 1019.52
12:50 19.47 0.8 20.38 2.37 2.36 1152 -12.5 -27.5 1021.74
13:00 19.34 0.79 20.19 2.74 1.43 927 -15 -30 802.71
13:10 19.1 0.69 20.35 2.36 2.18 268 -17.5 -32.5 226.00
13:20 19.27 0.74 20.14 2.53 2.89 1120 -20 -35 917.30
13:30 17.74 0.19 20.33 2.64 0.4 255 -22.5 -37.5 202.27
13:40 19.26 0.62 20.14 2.37 0 139 -25 -40 106.46
13:50 19.21 0.55 20.35 2.75 0.8 84 -27.5 -42.5 61.92
14:00 19.29 0.52 20.26 2.73 2.36 275 -30 -45 194.40
14:10 19.15 0.51 20.33 2.75 2.42 773 -32.5 -47.5 522.05
14:20 18.5 0.34 20.25 2.37 1.72 520 -35 -50 334.12
14:30 19.59 0.41 20.23 2.74 2.71 232 -37.5 -52.5 141.17
14:40 19.59 0.43 20.27 2.75 3.77 216 -40 -55 123.83
14:50 19.67 0.29 20.25 2.84 1.32 148 -42.5 -57.5 79.47
15:00 19.52 0.25 20.26 2.74 2.68 202 -45 -60 100.93
15:10 19.48 0.24 20.33 2.38 0.42 852 -47.5 -62.5 393.09
15:20 19.36 0.32 20.36 2.84 0.8 894 -50 -65 377.47
15:30 19.34 0.28 20.35 2.64 0.6 344 -52.5 -67.5 131.50
15:40 19.2 0.23 20.28 2.74 0.4 223 -55 -70 76.17
15:50 19.06 0.2 20.39 2.74 0.6 311 -57.5 -72.5 93.38
16:00 19 0.18 20.33 2.36 1.8 327 -60 -75 84.47

4.3.2 Besar energi surya yang datang (Pin)


Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas cahaya
matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :

It = 203,59 W/m2
APanel (20 WP) = 0,315 m2
APanel (50 WP) = 0,357 m2
Sehingga :
Pin (20 WP) = It . APanel
= 203,59 W/m2 . 0,315 m2
= 64,13 Watt
Pin (50 WP) = It . APanel
= 203,59 W/m2 . 0,357 m2
= 72,68 Watt

4.3.3 Besar energi yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)


Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout 20 dan 50 WP adalah sebagai berikut :
Panel 20 WP : V = 18,34 Volt
I = 0,72 A
Panel 50 WP : V = 20,21 Volt
I = 2,18 A
Sehingga :
Pout (20 WP) = V . I
= 18,34 Volt . 0,72 A
= 13,20 Watt

Pout (50 WP) = V . I


= 20,21 Volt . 2,18 A
= 44,05 Watt

4.3.4 Besar Efisiensi

Besar efisiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar ( Pout ), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perbandingan Perhitungan efisiensi penel surya adalah sebagai berikut
:
Panel surya 20 WP :
Pin = 90,72 Watt
Pout = 13,20 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 102,82 Watt
Pout = 44,05 Watt
Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
13,20 Watt
= x 100%
90,72 Watt

= 14,55 %.

Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
44,05 Watt
= x 100%
102,82 Watt

= 42,10 %.
Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan sistem statis 15o, dan dengan menggunakan metode perhitungan diatas,
dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya yang masuk ke panel
surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel surya sebagaimana
gambar dibawah ini.

1400
Intensitas Sinar Matahari (W/m2)

1200

1000

800

600 20 Wp

400 50 Wp

200

0
0 100 200 300 400 500
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur
pada hari pertama.
70

Daya Keluar Panel Surya (W) 60

50

40
20 Wp
30
50 Wp
20

10

0
0 100 200 300 400 500
Energi Masuk (W)
Gambar 4.3 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dalam keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari
pertama.

100
90
Efisiensi Panel Surya (%)Title

80
70
60
20 Wp
50
50 Wp
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Intensitas Matahari (W/m2)

Gambar 4.4 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dalam
keadaan statis dengan sudut 15 derajat arah timur pada hari pertama.
4.4 Pengujian dan Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP dengan Menggunakan
Tracking System Satu Sumbu
4.4.4 Besar radiasi sinar matahari
Besar radiasi yang diterima panel solar sel jika menggunakan tracking system berbeda
dengan posisi statis, sebab jika menggunakan tracking system maka sudut sorotan radiasi sinar
matahari pada permukan panel akan selalu tegak lurus pada setiap waktu. Sehingga dapat kita
asumsikan bahwa intensitas cahaya matahari yang diukur oleh solar power meter sama dengan
intensitas sebenarnya yang diterima oleh panel solar sel.

