You are on page 1of 8

VERMES DAN MOLUSKA

Oleh :
Nama : Priskila Agnesia Prayitno
NIM : B1A015015
Rombongan : II
Kelompok :1
Asisten : Elly Wulandari

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kingdom animalia beranggotakan berbagai jenis hewan yang dapat dibagi menjadi
dua, yaitu vertebrata dan invertebrata. Dari dua kelompok ini akan terbagi lagi menjadi
phylum-phylum. Hewan-hewan ini dapat dibedakan satu dengan yang lain dari struktur
morfologinya, yaitu memiliki bentuk luar tubuh dimana setiap phylum-phylum memiliki
perbedaan pada struktur morfologinya. Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak
bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana
dibandingkan dengan kelompok hewan punggung/bertulang belakang, juga sistem
pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata (Campbell et al, 2008).
Kelompok Vermes (cacing) merupakan kelompok yang dibuat oleh Linnaeus.
Dahulu, kelompok ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dan Jean Baptiste Lamarck untuk
mengklasifikasi semua binatang invertebrata yang bukan Arthropoda. Sekarang, cacing
dikelompokkan dalam 3 Phylum, yaitu Platyhelminthes, Annelida, dan Aschelminthes
(Goldstein et al., 2011).
Moluska berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Phylum
Moluska adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh
lunaknya dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Siput
merupakan salah satu Moluska yang termasuk ke dalam kelas Gastropoda, yaitu berjalan
dengan menggunakan perutnya. Sistem syaraf Moluska terdiri dari cincin syaraf. Sistem
syaraf ini mengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Moluska juga
memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu
disebut radula. Moluska yang hidup di air bernafas dengan insang yang berada pada
rongga mantel. Moluska terbagi menjadi 8 kelas (Jasin, 1989).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Vermes dan Moluska ini adalah :


