You are on page 1of 15

d.

Interaksi Obat-Obat yang Penting secara


Kombinasi loop diuretic dengan aminoglikosida atau sisplatin dapat meningkatkan risiko
ototoksisitas.
Mungkin terdapat meningkatkan efek antikoagulan jika obat ini diberikan bersama
antikoagulan.
Selain itu, kombinasi indometasi, ibuprofen, salisilat, atau agens anti- inflamasi nonsteroid
lainnya dengan obat-obatan ini dapat menurunkan kebocoran natrium dan penurunan efek
antihipertensi. Pasien yang menggunakan kombinasi ini harus dipantau secara ketat dan
penyesuaian dosis yang tepat dilakukan.

2.4 INHIBITOR KARBONAT ANHIDRASE


- Inhibitor karbonat anhidrase merupakan diuretik yang relatif ringan. Sering kali, obat ini
digunakan untuk mengobati glukoma, karena inhibisi karbonat anhidrase menurunkan sekresi
cairan aqueous humor mata, Agens yang tersedia adalah asetazolamid (Diamox) dan metazolamid
(Neptazane).
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Enzim karbonat anhidrase merupakan katalis untuk pembentukan natrium bikarbonat, yang
disimpan sebagai cadangan alkalin dalam tubulus ginjal, dan ekspresi hidrogen, yang
menyebabkan urine sedikit bersifat asam. Diuretik yang menghambat efek karbonat anhidrase
memperlambat pergerakan ion hidrogen; akibatnya, lebih banyak natrium dan bikarbonat yang
dibuang ke dalam urine.
Obat ini digunakan pula sebagai obat tambahan terhadap obat diuretik lain ketika diperlukan
efek diuresis yang lebih banyak. Asetazolamid digunakan untuk mengatasi glaukoma, bersama
dengan obat lain untuk mengobati epilepsi, dan untuk mengobati mountain sickness. Metazolamid
(Nepazane) terutama digunakan untuk mengobati glukoma.
b. Farmakokinetik
Obat ini dapat diabsorpsi cepat dan didistribusikan secara luas dalam tubuh. Obat ini
diekskresikan melalui urine. Beberapa obat ini dikaitkan dengan abnormalitas janin, dan wanita
yang sedang hamil tidak boleh menggunakan obat ini. Karena adanya efek merugikan potensial
pada bayi, diperlukan metode pemberian makanan yang lain untuk bayi apabila ibu menggunakan
obat ini selama menyusui.
c. Efek Merugikan
Efek merugikan dari inhibitor karbonat anhidrase berkaitan dengan gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit. Asidosis metabolik, merupakan efek berbahaya yang relatif umum dan
berpotensi menimbulkan bahaya, terjadi saat bikarbonat hilang. Hipokalemia juga merupakan
keadaan yang sering muncul, karena ekskresi kalium mengalami peningkatan akibat tubulus
membuang kalium dalam upayanya untuk mempertahankan sejumlah natrium yang diekskresikan.
Pasien juga mengeluhkan parestesia (kesemutan) pada ekstremitas, konfusi, dan rasa mengantuk,
yang kesemuanya berkaitan dengan efek pada saraf yang diakibatkan perubahan elektrolit.

d. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara


Kombinasi obat ini dengan salisilat dan litium dapat meningkatkan ekskresi salisilat dan litium.
Tindakan kewaspadaan perlu diterapkan untuk memantau kadar serum pada pasien yang
menggunakan litium.

2.5 DIURETIK HEMAT KALIUM


- Diuretik hemat kalium adalah amilorid (Midamor), spironolakton (Aldactone), dan triamteren
(Dyrenium). Semua diuretik ini digunakan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami
hipokalemia terkait dengan penggunaan diuretik (mis; pada pasien yang menggunakan digitalisasi,
pasien yang mengalami Aritmia jantung). Diuretik ini tidak sekuat loop diuretic, tetapi obat ini
dapat menahan kalium, bukan membuangnya.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Beberapa diuretik bekerja sama Dengan membuang natrium dan menahan kalium.
Spironolakton bekerja sebagai antagonis aldosteron, menghemat kerja aldosteron dalam tubulus
distal. Amilorid dan triamteren bekerja untuk menghambat sekresi kalium di sepanjang tubulus.
Efek diuretik obat ini didapat dari keseimbangan yang tercapai saat membuang natrium untuk
mengimbangi kalium yang ditahan.
Diuretik hemat kalium kadang digunakan sebagai obat tambahan untuk tiazid atau loop diuretic
atau pada pasien yang terutama berisiko mengalami hipokalemia, seperti pada pasien yang
menggunakan antiaritmia tertentu atau digoksin dan yang memiliki kondisi neurologis tertentu.
Spironolakton, obat yang paling sering digunakan, merupakan obat pilihan untuk mengobati
hiperaldosteron, yakni kondisi pada penyakit sirosis hepatis dan sindrom nefrotik.
b. Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik, dapat berkaitan dengan protein, danm didistribusikan secara
meluas di dalam tubuh. Obat ini dimetabolisme dalam hati dan terutama diekskresikan melalui
urine. Semua diuretik ini menembus plasenta dan masuk ke ASI. Penggunaan obat ini selama
kehamilan bukan merupakan tindakan yang tepat dan obat ini hanya digunakan jika ibu memiliki
indikasi penyakit, bukan karena manifestasi atau komplikasi kehamilan, dan manfaatnya
penggunaan obat ini pada ibu harus jauh lebih besar dari pada risiko potensial pada janin. Apabila
salah satu obat ini diperlukan selama laktasi, perlu digunakan metode lain dalam memberi makan
bayi, karena adanya efek merugikan potensial pada perubahan cairan dan elektrolit dalam tubuh
bayi.
c. Efek Merugikan
Efek merugikan yang paling sering terjadi pada penggunaan diuretik hemat kalium adalah
hiperkalemia, yang dapat menyebabkan letargi, konfusi, ataksi, kram otot, dan Aritmia jantung.
Pasien yang menggunakan obat ini perlu mendapatkan evaluasi secara teratur terhadap adanya
tanda peningkatan kadar kalium dan mendapatkan informasi mengenai tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan. Mereka juga harus disarankan untuk menghindari makanan yang tinggi kalium.
d. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Kombinasi diuretik hemat kalium dengan salisilat akan menurunkan efek diuretik. Penyesuaian
dosis mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek terapeutik.