Tabel 4.2 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan tracking sytem satu sumbu

20 WP 50 WP
Waktu Kec. Angin (m/s) It (W/m2)
V (Volt) I (Amper) V(Volt) I (Amper)
08:00 19.75 0.41 20.27 2.73 0.20 220
08:10 19.76 0.38 20.27 2.75 0 223
08:20 19.81 0.37 20.28 2.37 0.20 236
08:30 19.75 0.35 20.28 2.74 0.40 228
08:40 19.69 0.34 20.16 2.75 0.40 234
08:50 19.67 0.34 20.19 2.84 0.40 233
09:00 19.70 0.33 20.15 2.74 0.20 234
09:10 19.74 0.34 20.12 2.38 0.60 352
09:20 19.78 0.34 20.28 2.84 1.29 318
09:30 19.99 0.41 20.16 2.64 0.40 452
09:40 19.99 0.44 20.19 2.74 0.80 176
09:50 19.90 0.44 20.15 2.74 1.43 411
10:00 19.06 0.22 20.12 2.72 0 227
10:10 19.34 0.27 20.15 2.26 0.60 269
10:20 19.32 0.25 20.26 2.72 0.40 260
10:30 19.38 0.27 20.17 2.26 0.40 284
10:40 19.93 0.43 20.28 2.45 0.60 442
10:50 19.95 0.45 20.27 2.73 2.71 435
11:00 19.94 0.44 20.27 2.75 0.40 448
11:10 19.88 0.44 20.28 2.37 0.20 427
11:20 19.74 0.56 20.28 2.74 0.40 573
11:30 19.68 0.50 20.16 2.75 0.40 671
11:40 19.92 0.56 20.19 2.84 0.60 716
11:50 19.85 0.56 20.15 2.74 2.00 781
12:00 19.88 0.62 20.12 2.38 0.40 284
12:10 19.64 0.43 20.28 2.84 0.40 267
12:20 19.83 0.36 20.16 2.64 1.29 384
12:30 19.90 0.44 20.19 2.74 1.43 411
12:40 19.06 0.22 20.15 2.74 0 227
12:50 19.34 0.27 20.12 2.72 0.60 269
13:00 19.32 0.25 20.15 2.26 0.40 260
13:10 19.38 0.27 20.26 2.72 0.40 284
13:20 19.87 0.46 20.17 2.26 0.80 284
13:30 19.79 0.38 20.28 2.45 1.72 240
13:40 19.71 0.33 20.19 2.36 1.29 226
13:50 19.65 0.31 20.14 2.34 1.72 235
14:00 19.61 0.31 20.27 2.73 1.43 234
14:10 19.72 0.32 20.27 2.75 0.20 232
14:20 19.74 0.32 20.28 2.37 0.60 233
14:30 19.88 0.40 20.28 2.74 1.29 401
14:40 19.89 0.43 20.16 2.75 1.15 419
14:50 19.60 0.33 20.19 2.84 3.27 330
15:00 19.57 0.31 20.15 2.74 1.29 338
15:10 19.57 0.33 20.12 2.38 1.00 329
15:20 19.48 0.31 20.28 2.84 2.38 294
15:30 19.75 0.35 20.16 2.64 1.00 338
15:40 19.85 0.41 20.19 2.74 1.72 357
15:50 19.68 0.34 20.15 2.74 1.86 344
16:00 19.45 0.34 20.12 2.72 1.57 316

4.4.5 Besar Energi Surya Yang Datang (Pin)


Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas
cahaya matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :
It = 220 W/m2
APanel 20 WP = 0,315 m2
APanel 50 WP = 0,357 m2
Sehingga :
Pin 20 WP = It . APanel
= 220 W/m2 . 0,315 m2
= 69,3 Watt
Pin 50 WP = It . APanel
= 220 W/m2 . 0,357 m2
= 78,54 Watt
4.4.6 Besar Energi Yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)
Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout adalah sebagai berikut :
Pout 20 WP = V . I
= 19,75 V . 0,41 A
= 8,12 Watt

Pout 50 WP = V . I
= 20,27 V . 2,73 A
= 55,34 Watt

4.3.3 Besar Efisiensi


Besar effesiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar (Pout), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :
Panel surya 20 WP :
Pin = 69,30 Watt
Pout = 8,12 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 78,54 Watt
Pout = 55,34 Watt

Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
8,12 Watt
= x 100%
69,30 Watt

= 11,71 %.

Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
55,34 Watt
= x 100%
78,54 Watt

= 70,46 %.
Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan menggunakan tracking system satu sumbu, dan dengan menggunakan
metode perhitungan diatas, dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya
yang masuk ke panel surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel
surya sebagaimana gambar dibawah ini.
1200

Intensitas Sinar Matahari (W/m2)


1000

800

20 Wp
600
50 Wp
400

200

0
0 100 200 300 400
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dengan menggunakan tracking system satu sumbu pada hari
pertama

70

60
Daya Keluar Panel Surya (W)

50

40 20 Wp

30 50 Wp

20

10

0
0 50 100 150 200 250 300
Energi Masuk (W)

Gambar 4.6 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dengan menggunakan tracking system satu sumbu pada hari pertama.
70

Efisiensi Panel Surya (%)Title


60

50

40
Series1
30
Series2
20

10

0
0 200 400 600 800 1000
Intensitas Matahari (W/m2)

Gambar 4.7 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dengan
menggunakan tracking system satu pada hari pertama.

4.5 Pengujian dan Perhitungan Pin Panel Solar Cell 20 dan 50 WP dengan Menggunakan
Tracking System Dua Sumbu
4.5.1 Besar radiasi sinar matahari
Sama halnya dengan menggunakan tracking system satu sumbu sudut sorotan radiasi sinar
matahari pada permukan panel akan selalu tegak lurus pada setiap waktu. Bahkan pelacakan
radiasi dengan tracking system dua sumbu masih lebih teliti jika dibandingkan dengan tracking
system satu sumbu. Sehingga dapat kita asumsikan bahwa intensitas cahaya matahari yang diukur
solar power meter sama dengan intensitas sebenarnya yang diterima panel solar sel.

Tabel 4.3 Data pengujian hari pertama dengan menggunakan tracking sytem dua sumbu

20 WP 50 WP Kec. Angin
Waktu It (W/m2)
V (Volt) I (Amper) V(Volt) I (Amper) (m/s)
08:00 19.02 1.04 20.2 1.08 0.10 806
08:10 18.61 0.93 20.3 0.98 0.20 748
08:20 18.94 0.88 20.3 1.01 1.57 620
08:30 18.94 1.11 20.2 1.04 0.40 827
08:40 18.89 1.10 20.3 1.04 1.53 835
08:50 18.91 1.13 20.3 0.84 0.20 836
09:00 18.77 1.07 20.3 0.83 0.80 809
09:10 17.93 0.46 20.2 0.85 1.00 328
09:20 18.11 0.45 20.2 0.85 0.60 288
09:30 18.10 0.43 20.2 0.86 0.40 287
09:40 18.53 0.48 20.2 0.98 0.40 337
09:50 18.38 0.47 20.3 0.98 0.00 307
10:00 18.06 0.30 20.3 1.01 0.40 267
10:10 18.45 0.32 20.2 1.04 0.20 296
10:20 18.51 0.36 20.3 1.04 0.40 309
10:30 18.50 0.36 20.3 0.84 1.86 303
10:40 18.50 0.36 20.3 0.83 0.60 289
10:50 18.54 0.36 20.2 0.85 0.20 292
11:00 18.55 0.39 20.2 0.85 0.00 312
11:10 18.69 0.41 20.2 0.86 0.40 337
11:20 19.49 1.20 20.2 0.90 1.43 952
11:30 19.32 1.21 20.2 0.95 1.29 1011
11:40 19.01 1.71 20.2 0.97 0.60 979
11:50 18.88 0.99 20.2 0.98 1.43 807
12:00 18.80 0.91 20.3 0.98 1.00 840
12:10 18.81 1.04 20.2 0.98 1.57 833
12:20 18.67 0.97 20.3 0.98 1.72 774
12:30 18.89 0.78 20.3 1.01 1.15 618
12:40 19.03 0.97 20.2 0.98 0.60 858
12:50 19.05 1.18 20.3 0.98 0.20 940
13:00 18.57 1.25 20.3 1.01 0.40 858
13:10 18.61 0.92 20.2 1.04 0.60 882
13:20 19.32 1.21 20.3 1.04 1.29 1011
13:30 19.01 1.71 20.3 0.84 0.60 979
13:40 18.88 0.99 20.3 0.83 1.43 807
13:50 18.80 0.91 20.2 0.85 1.00 840
14:00 18.10 0.43 20.2 0.85 0.40 287
14:10 18.53 0.48 20.2 0.86 0.40 337
14:20 18.38 0.47 20.2 0.90 0.00 307
14:30 18.06 0.30 20.2 0.95 0.40 267
14:40 18.45 0.32 20.2 0.97 0.20 296
14:50 18.51 0.36 20.2 0.98 0.40 309
15:00 18.77 1.07 20.3 0.98 0.80 809
15:10 17.93 0.46 20.2 0.98 1.00 328
15:20 18.11 0.45 20.3 0.98 0.60 288
15:30 18.10 0.43 20.3 1.01 0.40 287
15:40 18.53 0.48 20.2 1.04 0.40 337
15:50 18.38 0.47 20.3 1.04 0.00 307
16:00 18.06 0.30 20.3 0.84 0.40 267