1. Mengenal beberapa anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Moluska.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Moluska.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Cacing dalam bahasa inggris sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan
helminth. Cacing, termasuk hewan invertebrata atau tanpa tulang belakang. Cacing
diklasifikasikan kedalam tiga phylum, yaitu Platyhelminthes, Aschelminthes
(Nemathelminthes) dan Annelida (Higgs, 2011). Pembagian kelompok hewan
invertebrata, khususnya phylum yang tergolong anggota cacing (Vermes) terbagi atas tiga
phylum, yaitu phylum Nemathelminthes, Annelida dan Platyhelminthes.
1. Filum Nemathelminthes
Nemathelminthes disebut juga cacing benang. Tubuh tidak beruas-ruas, ukuran
tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis. Tubuh bagian luar ditutupi selapis
kutikula. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup pada inangnya dari pada
cacing yang hidup bebas. Filum Nemnathelminthes terbagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas
Nematoda dan Kelas Nematomorpha (Mandila, 2013).
a. Nematomorpha
Tubuh Nematomorpha berbentuk filiform, langsing memanjang menyerupai
rambut sehingga disebut juga cacing rambut. Permukaan tubuhnya dilapisi kutikula.
Umumnya cacing jantan berukuran lebih kecil dibandingkan cacing betina, kecuali genus
Nectonema yang ukuran jantannya lebih besar daripada betina. Nematomorpha memiliki
mulut yang terletak dibagian anterior atau sentral. Contoh Nematomorpha adalah Gordius
sp. (saat muda parasit pada Arthropoda) dan Nectonema sp. (saat muda parasit pada
Crustacea) (Jay, 2013).
b. Nematoda
Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan. Mempunyai mulut dan
lubang ekskresi, alat reproduks pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium.
Umur cacing pada umumnya mencapai 10 bulan. Contoh anggota Nematoda, antara lain
Ascaris lumbricoides (cacing pern pada manusia), Anguila aceti (cacing cuka), Enterobim
vermicularis atau Oxyuris vermicularis (cacing kreim pada manusia), Oxyuris equi
(cacing kremi pada kuda), Necator americanus atau Ancylostoma duodenale (cacing
tambang pada manusia), Wuchereria bancrofti (cacing yang menyebabkan penyakit
elefantiasis pada manusia, Trichinella spiralis (cacing otot pada manusia), Loa lee (cacing
mata pada manusia), dan Heterodera radicicote (cacing yang menyebabkan puru/bengkak
pada akar tanaman) (Radiopoetra, 1984).
2. Filum Annelida
Annelida disebut cacing cincin, cacing gelang, atau cacing bersegmen. Annelida
mempunyai saluran pencernaan yang sudah sempurna, namun tidak mempunyai rangka
luar. Bentuk tubuh bulat panjang dan bersegmen-segmen seolah-olah seperti sederetan
cincin memanjang. Segmen-segmen tidak hanya terdapat pada tubuh bagian luar, tetapi
juga pada tubuh bagian dalam (Dwisang, 2008).
Menurut Rusyana (2011) berdasarkan jumlah seta, Annelida dikelompokkan ke
dalam 3 kelas yaitu :
a. Polychaeta
Kelas polychaeta berasal dari kata poly = banyak, chaeta = rambut atau seta.
Polychaeta adalah kelompok cacing yang memiliki banyak rambut. Habibat cacing ini
umumnya di laut. Panjang tubuh sekitar 5 sampai 10 cm dengan garis tengah 2 sampai 10
mm. warna tubuh beraneka ragam. Contoh : Cacing papolo (Eunice viridis), cacing wawo
(lysidice oele), Nereis virens (Rusyana, 2011).
b. Oligochaeta
Kelas Oligochaeta merupakan kelompok cacing bersegmen yang memiliki sedikit
seta; oly = sedikit. Anggotanya yang paling dikenal adalah cacing tanah, yaitu Lumbricus
terrestris dan Pheretima sp. Cacing tanah dapat hidup di darat atau di air tawar. Tubuhnya
bersegmen dan memiliki sedikit seta (Oemarjati, 1990).
c. Hirudinea
Nama kelas hirudinea berasal dari kata hirudo yang berarti lintah. Hewan ini hidup
di air tawar, laut, dan darat. Tubuh lintah pipih dorsal ventral. Permukaan tubuh tertutup
oleh kutikula yang disekresikan oleh epidermis. Lintah tidak memiliki seta dan parapodia.
Hewan ini memiliki dua alat hisap, yaitu satu di bagian ujung anterior dan satu di ujung
posterior (berukuran lebih besar). Anggota kelompok hewan ini meliputi lintah dan pacet.
Lintah (Hirudo medicinalis) dapat menghasilkan zat hirudin dan banyak hidup di eropa
dan amerika. Pacet (Haemadipsa zeylanica) banyak hidup di asia tenggara
(Rohmimohtarto, 2007).
3. Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes disebut cacing pipih. Platyhelminthes mempunyai tubuh lunak
berbentuk pipih seperti pita atau daun. Tubuh cacing ini berukuran sangat kecil, namun
panjangnya dapat mencapai beberapa mater. Hidup di air tawar serta di tempat lembab.
Anggota platyhelminthes banyak yang hidup sebagai parasit (Suwignyo, 2005).
Menurut George (2006) Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
a. Trematoda (cacing hisap)
Hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing hisap adalah parasit,
berbentuk silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini
memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ internal atau permukaan luar
inangnya, dan semacam kulit keras yang membantu melindungi parasit itu. Organ
reproduksinya mengisi hampir keseluruhan bagian interior cacing hisap. Contoh : Fasciola