2.6 DIURETIK OSMOSIS


- Diuretik osmosis menarik air ke dalam tubulus ginjal tanpa membuang natrium. Obat ini
merupakan diuretik pilihan dalam kasus terjadinya peningkatan tekanan intrakranial atau gagal
ginjal akut akibat syok, overdosis obat, atau ringan-gliserin (Osmoglyn) dan isosorbid (Ismotic)
dan dua agens yang sangat kuat-manitol (Osmitrol) dan urea (Ureaphil). Gliserin dapat diberikan
melalui intravena untuk mengatasi peningkatan tekanan intrakranial dan digunakan secara oral
untuk mengobati glukoma. Isosorbid tersedia hanya dalam bentuk oral dan merupakan obat yang
dipilih untuk mengobati glukoma. Manitol, yang hanya tersedia dalam bentuk intravena,
merupakan pengobatan utama untuk peningkatan tekanan intrakranial dan gagal ginjal akut. Urea
juga hanya tersedia untuk penggunaan intravena; obat ini diindikasikan untuk menurunkan
tekanan intrakranial dan pengobatan glukoma akut.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Beberapa nonelektrolit digunakan secara intravena untuk meningkatkan volume cairan yang
dihasilkan ginjal. Manitol, sebagai contoh, adalah gula yang tidak diabsorpsi dengan baik oleh
tubulus; obat ini bekerja dengan menarik sejumlah besar cairan ke dalam urine dengan tekanan
osmotik dari molekul gula yang besar. Karena tubulus tidak dapat mengabsorpsi semua gula
Yaang ditarik ke dalamnya, sejumlah besar cairan akan terbuang dalam urine. Efek dari obat
diuretik osmosis tidak hanya terbatas pada ginjal, karena zat yang dimasukkan menarik cairan ke
dalam sistem vaskular dari ruang ekstravaskular, termasuk aqueous humor. Oleh karena itu, obat
ini sering kali digunakan dalam situasi akut ketika obat ini diperlukan untuk menurunkan tekanan
intraokular sebelum pembedahan mata atau selama serangan glaukoma akut. Manitol juga
digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial, mencegah fase oliguria pada gagal ginjal, dan
meningkatkan pergerakan zat toksik melalui ginjal.
b. Farmakokinetik
Obat ini dapat bebas melewati filter pada glomerulus ginjal, diabsorpsi dengan buruk oleh
tubulus ginjal, tidak disekresikan oleh tubulus, dan tidak mengalami metabolisme. Kerja obat ini
bergantung pada konsentrasi aktivitas osmosis dalam cairan. Belum diketahui apakah obat ini
dapat membahayakan janin, dan dapat digunakan selama kehamilan hanya jika manfaatnya pada
ibu jauh lebih besar dari pada risiko potensialnya lada janin. Efek obat ini selama laktasi belum
dipahami seluruhnya; karena adanya risiko potensial pada janin atau perubahan keseimbangan
cairan pada ibu, kewaspadaan harus diterapkan apabila salah satu obat ini diperlukan ini selama
menyusui.
c. Efek Merugikan
Efek merugikan yang sering terjadi dan berpotensial menimbulkan bahaya terkait penggunaan
diuretik osmosis adalah penurunan kadar cairan secara tiba-tiba. Mual, muntah, hipotensi, pening,
kondisi, dan sakit kepala dapat disertai dengan dikompensasi jantung dan bahkan syok. Pasien
yang mendapatkan obat ini harus dipantau ketat terhadap adanya ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.

3.1 ANTI-INFEKSI SALURAN KEMIH


- Anti-infeksi saluran kemih terdiri dari dua jenis. Salah satu jenisnya adalah antibiotik, yang
meliputi
Sinoksasin (Cinobac), yang mengganggu replikasi DNA pada bakteri gram negatif. Obat ini
diabsorpsi dengan baik, mengalami metabolisme di hati, dan diekskresikan melalui urine.
Sinoksasin digunakan dalam dosis yang lebih rendah jika ada kerusakan ginjal, karena ginjal tidak
dapat mengekspresikan obat ini Dengan telat. Sinoksasin harus digunakan denagn hati-hati selama
kehamilan dan laktasi, karena obat ini dapat melewati plasenta dan masuk ke ASI
Norfloksasin (Noroxin), obat yang lebih baru dan memiliki spektrum lebih luas, merupakan
obat yang efektif terhadap lebih banyak bakteri gram negatif dari pada sinoksasin. Obat ini
diabsorpsi dengan cepat dan mengalami metabolisme di dalam hati serta diekskresikan melalui
urine. Dosis obat perlu diturunkan jika ada kerusakan ginjal. Obat ini menembus plasenta yang
masuk ke ASI serta tidak boleh digunakan selama kehamilan atau laktasi kecuali manfaatnya pada
ibu jauh lebih besar dari pada risiko potensial pada janin.
Fosfomisin (Monurol), obat yang cukup nyaman karena hanya memiliki satu dosis. Anak-anak
yang berusia kurang dari 18 tahun tidak boleh menggunakan obat ini. Obat diabsorpsi dengan
cepat, dimetabolisme di hati secara lambat, dan diekskresikan melalui urine dan feses. Obat ini
mungkin menjadi obat pilihan untuk sistitis selama kehamilan atau laktasi karena pajanan yang
singkat terhadap obat. Efek ketidaknyamanan pada saluran GI membatasi penggunaan obat ini
hanya pada beberapa pasien.
Asam nalidiksat (NegGram), merupakan obat yang lebih tua dan tidak efektif dalam mengatasi
banyak strain bakteri gram negatif apabila dibandingkan dengan antibiotik lainya untuk mengatasi
ISK. Obat ini diabsorpsi secara cepat, dimetabolisme dalam hati, dan diekskresikan melalui urine.
Obat memiliki waktu paruh yang pendek, yaitu 1-2,5 jam. Obat ini diketahui dapat menembus
plasenta dan masuk ke ASI, sehingga wanita yang sedang hamil atau yang menyusui tidak boleh
menggunakan obat ini. Obat ini tersedia dalam bentuk suspensi dan telah memiliki dosis untuk
anak yang berusia 3 tahun sampai 12 tahun.
Nitrofurantoin (Furadantin), merupakan obat tua lainnya dengan waktu paruh yang sangat
pendek (20 sampai 60 menit). Obat ini tidak efektif melawan berbagai bakteri gram negatif seperti
yang dilakukan oleh obt terbaru, tetapi obat ini terbukti berhasil untuk terapi supresi pada orang
dewasa dan anak-anak yang mengalami ISK kronis. Wanita yang hamil atau menyusui tidak
dianjurkan untuk menggunakan obat ini karena kemungkinan adanya efek merugikan pada bayi
neonatus atu bayi.
- Jenis anti-infeksi saluran kemih lainnya bekerja untuk mengamankan urine, membunuh bakteri
yang mungkin terdapat dalam kandung kemih. Kelompok obat ini terdiri dari dua jenis obat:

