You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi
ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat
dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan
konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.1 Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tahun 2008,
jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit.2
Berdasarkan data dari studi dan survei sanitasi, proporsi rumah tangga di Indonesia
yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%, milik
bersama sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga yang tidak memiliki
fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation) yaitu sebesar 12,9%. Sepuluh
provinsi tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB adalah Sulawesi Barat
(34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), Gorontalo (24,1%),
Maluku (23,4%), Aceh (22,7%), Kalimantan Barat (21,8%), Nusa Tenggara Barat (21,3%),
dan Sumatera Barat(21%).3
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, perilaku BAB di jamban
paling rendah terdapat di Kabupaten Lebak yaitu 62,6%.Cakupan jamban keluarga tahun
2007 sampai tahun 2012 di kabupaten Lebak adalah 38,95%, 39,05%, 41,27%, 45,39%,
57,31. Data dari Puskesmas mandala menunjukkan 889 orang masih melakukan BAB
sembarangan, 116 orang menggunakan kamar mandi umum, 142 orang menggunakan closet
tanpa septic tank, 6061 orang menggunakan closet dengan septic tank, 107 orang
menggunakan cubluk, 42 orang menggunakan empang.4
Tersedianya jamban sebagai fasilitas pembuangan tinja dapat mencegah kontaminasi
air, kontak antara tinja dan manusia, serta tinja tidak dihinggapi serangga ataupun binatang
lain yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Berdasarkan data inilah penulis
mengambil judul gambaran pengetahuan tentang jamban sehat dan perilaku buang air besar
pada Masyarakat Kadu Agung Barat.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengetahuan warga tentang jamban sehat ?
b. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya penggunaan jamban sehat ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang jamban sehat dan perilaku
buang air besar pada masyarakat Desa Kadu Agung Barat

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk menambah pengetahuan warga mengenai jamban sehat dengan metode
penyuluhan, diskusi dan sesi tanya jawab kepada masyarakat dan kader desa
sehingga dapat menyampaikan yang diketahuinya setelah penyuluhan.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku untuk tidak BAB
di sembarang tempat
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban

1.4 Manfaat
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan warga tentang jamban sehat.
b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain
untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian yang berhubungan dengan
peningkatan penggunaan jamban sehat dalam keluarga.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Open Defecation


2.1.1 Definisi
Open Defecation (OD) atau Buang Air Besar Sembarangan (BABS) adalah kegiatan
buang air besar yang tidak pada tempatnya, yaitu di jamban yang sehat. Tempat yang sering
digunakan untuk buang air besar sembarangan diantaranya adalah sungai, hutan, rel kereta
api, kolam ikan, danau, dan tempat terbuka lainnya.5

2.1.2 Epidemiologi
Tantangan yang dihadapi dunia terkait dengan kesehatan dan sanitasi lingkungan
masih sangat besar. Salah satunya adalah masih banyaknya masyarakat yang melakukan
kebiasaan yang kurang sehat, yaitu BABS atau OD. WHO melaporkan ada sekitar 1,1 miliar
penduduk dunia yang masih buang air besar sembarangan. Jumlah ini sama dengan 15% dari
total penduduk dunia. Dengan jumlah sekitar 949 juta diantaranya adalah yang tinggal di
pedesaan.
Negara-negera berikut adalah yang menyumbang hampir tiga per empat dari total penduduk
dunia yang masih melakukan praktik buang air besar sembarangan: 6
a) India (626 juta)
b) Indonesia (63 juta)
c) Pakistan (40 juta)
d) Ethiopia (38 juta)
e) Nigeria (34 juta)
f) Sudan (19 juta)
g) Nepal (15 juta)
h) China (14 juta)
i) Niger (12 juta)
j) Burkina Faso (9.7 juta)
k) Mozambique (9.5 juta)
l) Cambodia (8.6 juta)