hepatica.
b. Cestoda (cacing pita)
Hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita adalah Taenia
solium dan Taenia saginata yang parasit pada manusia. Cestoda bersifat parasit karena
menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh
seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan
(usus)
c. Turbellaria (cacing berambut getar)
Hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di tanah basah, dan di bawah batang
kayu. Hampir semua Turbellaria hidup bebas (bukan parasit) dan sebagian besar adalah
hewan laut. Turbellaria berwarna bening, hitam, atau abu-abu. Contoh : Planaria sp.
Moluska berasal dari bahasa Latin molluscus yang artinya lunak. Moluska
merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Hewan yang termasuk ke
dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai
jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan
filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Saat ini
diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Moluska hidup
di laut, air tawar, payau, dan darat (Dauphin et al., 2013).
Moluska banyak ditemukan di ekosistem mangrove, hidup di permukaan substrat
maupun di dalam substrat dan menempel pada pohon mangrove. Kebanyakan moluska
yang hidup di ekosistem mangrove adalah dari spesies gastropoda dan bivalvia Moluska
bertubuh lunak, tidak beruas-ruas, dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang tersusun
dari kalsium karbonat. Cangkang tersebut berguna untuk melindungi organ-organ dalam
dan isi rongga perut, tetapi ada pula Moluska yang tidak bercangkang (Hartoni &
Agussalim, 2013).
Moluska merupakan filum hewan terbesar di lingkungan laut yang jumlah
spesiesnya yang mungkin sangat diremehkan. Radula adalah karakteristik organ makan
pada moluska, kurang berkembang hanya di kelas Bivalvia. Modifikasi dari organ makan
moluska telah lama dikenal sebagai fitur penting dalam diversifikasi yang berhubungan
dengan proses penting untuk mengumpulkan energi dari lingkungan. Sebuah radula
biasanya terdiri dari gigi kutikula kaku pada membran fleksibel kutikula (Eisapour et al.,
2015).
Cangkang Moluska tersusun atas zat kapur (CaCO3) yang berguna untuk
melindungi diri, misalnya kerang dang keong.Tubuh kedua hewan tadi tersimpan di dalam
cangkang sehingga tak nampak dari luar. Bila keadaan aman tubuh dijulurkan keluar dan
yang tampak pertama kali adalah kakinya, dqan kai tersebut untuk berjalan atau berenang.
Simetri tubuhnya bilateral, antara tubuh dan cangkangnya terdapat bungkus yang disebut
mantel. Tubuhnya dapat meneluarkan lendir untuk membantunya berjalan. Reproduksi
terjadi secara seksual dengan fertilisasi eksternal Mollsca ada yang bersifat diesis ada pula
yang bersifat monoesis. Ada juga jenis hewan molusca yang tidak memiliki cangkang,
misalnya gurita (Dwisang, 2008).
Berdasarkan bentuk tubuh, Moluska dibagi menjadi 5 kelas menurut Jasin (1989)
yaitu :
1. Kelas Amphineura
Hewan ini hidup di laut dan sering ditemukan disekitar pantai, menempel pada
batu-batu menggunakan kaki perutnya. Kelas ini mempunyai anggota ± 700 spesies.Pada
rongga mantel terdapat insang. Pada tubuh bagian dorsal ditutupi 8 keping cangkang yang
mengandung zat kapur.Contoh : Chiton, Crypto chiton, danChiton tuberculatus.
2. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas moluska terbesar. Ada yang hidup di laut, air tawar,
dan di darat. Anggota gastropoda sebagian besar mempunyai cangkang berbentuk kerucut
terpilin. Sehingga bentuk tubuhnya juga menyesuaikan diri dengan bentuk cangkang.
Anggota gastropoda yang tidak memiliki cangkang disebut siput telanjang seperti pada
Achatina fulica dan Pilla ampulacea.
3. Kelas Scaphopoda
Hewan ini hidup di laut, terutama di liang-liang berlumpur. Cangkang berbentuk
taring atau terompet sehingga dikenal dengan kerang terompet. Kedua ujungnya terbuka,
dan panjang cangkang sekitar 3-6 cm. Tubuh anggota scaphopoda ini dilengkapi dengan
tentakel kecil yang dinamakan kaptakula. Contoh :Dentalium dan Cadulus mayori.
4. Kelas Pelecypoda.
Ciri khas anggota Pelecypoda mempunyai kaki berbentuk pipih seperti kapak.
Fungsi kaki ini untuk membuat lubang. Hewan ini disebut bivalvia karena memiliki dua
buah cangkang. Ditepi cangkang, mantel secara terus menerus membentuk cangkang baru
sehingga cangkang mnkin lama makin besar dan menggelembung. Contohnya seperti
pada Pecten dan Tridacna maxima.
5. Kelas Cephalopoda.
Cephalopoda merupakan hewan ayng kakinya terletak dikepala. Kaki ini dikenal
dengan tentakel atau lengan. Tempat hidup hewan ini di laut. Tubuh terdiri atas kepala,
badan, dan leher. Kepala dilengkapi dengan 1 pasang mata dan 8 buah tentakel
(pada Octopus) atau 10 buah lengan (8 lengan dan 2 buah termodifikasi menjdi tentakel)
yang mengelilingi mulutnya, contoh cumi-cumi dan sotong.tentakel ini berfungsi untuk
menangkap mangsa. Contoh : Lagilo indica, Octopus, dan Sepia officinalis.
BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset,
kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, gloves , masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu spesimen phylum Platyhelminthes, Annelida,
dan Moluska

