Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengetahuan warga tentang jamban sehat ?
b. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya penggunaan jamban sehat ?
1.4 Manfaat
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan warga tentang jamban sehat.
b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain
untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian yang berhubungan dengan
peningkatan penggunaan jamban sehat dalam keluarga.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Tantangan yang dihadapi dunia terkait dengan kesehatan dan sanitasi lingkungan
masih sangat besar. Salah satunya adalah masih banyaknya masyarakat yang melakukan
kebiasaan yang kurang sehat, yaitu BABS atau OD. WHO melaporkan ada sekitar 1,1 miliar
penduduk dunia yang masih buang air besar sembarangan. Jumlah ini sama dengan 15% dari
total penduduk dunia. Dengan jumlah sekitar 949 juta diantaranya adalah yang tinggal di
pedesaan.
Negara-negera berikut adalah yang menyumbang hampir tiga per empat dari total penduduk
dunia yang masih melakukan praktik buang air besar sembarangan: 6
a) India (626 juta)
b) Indonesia (63 juta)
c) Pakistan (40 juta)
d) Ethiopia (38 juta)
e) Nigeria (34 juta)
f) Sudan (19 juta)
g) Nepal (15 juta)
h) China (14 juta)
i) Niger (12 juta)
j) Burkina Faso (9.7 juta)
k) Mozambique (9.5 juta)
l) Cambodia (8.6 juta)
3
Di Indonesia sendiri praktik buang air besar sembarangan ini juga masih menjadi
masalah yang dari dulu hingga sekarang masih sulit untuk dicari solusinya. Tantangan berat
yang harus dihadapi adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa
buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.5
a) keseluruhan masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban,
b) tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar,
c) upaya peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban aman, kuat,
sehat, dan nyaman,
d) penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian
BAB di sembarang tempat,
e) pemantauan mandiri oleh komunitas.
f) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat
g) Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
h) Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana Jamban dan
tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam
sekolah.
2.3 Jamban Keluarga
Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya .Jamban
keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga.5
4
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Sementara
pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja, air seni.5
a. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya terdiri
atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat
dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban
semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.
b. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu
saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak
dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik
dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan
keamanan bagi pemakai lebih terjamin.
c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan
diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan
kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.
5
oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat
mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia pada dasarnya
digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
a. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan
kotorannya yaitu jamban cubluk dan empang.
b. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu:
6
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung
di atas galian penampungan kotoran
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak
berada langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah
dan dihubungkan oleh suatu saluran yang miring ke dalam lubang galian
penampungan kotoran
Ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki:
a. Rumah jamban
Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari
pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya
disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
b. Lantai jamban
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat
dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan
bentuk rumah jamban.
7
e. Pit (sumur penampungan feces)
Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat
mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana berupa lubang tanah
saja.
f. Bidang resapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan
dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja.
8
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional.
3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga di wilayah Desa Kadu Agung Barat
RT 01 RW 01.
3.3 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik convenience sampling dengan
kriteria inklusi yaitu warga Desa Kadu Agung Barat RT 01 RW 01 yang datang
penyuluhan
Data primer didapatkan dari pengisian kuesioner dan wawancara kepada sejumlah
subjek untuk mendapatkan informasi dan jawaban. Data sekunder didapatkan dari
Puskesmas Mandala,Lurah, Ketua RT, kader wilayah tersebut.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
beberapa pertanyaan yang sudah dilakukan uji validasi dan reliabilitas. Pada hasil uji
validitas didapatkan corrected item – total correlation 15 data adalah 0,446. Artinya
data valid apabila melebihi nilai tersebut. Pada hasil uji, didapatkan nilai > 0,446
sehingga data dinyatakan valid. Pada hasil uji realibilitas didapatkan nilai cronbachs
9
alpha > 0,915 sehingga dapat disimpulkan nilai alpha >0,8 maka data dikatakan
reliable.
10
BAB 4
Luas Wilayah Puskesmas Mandala : 1.475 Ha dengan jumlah penduduk 31.312 jiwa
dan jumlah KK 6.666, sedangkan jumlah desanya ada 6 desa dengan 30 RW dan ada 131 RT.
Wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak Kabupaten lebak Propinsi banten
merupakan bagian dari wilayah Dinas Kesehtan kabupaten lebak, Ibukotanya adalah Desa
Kaduagung Timur tepatnya di Kampung Kaduagung RT. 02 RW 02 Desa Kaduagung Timur
Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak dan berada di sebelah barat Ibu Kota Kabupaten
lebak.
B. Batas Administratif
11
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Warunggunung.
d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas Pamandegan dan kecamatan
Cikulur.
Jarak Tempuh Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak dari Kota
Rangkasbitung yaitu sekitar 4 km dengan waktu kurang lebih 10 menit dengan kendaraan
Roda Dua atau Empat. Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak memiliki 6 desa dengan
jarak tempuh dari Puskesmas Mandala adalah sebagai berikut :
Dari 6 desa yang ada di wilayah Puskesmas Mandala, desa yang paling dekat jarak
tempuhnya dari Puskesmas Mandala adalah desa Kaduagung Timur dan desa Bojong Leles
sedangkan desa yang paling jauh adalah desa Tambak Baya dan desa Kaduagung Barat,
Namun demikian perkampungan dari desa desa tersebut cukup jauh terutama untuk desa
Tambak Baya dan desa Mekaragung serta desa Kaduagung Barat dan apabila musim hujan
beberapa perkampungan hanya bisa dilewati dengan jalan kaki atau motor.
12
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas mandala adalah sebagai berikut
Dari tabel diatas diketahui responden usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), 31-
40 tahun sebanyak 16 orang, (53,3% ).
