You are on page 1of 13

UJI EMISI GAS BUANG PADA KENDAAAN BERMOTOR RODA DUA

BERBAHAN BAKAR BENSIN

I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kandungan dari gas (CO2, CO, COc, NOx, NO,
NO2) buangan kendaraan bermotor yang dihasilkan dari motor dengan sistem
injeksi dan sistem karburator
II. PENDAHULUAN
Banyaknya kebutuhan angkut barang maupun manusia saat ini mengakibatkan
perusahaan transportasi berlomba-lomba memproduksi alat tranportasi baru baik
transportasi darat, laut, maupun udara. Salah satu alat transportasi yang paling banyak
diminati penduduk indonesia adalah sepeda motor. Semakin banyak alat transportasi,
maka akan menimbulkan semakin banyak pula polusi udara.
Semakin ketatnya regulasi emisi, memaksa produsen harus memperkecil
kapasitas mesin dan meningkatkan efisiensi kerjanya. Teknik yang umumnya dilakukan
adalah mencangkokkan turbo ventilator, baik sendiri-sendiri atau sekaligus
menggabungkannya. Turbo ventilator adalah perangkat yang fungsinya untuk
meningkatkan efisiensi volumetrik pada mesin. Dimana efisiensi volumetrik
menunjukkan berapa jumlah campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke ruang
bakar. Semakin banyak campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar,
maka pembakaran dalam ruang bakarpun akan semakin besar yang pada akhirnya
tenaga yang dihasilkanpun juga akan semakin besar pula. Dengan proses pembakaran
yang lebih sempurna diharapkan emisi gas buang yang dihasilkan juga lebih baik
sehingga mengurangi dampak polusi udara.
Polusi udara kendaraan bermotor berasal dari gas buang sisa hasil pembakaran
bahan bakar yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna. Bahan bakar harus
mempunyai Octane Number (ON) yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh motor.
Motor dengan perbandingan kompresi yang lebih tinggi memerlukan angka oktan yang
lebih tinggi juga untuk mengurangi knocking yang membuat proses kerja mesin tidak
sesuai dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna (Siwantoro dkk, 2011). Proses
pembakaran yang tidak sempurna akan menyebabkan gas buang kendaran menjadi
berbahaya bagi lingkungan. Unsur yang terkandung dalam gas buang antara lain CO,
NO2, HC, C, H2, CO2, H2O dan N2, dimana banyak yang bersifat mencemari
lingkungan sekitar dalam bentuk polusi udara dan mengganggu kesehatan hingga
menimbulkan kematian pada kadar tertentu. Dalam uji emisi sumber bergerak bertujuan
untuk mengetahui berapa banyak kandungan (gas buang/partikulat) yang terdapat pada
sumber bergerak seperti mobil dan motor. Dengan uji ini dapat diketahui layak atau
tidaknya kendaran bermotor untuk beroperasi. Alat yang digunakan pada uji emisi
sumber bergerak menggunakan alat autocheck. Autocheck dapat juga digunakan pada
udara bebas untuk mengetahui kandungan–kandungan yang terdapat pada udara bebas.
Dalam autocheck yang diperiksa antara lain kandungan CO2, CO, HC, O2 dan NOx
yang terdapat pada kendaraan bermotor (motor). Untuk itu perlu dilakukannya uji emisi
kendaraan bermotor untuk mengetahui kandungan zat yang terdapat dalam proses
pembakaran mesin serta kelayakan kendaraan bermotor tersebut.
III. DASAR TEORI
3.1 Prinsip Kerja Kendaraan Motor
Motor atau mesin bensin atau sering disebut mesin otto adalah salah satu jenis
mesin pembakaran dalam yang menggunakan percikan bunga api listrik dari busi
untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar di dalam ruang bakar.
sehingga mesin bensin juga dikenal dengan istilah mesin penyalaan cetus api (spark
ignition engine). Mesin ini dirancang dengan bahakan bakar bensin (gasoline) atau
yang sejenisnya (Winarno, 2012).
Pada mesin bensin, pada umumnya udara dan bahan bakar dicampur sebelum
masuk ke ruang bakar, sebagian kecil mesin bensin modern mengaplikasikan
injeksi bahan bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk mesin bensin 2 tak
untuk mendapatkan emisi gas buang yang ramah lingkungan. Proses pencampuran
udara dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi, keduanya
mengalami perkembangan dari sistem manual sampai dengan penambahan sensor-
sensor elektronik. Sistem Injeksi Bahan bakar di motor otto terjadi diluar silinder,
tujuannya untuk mencampur udara dengan bahan bakar seproporsional mungkin.
Siklus kerja dari mesin bensin dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus kerja dari mesin bensin