Metenamin (Hiprex), obat yang dimetabolisme di dalam hati dan diekskresikan melalui urine.
Obat ini dapat digunakan lewati plasenta dan masuk ke ASI serta tidak boleh digunakan selama
kehamilan atau laktasi. Metenamin telah memiliki pedoman dosis yang telah ditetapkan untuk
anak-anak dan tersedia dalam bentuk suspensi.
Metilen biru (Urolene Blue), yang didistribusikan secara luas di dlaam tubuh, dimetabolisme
dalam jaringan, dan diekskresikan melalui urine, empedu dan feses. Obat ini memberi warna pada
jaringan dan dapat menyebabkan gangguan saluran cerna. Wanita yang sedang hamil atau
menyusui tidak boleh menggunakan obat ini.

a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik


Anti-infeksi saluran kemih bekerja secara spesifik dalam saluran kemih untuk menghancurkan
bakteri, melalui efek antibiotik secara langsung atau melalui asidifikasi urine. Obat ini pada
umumnya tidak memiliki efek antibiotik secara sistemik; obat ini diaktifkan atau efektif hanya
pada saluran kemih. Obat digunakan untuk mengobati ISK kronis, sebagai terapi tambahan untuk
sistitis akut dan pielonefritis, dan sebagai profilaksis pada keadaan abnormalitas anatomi saluran
kemih, dan gangguan residu urine. Fosfomisin, agens yang relatif baru, merupakan antibakteri
dosis tunggal. Karena cara pengobatannya mudah, obat ini menjadi obat yang diinginkan; namun,
banyak pasien yang mengalami efek merugikan yang tidak nyaman, terutama efek pada saluran
GI, akibat penggunaan obat ini.
b. Kontraindikasi dan Peringatan
Obat dikontraindikasi jika pasien alergi terhadap obat ini. Obat harus digunakan dengan hati-
hati pada pasien yang mengalami disfungsi ginjal, yang dapat mengganggu ekskresi dan kerja
obat; dan pada wanita yang hamil atau menyusui, karena adanya efek merugikan potensial pada
janin dan neonatus.
c. Efek Merugikan
Efek merugiakn yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan ini salah mual, muntah, diare,
anoreksia, iritasi kandung kemih dan disuriq. Gejala yang jarang terjadi adalah pruritus, urtikaria,
sakit kepala, pusing, gugup dan konfusi. Semua efek ini dapat diakibatkan oleh iritasi pada saluran
GI yang disebabkan oleh obat ini, yang mungkin sedikit berkurang apabila pasien meminum obat
bersama makanan, atau akibat dari reaksi sistemik terhadap iritasi saluran kemih.
d. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Karena obat-obatan ini berasal dari beberapa kelas kimia yang berbeda, interaksi obat-obatan
yang dapat terjadi sangat spesifik bergantung obat yang digunakan. Lihat pedoman obat
keperawatan untuk mengetahui interaksi spesifik.
Pertimbangan Keperawatan bagi pasien yang Menggunakan Obat Anti-infeksi Saluran Kemih.
1. Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan
Tapi hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau peringatan dalam penggunaan
obat ini: alergi terhadap obat antibakteri; disfungsi hati atau ginjal yang dapat mengganggu
metabolisme dan ekskresi obat; serta kehamilan dan laktasi, yang merupakan kontraindikasi
penggunaan obat ini.