3
Di Indonesia sendiri praktik buang air besar sembarangan ini juga masih menjadi
masalah yang dari dulu hingga sekarang masih sulit untuk dicari solusinya. Tantangan berat
yang harus dihadapi adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa
buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.5

2.2 Open Defecation Free


Open Defecation Free ( ODF ) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
tidak buang air besar sembarangan. Yang dimaksud tidak buang air besar sembarangan di sini
adalah buang air besar di jamban yang sehat. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja
yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.5
Tercapainya kondisi ODF dapat ditandai dengan beberapa indikator, diantaranya adalah:

a) keseluruhan masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban,
b) tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar,
c) upaya peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban aman, kuat,
sehat, dan nyaman,
d) penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian
BAB di sembarang tempat,
e) pemantauan mandiri oleh komunitas.
f) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat
g) Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
h) Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana Jamban dan
tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam
sekolah.
2.3 Jamban Keluarga
Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya .Jamban
keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga.5

4
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Sementara
pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja, air seni.5

2.3.1 Jenis-Jenis Jamban


Jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu: 7

a. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya terdiri
atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat
dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban
semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.

b. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu
saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak
dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik
dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan
keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan
diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan
kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.

d. Angsatrine (Water Seal Latrine)


Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya
bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang

5
oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat
mencegah hubungan lalat dengan kotoran.

e. Jamban di Atas Balong (Empang)


Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara
pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di
daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasilmenerapkan kebiasaan tersebut
kepada kebiasaan yang diharapkan maka cara tersebut dapat diteruskan dengan persyaratan
sebagai berikut:

a. Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi


b. Balong tersebut tidak boleh kering
c. Balong hendaknya cukup luas
d. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
e. Ikan dari balong tersebut jangan dimakan
f. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak 15 meter
g. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air

f. Jamban Septic Tank


Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobic. Nama
septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh
kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau
lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya
dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat
pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses
penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu:
a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat
b. Lapisan cair
c. Lapisan endap

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia pada dasarnya
digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
a. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan
kotorannya yaitu jamban cubluk dan empang.
b. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu:

6
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung
di atas galian penampungan kotoran
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak
berada langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah
dan dihubungkan oleh suatu saluran yang miring ke dalam lubang galian
penampungan kotoran

2.3.2 Syarat-Syarat Jamban Sehat 7


Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
f. Cukup penerangan
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi cukup baik
i. Tersedia air dan alat pembersih

Ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki:
a. Rumah jamban
Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari
pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya
disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

b. Lantai jamban
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat
dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan
bentuk rumah jamban.

c. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok)

d. Closet (lubang tempat feces masuk)

7
e. Pit (sumur penampungan feces)
Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat
mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana berupa lubang tanah
saja.

f. Bidang resapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan
dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja.

2.3.3 Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga 7


Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi
syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.3.4 Pemeliharaan Jamban 7


Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
b. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih
c. Tidak ada genangan air di sekitar jamban
d. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa
e. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
f. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
g. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki.

8
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional.

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga di wilayah Desa Kadu Agung Barat
RT 01 RW 01.

3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik convenience sampling dengan
kriteria inklusi yaitu warga Desa Kadu Agung Barat RT 01 RW 01 yang datang
penyuluhan

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 27 Desember 2017-16 Januari 2018, di Desa Kadu


Agung Barat RT 01 RW 01.

3.5 Metode pengumpulan data

Data primer didapatkan dari pengisian kuesioner dan wawancara kepada sejumlah
subjek untuk mendapatkan informasi dan jawaban. Data sekunder didapatkan dari
Puskesmas Mandala,Lurah, Ketua RT, kader wilayah tersebut.

3.6 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
beberapa pertanyaan yang sudah dilakukan uji validasi dan reliabilitas. Pada hasil uji
validitas didapatkan corrected item – total correlation 15 data adalah 0,446. Artinya
data valid apabila melebihi nilai tersebut. Pada hasil uji, didapatkan nilai > 0,446
sehingga data dinyatakan valid. Pada hasil uji realibilitas didapatkan nilai cronbachs

9
alpha > 0,915 sehingga dapat disimpulkan nilai alpha >0,8 maka data dikatakan
reliable.