Siklus di atas tersiri dari 4 proses (Winarno, 2013), yakni :
1. Proses pemasukan campuran bahan bakar-udara yang dilanjutkan dengan
langkah kompresi (a – b).
2. Pada akhir langkah kompresi campuran bahan bakar-udara di dalam ruang
bakar (silinder) terjadi proses pembakaran pada volume konstan. Pada proses
pembakaran ini sejumlah kalor akan dihasilkan dan dapat digunakan untuk
proses berikutnya (b – c).
3. Proses ekspansi atau langkah tenaga (kerja). Dalan proses ini, gas panas hasil
pembakaran akan mendorong piston melakukan ekspansi dan menghasilkan
tenaga atau kerja (c – d).
4. Langkah pembuangan gas hasil pembakaran keluar dari ruang bakar (silinder)
atau langkah buang (d – a).
5. Keempat proses di atas akan terjadi secara berulang-ulang hingga membentuk
siklus motor bensin atau siklus otto.
3.2 Emisis Gas Buang
Emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dalam gram per kendaraan per km
dari suatu perjalanan dan terkait dengan beberapa faktor seperti tipe kendaraan,
umur kendaraan, ambang temperatur dan ketinggian. Kendaraan dengan usia dan
jenis bahan bakar yang berbeda akan menghasilkan kadar emisi yang berbeda juga
(Yuliastuti, 2008).
3.2.1 Komposisi Emisi Gas Buang
1. CO (Karbon Monoksida)
Karbon monoksida adalah adalah gas yang tak berwarna dan tidak beraroma,
gas ini terjadi bila bahan bakar atau unsur C tidak mendapatkan ikatan yang
cukup dengan O2 artinya udara yang masuk ke ruang silinder kurang atau
suplai bahan bakar berlebihan.