Pengkajian fisik harus dilakukan untuk mendapat data dasar guna mengkaji keeketifan obat dan
adanya efek merugikan yang berkaitan dengan terapi obat. Kaji beberapa keadaan berikut ini:
kulit, untuk mengevaluasi terjadinya ruam kulit atau reaksi hipersensitifitas; orientasi dan refleks,
untuk mengevaluasi efek obat pada sistem saraf pusat (SSP); dan uji fungsi ginjal dan hati, untuk
menentukan fungsi dasar semua organ ini.
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang mendapatkan Anti-infeksi Saluran Kemih mungkin memiliki diagnosa
keperawatan berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat:
- Nyeri akut yang berhubungan dengan efek obat pada GI, SSP dan kulit
- Gangguan Persepsi Sensori (Kinestetik, Taktil, Visual) yang berhubungan dengan efek pada SSP
- Kurang Pengetahuan mengenai terapi obat
3. Implementasi
- Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sebelum pasien mendapatkan terapi dan diulang
apabia responsnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, untuk memastikan pengobatan yang tepat
terhadap infeksi.
- Beri obat bersama makanan, untuk menurunkan efek merugikan pada GI apabila pasien
mengalami ketidaknyamanan GI.
- Lakukan tindakan kewaspadaan keamanan apabila pasien mengalami efek SSP, untuk mencegah
cedera pada pasien.
- Sarankan pasien untuk melanjutkan penggunaan obat sesuai yang diprogramkan dan jarang
berhenti menggunakan obat segera setelah tanda dan gejala yang tidak menyenangkan hilang,
untuk memastikan eradikasi infeksi dan mencegah munculnya strain bakteri yang resistensi
terhadap pengobatan.
- Sarankan pasien untuk minum banyak cairan (kecuali dikontrindikasi oleh kondisi yang lain),
untuk membilas kandung kemih dan saluran kemih serta menurunkan kesempatan bakteri untuk
tumbuh.
- Berikan penyuluhan kepada pasien yang mengalami ISK kronis tentang aktivitas tambahan yang
dapat memfasilitasi urine yang bersifat asam, untuk meningkatkan keefektifan obat Anti-infeksi
saluran kemih. Sebagai contoh, semua pasien harus: menghindari makanan yang menyebabkan
soda basa dan menghasilkan urine yang bersifat basa (mis, jus jeruk sitrus, buah-buahan,
antasida). Minum jus kranberi yang kadar asamnya tinggi.
Segera berkemih setelah melakukan hubungan seksual, untuk membantu membersihkan semua
organisme menginvasi.
Selain itu, wanita harus
Menghindari mandi jika mungkin, terutama mandi busa (karena busa sabun berperan sebagai
agens transportasi yang membawa bakteri melewati uretra yang pendek). Membersihkan area
genitalnya dari arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya, yang dapat membawa Escherichia
colu dan agens bakteri masuk ke dalam uretra.
Beri penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien tentang nama dan dosis obat, tindakan untuk
membantu menghindari efek merugikan, tanda bahaya yang dapat mengindikasi adanya masalah,
pentingnya pemantauan dan evaluasi secara teratur, untuk meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai terapi obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi obat.

GAMBAR

TABLE

4. Evaluasi
- Pantau respons pasien terhadap obat (kesembuhan ISK dan hilangnya tanda dan gejala);
pemeriksaan kultur dan sensitifitas ulang dianjurkan untuk mengevaluasi keefektifan penggunaan
obat.
- Pantau adanya efek merugikan (evaluasi kulit, orientasi dan refleks, efek pada GI).
- Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat,
tindakan khusus untuk menghindari efek merugikan dan tindakan untuk meningkatkan keefektifan
obat)
- Pantau keefektifan tindakan yang memberi rasa nyaman dan aman serta kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan.
3.2 ANTISPASMODIK SALURAN KEMIH
Antispasmodik saluran kemih menghambat spasme otot saluran kemih yang disebabkan
berbagai macam kondisi. Flovoksat (Urispas) mencegah spasme otot polos secara spesifik dalam
saluran kemih, tetapi keadaan ini di kaitkan dengan efek pada SSP (Pengelihatan yang kabur,
pusing, konfusi) sehingga obat ini kurang diinginkan oleh beberapa pasien. Oksibutinin (Ditropan)
merupakan antispasmodik saluran kemih yang poten, tetapi obat ini memiliki berbagai macam
efek antikolinergik sehingga obat ini jarang digunakan pada beberapa kondisi atau situasi yang
dapat mengalami perburukan akibat meningkatkanya berkeringat, retensi urine, takikardi, dan
perubahan aktifitas GI. Tolterodin (Detrol, Detrol LA) adalah agens lebih baru yang menghambat
reseptor muskarinik, mencegah kontraksi dan spasme kandung kemih. Obat ini diindikasikan
untuk pengobatan kandung kemih yang overaktif pada pasien yang menunjukkan sering berkemih
(Frekuensi), tidak dapat menahan berkemih (Urgensi), atau inkontinensia. Obat ini telah di
pasarkan secara luas dan langsung kepada konsumen.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Inflamasi dalam saluran kemih, sepertisistitis, prostatitis, uretritis dan
uretrosistitis/uretrotrigonitis, menyebabkan spasme otot polos sepanjang saluran kemih
Iritasi saluran kemih yang mengakibatkan spasme otot juga terjadi pada pasien yang mengalami
kandung kemih neurogenik dan gangguan neurologis. Spasme ini menyebabkan efek disuria yang
tidak nyaman (Nyeri atau ketidaknyamanan saat berkemih), tidak dapat menahan kemih,
inkontinensia, nokturia (sering berkemih di malam hari), nyeri suprapubik. Obat antispasmodik
saluran kemih bekerja menghilangkan spasme dengan cara menghambat aktivitas saraf
parasimpatik dan merelaksasi otot detrusor dan otot saluran kemih lainnya.
b. Farmakokinetik
Obat diabsorpsi dengan cepat, didistribusikan meluas ke seluruh tubuh dan dimetabolisme
dalam hati, serta diekskresi melalui urine. Tindakan kewaspadaan juga harus dilakukan jika terjadi
kerusakan fungsi hati atau ginjal karena adanya kemungkinan perubahan metabolisme atau
ekskresi obat. Obat ini dapat menembus plasenta dan di temukan dalam ASI. Wanita yang sedang
hamil dan menyusui hanya dapat menggunakan obat ini apabila manfaatnya pada ibu jauh lebih
besar dari pada risiko potensial pada janin atau neonatus.
c. Kontraindikasi dan Peringatan
Obat ini dikontrindikasi jika pasien alergi terhadap obat: pada kondisi obstruksi pilorik atau
duodenum atau pembedahan yang baru baru ini dilakukan, karena efek antikolinergik dapat
menyebabkan komplikasi serius; pada masalah obstruksi saluran kemih, yang dapat mengalami
perburukan lebih lanjut karena obstruksi aktivitas otot; dan pada glaukoma, miastenia gravis, atau
perdarahan akut, yang dapat diperburuk oleh efek antikolinegik dari obat ini. Obat ini harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami disfungsi ginjal atau hati, yang dapat
mengubah metabolisme dan ekskresi obat; serta pada kehamilan dan laktasi, karena adanya efek
merugikan potensial pada neonatus sekunder akibat efek antikolinergik dari obat.
d. Efek Merugikan
Efek merugikan dari penggunaan obat antispasmodik saluran kemih berkaitan dengan
penghambatan sistem parasimpatis dan meliputi mual, muntah, mulut kering, gugup, takikardi dan
perubahan pengelihatan.
e. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Kombinasi dengan oksibutinin akan menyebabkan penurunan keefektifan fenotiazin dan
haloperidol. Apabila pasien harus menggunakan kombinasi obat tersebut, pasien harus dipantau
secara ketat dan diperlukan penyesuaian dosis yang tepat perlu dilakukan.
1. Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan
Tapis hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau peringatan dalam penggunaan
obat ini: alergi terhadap obat ini; obstruksi politik atau duodenum atau lesi atau obstruksi GI
lainnya, yang dapat mengalami perburukan yang membahayakan akibat penggunaan obat ini;
obstruksi saluran kemih bagian bawah, yang juga dapat mengalami perburukan akibat obat ini ;
glaukoma, yang membutuhkan tindakan kewaspadaan karena adanya penghambat sistem saraf
parasimpatik dan kemungkinan peningkatan tekanan intraokular; serta kehamilan atau laktasi,
yang membutuhkan tindakan kewaspadaan apabila pasien menggunakan obat ini.
Pengkajian fisik harus dilakukan untuk mendapatkan data dasar guna mengkaji keefektifan obat
dan adanya efek merugikan yang berkaitan dengan terapi obat. Kaji beberapa keadaan berikut ini:
kulit, untuk mengevaluasi timbulnya ruam kulit atau reaksi hipersentifitas; orientasi dan refleks,
untuk mengevaluasi efek obat pada sistem saraf pusat (SSP); pemeriksaan oftamologi termasuk
pemeriksaan tekanan intraokular, untuk mengkaji adanya glaukoma; dan denyut nadi, untuk
mendapatkan data dasar guna mengevaluasi luasnya penghambatan parasimpatis.

2. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang mendapatkan antispasmodik saluran kemih mungkin memiliki diagnosa
keperawatan berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat:
- Nyeri akut yang berhubungan dengan efek obat pada GI, SSP dan oftamologi
-Gangguan persepsi sensor (Visual) yang berhubungan dengan efek pada SSP, oftamologi
- Kurang pengetahuan mengenai terapi obat

3. Implementasi
- Atur pengobatan yang tepat untuk setiap ISK, yang dapat menyebabkan spasme.
- Lakukan pemeriksaan oftalmologi pada saat terapi obat dan secara periodik selama pengobatan
jangka panjang, untuk mengevaluasi efek obat pada tekanan intraokular sehingga obat dapat
dihentikan apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular.
- Lakukan kewaspadaan keamanan apabila pasien mengalami efek pada SSP, untuk mencegah
terjadinya cedera pada pasien
- Sarankan pasien untuk tetap melanjutkan pengobatan terhadap penyebab terjadinya spasme otot,
untuk mengatasi penyebab dan mencegah berulangnya tanda dan gejala spasme otot
- Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien, tentang nama dan dosis obat, tindakan
untuk membatu menghindari efek merugikan, tanda bahaya yang mengindikasikan adanya
masalah, pentingnya pemantauan dan evaluasi secara periodik, untuk meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai terapi obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi obat
- Beri dukungan dan dorongan, untuk membantu pasien menghadapi ketidaknyamanan akibat
terapi obat

4. Evaluasi
- Pantau respons pasien terhadap obat (spasme saluran kemih sembuh dan tanda dan gejalanya
menghilang); pemeriksaan kultur dan sensitifitas berulang dianjurkan untuk mengevaluasi
keefektifan penggunaan obat ini.
- Pantau adanya efek merugikan (evaluasi kulit, orientasi dan refleks, tekanan intraokular).
- Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat, efek
merugikan yang perlu diperhatikan, dan tindakan spesifik untuk menghindari efek merugikan).
- Pantau keefektifan tindakan yang memberi rasa aman dan nyamn, serta kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan.