B. Metode

Metode-metode yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. Karakter yang ada pada spesimen diamati, digambar, dan dideskripsikan berdasarkan
ciri-ciri morfologi.
2. Diidentifikasi dengan cara mencocokkannya menggunakan kunci identifikasi
3. Dibuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Dibuat laporan sementara hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Campbell, N.A., Jane B. Reece, & Lawrence G. Mitchell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 3. Alih Bahasa: Damaring Tyas Wulandari, S.Si. Jakarta: Erlangga.
Dauphin, Y., Ball, A.D., Castillo-Michel, H., dan Chevallard,, C. 2013. In Situ
Distribution and Characterization of the Organic Content of the Oyster Shell
Crassostrea gigas (Moluska, Bivalvia). Journal of Micron, 44(2): 373-383.

Dwisang, E. L., 2008. Inti Sari Biologi. Tangerang: Scientific Press.


Eisapour,M., Seed, J.S., dan Behnam, D. 2015. Comparative Radular Morphology in
Some Intertidal Gastropods along Hormozgan Province, Iran. J Aquac Res
Development, 6(4) : 1-3.

George, H. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Goldstein, P.Z.R., DeSalle, P.Z., dan R. DeSalle. 2011. Integrating DNA Barcode Data
and Taxonomic Practice: Determination, Discovery, and Description, Bioessays,
33: 135–147.

Hartoni dan Agusssalim Andi. 2013. Komposisi dan Kelimpahan Moluska (Gastropoda
dan Bivalvia) di Ekosistem Mangrove Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal ,5 (1) 6-1

Higgs, N. D., Glover, A.G., and Dahlgren, T.G. 2011. Bone-boring worms: Characterizing
the Morphology, Rate, and Method of Bioerosion by Osedax mucofloris
(Annelida, Siboglinidae). The Biological Bulletin 44(1): 21-24
.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.

Jay, L., Thu, S.R., and Li, Y. 2013. Diversity of Aschelminthes on Colonized Land.
Journal of Agriculture 40(6): 1321-1331.

Mandila, S.P. dan Hidajati. N. 2013. Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra (Tubifex
Sp.) yang Diekstrak Dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam Laktat. Journal of
Chemistry, 2(1) : 1-10.

Oemarjati, B. S. 1990. Taksonomi Avertebrata. Jakarta : UI-Prees.


Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta : Erlangga.

Rohmimohtarto, K. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta :
Erlangga.

Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.

Suwignyo, Sugiarti. 2005. Avetebrata Air Jilid II. Jakarta: Penebar Swadaya.

You might also like