2. NO (Nitrogen Oksida)
Tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat panas yang tinggi
pada ruang bakar akibat proses pembakaran sehingga kandungan nitrogen pada
udara berubah menjadi NOx.
3. HC (Hidro Karbon)
Warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam, gas ini terjadi apabila
proses pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau
suplai bahan bakar berlebihan.
4. CO2 (Karbon dioksida)
Tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat pembakaran yang
sempurna antara bahan bakar dan udara dalam hal ini oksigen (Rohidin, 2011).
5. SO2 (Oksida Belerang)
Oksida Belerang (SO2) dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas
sehingga menimbulkan gejala batuk, sesak nafas dan meningkatkan asma.
6. PM10 (Particulate Matter)
PM10 adalah debu partikulat yang terutama dihasilkan dari emisi gas buangan
kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu
berdiameter 10 μm. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk
ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable
Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan
bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan
partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru,
sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 μm, akan menyebabkan iritasi mata.
3.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Emisi Gas Buang
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor
transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang
ada (misalnya jalan yang sempit).
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatankegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang
ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat
kota.
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
7. Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan.
8. Jenis permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan.
9. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern) (Tugaswati, 2007).
Pada praktikum ini ada lima faktor yang akan ditinjau yaitu: umur kendaraan,
perawatan kendaraan, kecepatan kendaraan, jenis bahan bakar, kapasitas mesin.
a. Umur Kendaraan
Pembatasan usia kendaraan akan menekan tingkat kemacetan lalu lintas dan
akan mengurangi emisi gas buang. Terjadinya kemacetan lalulintas akan
memperbesar emisi gas CO karena terjadi pembakaran yang tidak
sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan.
Umur mesin berpengaruh terhadap konsentrasi emisi CO yang dihasilkan
sepeda motor. Semakin tua umur mesin sepeda motor maka konsentrasi
emisi CO yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh
komponen – komponen mesin (yang berperan penting dalam proses
pembakaran) telah banyak mengalami proses keausan selain itu, banyak
kotoran – kotoran yang menempel di saringan udara (filter) (Muziansyah
dkk,2015).
b. Perawatan Kendaraan
Kadar gas berbahaya CO dan NOx pada gas buang kendaraan bermotor bisa
ditekan sekecil mungkin dengan perawatan yang baik terhadap mesin
kendaraan tersebut. Namun demikian tidak semua pemilik kendaraan
bermotor memiliki kesadaran yang tinggi, disamping enggan untuk
mengeluarkan biaya perawatan yang mahal. Karburator yang tidak terawat,
tidak dapat mencampur bahan bakar dengan udara dengan baik, sehingga
pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Perawatan yang dilakukan
terhadap mesin kendaraan berpengaruh terhadap emisi yang dihasilkan.
Semakin rutin sepeda motor melakukan servis maka emisi CO, HC, dan
NOx yang dihasilkan semakin kecil (Muziansyah dkk,2015).
Kendaraan tahun rendah (kendaraan tua) sebagian besar mencemari
lingkungan artinya emisi gas buang yang dihasilkan sudah melebihi ambang
batas yang ditetapkan, meskipun demikian ada juga kendaraan bertahun
rendah yang ramah lingkungan. Tetapi, bukan berarti kendaraan yang
bertahun tinggi (kendaraan baru) tidak mencemari lingkungan. Hal ini bisa
terjadi karena pemakaian yang berlebihan sehingga perawatan terhadap
kendaraan bermotorpun kurang diperhatikan dan tidak dilakukan perawatan
secara teratur. Dengan demikian perawatan kendaraan ikut menetukan
besarnya emisi gas buang kendaraan.
c. Kecepatan Kendaraan
Emisi gas buang kendaraan dan kebisingan berkaitan erat dengan arus lalu
lintas dan kecepatan. Pada arus lalu lintas yang konstan emisi ini berkurang
dengan pengurangan kecepatan selama jalan tidak mengalami kemacetan.
Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi
turbulen “berhenti dan berjalan” yang disebabkan kemacetan terjadi dan
menyebabkan kenaikan emisi gas buang dan kebisingan jika dibandingkan
dengan kondisi lalu-lintas yang stabil. Alinyemen jalan yang tidak
diinginkan seperti tikungan tajam dan kelandaian curam menaikkan
kebisingan dan emisi gas buang (Muziansyah dkk,2015).
d. Jenis Bahan Bakar
Dalam pelaksanaan praktikum ini, jenis kendaraan yang digunakan
menggunakan bahan bakar bensin jenis pertamax. Jenis bahan bakar
pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin
pertamax atau menggunakan jenis bahan bakar lainnya (seperti
solar,pertalite,premium, dsb) sebenarnya sama saja, hanya berbeda
proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin (Muziansyah dkk,2015).
e. Kapasitas Mesin
Kapasitas mesin kendaraan mempengaruhi konsumsi bahan bakar, semakin
besar kapasitas mesin, semakin besar pula bahan bakar yang dibutuhkan
oleh kendaraan tersebut. Perbedaan kapasitas silinder mempengaruhi
konsentrasi emisi gas buangnya. Mesin kendaraan dengan kapasitas silinder
lebih besar akan mengeluarkan zat pencemar yang lebih besar (Muziansyah
dkk,2015). Pada praktikum ini digunakan kendaraan motor roda dua dengan
kapasitas mesin 110 cc.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum uji emisi gas buang kendaraan
bermotor kali ini yakni Flue Gas Analyzer Wohler A-550 seperti pada gambar berikut.
Gambar 1. Alat Flue Gas Analyzer Wohler A-550
Pada praktikum ini digunakan dua jenis motor yang berbeda dengan kapasitas
CC yang sama (110 cc). Motor yang digunakan yakni jenis All New Honda Scoopy
Tahun 2017 dan Honda Vario Tahun 2013.

Gambar 2. Jenis motor yang digunakan dalam uji emisi gas buang yakni All New
Honda Scoopy Tahun 2017 dan Honda Vario Tahun 2013 (Sumber: google.com)
V. PROSEDUR KERJA
No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Tahap Persiapan Alat
1. Alat Flue Gas Analyzer di rangkai Alat dirangkai sesuai buku petunjuk
sesuai dengan petunjuk penggunaan penggunaan alat.
alat seperti pada gambar 3.
Gambar 4. Rangkaian alat yang digunakan
Gambar 3. Rangkaian alat Flue
Gas Analyzer Wohler 550

2. Masukkan bagian yang berbentuk


pipa memanjang ke dalam knalpot
kendaraan yang akan diuji emisi gas
buangnya.