3.3 ANALGESIK SALURAN KEMIH


Nyeri pada saluran kemih dapat membuat pasien menjadi sangat tidak nyaman dan mengarah
pada retensi urine serta peningkatan risiko infeksi. Agens fenozopiridin (Azo Standart, Baridium,
dan analgesik yang lain) merupakan. Zat pewarna yang digunakan untuk meredakan nyeri
tersebut.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Saat fenozopiridin diekskresikan melalui urine, obat ini memberikan efek analgesik topikal
secara langsung pada mukosa saluran kemih. Obat ini digunakan untuk meredakan gejala (rasa
terbakar, sering berkemih, tidak dapat menahan urine, nyeri, rasa tidak nyaman) yang berkaitan
dengan adanya iritasi saluran kemih akibat infeksi, trauma atau pembedahan.
b. Farmakokinetik
Fenozopiridin diabsorpsi dengan cepat dan memiliki awitan kerja yang sangat cepat. Obat ini
didistribusikan secara luas di dalam tubuh, dapat menembus plasenta dan masuk ke ASI. Obat ini
dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan melalui urine. Efek obat fenozopiridin pada ibu yang
sedang hamil dan menyusui masih belum diketahui, sehingga penggunaan obat ini selama
kehamilan dan menyusui dapat dilakukan hanya jika manfaatnya pada ibu jauh lebih besar dari
pada risiko potensial pada janin atau neonatus.
c. Kontraindikasi dan Peringatan
Fenozopiridin dikontrindikasi untuk pasien yang alergi terhadap obat dan pasien yang
mengalami disfungsi ginjal serius, yang dapat menganggu ekskresi dan keefektifan obat. Obat ini
harus digunakan dengan hati-hati hati pada pasien yang hamil atau menyusui karena adanya efek
merugikan potensial pada neonatus.
d. Efek Merugikan
Efek merugikan yang berkaitan dengan obat ini meliputi ketidaknyamanan pada saluran GI,
sakit kepala, ruam dan urine yang berwarna kuning kemerahan, yang semua itu berkaitan dengan
kerja kimia obat dalam sistem. Selain itu, terdapat kemungkinan toksisitas ginjal atau hati. Obat
ini tidak boleh digunakan lebih dari 2 hari karena efek toksik dapat meningkat.
e. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Kombinasi obat dengan agens antibakteri untuk mengobati ISK dapat meningkatkan risiko efek
toksik dari obat ini. Apabila pasien harus menggunakan kombinasi ini, fenozopiridin tidak boleh
digunakan lebih dari 2 hari.
1. Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan
Tapis hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau peringatan dalam penggunaan
obat ini: alergi terhadap obat atau kondisi insufisiensi ginjal, yang kontraindikasi untuk obat ini;
kehamilan pasien menggunakan obat ini.
Pengkajian fisik harus dilakukan untuk mendapatkan data dasar guna mengkaji keefektifan
penggunaan obat dan adanya efek merugikan yang berkaitan dengan terapi obat. Kaji beberapa
keadaan berikut ini: kulit, untuk mengevaluasi adanya ruam kulit atau reaksi hipersensitifitas;
fungsi GI yang normal dan evaluasi fungsi hati, untuk mendapatkan data dasar guna mengkaji
efek merugikan obat; uji fungsi ginjal dan hati, untuk mengkaji adanya penyakit yang dapat
mempengaruhi metabolisme dan ekskresi obat ini; urinalisis, untuk mengkaji infeksi penyebab
atau masalah ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang mendapatkan analgesik saluran kemih mungkin memiliki diagnosa keperawatan
berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat:
- Nyeri akut yang berhubungan dengan efek obat pada GI dan sakit kepala
- Kurang Pengetahuan mengenai terapi pengobatan
3. Implementasi
- Atur pengobatan yang tepat untuk penyebab ISK, yang dapat menyebabkan nyeri.
- Beri tahukan pasien bahwa warna urine mungkin menjadi coklat kemerahan dan dapat
mengandung serat, untuk mencegah kecemasan yang tidak semestinya jika terjadi efek merugikan
- Beri pasien obat bersama dengan makanan, untuk mengurangi iritasi GI apabila pasien
mengalami gangguan saluran GI.
- Berikan informasi kepada pasien untuk menghentikan penggunaan obat dan menghubungi tenaga
kesehatan apabila sklera atau kulit pasien menjadi berwarna kekuningan- tanda akumulasi obat di
dalam tubuh dan kemungkinan tanda toksisitas hati.
- Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien, tentang nama dan dosis obat, tindakan
untuk menghindari efek merugikan, tanda bahaya yang mengindikasikan adanya masalah, dan
pentingnya pemantauan dan evaluasi secara periodik, untuk meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai terapi obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi obat.
4. Evaluasi
- Pantau respons pasien terhadap obat (nyeri saluran kemih hilang).
- Pantau adanya efek merugikan. (Evaluasi kulit, gangguan GI dan keluhan saluran cerna, sakit
kepala).
- Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat, efek
merugikan yang perlu diperhatikan dan spesifik untuk menghindari efek merugikan).
- Pantau keefektifan tindakan yang meningkatkan rasa nyaman dan kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan.

3.4 OBAT PELINDUNG KANDUNG KEMIH


Obat pelindung kandung kemih natrium pentosan polisulfat (Elmiron) digunakan untuk
melapisi atau melekat pada dinding mukosa kandung kemih dan melindunginya dari iritasi yang
berkaitan dengan solut dalam urine.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Natrium pentosan polisulfat merupakan senyawa seperti heparin yang memiliki efek
antikoagulan dan fibrinilitik. Obat ini menempel di membran mukosa dinding kandung kemih dan
bekerja sebagai bufer untuk mengendalikan permeabilitas sel, mencegah larutan iritan yang ada di
dalam urine mencapai sel dinding kandung kemih. Obat ini digunakan terutama untuk
menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan sistitis interstitial.
b. Farmakokinetik
Obat ini hanya sedikit (3%) yang diabsorpsi oleh tubuh dan didistribusikan ke dalam saluran
GI, hati, limpa, kulit, sumsum tulang dan periosteum. Obat dimetabolisme dalam hati dan limpa
serta diekskresikan melalui urine. Sampai saat ini belum terdapat penelitian yang adekuat
mengenai efek pentosan selama kehamilan atau laktasi. Penggunaan obat ini dibatasi hanya jika
manfaatnya pada ibu hanya jauh lebih besar dari pada risiko potensial pada janin atau neonatus.