Dari tabel diatas, didapatkan 30 orang (100%) dengan jenis kelamin perempuan.
13
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Dari tabel diatas, didapatkan 8 orang (26,7 %) tidak sekolah, 22 orang (73,3%) tamat SD.
Dari tabel diatas, didapatkan 9 orang (30,0%) buruh tani, 2 orang (6,7%) karyawan, 1 orang
(3,3%) pedagang, 18 orang (60,0%) ibu rumah tangga.
Dari tabel diatas, didapatkan 11 orang (36,7%) dengan pendapatan Rp <500.000, 15 orang
(50,0%) Rp 500.000-1.000.000, 4 orang (13,3%) Rp 1.000.000-1.500.000.
14
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah
penyuluhan dengan kuesioner pretest dan posttest
Dari tabel diatas, tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan yaitu 15
orang (50%) dengan pengetahuan baik, 11 orang (36,7%) cukup, 4 orang (13,3%) kurang.
Setelah dilakukan penyuluhan, tingkat pengetahuan responden meningkat yaitu 20 orang
(66,7%) dengan pengetahuan baik, dan 10 orang (33,3%) dengan pengetahuan cukup.
Dari data diatas didapatkan 17 orang (56,7%) buang air besar di jamban, 13 orang (43,3%)
buang air besar di kebun.
Dari data diatas, didapatkan 17 orang (56,7%) memiliki jamban, 13 orang (43,3%) tidak
memiliki jamban.
15
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan jenis jamban
Dari tabel diatas, 15 orang (88,23%) memiliki jamban leher angsa, 2 orang (11,77%) jamban
cubluk.
Pentingnya BAB di
Frekuensi Persentase (%)
jamban
Ya 27 90%
Tidak 3 10%
Jumlah 30 100%
Dari data diatas, didapatkan 27 orang (90%) penting untuk BAB di jamban, 3 orang (10%)
tidak penting untuk BAB di jamban.
Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan keinginan memiliki jamban bagi yang
belum memiliki jamban
Keinginan memiliki
Frekuensi Persentase (%)
jamban
Ya 13 100 %
Tidak 0 0%
Jumlah 13 100%
Dari tabel diatas, diketahui bahwa sebanyak 13 orang (100%) menyatakan ingin memiliki
jamban.
4.3 Pembahasan
Dari hasil diatas, tingkat pengetahuan responden sudah terbilang baik walaupun masih
terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang ,namun perilaku responden masih
16
terbilang buruk karena masih didapatkan responden yang melakukan buang air besar
sembarangan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya tingkat
pendidikan responden dan rendahnya tingkat pendapatan responden.
Tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
responden, Tingkat pendapatan yang rendah membuat responden lebih memilih untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli bahan makanan, pakaian dibandingkan
membuat jamban. Selain itu, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan dan dianggap tidak
membuat masalah sehingga hal ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu,
penulis melakukan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pengetahuan
jamban sehat dan perubahan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah tersebut.
Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan kepada warga dan kader kesehatan di Desa Kadu
Agung Barat RT 01 RW 01 wilayah kerja Puskesmas Mandala mengenai jamban sehat dan
pentingnya melakukan BAB di jamban.
A. Nama Kegiatan
Penyuluhan mengenai jamban sehat dan pentingnya melakukan BAB di jamban.
B. Pelaksanaan Kegiatan
a) Tanggal 27 Desember 2017 bertempat di rumah lurah , desa Kadu Agung Barat
Wilayah kerja Puskesmas Mandala pada pukul 09.00-10.00
b) Tanggal 16 Januari 2018 bertempat di rumah kader desa Kadu Agung Barat
Wilayah kerja Puskesmas Mandala pada pukul 09.00-10.00
c) Metode Kegiatan : ceramah dan tanya jawab
d) Media Kegiatan : leaflet
C. Peserta
Peserta sebanyak 30 orang
D. Monitoring
17
Karena keterbatasan waktu, kegiatan yang dilakukan hanya berupa penyuluhan
kepada warga dan kader kesehatan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan
dan sikap warga untuk menggunakan jamban keluarga.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara pengisian post test dengan kuesioner yang sama
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan perilaku responden setelah diberikan
penyuluhan. Secara garis besar terdapat perbaikan hasil dibandingkan pengisian
kuesioner sebelum penyuluhan.
F. Indikator Keberhasilan
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
2. Meningkatnya sikap masyarakat untuk menggunakan jamban keluarga
3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang dampak buruk BAB sembarangan
4. Terciptanya masyarakat ODF
18
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat dan dampak buruk akibat
perilaku BAB sembarangan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang dapat
menyebabkan masalah besar.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang ,namun perilaku responden masih
terbilang buruk karena masih didapatkan responden yang melakukan buang air besar
sembarangan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya tingkat
pendidikan responden dan rendahnya tingkat pendapatan responden.
Tingkat pendapatan yang rendah membuat responden lebih memilih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti membeli bahan makanan, pakaian dibandingkan membuat
jamban. Selain itu, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan dan dianggap tidak membuat
masalah sehingga hal ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu, penulis
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pengetahuan jamban sehat
dan perubahan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah tersebut.
5.2 Saran
Bagi Puskesmas :
19
b) Mempertahankan kerjasama yang sudah berjalan baik dengan lintas program dan
lintas sektoral dalam meningkatkan cakupan ODF di wilayah kerja puskesmas
Mandala
c) Meningkatkan dan memperluas jangkauan penyuluhan dan pemicuan.
d) Mengembangkan peran serta masyarakat dan kepala desa beserta perangkatnya
dan tokoh masyarakat terutama dalam program ODF.
20
DAFTAR PUSTAKA
21