10
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Situasi Umum Puskesmas Mandala


4.1.1 Kondisi Wilayah dan Fasilitas pelayanan Puskesmas Mandala
A. Letak geografis

Luas Wilayah Puskesmas Mandala : 1.475 Ha dengan jumlah penduduk 31.312 jiwa
dan jumlah KK 6.666, sedangkan jumlah desanya ada 6 desa dengan 30 RW dan ada 131 RT.
Wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak Kabupaten lebak Propinsi banten
merupakan bagian dari wilayah Dinas Kesehtan kabupaten lebak, Ibukotanya adalah Desa
Kaduagung Timur tepatnya di Kampung Kaduagung RT. 02 RW 02 Desa Kaduagung Timur
Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak dan berada di sebelah barat Ibu Kota Kabupaten
lebak.

Gambar 1. Wilayah puskesmas mandala

B. Batas Administratif

Batas wilayah Administratif Puskesmas Mandala adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Cibadak Kabupaten Lebak.


b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rangkasbitung dan Kalanganyar.

11
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Warunggunung.
d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas Pamandegan dan kecamatan
Cikulur.

Jarak Tempuh Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak dari Kota
Rangkasbitung yaitu sekitar 4 km dengan waktu kurang lebih 10 menit dengan kendaraan
Roda Dua atau Empat. Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak memiliki 6 desa dengan
jarak tempuh dari Puskesmas Mandala adalah sebagai berikut :

a) Desa Bojong Leles = 1 km


b) Desa Tambak Jaya = 8 km
c) Desa Mekar Agung = 4 km
d) Desa kadu Agung Barat = 7 km
e) Desa Kadu Agung Tengah = 0.5 km
f) Desa Kadu Agung Timur = 0 km

Gambar 2. Wilayah puskesmas mandala

Dari 6 desa yang ada di wilayah Puskesmas Mandala, desa yang paling dekat jarak
tempuhnya dari Puskesmas Mandala adalah desa Kaduagung Timur dan desa Bojong Leles
sedangkan desa yang paling jauh adalah desa Tambak Baya dan desa Kaduagung Barat,
Namun demikian perkampungan dari desa desa tersebut cukup jauh terutama untuk desa
Tambak Baya dan desa Mekaragung serta desa Kaduagung Barat dan apabila musim hujan
beberapa perkampungan hanya bisa dilewati dengan jalan kaki atau motor.

C. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Mandala

12
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas mandala adalah sebagai berikut

a) Puskesmas Induk = 1 buah


b) Puskesmas Pembantu = 1 buah
c) Puskesmas Keliling = 2 buah
d) Mantri Keliling = 2 orang
e) Pos Pelayanan Terpadu = 41 buah
f) Pos Obat Desa = 6 buah
g) Pos KB Desa = 6 buah
h) Dokter Praktek Swasta = 6 orang
i) Bidan Praktek Swasta = 12 orang
j) BP/Klinik Swasta = 2 buah

4.2 Hasil penelitian.

4.2.1 Karakteristik responden

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Usia


Usia Frekuensi Persentase (%)
20-30 14 46,7%
31-40 16 53,3%
Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas diketahui responden usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), 31-
40 tahun sebanyak 16 orang, (53,3% ).

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 0 0%
Perempuan 30 100%
Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, didapatkan 30 orang (100%) dengan jenis kelamin perempuan.

13
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak sekolah 8 26,7%
Tamat SD 22 73,3%
Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, didapatkan 8 orang (26,7 %) tidak sekolah, 22 orang (73,3%) tamat SD.

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Buruh tani 9 30,0%
karyawan 2 6,7%
Pedagang 1 3,3%
Ibu rumah tangga 18 60,0%
Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, didapatkan 9 orang (30,0%) buruh tani, 2 orang (6,7%) karyawan, 1 orang
(3,3%) pedagang, 18 orang (60,0%) ibu rumah tangga.