4.5.2 Besar Energi Surya Yang Datang (Pin)


Besar energi surya yang datang dapat dilakukan dengan perhitungan intensitas
cahaya matahari yang masuk (Pin) yaitu :
Pin = I . Apanel
dimana :
Pin = energi/daya masuk ke panel surya (Watt)
Ap = luas permukaan panel (m2)
I = intensitas radiasi matahari saat pengamatan (W/m2)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pin adalah sebagai berikut :
It = 806 W/m2
APanel 20 WP = 0,315 m2
APanel 50 WP = 0,357 m2
Sehingga :
Pin 20 WP = It . APanel
= 806 W/m2 . 0,315 m2
= 253,8 Watt
Pin 50 WP = It . APanel
= 806 W/m2 . 0,357 m2
= 287,7 Watt
4.5.3 Besar Energi Yang Dihasilkan Solar Cell (Pout)
Besar energi yang dihasilkan dari panel surya Pout dapat dihitung dengan mengukur
voltase dan arus keluaran panel surya, sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran
dari panel surya, dapat dicari dengan rumus :
Pout = V . I
dimana :
Pout = Energi/daya keluaran dari panel surya (Watt)
V = Voltase yang terjadi (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
dari hasil pengamatan diperoleh data dari pukul 08:00 – 16.00 untuk setiap selang waktu 10 menit.
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui besar energi surya yang datang. Sebagai contoh
untuk data yang pertama, perhitungan Pout adalah sebagai berikut :
Pout 20 WP = V . I
= 19,02 V . 1,04 A
= 19,78 Watt

Pout 50 WP = V . I
= 20,20 V . 1,08 A
= 21,81 Watt

4.4.3 Besar Efisiensi


Besar efisiensi yang dihasilkan panel surya pada pengecasan batterai dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung besar energi surya yang datang ( Pin ) dan besar energi surya
yang keluar (Pout), sehingga efisiensi yang didapat merupakan efisiensi keluaran dari panel surya
pada pengecasan batterai. Perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :
Panel surya 20 WP :
Pin = 253,8 Watt
Pout = 19,78 Watt
Panel surya 50 WP :
Pin = 287,7 Watt
Pout = 21,81 Watt

Panel surya 20 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
253,8 Watt
= x 100%
19,78 Watt

= 7,79 %.

Panel surya 50 WP :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ( Pout )
Efisiensi =
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ( Pin )
21,81 Watt
= x 100%
287,7 Watt

= 7,58 %.

Dengan menggunakan data yang diperoleh selama pengujian hari pertama baik untuk panel surya
20Wp dan 50 Wp dengan menggunakan tracking system dua sumbu, dan dengan menggunakan
metode perhitungan diatas, dapat diperoleh hubungan antara intensitas sinar matahari, energy/daya
yang masuk ke panel surya, energy/daya yang keluar dari panel surya serta efisiensi dari panel
surya sebagaimana gambar dibawah ini.

1200
Intensitas Sinar Matahari (W/m2)

1000

800

600
20 Wp
400 50 Wp

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan besarnya intensitas sinar matahari dengan energi/daya yang
masuk ke panel surya dengan menggunakan tracking system dua sumbu pada hari
pertama
25

Daya Keluar Panel Surya (W)


20

15

20 Wp
10
50 Wp

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Energi Masuk (Watt)

Gambar 4.9 Grafik hubungan energi yang masuk ke panel surya dengan daya yang keluar dari
panel surya dengan menggunakan tracking system dua sumbu pada hari pertama.

25
Efisiensi Panel Surya (%)Title

20

15

20 Wp
10
50 Wp

0
0 200 400 600 800 1000 1200

Intensitas Matahari (W/m2)

Gambar 4.10 Grafik hubungan intensitas sinar matahari dengan efisiensi panel surya dengan
menggunakan tracking system dua pada hari pertama.