Gambar 5. Proses Uji Emisi


3. Catat kandungan CO2, CO, COc, Berikut data yang diperoleh dari alat yang
NOx, NO, NO2 yang didapatkan digunakan.
dari hasil pengukuran.
Gambar 6. Data emisi yang didapat
menggunakan alat Flue Gas Analyzer
Wohler 550

VI. DATA DAN HASIL PERCOBAAN


Pada kecepatan diatur 40 km/jam
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Jenis bahan Parameter Uji
Merk/Jenis Kendaraan bakar yang CO2 CO COc NOx NO NO2
digunakan (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
All New Honda Scoopy
Pertamax 6,2% 295 416 66 66 0
Tahun 2018
Honda Vario Pertamax 2.4% 471 2300 21 21 0

VII. PEMBAHASAN
` Pada praktikum ini emisi gas buang kendaraan bermotor roda dua diuji dengan
membandingkan jenis mesin yang digunakan dan kecepatan kendaraan yang digunakan
saat uji emisi gas buang. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Jenis bahan Parameter Uji
Merk/Jenis Kendaraan bakar yang CO2 CO COc NOx NO NO2
digunakan (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
All New Honda Scoopy
Pertamax 6,2% 295 416 66 66 0
Tahun 2018
Honda Vario Pertamax 2.4% 471 2300 21 21 0

Dari data diatas menunjukkan bahwa dengan kecepatan dalam kondisi iddle ,
bahan bakar, kapasitas yang diasumsikan sama yakni berturut-turut 40 km/jam,
pertamax, dan 110 cc motor jenis All New Honda Scoopy memiliki konsentrasi yang
berbeda di setiap parameternya. Berikut adalah pembahasan disetiap parameter uji.
A. Parameter CO2
Pada parameter uji CO2 persentasi CO2 pada motor All New Honda Scoopy
lebih besar yakni 6,2% daripada merk motor Honda Vario Tahun 2013 yang
hanya 2,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada motor All New Honda
Scoopy memiliki tingkat efisiensi besar yang sedikit lebih baik daripada motor
Honda Vario Tahun 2013. Hal ini dapat terjadi karena mesin yang digunakan
walaupun memiliki kapasitas yang sama yakni sebesar 110 cc akan tetapi
memiliki sistem kerja yang berbeda. Sistem kerja mesin pada All New Scoopy
adalah Injection System.
Injection System merupakan suatu metode pencampuran bahan bakar
dengan udara pada kendaraan bermotor untuk menghasilkan pembakaran yang
sempurna. Injeksi membutuhkan perangkat bernama injector, yang bertugas
me-nyuplai campuran bahan bakar dengan udara (Sumber: hargamotor.co.id).
Sistem kerja motor ijeksi dapat dilihat pada gambar