c. Kontraindikasi dan Peringatan


Karena obat ini memiliki efek seperti heparin, pentosan tidak boleh digunakan pada kondisi
yang memiliki peningkatan risiko perdarahan (pembedahan, kehamilan, antikoagulasi, hemofilia).
Obat ini juga dikontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit trombositopenia akibat
heparin, yang dapat kambuh jika obat ini digunakan. Tindakan kewaspadaan perlu diterapkan.
Pada pasien yang mengalami disfungsi hati atau limpa yang dapat dipengaruhi oleh kerja obat
seperti heparin dan pada wanita hamil atau menyusui, karena adanya efek merugikan potensial
pada janin.
d. Efek Merugikan
Efek merugikan dari penggunaan pentosan adalah perdarahan kecil yang dapat berkembang
menjadi perdarahan besar (berkaitan dengan efek obat seperti heparin), sakit kepala, alopesia
(terlihat pada obat yang seperti heparin), dan gangguan pada GI yang terkait dengan iritasi lokal
pada saluran GI saat pemberian obat.
e. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Kombinasi obat ini dengan obat antikoagulan, aspirin atau anti-inflamasi nonsteroid akan
meningkatkan risiko perdarahan. Apabila pasien harus menggunakan kombinasi tersebut, pasien
harus dipantau ketat terhadap adanya tanda perdarahan dan penyesuaian dosis yang tepat harus
dilakukan.
1. Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan
Tapis hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau kewaspadaan dalam
penggunaan obat ini: alergi terhadap obat ini; riwayat obnormalitas perdarahan, kondisi gangguan
limpa atau disfungsi hati, yang dapat menyebabkan perdarahan apabila pasien menggunakannya
dengan obat yang memiliki efek seperti heparin; dan kehamilan atau laktasi yang membutuhkan
kewaspadaan ketika digunakan.
Pengkajian fisik harus dilakukan untuk mendapatkan data dasar guna mengkaji keefektifan
penggunaan obat dan adanya efek merugikan yang terkait dengan terapi obat. Kaji beberapa
keadaan berikut ini: kulit, untuk mengevaluasi adanya ruam kulit atau reaksi hipersensitifitas;
orientasi, afek dan refleks untuk mendapatkan data dasar guna mengevaluasi kan efek obat pada
SSP ; dan uji fungsi hati dan waktu perdarahan untuk mendapatkan data dasar guna memantau
penggunaan obat yang aman dan adanya efek merugikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang mendapatkan obat perlindung kandung kemih mungkin memiliki diagnosa
keperawatan berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan dengan perdarahan sekunder akibat efek
heparin yang dimiliki obat
- Nyeri akut yang berhubungan dengan perdarahan dan obat pada GI dan SSP
- Risiko cedera yang berhubungan dengan perdarahan dan efek pada SSP
- Kurang pengetahuan mengenai terapi pengobatan
3. Implementasi
- Tentukan adanya sistitis interstitial dengan cara biopsi atau sitoskopi sebelum memulai terapi,
untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang tepat.

- Beri obat saat perut dalam keadaan kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan, untuk
mengurangi ketiknyamanan pada GI dan meningkatkan absorpsi.
- Pantau waktu perdarahan secara periodik selama terapi, untuk mengkaji adanya efek heparin
yang berlebihan.
- Atur penggunaan rambut palsu atau topi yang sesuai untuk menutupi kepala, apabila terjadi
alopesia sebagai akibat terapi obat.
- Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien, tentang nama dan dosis obat, tindakan
untuk menghindari efek merugikan, tanda bahaya masalah, pentingnya pemantauan dan evaluasi
secara periodik, untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai terapi obat dan kepatuhan
dalam menjalani terapi obat.
4. Evaluasi
- Pantau respons pasien terhadap obat (rendahnya nyeri dan rasa tidak nyaman pada kandung
kemih)
- Pantau adanya efek merugikan (evaluasi kulit, ketidaknyamanan dan keluhan pada GI, sakit
kepala, waktu perdarahan)
- Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat, efek
merugikan yang perlu diperhatikan dan tindakan spesifik untuk menghindari efek merugikan)
- Pantau keefektifan tindakan yang meningkatkan rasa nyaman dan kepatuhan dalam menjalani
program pengobatan.