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pendapatan

Pendapatan Frekuensi Persentase (%)


Rp <500.000 11 36,7%
Rp 500.000-1.000.000 15 50,0%
Rp 1.000.000-1.500.000 4 13,3%
Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, didapatkan 11 orang (36,7%) dengan pendapatan Rp <500.000, 15 orang
(50,0%) Rp 500.000-1.000.000, 4 orang (13,3%) Rp 1.000.000-1.500.000.

14
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah
penyuluhan dengan kuesioner pretest dan posttest

Frekuensi sebelum Frekuensi setelah


Tingkat
penyuluhan dan penyuluhan dan
pengetahuan
persentase (%) persentase (%)
Baik 15 (50%) 20 (66,7%)
Cukup 11(36,7%) 10(33,3%)
Kurang 4 (13,3%) 0 (0%)
Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

Dari tabel diatas, tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan yaitu 15
orang (50%) dengan pengetahuan baik, 11 orang (36,7%) cukup, 4 orang (13,3%) kurang.
Setelah dilakukan penyuluhan, tingkat pengetahuan responden meningkat yaitu 20 orang
(66,7%) dengan pengetahuan baik, dan 10 orang (33,3%) dengan pengetahuan cukup.

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan perilaku buang air besar

Perilaku buang air


Frekuensi Persentase (%)
besar
jamban 17 56,7%
Kebun 13 43,3%
Jumlah 30 100%

Dari data diatas didapatkan 17 orang (56,7%) buang air besar di jamban, 13 orang (43,3%)
buang air besar di kebun.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan kepemilikan jamban

Kepemilikan jamban Frekuensi Persentase (%)


Ya 17 56,7%
Tidak 13 43,3%
Jumlah 30 100%

Dari data diatas, didapatkan 17 orang (56,7%) memiliki jamban, 13 orang (43,3%) tidak
memiliki jamban.

15
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan jenis jamban

Kepemilikan jamban Frekuensi Persentase (%)


Leher angsa 15 88,23%
Cubluk 2 11,77%
Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, 15 orang (88,23%) memiliki jamban leher angsa, 2 orang (11,77%) jamban
cubluk.

Tabel 10. Distribusi berdasarkan pentingnya BAB di jamban

Pentingnya BAB di
Frekuensi Persentase (%)
jamban
Ya 27 90%
Tidak 3 10%
Jumlah 30 100%

Dari data diatas, didapatkan 27 orang (90%) penting untuk BAB di jamban, 3 orang (10%)
tidak penting untuk BAB di jamban.

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan keinginan memiliki jamban bagi yang
belum memiliki jamban

Keinginan memiliki
Frekuensi Persentase (%)
jamban
Ya 13 100 %
Tidak 0 0%
Jumlah 13 100%

Dari tabel diatas, diketahui bahwa sebanyak 13 orang (100%) menyatakan ingin memiliki
jamban.

4.3 Pembahasan

Dari hasil diatas, tingkat pengetahuan responden sudah terbilang baik walaupun masih
terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang ,namun perilaku responden masih

16
terbilang buruk karena masih didapatkan responden yang melakukan buang air besar
sembarangan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya tingkat
pendidikan responden dan rendahnya tingkat pendapatan responden.

Tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
responden, Tingkat pendapatan yang rendah membuat responden lebih memilih untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli bahan makanan, pakaian dibandingkan
membuat jamban. Selain itu, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan dan dianggap tidak
membuat masalah sehingga hal ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu,
penulis melakukan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pengetahuan
jamban sehat dan perubahan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah tersebut.

4.4 Rencana Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan kepada warga dan kader kesehatan di Desa Kadu
Agung Barat RT 01 RW 01 wilayah kerja Puskesmas Mandala mengenai jamban sehat dan
pentingnya melakukan BAB di jamban.