Gambar . Komponen EFI


Adapun fungsi masing-masing komponen pada sistem bahan bakar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Fuel suction filter; menyaring kotoran agar tidak terisap pompa bahan bakar.
2. Fuel pump module; memompa dan mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan
bakar ke injektor. Penyaluran bahan bakarnya harus lebih banyak dibandingkan
dengan kebutuhan mesin supaya tekanan dalam sistem bahan bakar bisa
dipertahankan setiap waktu walaupun kondisi mesin berubah-ubah.
3. Fuel pressure regulator; mengatur tekanan bahan bakar di dalam sistem aliran bahan
bakar agar tetap/konstan. Contohnya pada Honda Supra X 125 PGM-FI tekanan
dipertahankan pada 294 kPa (3,0 kgf/cm2, 43 psi). Bila bahan bakar yang dipompa
menuju injektor terlalu besar (tekanan bahan bakar melebihi 294 kPa (3,0 kgf/cm2,
43 psi)) pressure regulator mengembalikan bahan bakar ke dalam tangki.
4. Fuel feed hose; slang untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki menuju injektor.
Slang dirancang harus tahan tekanan bahan bakar akibat dipompa dengan tekanan
minimal sebesar
Dari pemaparan diatas terbukti motor All New Honda Scoopy dengan teknologi
Injeksion mampu meningkatkan efektifitas pembakaran sempurna sehingga data CO2
yang didapatkan dari pengukuran lebih besar daripada kadar CO2 yang dihasilkan motor
Honda Vario Tahun 2013. Hal ini disebabkan pada motor Honda Vario Tahun 2013
masih menggunakan sistem kerja mesin karburator yang dimana pada sistem kerja
karburator komposisi bahan bakar,udara tidak presisi karena dikontrol melalui manual
sedangkan pada sistem injeksi komposisi pembakaran sangat presisi karena diatur
melalui komputer. Selain itu karena bahan bakar yang disemprotkan oleh injector
partikelnya lebih kecil sehingga lebih mudah terbakar. Jika di sitem karburator, proses
pengabutan partikel ini bekerja secara mekanis mengandalkan kevakuman udara di
ruang bakar. Berikut reaksi pembakaran sempurna yang terjadi di dalam mesin motor
CH4(l) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l)
B. Parameter CO
Pada parameter uji CO didapatkan data konsentrasi CO sebagai beikut. Pada motor
All New Scoopy sebesar 295 ppm dan pada motor Honda Vario Tahun 2013 sebesar
471 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem kerja mesin mempengaruhi
banyaknya CO yang diemisikan. Adanya zat CO dalam proses pembakaran mesin
mengindikasikan pembakaran di dalam mesin tidak tejadi secara sempurna. Hal ini
dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya sistem mesin pada mesin, rutinitas
dalam perawatan mesin, dan jenis bahan bakar yang digunakan. Berikut adalah
reaksi pembakaran yang berlangsung tidak sempurna pada mesin.
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g)  8 CO (g) + 9 H2O (g)
C. Parameter COc
Pada parameter uji COc didapatkan kosentrasi COc pada motor All New Scoopy
sebesar 416 ppm dan pada motor Honda Vario Tahun 2013 sebesar 2300 ppm. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa pada motor Honda Vario Tahun 2013 yang diuji
memiliki kadar COc yang cukup tinggi dibandingkan motor All New Scoopy. Hal
ini mengindikasikan pada sistem kerja mesin Honda Vario Tahun 2013 mesin tidak
bekerja secara sempurna sehingga pembakaran tidak berlangsung baik sehinga
masih menghasilkan zat sisa pembakaran berupa COc.
D. Parameter Uji NO dan NOx
Pada uji parameter NO dan NOx didapatkan hasil bahwa konsentrasi NO dan NOx
pada motor All New Honda Scoopy lebih besar yakni sebesar 66 ppm daripada
motor Honda Vario Tahun 2013 yakni sebesar 21 ppm. Hal ini disebabkan karena
pada sistem injeksi pada proses pembakaran,formasi Nox akan terbentuk pada
temperatur yang tinggi, sedangkan pada mesin karburator dengan distribusi
temperatur yang rendah menyebabkan terbentuknya emisi Nox pun menjadi rendah.
Hal ini bisa disebabkan oleh adanya dwell time antara injeksi tahap pertama dan
injeksi tahap kedua pada injeksi bertingkat. Adanya dwell time memberikan
kesempatan kepada bahan bakar yang telah diinjeksikan pada injeksi tahap pertama
untuk terbakar lebih sempurna, sebelum kemudian diinjeksikan lagi bahan bakar
pada tahap kedua. Sehingga tidak terjadi kenaikan temperatur secara signifikan
pada waktu dwell time tersebut yang menyebabkan rendahnya emisi Nox yang
terbentuk (Supradian, 2012).

VIII. SIMPULAN
Dari percobaan yang praktikan lakukan dalam uji emisi pada kendaraan
bermotor pemaparan data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Dari data yang didapat dalam praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
menganalisis kandungan dari gas (CO2, CO, COc,) buangan kendaraan bermotor
yang dihasilkan dari motor dengan sistem injeksi lebih kecil dibandingan dengan
motor dengan sistem karburator. Hal ini mengindikasikan bahwa pada sistem
injeksi efisiensi mesin untuk mengalami proses pembakaran sempurna lebih tinggi
dari pada efisiensi mesin karburator.
IX. REFRENSI
Anonim. (2015). Sistem Injeksi http://hargamotor.co.id.html. diakses tanggal
21/05/2018

Winarno, Joko. (2013). Studi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermesin Bensin Pada
Berbagai Merk Kendaraan Dan Tahun Pembuatan. Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Janabadra.

Yuliastuti, Ambar. 2008. Estimasi Sebaran Keruangan Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Rohidin. (2011). "Emisi Gas Buang" http://viarohidinthea.blogspot.com/2011/05/emisi-


gasbuang.html. diakses tanggal 23/05/2018.

Tugaswati. Tri. (2007). Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan. ITS. Surabaya.

Muziansyah, D., Sulistyorini, R., Sebayang, S. (2015). Model Emisi Gas Buangan
Kendaraan Bermotor Akibat Aktivitas Transportasi (Studi Kasus: Terminal Pasar
Bawah Ramayana Koita Bandar Lampung). JRSDD. 3. 57 – 70.

You might also like