3.5 OBAT UNTUK MENGOBATI HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA


Obat yang saat ini digunakan untuk meredakan gejala penyakit hiperlansia prostat bening
(BPH) pada pria terdiri dari dua jenis. Penyakit ¢-adrenergik, yaitu doksazosin (Cardura),
tamsulosin (Flomax) dan terazosin (Hytrin) digunakan untuk menghambat dilatasi arteriol di
kandung kemih dan saluran kemih. Tamsulosin dikembangkan secara spesifik untuk pengobatan
BPH dan tidak memiliki berbagai macam efek merugikan penyekat adrenergik seperti yang
memiliki oleh kedua obat yang lain. Finasterid (Proscar) dan dutasterid (Duagens) secara spesifik
digunakan untuk mengobati BPH dengan cara menghambat produksi testosteron dan memiliki
lebih banyak efek penghambat abdrogen dari pada obat lainnya.
a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
BPH merupakan maslaah yang umum terjadi pada pria, dan insidensinya meningkat sejalan
dengan usia. Pembesaran kelenjar prostat yang berada di sekeliling uretra mengakibatkan rasa
tidak nyaman, kesulitan memulai berkemih, rasa penuh pada kandung kemih dan peningkatan
insidensinya sistitis. Obat penyekat ¢-adrenergik diindikasikan untuk pengobatan BPH dengan
gejala. Obat ini menghambat reseptor ¢-adrenergik pascasinaps yang mengakibatkan dilatasi
arteriol dan vena serta merelaksasi efek simpatis pada kandung kemih dan saluran kemih. Obat ini
juga diindikasikan untuk pengobatan hipertensi.
Finasterid dan dutasterid menghambat enzim intrasel yang mengkonversi testosteron menjadi
androgen yang potensial (DHT); kelenjar prostat bergantung pada DHT untuk perkembangan dan
pemeliharaan fungsi kelenjar prostat. Obat ini digunakan untuk terapi jangka panjang guna
mengecilkan kelenjar prostat dan meredakan gejala hiperlasia. Finasterid (Propecia) juga
digunakan untuk mencegah pola kebotakan pada pasien pria dengan riwayat keturunan yang kuat.
Ketika pasien menggunakan salah satu obat ini, penting untuk memastikan bahwa pembesaran
kelenjar prostat ini adalah BENIGNA dan tidak disebabkan oleh kelenjar, infeksi, struktur atau
kandung kemih hipotonik. Pasien yang mendapatkan terapi pengobatan jangka panjang perlu
dikaji secara periodik.
b. Farmakokinetik
Agens penyekat ¢-adrenergik selektif dapat diabsorpsi dengan baik dan mengalami
metabolisme yang luas di hati. Oleh karena itu, obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien yang memiliki kerusakan hati. Obat ini diekskresikan melalui urine. Finasterid dan
dutasterid diabsorpsi secara cepat dari saluran GI, dimetabolisme dalam hati, dan diekskresikan
melalui urine dan feses. Obat ini tidak diindikasikan untuk wanita dan termasuk dalam kategori X
kehamilan karena adanya efek androgen. Wanita harus hati-hati untuk tidak menyentuh finasterid
atau dutasterid karena adanya risiko absorpsi melalui urine.
c. Kontraindikasi dan Peringatan
Obat ini dikontrindikasi pada pasien. Yang alergi terhadap obat ini. Selain itu, tindakan
kewaspadaan perlu diterapkan pada pasien yang mengalami disfungsi ginjal atau hati, karena
kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme dan ekskresi obat. Penyekat adrenergik harus
digunakan dengan kewaspadaan tinggi pada pasien yang mengalami gagal jantung kongestif atau
penyakit jantung koroner.
d. Interaksi Obat-Obat yang Penting secara
Kemungkinan kadar teofilin menurun jika dikombinasi dengan obat ini. Pasien harus dipantau
dan penyesuaian dosis yang tepat dilakukan jika kombinasi ini digunakan.
1. Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan
Tapi hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau peringatan dalam penggunaan
obat ini: alergi terhadap obat ini; riwayat gagal jantung kongestif; dan gagal ginjal atau gagal hati,
yang membutuhkan kewaspadaan jika obat ini digunakan.
Pengkajian fisik harus dilakukan untuk mendapatkan data dasar guna mengkaji keeketifan
penggunaan obat dan adanya efek merugikan yang berkaitan dengan terapi obat. Kaji beberapa
keadaan berikut ini: kulit, untuk mengevaluasi adanya ruam atau reaksi hipersensitifitas; tekanan
darah, denyut nadi, auskultasi dan perfusi, untuk mengevaluasi efek kardiovaskular dari obat
penyekat ¢-adrenergik; urinalisis dan fungsi urine normal; palpasi kelenjar prostat, antigen prostat-
spesifik (prostat-spesifik antigen, PSA), untuk mengevaluasi maslaah prostat
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang mendapatkan obat untuk mengobati BPH mungkin memiliki diagnosa keperawatan
berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat:
- Disfungsi seksual yang berhubungan dengan efek obat
- Nyeri akut yang berhubungan dengan sakit kepala, efek obat pada SSP dan pada GI
- Kurang pengetahuan mengenai terapi pengobatan
3. Implementasi
- Lakukan pemeriksaan BPH dan lakukan evaluasi secara periodik, untuk mengkonfirmasi
kembali bahwa tidak ada masalah lain yang terjadi dengan cara melakukan pemeriksaan prostat
dan pengukuran kadar PSA.
- Berikan obat tanpa harus menunggu saat makan, tetapi berikan obat bersama dengan makanan
apabila pasien mengalami ketidaknyamanan GI.
- Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien, jual tentang nama dan dosis obat,
tindakan untuk menghindari efek merugikan, tanda bahaya yang mungkin mengindikasikan
adanya masalah pentingnya pemantauan dan evaluasi secara periodik, untuk meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai terapi obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
terapi obat.
- Berikan dukungan dan semangat, untuk membantu pasien mengatasi kemungkinan adanya
penurunan fungsi seksual.
4. Evaluasi
- Pantau respons pasien terhadap obat (rendahnya tanda dan gejala BPH, peningkatan aliran urine,
penurunan rasa tidak nyaman).
- Pantau adanya efek merugikan (evaluasi kulit, ketidaknyamanan dan keluhan pada GI, sakit
kepala, efek pada kardiovaskular).
- Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat, efek
merugikan yang perlu diperhatikan, dan tindakan spesifik untuk menghindari efek merugikan).
- Pantau keefektifan tindakan yang memberi rasa nyaman dan kepatuhan dalam menjalani
program pengobatan).

BAB III
Penutup

Kesimpulan

- Frekuensi kejadian infeksi saluran kemih (ISK) akut menempati urutan kedua setelah infeksi
saluran pernapasan pada populasi Amerika.
- Obat Anti-infeksi saluran kemih merupakan obat yang berfungsi untuk membunuh bakteri dalam
saluran kemih dengan cara membentuk urine yang bersifat asam, yang merupakan kondisi yang
tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri atau bekerja dengan menghancurkan bakteri
dalam saluran kemih.
- Berbagai aktifitas diperlukan untuk menurunkan jumlah bakteri dalam saluran kemih (mis.,
tindakan higiene, diet yang sesuai, asupan cairan yang banyak), untuk mempermudah pengobatan
ISK dan membatu obat Anti-infeksi saluran kemih menjadi lebih efektif.
- Reaksi inflamasi dan iritasi dalam saluran kemih, dapat menyebabkan spasme otot polos
sepanjang saluran kemih. Spasme otot polos ini menyebabkan efek ketidaknyamanan akibat
disuria, tidak dapat menahan kemih, inkontinensia, nokturia dan nyeri suprapubik.
-Analgesik saluran kemih, fenozopiridin, merupakan obat yang berfungsi untuk meredakan tanda
dan gejala (rasa terbakar, tidak dapat menahan kemih, peningkatan frekuensi berkemih, nyeri, rasa
tidak nyaman) yang berkaitan dengan iritasi saluran kemih akibat infeksi, trauma atau
pembedahan.
- Natrium pentosan polisulfat merupakan senyawa seperti heparin yang memiliki efek
antikoagulan dan fibrinolitik serta melekat pada membran mukosa dinding kandung kemih untuk
bekerja sebagai bufer guna mengendalikan permeabilitas sel. Obat ini digunakan secara spesifik
untuk mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan sistitis interstitial.
- Hiperplasia prostat benigna (BPH) merupakan pembesaran kelenjar prostat yang umum terjadi
pada pria.
- Obat yang biasanya digunakan untuk meredakan tanda dan gejala pembesaran kelenjar prostat
adalah penyekat ¢-adrenergik, yang dapat merelaksasi kandung kemih dan sfingter kandung kemih
karena memiliki efek simpatis, dan finasterid dan dutasterid, yang menghambat tubuh
memproduksi androgen yang sangat kuat. Kelenjar prostat bergantung pada testosteron untuk
pemeliharaan dan perkembangan kelenjar; menghambat androgen akan mengakibatkan
penyusutan kelenjar prostat dan meredakan gejala.

You might also like