Dengan cara perhitungan yang sama baik tanpa dan menggunakan tracking system
dapat dilihat pada tabel perhitungan yang tercantum pada lampiran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dua panel solar cell 20 dan 50 WP dengan dan tanpa dan
menggunakan tracking system dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rangkaian tracking system solar cell dapat bekerja dengan baik.
2. Tracking system tegak lurus dengan arah datangnya sinar matahari, sehingga intensitas
yang dapat diterima solar cell lebih maksimal dibandingkan dengan tanpa menggunakan
tracking.
 Intensitas tertinggi pada pengujian panel solar cell tanpa menggunakan tracking
system sebesar 1335 W/m2 pada hari Jumat, 27 Juni 2017.
3. Penggunaan tracking system dalam meningkatkan kinerja solar cell cukup signifikan
dibandingkan jika tanpa tracking system.
Hal ini terlihat pada tegangan keluaran dari panel Surya dengan menggunakan tracking
system lebih tinggi jika dibandingkan tanpa tracking system.
 Tegangan tertinggi pada pengujian dua panel solar cell 20 WP dengan
menggunakan tracking system selama enam hari pengujian sebesar 20,10 Volt
 Tegangan tertinggi pada pengujian solar cell 50 WP dengan menggunakan tracking
system selama enam hari pengujian sebesar 25,90 Volt
4. Perbandingan antara solar cell yang tidak menggunakan tracking system dan yang
menggunakan tracking system pada penelitian ini dapat kita lihat Bahwa yang
menggunakan tracking system lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
trecking system.

5.2. Saran
1. Untuk meningkatkan kinerja tracking system dalam penggujian solar cell perlu
dikembangkan lagi dengan menambah beberapa sensor LDR pada tracking system.
2. Untuk mendapatkan hasil pengambilan data yang baik, perlu diadakan data longer agar
tidak mengganggu rangkaian solar cell dan kinerja tracking.
3. Untuk mendapatkan keluaran tegangan dan arus yang lebih besar perlu dipilih jenis solar
cell yang mempunyai efisiensi yang lebih tinggi.
4. Pengujian solar cell sanggat tergantung pada cuaca cerah untuk mendapatkan hasil yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyudi, Purnomo. Rangkaian Elektronika 2. Politeknik Manufaktur


Bandung
Donald R. Pitts, Leighton E. Sissom, Perpindahan kalor; Penerbit Erlangga,Jakarta 1987.
H. Ambarita, Karakteristik Energi Surya Kota Medan Sebagai Sumber Energi Siklus
Refrigerasi Untuk Pengkondisian Udara (AC), Prosiding Seminar Nasional Sains &
Teknologi dan Pameran Mendukung MP3EI, Aula FT. USU, 23 Nopember 2012.
J.P. Holman, Perpindahan Kalor Edisi keenam; Penerbit Erlangga, Jakarta 1995.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia, ”Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi
Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025,
Jakarta 2006.
M. Rumbayan, A. Abudureyimu, dan K. Nagasaka, Mapping of solar energi potential in
Indonesia using artificial neural network and geographical information system,
Renewable and Sustainable Energi Reviews 16 (2012) 1437 - 1449.
M. Thirugnanasambandam, S. Iniyan, dan R. Goic, A review of solar thermal technologies,
Renewable and Sustainable Energi Reviews 14 (2010) 312-322.
Shepperd,L & Richards, E. Solar Photovoltaics for Development
Applications.Florida Solar Energy Center Available at http://www.fsec.ucf.edu/~pv/
Ted J. Jansen, Teknologi Rekayasa Surya; Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1995.
Paul, Hatfield. Low Cost Solar Tracker. Curtin Department Of Electrical and
Computer Engineering.
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Swardi Leonardo Sibarani
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Tanduk, 17 November 1995
Alamat : Jl. Pelita I, Gang Saudara No. 32
Alamat Email : swardi.sibarani@gmail.com
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia

DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negri 175804, 2001-2006
SLTP : SMP Negeri 4 Laguboti, 2007-2009
SMA : SMA Negeri 1 Laguboti, 2010-2013
Perguruan Tinggi : Universitas HKBP Nommensen Medan, 2013 - 2017
Fakultas / Prodi : Teknik / Teknik Mesin
Konsentrasi : Konversi
ORANG TUA
Nama Ayah : Somat Nelson Sibarani
Nama Ibu : Roslina Hasibuan
Alamat : Desa Ujung Tanduk, Kec. Laguboti, Kab. Tobasa

You might also like