4.5 Hasil Kegiatan

A. Nama Kegiatan
Penyuluhan mengenai jamban sehat dan pentingnya melakukan BAB di jamban.

B. Pelaksanaan Kegiatan
a) Tanggal 27 Desember 2017 bertempat di rumah lurah , desa Kadu Agung Barat
Wilayah kerja Puskesmas Mandala pada pukul 09.00-10.00
b) Tanggal 16 Januari 2018 bertempat di rumah kader desa Kadu Agung Barat
Wilayah kerja Puskesmas Mandala pada pukul 09.00-10.00
c) Metode Kegiatan : ceramah dan tanya jawab
d) Media Kegiatan : leaflet
C. Peserta
Peserta sebanyak 30 orang
D. Monitoring

17
Karena keterbatasan waktu, kegiatan yang dilakukan hanya berupa penyuluhan
kepada warga dan kader kesehatan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan
dan sikap warga untuk menggunakan jamban keluarga.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara pengisian post test dengan kuesioner yang sama
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan perilaku responden setelah diberikan
penyuluhan. Secara garis besar terdapat perbaikan hasil dibandingkan pengisian
kuesioner sebelum penyuluhan.
F. Indikator Keberhasilan
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
2. Meningkatnya sikap masyarakat untuk menggunakan jamban keluarga
3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang dampak buruk BAB sembarangan
4. Terciptanya masyarakat ODF

18
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat dan dampak buruk akibat
perilaku BAB sembarangan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang dapat
menyebabkan masalah besar.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang ,namun perilaku responden masih
terbilang buruk karena masih didapatkan responden yang melakukan buang air besar
sembarangan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya tingkat
pendidikan responden dan rendahnya tingkat pendapatan responden.

Tingkat pendapatan yang rendah membuat responden lebih memilih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti membeli bahan makanan, pakaian dibandingkan membuat
jamban. Selain itu, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan dan dianggap tidak membuat
masalah sehingga hal ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu, penulis
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pengetahuan jamban sehat
dan perubahan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah tersebut.

Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat dan


perilaku masyarakat dalam buang air besar yang belum tepat dan efektif, maka dilakukan
penyuluhan sebagai awal untuk menambah pengetahuan masyarakat dan untuk mengurangi
perilaku buang air besar sembarangan sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Akan tetapi,penelitian ini jauh dari hasil sempurna sehingga membutuhkan penelitian lebih
lanjut.

5.2 Saran

Bagi Puskesmas :

a) Evaluasi rutin, serta meningkatkan intensitas untuk melakukan pemicuan,


penyuluhan.

19
b) Mempertahankan kerjasama yang sudah berjalan baik dengan lintas program dan
lintas sektoral dalam meningkatkan cakupan ODF di wilayah kerja puskesmas
Mandala
c) Meningkatkan dan memperluas jangkauan penyuluhan dan pemicuan.
d) Mengembangkan peran serta masyarakat dan kepala desa beserta perangkatnya
dan tokoh masyarakat terutama dalam program ODF.

Bagi dokter internship :

a) Memahami dengan baik aplikasi teori di lapangan dan pelaksanaanya di


puskesmas sehingga dapat memberikan masukan bagi kemajuan puskesmas.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.


2. UU No 825/2008. Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat; 2008
3. Departemen kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta: Depkes RI; 2007.
4. Dinas kesehatan lebak. Buku putih sanitasi kabupaten lebak. Percepatan pembangunan
sanitasi pemukiman. Banten : Dinkes lebak;2013.
5. Kementrian kesehatan RI. Menuju 100% akses sanitasi Indonesia 2019. Available at
www.depkes.go.id. Accesed on 25th January 2018.
6. WHO/UNICEF joint monitoring report, 2012. Available
at:http://www.who.int/water_sanitation_health/monitoring/jmp2012/fast_facts/en/.
Accesed on 25th, January 2018.
7. Standar sanitasi jamban. Available at: www.indonesian_publichealth.com. Accesed on
25th January 2018.

21

You might also like